Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

”Nasal Spray Ipratropium Bromide 21 /dose”

Disusun oleh:

Nova Erliyanti

P17335120053

Pembimbing Praktikum:

Nikky Noviapratami, S.Farm.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2022
NASAL SPRAY IPRATROPIUM BROMIDE 21 /dose

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan preformulasi pembuatan dan evaluasi sediaan nasal spray
ipratropium bromide 21 /dose.

II. PENDAHULUAN
Ipratropium bromide adalah ammonium antimuskarinik. Ini digunakan dengan
inhalasi sebagai bronkodilator dalam pengobatan reversible kronik. Ipratropium
bromide, mengingat intranasal, juga digunakan dalam pengelolaan rinorea terkait
dengan rhinitis (Martindale 38th, hlm. 1212).
Ipratropium bromide digunakan secara intranasal untuk pengobatan rinorea
pada alergi dan non alergi. Ini juga meredakan rinore dan bersin tekait dengan flu
biasa, atau dengan kortikosteroid intranasal atau xylometazoline (Martindale 38th,
hlm. 1212).
Sebagai agen tunggal, ipratropium diindikasikan untuk menghilangkan gejala
rinorea yang terkait dengan pilek atau rhinitis alergi musiman untuk pasien 5 tahun
atau lebih. Itu tidak mengurangi hidung tersumbat atau bersin (Drugbank, 2022).
Rinorea mengacu pada secret hidung berair yang berlubang atau kronis.
Kondisi ini melemahkan dan pathogenesis serta etiologinya kompleks dan tidak
dipahami dengan baik sehingga menimbulkan beban biaya yang sangat besar
(Drugbank, 2022).
Mekanisme kerja dari ipratropium bromide yaitu ipratropium bertindak
sebagai antagonis reseptor asetilkolin muskarinik. Efek ini menghasilkan
penghambatan system saraf parasimpatik di saluran udara dan karenanya,
menghambat fungsinya. Fungsi system parasimpatik di jalan napas adalah untuk
menghasilkan sekresi bronkial dan penyempitan dan karenanya, penghambatan
tindakan ini dapat menyebabkan bronkodilatasi dan lebih sedikit sekresi (Drugbank,
2022).
Rinitis alergi adalah salah satu penyakit akibat manifestasi reaksi
hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE) dengan
mukosa hidung sebagai sasaran utama dengan gejala hidung gatal, bersin-bersin,
rinorea dan obstruksi hidung. Rinorea akan mengakibatkan seseorang untuk bernapas
melalui mulut (mouth breathing) dan akan mengakibatkan mandibular dan lidah
bergerak ke bawah, hal tersebut mengakibatkan penurunan diameter musculus dilator
saluran napas atas dan penurunan diameter faring, kedua keadaan tersebut akan
mengakibatkan obstruksi/ terhentinya aliran udara pada pernapasan mulut dan akan
mengakibatkan OSA (Obstruksi Sleep Apnea) atau yang biasa disebut gangguan
napas saat tidur (Setiawan, 2015). Oleh karena itu, dibuat sediaan nasal spray untuk
pengobatan rhinorrhea dengan bahan aktif yang mengandung ipratropium bromide
untuk menghilangkan gejala rinorea yang terkait dengan pilek atau rhinitis alergi
musiman (Drugbank, 2022).

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Nasal Spray
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi - bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup, sehingga sediaan ini harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari bahan - bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi. Semua bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan
harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jeniskontaminasi, apakah
kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologisnya (Priyambodo, B., 2007).
Semprotan dapat didefinisikan sebagai larutan berair atau mengandung
minyak dalam bentuk tetesan kasar atau sebagai padatan yang terbagi halus untuk
diterapkan. Topikal, paling sering ke saluran nasofaring atau kulit. Banyak komersial
semprotan digunakan secara intranasal untuk meredakan hidung tersumbat dan
peradangan dan untuk mengurangi infeksi dan mengandung antihistamin, agen
simpatomimetik, dan zat antibiotic. Karena sifatnya yang non invasive dan kecepatam
yang dapat digunakan oleh semprotan hidung memberikan obat secara sistemik, di
masa depan, beberapa obat yang biasanya telah diberikan melalui rute lain dapat
diambil secara nasal (Ansel 10th, hlm. 426).
Semprotan lain yang digunakan untuk melawan lunburn dan heart burn
mengandung anestesi local, antiseptic, pelindung kulit, dan antipruritis. Semprotan
tenggorokan yang mengandung antiseptic, deodorant, dan perasa mungkin efektif
digunakan untuk meringankan kondisi seperti halitosis, sakit tenggorokan, dan
laryngitis. Semoprotan lain mengobati kaki atlit dan lainnya infeksi jamur. Banyak
obat lainnya dan penggunaan kosmetik dari semprotan biasanya tersedia di apotek.
Untuk memecah larutan menjadi partikel-partikel kecil sehingga dapat disemprotkan
secara efektif atau memudahkan penyemprotan bubuk, beberapa perangkat mekanis
biasanya dipekerjakan (Ansel 10th, hlm. 426).
Obat semprot hidung adalah obat spray yang digunakan untuk hidung dengan
cara spray obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi,
pendapar, dan pengawet. Cairan pembawa umumnya menggunakan air. Cairan
pembawa sebaiknya mempunyai pH 5,5 – 7,5, kapasitas dapar sedang, isotonis atau
hampir isotonis. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa karena dapat menimbulkan pneumonisa. Penyimpanan obat spray
untuk hidung kecuali dinyatakan lain, disimpan dalam wadah tertutup rapat
(Syamsuni, 2006).
Botol semprot plastic, diperas dengan lembut untuk mengeluarkan semprotan
isinya. Hal ini biasa digunakan untuk semprotan dekongestan hidung serta kosmetik,
terutama untuk produk pewangi tubuh. Baru-baru ini, semprotan pompa satu arah
telah dikembangkan untuk memberikan obat ke dalam hidung. Semprotan ini
digunakan untuk kedua resep, seperti Nasalide (Syntex), dan tanpa resep, seperti
Nostrilla (Boehringer Ingelheim), obat-obatan. Keuntungan dari ini dibandingkan
semprotan konvensional adalah bahwa desain mencegah kekurangan kontaminasi
cairan hidung ke dalam botol setelah administrasi, untuk mengatasi virus yang terkait
dengan flu biasa (Ansel 10th, hlm. 426).

