Disusun Oleh :
P17335120027
JURUSAN FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Bentuk Sediaan Obat”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Farmasetika Lanjut di Poltekkes Kemenkes Bandung. Dalam penulisan makalah
ini saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Namun, saya merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.
ii
Daftar Isi
iii
BENTUK SEDIAAN
A. Sediaan Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet adalah sediaan padat dibuat secara kempa
berbentuk cakram pipih atau gepeng, bundar, segitiga, lonjong, mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
2. Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
3. Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,
terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu.
4. Tablet Efervesen
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet
efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
5. Tablet Sublingual
5
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet
nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara ini.
6. Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi.
7. Tablet Hipodermik
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam
air, umumnya dulu digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
8. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja.
9. Tablet Triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
6
10. Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan.
Suppositoria Enema
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :
1. Supositoria Rectal
7
Sering disebut sebagai supositoria saja, berbentuk peluru, digunakan lewat rektum atau
anus. Menurut FI edisi III bobotnya antara 2-3 gram, yaitu untuk dewasa 3 g dan anak
2 g, sedangkan menurut FI edisi IV kurang lebih 2 g. Supositoria rektal berbentuk
torpedo mempunyai keunggulan, yaitu jika bagian yang besar masuk melalui jaringan
otot penutup dubur, supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.
8
b. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan. Ambil obat vagina dengan
menggunakan aplikator.
c. Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan.
d. Biarkan selama beberapa waktu.
e. Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat setelah digunakan.
3. Supositoria uretra (bacilli, bougies)
Digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang antara 7-14 cm. Supositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya 2 g, inipun bila Oleum Cacao sebagai
basisnya.
2. Carminative Enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60-80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid.
Cairandipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 – 3 jam), untuk
melunakkan feses danlubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses.
Antibiotik enema digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema
untuk membunuh cacing parasit, nutritive enemauntuk memberikan cairan dan nutrien
pada rektum.
9
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 – 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 – 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.
10
2. Eliksir
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai
kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat.
3. Potio
Adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral),
dibuatsedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosistunggal dalam volume
yang besar, umumnya 50ml.
11
4. Netralisasi, Saturatio, Potio Effervescent
Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksiselesai dan larutan bersifat netral Contoh : SolutioCitratis
Magnesici.
Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa
tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
12
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan
untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Contohnya : Betadin gargle.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet.
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan.
7. Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
8. Epithema / Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat
yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan
osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah.
9. Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam
mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin (Lahman. L, 1994).
13
terdispersi disebut fase dalam, sedangkan fase cairan pembawanya disebut fase luar
(Anonim, 1978).
Emulsi oral, umumnya emulsi tipe o/w karena rasa dan bau minyak yang tidak enak
dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil
lebih mudah dicerna
Emulsi topikal, umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki
Emulsi Oral
Emulsi Topikal
E. Sediaan Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahanendapan harus segera
terdispersi kembali. Suspensi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang (Departemen Kesehatan RI, 1979)
14
Contoh sediaan Suspensi Oral :
15
e. Lepaskan kelopak mata perlahan, menjaga mata tertutup selama 1-2 menit, dengan
jari
f. Tekan dengan lembut di atas pembukaan saluran air mata di bagian dalam sudut
mata, hapus cairan berlebih dari sekitar mata
16
Ophthalmic Emulsion
17
H. Sediaan Tetes Hidung
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Obat Tetes Hidung adalah obat tetes yang
digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet .
18
I. Sediaan Gargle dan Mouthwash
Menurut Farmakope Indonesia edisi III obat kumur (gargarisma/gargle)
adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum
digunakan, dimaksudka untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan.
Obat kumur merupakan larutan yang mengandung zat berkhasiat antibakteri untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme dalam mulut, digunakan sebagai pembilas rongga
mulut, mudah digunakan, dan dapat mencapai area permukaan di dalam rongga mulut
yang sulit dicapai oleh sikat gigi. Obat kumur dapat mengandung zat berkhasiat sintetis
atau yang berasal dari bahan alam (Wardani, 2012).
Obat kumur dalam penggunaannya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Sagarin dan
Gershon, 1972) :
a. Sebagai kosmetik; hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau penghilang bau
mulut.
b. Sebagai terapeutik; untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.
c. Sebagai kosmetik dan terapeutik
19
J. Sediaan Semisolida (Gel, Krim, Pasta)
Sediaan semisolid/semipadat farmasi didefinisikan sebagai produk topikal yang
ditujukan untuk aplikasi pada kulit atau membran mukosa untuk mencapai efek lokal
dan kadang-kadang efek sistemik. Sediaan semisolid yang digunakan pada kulit
umumnya berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai emolien, atau
sebagai mantel oklusif. Secara umum, sediaan semisolid adalah formulasi yang terdiri
atas dua fase (minyak dan air) dimana salah satunya merupakan fase kontinyu (fase
luar) dan yang lain merupakan fase terdispersi (fase dalam).
Macam- macam Sediaan Semisolid :
a. Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
b. Krim
Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa padat berupa emulsi
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim ada dua
tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M).
20
c. Pasta
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Pasta adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topikal.
Macam-macam pasta :
a. Pasta berlemak
Adalah suatu pasta yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
b. Pasta kering
Adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
c. Pasta pendingin
Adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair.
21
K. Sediaan Aerosol dan Inhaler
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, aerosol adalah sediaan yang mengandung satu
atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau
campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat
digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cukup.
Inhaler adalah sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam tubuh
melalui paru-paru.
Cara penggunaan inhaler :
a. Kocok dan buka tutup inhaler
b. Inhalasi dengan perlahan
c. Mouthpiece diletakkan diantara gigi dan bibir kemudian dirapatkan
d. Memulai menghirup napas pelan melalui mulut, dan sekaligus menekan kanister
Agar obat keluar
e. Tahan napas selama 10 detik
22
Daftar Pustaka
23