Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FARMASETIKA LANJUT (F210)

“BENTUK SEDIAAN OBAT”

Disusun Oleh :

Eldina Wahyuni Pratiwi

P17335120027

Dosen Pembimbing : Melinda Januarti, M.Si., Apt

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Bentuk Sediaan Obat”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Farmasetika Lanjut di Poltekkes Kemenkes Bandung. Dalam penulisan makalah
ini saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Namun, saya merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.

Bandung, Juni 2021

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


Daftar Isi ........................................................................................................................................ iii
BENTUK SEDIAAN ...................................................................................................................... 4
A. Sediaan Tablet ...................................................................................................................... 4
B. Sediaan Suppositoria dan Enema ......................................................................................... 7
C. Sediaan Larutan ( Oral dan Topikal) ................................................................................. 10
D. Sediaan Emulsi (oral dan Topikal) .................................................................................... 13
E. Sediaan Suspensi ................................................................................................................ 14
F. Sediaan Tetes Mata ............................................................................................................ 15
G. Sediaan Tetes Telinga ........................................................................................................ 17
H. Sediaan Tetes Hidung ........................................................................................................ 18
I. Sediaan Gargle dan Mouthwash ........................................................................................ 19
J. Sediaan Semisolida (Gel, Krim, Pasta) .............................................................................. 20
K. Sediaan Aerosol dan Inhaler .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 23

iii
BENTUK SEDIAAN

A. Sediaan Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet adalah sediaan padat dibuat secara kempa
berbentuk cakram pipih atau gepeng, bundar, segitiga, lonjong, mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.

Macam-macam tablet antara lain (Kemenkes RI, 2014:57).


1. Tablet Hisap (Lozenges)
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut
atau hancur perlahan dalam mulut. Digunakan dengan cara dihisap didalam mulut
sampai habis.

2. Tablet Lepas-Lambat
Tablet lepas-lambat atau tablet dengan efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu
setelah obat diberikan.
3. Tablet Kunyah
Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,
terutama multivitamin, antasida dan antabiotik tertentu.

4. Tablet Efervesen
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet
efervesen juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.

5. Tablet Sublingual

5
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet
nitrogliserin merupakan salah satu obat yang mudah diserap dengan cara ini.

6. Tablet Bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi.

7. Tablet Hipodermik
Tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam
air, umumnya dulu digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
8. Tablet Kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja.
9. Tablet Triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.

6
10. Tablet Cetak
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan.

B. Sediaan Suppositoria dan Enema


Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektum, vagina atau uretra,
umumnya meleleh, melunak, atau melarut padaa suhu tubuh.
Enema adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus. Enema dapat
ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air besar,
membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan operasi, serta memberikan sensasi
berbeda dalam teknik berhubungan.

Suppositoria Enema
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :
1. Supositoria Rectal

7
Sering disebut sebagai supositoria saja, berbentuk peluru, digunakan lewat rektum atau
anus. Menurut FI edisi III bobotnya antara 2-3 gram, yaitu untuk dewasa 3 g dan anak
2 g, sedangkan menurut FI edisi IV kurang lebih 2 g. Supositoria rektal berbentuk
torpedo mempunyai keunggulan, yaitu jika bagian yang besar masuk melalui jaringan
otot penutup dubur, supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.

Cara penggunaan supositoria :


a. Cuci tangan.
b. Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengansedikit air.
c. Pasien dibaringkan dalam posisi miring.
d. Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung jari.
e. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
2. Supositoria vaginal (ovula)
Berbentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat antara 3-5 g,
menurut FI III 3-6 g, umumnya 5 g.

Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator:


a. Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat, sebelum digunakan.

8
b. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan. Ambil obat vagina dengan
menggunakan aplikator.
c. Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan.
d. Biarkan selama beberapa waktu.
e. Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat setelah digunakan.
3. Supositoria uretra (bacilli, bougies)

Digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang antara 7-14 cm. Supositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya 2 g, inipun bila Oleum Cacao sebagai
basisnya.

Jenis- jenis enema :


1. Cleansing Enema
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan feses.

2. Carminative Enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60-80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid.
Cairandipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 – 3 jam), untuk
melunakkan feses danlubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses.
Antibiotik enema digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema
untuk membunuh cacing parasit, nutritive enemauntuk memberikan cairan dan nutrien
pada rektum.

9
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus. Sekitar 100 – 200 cc cairan
dimasukkan ke dalam rektuum dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 – 5 x sampai flatus keluar dan distensi abdomen berkurang.