3.2 Ipratropium Bromide


Ipratropium adalah obat antikolinergik yang digunakan untuk mengontrol
gejala yang berhubungan dengan bronkospasme pada penyakit paru obstruktif.
Ipratropium adalah turunan kuartener dari atropine yang bertindak sebagai agen
antikolinergik. Hal ini umumnya diberikan melalui inhalasi yang memungkinkan
menghasilkan efek local tanpa menimbulkan penyerapan sistemik yang signifikan
(Drugbank, 2022).
Ipratropium bromide adalah ammonium antimuskarinik. Ini digunakan dengan
inhalasi sebagai bronkodilator dalam pengobatan reversible kronik. Ipratropium
bromide, mengingat intranasal, juga digunakan dalam pengelolaan rinorea terkait
dengan rhinitis (Martindale 38th, hlm. 1212).
Ipratropium inhalasi diindikasikan dalam kombinasi dengan kortikosteroid
sistemik beta-agonis inhalasi untuk pengelolaan eksaserbasi parah dari serangan asma
yang memerlukan pengobatan. Eksaserbasi asma ditandai dengan peningkatan
progresif pada satu atau lebih gejala asma disertai dengan penurunan aliran ekspirasi
(Drugbank, 2022).
Sebagai agen tunggal, ipratropium diindikasikan untuk menghilangkan gejala
rinorea yang terkait dengan pilek atau rhinitis alergi musiman untuk pasien 5 tahun
atau lebih. Itu tidak mengurangi hidung tersumbat atau bersin (Drugbank, 2022).
Rinorea mengacu pada secret hidung berair yang berlubang atau kronis.
Kondisi ini melemahkan dan pathogenesis serta etiologinya kompleks dan tidak
dipahami dengan baik sehingga menimbulkan beban biaya yang sangat besar
(Drugbank, 2022).
Selain itu, ipratropium diindikasikan sebagai bronkodilator untuk perawatan
pemeliharaan bronkospasme yang terkait dengan penyakit paru obstruktif kronik
termasuk bronchitis kronis emfisema. Penyakit paru obstruktif kronik mencakup
sejumlah besar kondisi ditandai dengan sesak napas (Drugbank, 2022).
Ipratropium juga telah dipelajari untuk digunakan untuk pengobatan
sialorrhea. Sialorrhea adalah gejala umum yang menyertai kondisi neurologis yang
berbeda dan ditandai dengan air liur atau air liur yang berlebihan (Drugbank, 2022).
Mekanisme kerja dari ipratropium bromide yaitu ipratropium bertindak
sebagai antagonis reseptor asetilkolin muskarinik. Efek ini menghasilkan
penghambatan system saraf parasimpatik di saluran udara dan karenanya,
menghambat fungsinya. Fungsi system parasimpatik di jalan napas adalah untuk
menghasilkan sekresi bronkial dan penyempitan dan karenanya, penghambatan
tindakan ini dapat menyebabkan bronkodilatasi dan lebih sedikit sekresi (Drugbank,
2022).
IV. FORMULASI
4.1 Ipratropium Bromide
Bahan aktif/ Rumus Ipratropium Bromide/ C20H30BrNO3.H2O
kimia (British Pharmacopeia, hlm.2019)
Struktur kimia

(British Pharmacopeia, hlm.2019)


Pemerian Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih.
(British Pharmacopeia, hlm.2019)
Kelarutan Mudah larut dalam methanol, larut dalam air, sedikit larut
dalam methanol, sedikit larut dalam etanol (96%).
(British Pharmacopeia, hlm.2019)
Stabilitas
 Panas  Terdekomposisi pada suhu 230 (British Pharmacopeia,
hlm.2019)
 Hidrolisis/oksidasi  Ipratropium bromide teroksidasi (International Jorunal of
Pharmacy Practice)
 Cahaya  Ipratropium bromide harus terlindung dari cahaya (British
Pharmacopeia, hlm.2019)
 pH stabilitas API  pH stabilitas = 4,7 (West – Ward Pharmaceutical Corp.)
Inkompatibilitas Compatibel dengan oksidator kuat
(British Pharmacopeia, Safety Data Sheet)
pH sediaan 5,0 – 7,5
berdasarkan FI (FI VI, hlm. 1533) (British Pharmacopeia, hlm.2019)
Bentuk sediaan yang Inhalasi, Nebulizer, Nasal Spray
telah didistribusikan (BNF 81th, hlm. 1249)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan : Monohidrat
Bentuk sediaan : Larutan
Cara sterilisasi sediaan : Dapat disterilkan dengan panas kering menggunakan oven pada
suhu 170 selama 60 menit
Kemasan : Disimpan di tempat yang sejuk
Tipe administrasi sediaan injeksi : Topical
Tipe sediaan : Multiple dose

4.2 Bahan Tambahan


4.2.1 Natrium Metabisulfit
Nama bahan/ Rumus Natrium Metabislfit/ Na2S2O5
kimia (HOPE 8th, hlm. 873)
Struktur kimia

(Pubchem, 2022)
Pemerian Kristal prismatic tidak berwarna atau sebagai bubuk kristal
putih hingga putih krem yang memiliki bau belerang dioksida
dan rasa asam dan asin.
(HOPE 8th, hlm. 873)
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol (95%), bebas larut dalam gliserin,
larut dalam (1:1,9) bagian air, larut dalam (1:1,2) bagian air.
(HOPE 8th, hlm. 873)
Stabilitas
 Panas  Meleleh dengan dekomposisi pada suhu kurang dari 150
(HOPE 8th, hlm. 873)
 Hidrolisis/oksidasi  Pada paparan udara dan kelembaban, natrium metabisulfit
perlahan-lahan teroksidasi menjadi natrium sulfat dengan
disintegrasi kristal (HOPE 8th, hlm. 873)
 Cahaya 
 pH stabilitas API  pH = 3,5 – 5,0 untuk 5% w/v aqueous solution at 20
(HOPE 8th, hlm. 873)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan :
Kemasan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat
yang sejuk dan kering.
(HOPE 8th, hlm. 873)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
 National Center of Biotechnology Information. Sodium Metabisulfit. Pubchem
Compound Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
metabisulfite

4.2.2 Benzalkonium Klorida


Nama bahan/ Rumus Benzalkonium Klorida/ [C6H5CH2N(CH3)2R]Cl
kimia (HOPE 8th, hlm. 96)
Struktur kimia

(HOPE 8th, hlm. 96)


Pemerian Putih atau putih kekuningan, bubuk amorf, atau serpihan agar-
agar. Higroskopis sabun saat disentuh, dan memiliki bau
aromatic ringan dan rasa sangat pahit.
(HOPE 8th, hlm. 96)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter; sangat larut dalam aseton, etanol
(95%), methanol, propanol, dan air.
(HOPE 8th, hlm. 97)
Stabilitas
 Panas  Melting point 24-37 (HOPE 8th, hlm. 96)
 Hidrolisis/oksidasi  Bersifat higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh udara
(HOPE 8th, hlm. 97)
 Cahaya  Dapat dipengaruhi oleh cahaya (HOPE 8th, hlm. 97)
 pH stabilitas API  pH = 5-8 untuk 10% larutan aqueous (HOPE 8 th, hlm. 97)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15
menit tekanan 15 Psi
(HOPE 8th, hlm. 97)
Kemasan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan kontak
dengan logam, di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 8th, hlm. 97)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.

4.2.3 Dinatrium EDTA


Nama bahan/ Rumus Disodium Edetate/ C10H14N2Na2O8
kimia (HOPE 8th, hlm. 347)
Struktur kimia

(HOPE 8th, hlm. 347)


Pemerian Kristal putih, serbuk tidak berbau, dengan sedikit rasa asam.
(HOPE 8th, hlm. 347)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam
etanol 95%, larut dalam N bagian air.
(HOPE 8th, hlm. 347)
Stabilitas
 Panas  Terdekomposisi pada suhu 252 (HOPE 8th, hlm. 347)
 Hidrolisis/oksidasi  Higroskopis dan tidak stabil saat terpapar kelembaban
(HOPE 8th, hlm. 348)
 Cahaya 
 pH stabilitas API  4,3 – 4,7 (HOPE 8th, hlm. 347)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 selama
15 menit tekanan 15 Psi
(HOPE 8th, hlm. 348)
Kemasan : Harus disimpan dalam wadah bebas alkali, tertutup baik di tempat yang sejuk
dan tempat yang kering.
(HOPE 8th, hlm. 347)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.