C. Sediaan Larutan ( Oral dan Topikal)


Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang yang
terlarut.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberiaan oral, mengandung satu
zat atau lebih dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna.Laerutan oral
dapat diformulasikan langsung kepada pasien secara oral (Depkes RI, 1995).
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga
pelarut lain, misalnya etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit atau
dalam hal larutan lidokain oral topikal dan untuk penggunaan pada permukaan mukosa
mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio (Depkes RI, 1995).

Macam – macam sediaan larutan oral :


1. Sirup
Merupakan larutan oral yang mengandung sukrosa, gula lain, atau senyawa poliol
(sorbitol, gliserin).

10
2. Eliksir
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai
kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat.

3. Potio
Adalah larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral),
dibuatsedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosistunggal dalam volume
yang besar, umumnya 50ml.

11
4. Netralisasi, Saturatio, Potio Effervescent
Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksiselesai dan larutan bersifat netral Contoh : SolutioCitratis
Magnesici.
Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa
tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

5. Guttae atau obat tetes


Adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan
lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan larutan
tersebut dengan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope
Indonesia. Biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atauminuman atau dapat
diteteskan langsung kedalam mulut.

Macam-macam sediaan larutan topikal :


1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan
untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
3. Gargarisma

12
Gargarisma / obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam
keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan
untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Contohnya : Betadin gargle.
4. Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
5. Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet.
6. Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau mulut, atau
disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan.
7. Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
8. Epithema / Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat
yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan
osmose digunakan untuk mngeringkan luka bernanah.
9. Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam
mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam gliserin (Lahman. L, 1994).

D. Sediaan Emulsi (oral dan Topikal)


Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi dimana fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (emulgator). Fase cairan

13
terdispersi disebut fase dalam, sedangkan fase cairan pembawanya disebut fase luar
(Anonim, 1978).
Emulsi oral, umumnya emulsi tipe o/w karena rasa dan bau minyak yang tidak enak
dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil
lebih mudah dicerna
Emulsi topikal, umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki

Emulsi Oral

Emulsi Topikal

E. Sediaan Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahanendapan harus segera
terdispersi kembali. Suspensi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang (Departemen Kesehatan RI, 1979)

14
Contoh sediaan Suspensi Oral :

Contoh Sediaan Suspensi Topikal

F. Sediaan Tetes Mata


Tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk
mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir di sekitar kelopak mata atau bola
mata. Tetes mata dibuat dengan cairan pembawa berair yang mengandung pengawet
(FI Edisi III, 1979). Fungsi pengawet untuk mencegah fermentasi, pengasaman,
penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme (BPOM, 2013)
Cara penggunaan obat tetes mata yang benar yaitu (PIONAS, 2018b) :
a. Mencuci tangan hingga bersih,
b. Miringkan kepala ke belakang, dengan lembut pegang kelopak luar bawah tepat di
bawah bulu mata dan tarik kelopak mata jauh dari mata
c. Letakkan penetes sedekat mungkin dengan bagian mata tanpa menyentuh bagian
mata
d. Setelah memberikan satu tetes, lihat ke bawah selama beberapa detik

15
e. Lepaskan kelopak mata perlahan, menjaga mata tertutup selama 1-2 menit, dengan
jari
f. Tekan dengan lembut di atas pembukaan saluran air mata di bagian dalam sudut
mata, hapus cairan berlebih dari sekitar mata

Contoh Sediaan Tetes Mata

Ophthalmic Sulution Ophthalmic Suspension

16
Ophthalmic Emulsion

G. Sediaan Tetes Telinga


Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga
dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Cairan pembawanya biasanya bukan
air, kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes telinga biasanya memilki derajat keasaman
sekitar 5,0-6,0 (Direktorat Jendral POM RI, 1979).
Cara penggunaan tetes telinga (anonim, 2019) :
a. Tidur dan miringkan kepala sehingga telinga yang diobati menghadap ke atas.
b. Untuk membuat lubang telinga lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita
dewasa telinga ditarik ke atas dan ke belakang sedangkan bagi anak-anak telinga
ditarik ke bawah dan ke belakang
c. Teteskan tetes telinga pada saluran telinga.
d. Diamkan selama 5 menit sehingga obat mengalir.
e. Lap ujung penetes dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan rapat
Macam-macam sediaan tetes telinga :
1. Larutan untuk menghilangkan serumen
2. Sediaan antiseptik
3. Sediaan antijamur
4. Sediaan Anestetika
5. Tetes antimikroba

Beberapa contoh sediaan tetes telinga :

17
H. Sediaan Tetes Hidung
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Obat Tetes Hidung adalah obat tetes yang
digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet .

Cara penggunaan obat tetes hidung


a. Cuci tangan.Bersihkan hidung.
b. Tengadahkan kepala. Teteskan obat di lubang hidung.
c. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk ke lubang hidung.
d. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan dengan kertas tisu
kering.
e. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

Beberapa contoh sediaan tetes hidung :

18
I. Sediaan Gargle dan Mouthwash
Menurut Farmakope Indonesia edisi III obat kumur (gargarisma/gargle)
adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum
digunakan, dimaksudka untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi
tenggorokan.

Obat kumur merupakan larutan yang mengandung zat berkhasiat antibakteri untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme dalam mulut, digunakan sebagai pembilas rongga
mulut, mudah digunakan, dan dapat mencapai area permukaan di dalam rongga mulut
yang sulit dicapai oleh sikat gigi. Obat kumur dapat mengandung zat berkhasiat sintetis
atau yang berasal dari bahan alam (Wardani, 2012).

Obat kumur dalam penggunaannya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Sagarin dan
Gershon, 1972) :
a. Sebagai kosmetik; hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau penghilang bau
mulut.
b. Sebagai terapeutik; untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.
c. Sebagai kosmetik dan terapeutik

Beberapa Contoh sediaan gargarisma dan mouthwash :

19
J. Sediaan Semisolida (Gel, Krim, Pasta)
Sediaan semisolid/semipadat farmasi didefinisikan sebagai produk topikal yang
ditujukan untuk aplikasi pada kulit atau membran mukosa untuk mencapai efek lokal
dan kadang-kadang efek sistemik. Sediaan semisolid yang digunakan pada kulit
umumnya berfungsi sebagai pembawa pada obat-obat topikal, sebagai emolien, atau
sebagai mantel oklusif. Secara umum, sediaan semisolid adalah formulasi yang terdiri
atas dua fase (minyak dan air) dimana salah satunya merupakan fase kontinyu (fase
luar) dan yang lain merupakan fase terdispersi (fase dalam).
Macam- macam Sediaan Semisolid :
a. Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).

b. Krim
Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa padat berupa emulsi
yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%. Krim ada dua
tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M).

20
c. Pasta
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Pasta adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topikal.
Macam-macam pasta :
a. Pasta berlemak
Adalah suatu pasta yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
b. Pasta kering
Adalah suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
c. Pasta pendingin
Adalah campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair.

21
K. Sediaan Aerosol dan Inhaler
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, aerosol adalah sediaan yang mengandung satu
atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau
campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat
digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cukup.
Inhaler adalah sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam tubuh
melalui paru-paru.
Cara penggunaan inhaler :
a. Kocok dan buka tutup inhaler
b. Inhalasi dengan perlahan
c. Mouthpiece diletakkan diantara gigi dan bibir kemudian dirapatkan
d. Memulai menghirup napas pelan melalui mulut, dan sekaligus menekan kanister
Agar obat keluar
e. Tahan napas selama 10 detik

22
Daftar Pustaka

Kurniasari, L. 2010. EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN


TETES TELINGA PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP KIMIA FARMA
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JUNI-JULI 2010. Skripsi , 9.
Laila, A. N. 2019. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Daerah Joyoboyo Tentang Penyakit Mata
dan Sediaa Obat Mata. Jurnal Farmasi komunitas, 10.
Renita. 2018. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purwokerto : Universitas Purwokerto
Kamallita, WS. 2018. Metode Penetapan Kadar Benzalkonium Klorida Menggunakan KCKT.
Semarang: Universitas Wahid Hasyim.
Ririn, A. I. 2013. Formulasi Sediaan Mouthwash Dari Sari Buah (Piper betle L.) Varietas
Siriboah. Jurnal Farmasi, 153-154.
Pratama, E. d. 2018. Formulasi Sediaan Gargarisma Dari Ekstrak Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L) Sebagai Anti Kandidiasis. Jurnal Farmasi, 11-12.
Parfita, Nani dan Karina Citra Rani. 2018. Buku Ajar Sediaan Tablet Orodispersibel. Surabaya:
Universitas Surabaya .

23

Anda mungkin juga menyukai