4.2.4 Hypromellose (HPMC)


Nama bahan/ Rumus Hypromellose (HPMC)/ CH2CH(OH)CH3
kimia (HOPE 8th, hlm. 468)
Struktur kimia

(HOPE 8th, hlm. 468)


Pemerian Tidak berbau dan tidak berasa, putih atau putih krem, bubuk
berserat.
(HOPE 8th, hlm. 468)
Kelarutan Larut dalam air dingin, membentuk koloid kental larutan;
praktis tidak larut air panas, kloroform, etanol (95%), eter, dan
toluene, tetapi larut dalam campuran methanol dan
diklorometana, dan campuran air dan alkohol.
(HOPE 8th, hlm. 469)
Stabilitas
 Panas  mengalami transformasi larutan-gel refersibel pada
pemanasan dan pendinginan. Suhu gelasi berkiasar antara
50 - 90 (HOPE 8th, hlm. 469)
 Hidrolisis/oksidasi 
 Cahaya  Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 pH stabilitas API  pH API = 5,0 – 8,0
 pH stabilitas = 3 – 11
(HOPE 8th, hlm. 469)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit
tekanan 15 Psi.
(HOPE 8th, hlm. 469)
Kemasan : Di simpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 8th, hlm. 469)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
4.2.5 Natrium Klorida
Nama bahan/ Rumus Natrium Klorida/ NaCl
kimia (HOPE 8th, hlm. 854)
Struktur kimia

(Pubchem, 2022)
Pemerian Bubuk kristal putih tidak berwarna rasa asin.
(HOPE 8th, hlm. 854)
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, etanol 95% (1:250), gliserin (1:10),
air (1:2,8) dan (1:2,6) pada suhu 100 .
(HOPE 8th, hlm. 854)
Stabilitas
 Panas  Ketika dipanaskan hingga terurai, ia mengeluarkan asap
beracun asam klorida dan dinatrium oksida (Pubchem,
2022)
 Hidrolisis/oksidasi  Stabil dalam air tetapi menyebabkan pemisahan partikel
lain dari wadah kaca tertentu. (HOPE 8 th, hlm. 856)
 Cahaya  Harus terlindung dari cahaya
 pH stabilitas API  6,7 – 7,3 (HOPE 8th, hlm. 856)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit
tekanan 15 Psi.
(HOPE 8th, hlm. 856).
Kemasan : wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
(HOPE 8th, hlm. 856)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
 National Center of Biotechnology Information. Sodium Hydroxide. Pubchem
Compound Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-chloride

4.2.6 Natrium Hidroksida


Nama bahan/ Rumus Natrium Hidroksida/ NaOH
kimia (HOPE 8th, hlm. 866)
Struktur kimia

(Pubchem, 2022)
Pemerian Massa leburan putih atau hampir putih, tersedia dalam pellet
kecil, serpih, tongkat, dan bentuk atau bentuk lainnya.
(HOPE 8th, hlm. 866)
Kelarutan Pelarut : Kelarutan pada 20 :
Ethanol (95%) 1 dari 7,2
Ether Praktis tidak larut
Glycerin Larut
Methanol 1 dari 4,2
Water 1 dari 0,9
(HOPE 8th, hlm. 867)
Stabilitas
 Panas  Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 Hidrolisis/oksidasi  Saat terkena udara, NaOH dengan cepat menyerap
kelembaban udara dan mencairkan, tetapi kemudian
menjadi padat lagi karena penyerapan CO 2 dan
pembentukan Na2CO3. (HOPE 8th, hlm. 867)
 Cahaya  Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 pH stabilitas API  pH sediaan dalam larutan berair 12-14 (HOPE 8th, hlm.
866)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
Kemasan : Harus disimpan dalam non logam kedap udara, disimpan di tempat yang sejuk
dan kering
(HOPE 8th, hlm. 867)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
 National Center of Biotechnology Information. Sodium Hydroxide. Pubchem
Compound Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
hydroxide

4.2.7 Asam Klorida


Nama bahan/ Rumus Asam Klorida/ HCl
kimia (HOPE 8th, hlm. 441)
Struktur kimia H – Cl
(HOPE 8th, hlm. 441)
Pemerian Air yang jernih, tidak berwarna, dan berasap larutan hydrogen
klorida, dengan bau yang menyengat.
(HOPE 8th, hlm. 441)
Kelarutan Larut dengan air; larut dalam dietil eter, etanol (95%), dan
methanol.
(HOPE 8th, hlm. 441)
Stabilitas
 Panas  Stabilitas termal tinggi. Ketika dipanaskan untuk terurai, ia
mengeluarkan asap beracun Cl- (Pubchem, 2022)
 Hidrolisis/oksidasi  Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 Cahaya Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 pH stabilitas API pH sediaan dalam larutan berair 0,1 (HOPE 8th, hlm. 441)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
Kemasan : Harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, kaca atau lainnya wadah
inert pada suhu dibawah 30
(HOPE 8th, hlm. 441)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8 th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
 National Center of Biotechnology Information. Sodium Chloride. Pubchem
Compound Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrochloric-
acid

4.2.8 Water For Injection


Nama bahan/ Rumus Water For Injectino (WFI)/ H2O
kimia (HOPE 8th, hlm. 1012)
Struktur kimia

(Pubchem, 2022)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
(FI VI, hlm. 70)
Kelarutan Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar.
(HOPE 8th, hlm. 1012)
Stabilitas
 Panas  Tidak ditemukan pada FI, HOPE, USP dan Jurnal.
 Hidrolisis/oksidasi  Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik (es,
cair, dan uap air). (HOPE 8th, hlm. 1012)
 Cahaya  Stabil dalam semua keadaan (HOPE 8th, hlm. 1012)
 pH stabilitas API  5,0-7,0 (HOPE 6th, hlm. 767)
Kesimpulan :
Cara sterilisasi bahan : Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 121 tekanan 15 Psi
selama 15 menit.
Kemasan : Dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastic, tidak lebih besar dari 1 L.
Wadah kaca lebih baik dari kaca tipe I atau II.
(FI VI, hlm. 70)
Pustaka :
 Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
 Rowe, Raymond C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition.
London: The Pharmaceutical Press.
 Kemenkes Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan
 National Center of Biotechnology Information. Water. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Water
V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Ipratropium Bromide 0,021% Bahan Aktif
2. Natrium Metabisulfit 0,01% Antioksidan
3. Benzalkonium Klorida 0,01% Pengawet
4. Dinatrium EDTA 0,01% Chelating Agent
5. Hypromellose (HPMC) 2% Viscosity Agent
6. Natrium Klroida 0,840765% Pengisotonis
7. Natrium Hidroksida 0,01 N ad pH 6,5 Adjust pH
8. Asam Klorida 0,01 N ad pH 6,5 Adjust pH
9. Water For Injection (WFI) ad 100% Pembawa

VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR, mEq/L


21 g/ml = 0,021 mg/dose

= 0,21 mg/ml

100% = 0,021%

6.1 Perhitungan Tonisitas


6.1.1 Ipratropium Bromide 0,021%

E = 17

= 17

= 0,075
E = 0,021% 0,075
= 0,001575%
6.1.2 Natrium Metabisulfit 0,01%
Nilai D = 0,206 / 0,5%

Nilai D dalam formula = 0,206

= 0,0041
6.1.3 Benzalkonium Klorida 0,01%
Nilai D = 0,048 / 0,5%

Nilai D dalam formula = 0,048

= 0,00096
6.1.4 Dinatrium EDTA 0,01%
Nilai D = 0,070 / 0,5%

Nilai D dalam formula = 0,070

= 0,0014
6.1.5 Hypromellose (HPMC) 2%
BM = 1261,4
Liso = 1,9

E = 17

= 17

= 0,0256
E = 2% 0,0256
= 0,0512%
Tf Total = 0,001575% + 0,0041% + 0,00096% +
0,0014% + 0,0512%
= 0,059235% (Hipotonis)
NaCl yang dibutuhkan = 0,9% - 0,059235%
= 0,840765%

6.2 Perhitungan Osmolaritas


6.2.1 Ipratropium Bromide 0,021%
W = 1000

= 0,21 g/L
( )
mOsmol/L =

= 1,4637 mOsmol/L
6.2.2 Natrium Metabisulfit 0,01%
W = 1000

= 0,1 g/L
( )
mOsmol/L =

= 1,5781 mOsmol/L
6.2.3 Benzalkonium Klorida 0,01%
W = 1000

= 0,1 g/L
( )
mOsmol/L =

= 0,5556 mOsmol/L
6.2.4 Dinatrium EDTA 0,01%
W = 1000

= 0,1 g/L
( )
mOsmol/L =

= 0,5373 mOsmol/L
6.2.5 Hypromellose (HPMC) 2%
W = 1000

= 20 g/L
( )
mOsmol/L =

= 15,8554 mOsmol/L
6.2.6 NaCl 0,840765%
W = 1000

= 8,40765 g/L
( )
mOsmol/L =
=

= 287,7361 mOsmol/L
6.2.7 Osmolaritas Total = 1,4637 + 1,5781 + 0,5556 + 0,5373 + 15,8554 +
287,7361
= 307,7262 mOsmol/L (Isotonis)

VII. PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat 6 wadah (@10 ml) 6 10 ml = 60 ml
Penimbangan dibuat sebanyak 70 ml berdasarkan pertimbangan volume terpindahkan
dan kehilangan selama proses produksi.
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Ipratropium Bromide 0,021% 70 mL = 0,0147 gram
0,0147 g + (5% 0,0147 g) = 0,015435 gram
Kelarutan : Larut dalam air (10-30)
0,015435 30 = 0,441735 ml
2. Natrium Metabisulfit 0,01% 70 mL = 0,007 gram
Kelarutan : Larut dalam air (1:3,5)
0,007 3,5 = 0,0245 ml
3. Benzalkonium Klorida 0,01% 70 mL = 0,007 gram
Kelarutan : Sangat larut dalam air (< 1)
0,007 1 = 0,007 ml
4. Dinatrium EDTA 0,01% 70 mL = 0,007 gram
Kelarutan : Larut dalam air (10-30)
0,007 30 = 0,21 ml
5. Hypromellose (HPMC) 2% 70 mL = 1,4 gram
Kelarutan : Larut dalam air (10-30)
1,4 20 = 28 ml
6. Natrium Klorida 0,840765% 70 mL = 0,58853 gram
Kelarutan : 1 bagian NaCl larut dalam 28 bagian air
0,58853 28 = 16,47884 ml
7. Natrium Hidroksida 0,01 N ad pH 6,5
8. Asam Klorida 0,01 N ad pH 6,5
9. Water For Injection ad 100% 70 ml – (0,015435 + 0,441735 + 0,007 + 0,0245 +
0,007 + 0,007 + 0,007 + 0,21 + 1,4 + 28 + 0,58853 +
16,47884) ml
70 ml – 47,18704 = 22,81296 ml = 23 ml
VIII. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG PROSEDUR
Ruang Sterilisasi 1. Semua alat dan bahan disterilisasi dengan cara masing-
(Grade C) masing, gelas kimia ditara dahulu sebelum disterilisasi.
2. Pembuatan air steril pro injeksi : 70 ml aquadest
disterilkan dengan autoklaf 121 selama 15 menit
tekanan 15 Psi.
3. Setelah disterilisasi semua alat dan wadah dimasukkan ke
dalam white area melalui transfer box.
Ruang Penimbangan 1. Ipratropium Bromide ditimbang sebanyak 0,0147 gram
(Grade D) menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
2. Natrium Metabisulfit ditimbang sebanyak 0,007 gram
menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
3. Benzalkonium Klorida ditimbang sebanyak 0,007 gram
menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
4. Dinatrium EDTA ditimbang sebanyak 0,007 gram
menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
5. Hypromellose (HPMC) ditimbang sebanyak 1,4 gram
menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
6. Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,58853 gram
menggunakan kaca arloji diatas kertas perkamen pada
timbangan analitik.
7. Diukur Water For Injection (WFI) untuk
mengembangkan Hypromellose (HPMC) sebanyak 28
ml.
Ruang Pencampuran 1. Meja kerja dibagi menjadi tiga area, yaitu area bersih,
(Grade D) area kerja, dan area kotor. Meja dan sarung tangan
didesinfeksi dengan alcohol 70%.
2. Alat dan bahan disiapkan.
3. Ipratropium bromide sebanyak 0,0147 gram dilarutkan
dalam WFI sebanyak 0,441735 ml, dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 ml (utama). Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml WFI, kemudian ipratropium bromide yang
dilarutkan diaduk dengan batang pengaduk.
4. Dikembangkan hypromellose (HPMC) sebanyak 1,4
gram dilarutkan dalam 28 ml WFI, dimasukkan ke dalam
mortir, lalu ditunggu hingga larut. Setelah larut, digerus
hingga homogeny. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
kimia utama, diaduk dengan batang pengaduk.
5. Natrium metabisulfit sebanyak 0,007 gram dilarutkan
dalam 0,245 ml WFI dalam gelas kimia 50 ml, diaduk
dengan batang pengaduk. Kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia utama, diaduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml WFI.
6. Benzalkonium Klorida sebanyak 0,007 gram dilarutkan
dalam 0,007 ml WFI dalam gelas kimia 50 ml, diaduk
dengan batang pengaduk. Kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia utama, diaduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml WFI.
7. Dinatrium EDTA sebanyak 0,007 gram dilarutkan dalam
0,21 ml WFI dalam gelas kimia 50 ml, diaduk dengan
batang pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
kimia utama, diaduk dengan batang pengaduk. Kaca
arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml WFI.
8. Natrium klorida sebanyak 0,58853 gram dilarutkan dalam
16,47884 ml WFI dalam gelas kimia 50 ml, diaduk dengan
batang pengaduk. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas
kimia utama, diaduk dengan batang pengaduk. Kaca
arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml WFI.
9. Larutan digenapkan 80% (80% 70 ml = 56 ml) dengan
WFI, diaduk dengan batang pengaduk.
10. Dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan pH
indikator, bila nilai pH belum mencapai pH target sediaan
maka ditambahkan pengadjust pH yaitu larutan NaOH
0,01 N atau HCl 0,01 N hingga pH larutan mencapai
target sediaan yaitu 6,5.
11. Larutan digenapkan dengan WFI hingga 100% (100%
70 ml = 70 ml), diaduk dengan batang pengaduk.
12. Larutan dimasukkan ke dalam wadah.
Ruang Filling 1. Sediaan nasal spray diukur dengan spuit atau gelas ukur,
(Grade A masing-masing 10,5 ml tiap wadah nasal spray.
Background B) 2. Sediaan dimasukkan ke dalam wadah nasal spray.
3. Wadah nasal spray ditutup.
Ruang Sterilisasi Dilakukan proses sterilisasi akhir dengan oven pada suhu
170 selama 60 menit.
Ruang Evaluasi 1. Dilakukan evaluasi sediaan.
2. Sediaan diberi etiket, brosur, dan dikemas dalam kemasan
sekunder.

IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan nasal spray ipratropium
bromide 0,21 g/ml. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan preformulasi,
pembuatan sediaan, dan evaluasi sediaan dalam bentuk nasal spray ipratropium
bromide 0,21 g/ml.
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup (Priyambodo, B., 2007). Nasal spray atau obat
semprot hidung adalah obat spray yang digunakan untuk hidung dengan cara spray
obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan
pengawet (Syamsuni, 2006).
Ipratropium bromide adalah serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih
(British Pharmacopeia, hlm. 2019). Ipratropium bromide memiliki kelarutan larut
dalam air, mudah larut dalam methanol, sedikit larut dalam etanol (96%) (British
Pharmacopeia, hlm. 2019). Ipratropium bromide digunakan dengan inhalasi sebagai
bronkodilator dalam pengobatan reversible obstruksi saluran napas, seperti pada asma
dan penyakit paru obstruktif kronik, juga digunakan secara intranasal dalam
pengelolaan rhinorrhea terkait dengan rhinitis (Martindale 38th, hlm. 1212).
Ipratropium bromide dibuat dalam bentuk sediaan nasal spray karena untuk
mengobati rinorea terkait dengan rhinitis. Rinorea Rinorea mengacu pada secret
hidung berair yang berlubang atau kronis. Kondisi ini melemahkan dan pathogenesis
serta etiologinya kompleks dan tidak dipahami dengan baik sehingga menimbulkan
beban biaya yang sangat besar (Drugbank, 2022). Oleh karena itu, dibuat sediaan
nasal spray untuk pengobatan rhinorrhea dengan bahan aktif yang mengandung
ipratropium bromide untuk menghilangkan gejala rinorea yang terkaitt dengan pilek
atau rhinitis alergi musiman (Drugbank, 2022).
Ipratropium bromide dibuat dalam bentuk nasal spray karena kelarutannya
yang larut dalam air. Ipratropium bromide dibuat dalam bentuk sediaan nasal spray
steril, dimana pelarut yang digunakan harus bebas mikroorganisme, sehingga pelarut
yang digunakan adalah water for injection (WFI).
Ipratropium bromide memiliki stabilitas panas terdekomposisi pada suhu
230 (British Pharmacopeia, hlm. 2019), sehingga sediaan disterilisasi dengan
metode panas kering menggunakan oven pada suhu 170 selama 60 menit. Wadah
sediaan yang digunakan adalah wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Sediaan ipratropium bromide digunakan beberapa kali atau multiple dose,
sehingga pada saat pembuatan sediaan perlu ditambahkan pengawet, yaitu
Benzalkonium Klorida untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme ketika dipakai
pada dosis pertama. Pada kemasan atau tube yang digunakan, bagian dalam dari tube
dilapisi oleh polietilen-alumunium. Karena dikhawatirkan logam yang terkandung
dapat mempengaruhi stabilitas dan efek farmakologi sediaan, maka pada saat
pembuatan ditambahkan chelating agent sebagai zat pengompleks logam yang juga
dapat memaksimalkan kerja dari benzalkonium klorida, yaitu dinatrium EDTA.
Ipratropium bromide teroksidasi, sehingga pada saat pembuatan sediaan
ditambahkan antioksidan agar sediaan tidak teroksidasi, yaitu natrium metabisulfit.
Karena sediaan dibuat nasal spray maka perlu ditambahkan peningkat viskositas,
sehingga pada saat pembuatan sediaan ditambahkan viskositas untuk meningkatkan
viskositas, yaitu hypromellose (HPMC). Sediaan nasal spray ipratropium bromide
memiiki nilai tonisitas yang hipotonis, yaitu 0,059235%, sehingga pada saat
pembuatan sediaan ditambahkan zat pengisotonis, yaitu natrium klorida agar isotonis.
Sediaan nasal spray ipratropium bromide stabil pH 4,7 dan memiliki rentang
pH sediaan sekitar 5,0 – 7,5 (British Pharmacopeia, hlm. 2019), sehingga sediaan
dibuat dengan pH target yaitu 6,5. Karena rentang pH sediaan lebih dari atau sama
dengan 2, maka sediaan yang dibuat tidak perlu ditambahkan pendapar. Sediaan
dibuat dengan pH target 6,5, sehingga agar mencapai pH target sediaan maka
ditambahkan pengadjust pH, yaitu NaOH 0,01 N sebagai alkalizing agent dan HCl
0,01 N sebagai acidifying agent.
Volume pembuatan sediaan dilebihkan sebanyak 0,50 ml dan dibulatkan
menjadi 70 ml untuk menghindari kehilangan volume sediaan pada saat proses
pembuatan atau saat sediaan dipindahkan ke dalam wadah. Sediaan nasal spray harus
lulus uji sterilisasi, dengan kata lain kemurniannya harus tinggi, sehingga pada saat
pembuatan sediaan dilakukan penyaringan sebanyak 2 kali dengan mengggunakan
membrane filter ukuran 0,45 m dan 0,22 m.
Evaluasi sediaan nasal spray steril meliputi evaluasi fisik (uji organoleptic, uji
kejernihan, uji penetapan pH, uji penentuan bobot jenis, uji volume terpindahkan, uji
penentuan viskositas, uji kebocoran wadah); dan evaluasi biologi (uji sterilitas dan
uji efektivitas pengawet antimikroba)
Uji organoleptic bertujuan untuk menjamin organoleptic sediaan sesuai
dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan. Uji ini dilakukan dengan
mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna secara makroskopis.
Uji kejernihan yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara membandingkan
larutan uji dengan larutan suspensi padanan segar di bawah cahaya yang terdifusi 5
menit setelah pembuatan suspensi padanan, dengan tegak lurus ke arah bawah tabung
menggunakan latar belakang berwarna hitam. Larutan dianggap jernih apabila sama
dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang
dipersyaratkan (FI VI, 2020, hlm. 2020).
Uji penetapan pH yaitu pengujian yang dilakukan dengan pengukuran pH
menggunakan potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan
sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit ph
menggunakan electrode indicator yang peka, elektroda kaca, dan elektroda
pembanding yang sesuai. Pengukuran dilakukan pada suhu 25 2 , kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi (FI VI, 2020, hlm. 2066).
Uji bobot jenis yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menteapkan bobot piknometer
dan bobot air yang baru didihkan, didinginkan hingga suhu 25 . Atur suhu zat uji
hingga lebih kurang 20 , masukkan cairan ke dalam piknometer (FI VI, 2020, hlm.
2054).
Uji volume terpindahkan yaitu volume yang tertera pada etiket tidak lebih dai
250 ml. Uji ini dilakukan dengan cara tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke
dalam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara
pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit unruk wadah
dosis ganda dan 5 menit untuk wadah dosis tunggal kecuali jika dinyatakan lain
dalam monografi. Jika telah bebas dari gelembung udara, diukur volume dari tiap
campuran (FI VI, 2020, hlm. 2121).
Uji penentuan viskositas bertujuan untuk menjamin viskositas ruahan sesuai
dengan spesifikasi dari produk yang telah ditentukan. Pengujian ini dilajukan dengan
menggunakan alat viscometer hoppler dengan cara mengukur kecepatan bola jatuh
melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap.
Uji kebocoran wadah untuk cairan bening tidak berwarna dilakukan dengan
wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke
dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen
biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan diluar dan dalam wadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru.
Uji sterilitas untuk menetapkan sediaan sudah steril sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pertumbuhan
mikroba pada media tioglikonat dan Soybean Casein Digest. Sediaan dikatakan
memenuhi syarat jika tidak ada pertumbuhan mikroba setelah diinkubasi selama 14
hari (FI VI, hal 1834).
Uji efektivitas pengawet antimikroba dapat dilakukan dalam tiap lima wadah
asli bila volume sediaan tiap wadahnya mencukupi dari wadah sediaan dapat ditusuk
secara aseptic (dengan jarum dan alat suntuk melalui tutup karet elastrometik), atau
dalam lima wadah bakteriologi steril, berukuran mencukupi untuk volume sediaan
yang dipindahkan (FI VI, 2020, hlm. 1828).

X. KESIMPULAN
1. Formula nasal spray Ipratropium Bromide 0,21 g/ml, yaitu Natrium
Metabisulfit, Benzalkonium Klorida, Dinatrium EDTA, Hypromellose
(HPMC), Natrium Klorida, Natrium Hidrokdisa, Asam Klorida dan Water For
Injection (WFI).
2. Sediaan Ipratropium Bromide 0,21 g/ml memiliki osmolaritas sebesar
307,7262 mOsmol/L.
3. Teknik sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi akhir dengan panas kering,
yaitu oven pada suhu 170 selama 60 menit.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Allen, L. V. & Ansel, H. (2014). Ansel’s Dosage Forms and Drug Delivery Systems
Tenth Edition. Tenth Edit. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
BNF. 2021. British National Formulary. 81th Edition. London: The Pharmaceutical
Press.
Drugbank (2022). Drugbank https://go.drugbank.com/drugs/DB00741. Diakses pada
Mei 2022.
National Center of Biotechnology Information. Sodium Chloride. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrochloric-acid
National Center of Biotechnology Information. Sodium Bisulfit. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-metabisulfite
National Center of Biotechnology Information. Sodium Hydroxide. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-chloride
National Center of Biotechnology Information. Sodium Hydroxide. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-hydroxide
National Center of Biotechnology Information. Water. Pubchem Compound
Database. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Water
Priyambodo., B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama
Rawlins, Michael. (2020). British Pharmacopeia Volume I. London: The Stationery
Office.
Rowe, Raymond C. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
Setiawan, Indra. 2015. Hubungan Rinitis Alergi dan Obstruktif Sleep Apneu di Poli
THT RS Universitas Muhammadiyah Malang. Volume 11 No 2.
Sweetman, Sean C. (2014). Martindale: The Complete Drug Reference. 38th Edition.
London: Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: ECG Press.
LAMPIRAN

1. Kemasan
2. Etiket
3. Brosur

Anda mungkin juga menyukai