Kel 1 Pagi Askep-Pterigium
Kel 1 Pagi Askep-Pterigium
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
Puji syukur kami panjatkan terhadap kehadiran Tuhan YME, karena berkat rahmat dan
hidayahnya, Kami dapat menyelesaikan Tugas ini. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam tugas ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PTRIGIUM ”.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan pada kata pengantar ini. Apabila terdapat
kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan makalah ini kami harap untuk memaklumi
karena kami masih proses pembelajaran.
Kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan ...............................................................................................................6
D. Manfaat..............................................................................................................6
BAB II
TEORI TINJAUAN ........................................................................................................7
A. Pengertian..........................................................................................................7
B. Etiologi .............................................................................................................7
C. Patiofisiologi......................................................................................................8
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................10
E. Klasifikasi Dan Grade.......................................................................................10
F. Pemeriksaan Dan Penegakan Diagnostik..........................................................10
G. Penatalaksanaan.................................................................................................11
H. Komplikasi ........................................................................................................12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................13
I. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................13
A. Pengkajian.........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................15
C. Perencanaan.......................................................................................................15
D. Implementasi.....................................................................................................24
E. Evaluasi.............................................................................................................24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................25
1. KESIMPULAN.................................................................................................25
2. SARAN..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................26
3|Page
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4|Page
Indonesia adalah pterigium. Bagian dari mata yang kaitannya sangat erat
terhadap fungsi penglihatan dalam hal ini adalah kornea mata.
Pada penderita pterygium seseorang akan merasakan rasa tidak
nyaman pada bagian mata, kemudian akan mengakibatkan penurunan dari
fungsi penglihatan. Hal ini disebabkan karena terjadi pertumbuhan stroma
konjungtiva bulbi ke arah dalam yang membentuk segitiga dan mengarah pada
kornea mata.
Jika pertumbuhan ini terus terjadi dan bersifat progresif maka akan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan pada penderitanya sehingga
penderita pterygium banyak datang dengan keluhan mengalami gangguan
pada penglihatan.
Pandangan islam mengenai menjaga kesehatan fisik yang kaitannya
dengan fungsi dari anggota tubuh dan indera pada manusia. Manusia
diciptakan Allah sebagai mahluk yang paling sempurna, dimuliakan lebih dari
mahluk lain.
Manusia dijadikan khalifah dimuka bumi, dan diberi tugas untuk
membawa rahmat bagi seluruh alam. Manusia diberikan berbagai nikmat oleh
Allah, nikmat paling tinggi sesudah iman dan islam ialah kesehatan yang harus
kita syukuri oleh segenap manusia dalam hidupnya. Allah SWT juga
menempatkan kesehatan jasad dan alat-alat tubuh sebagai amanat yang
diserahkan kepada manusia untuk dipelihara dengan sebaik-baiknya. Dalam
pengertian untuk dijaga agar berfungsi dengan baik digunakan untuk beramal
sholeh. Allah Swt berfirman pada ayat 1- 4 surat At-Tiin.
B. Rumusan Masalah
5|Page
C. Tujuan
D. Manfaat
6|Page
BAB II
TEORI TINJAUAN
A. Pengertian
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau
konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea.
Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena
biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika
sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium
merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering
kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea.
Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak
begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya
sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah
lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.
Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi
merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses
cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun
pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan
hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan
tindakan medis yang maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya
pembesaran pterygium. Dokter juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping
dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.
B. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu
neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka
yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik
7|Page
matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak
terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab
paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas)
yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula
dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya.
Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di
dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak.
Pencegahan pterigium dapat dilakukan dengan mengenakan kacamata hitam
atau topi saat beraktivitas di luar ruangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
paparan sinar matahari, asap, atau debu yang dapat memicu pterigium. Untuk
mencegah mata terasa kering, kelembapan mata dapat dijaga dengan menggunakan
obat tetes air mata buatan. Selain berguna untuk mencegah pterigium, penggunaan
pelumas pada mata juga dapat mencegah kambuhnya pterigium.
C. Patofisiologi
PATWAYS
8|Page
Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita
Tenjadi iritasi
Menjalar ke kornea
Perubahan
Perubahan rasa nyaman
rasa nyaman Menutupi kornea
(sensasi benda asing di
(Rasa kemeng
mata) di mata,
Sensasi benda asing)
Perubahan
Pandangan kabur persepsi sensori
Risiko Cidera
9|Page
D. Manifestasi Klinis
1. Klasifikasi Pterygium:
a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.
10 | P a g e
2. Grade pada Pterygium :
a. Grade 1:
Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva sklera
masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
b.Grade 2:
Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
c. Grade 3:
Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (20-30 tahun), mudah kambuh.
d.Grade 4:
Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk memastikan
bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari diagnosa banding
lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari
lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola
11 | P a g e
mata dengan magnifikasi dan pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar
untuk terlihat dengan jelas.
G. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila
pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan
bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau
pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering
dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan
bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka perlu
kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh
permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat
pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau secara
tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut
seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
H. Komplikasi
12 | P a g e
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya
menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan
pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan
focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi postooperasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Diplopia
4. Conjungtival graft dehiscence
5. Corneal scarring
6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan
vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium
adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat
memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
13 | P a g e
2. Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya, penglihatan
kabur.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur /
tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
14 | P a g e
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali,
pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun
tindakan operatif yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh
abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan adanya
penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler
3. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
4. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.
Post Operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
15 | P a g e
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas
jaringan.
3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
C. Perencanaan
Pre Operasi
1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing) berhubungan dengan
adanya penebalan konjungtifa bulbi yang menjalar ke kornea.
a. Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman, dan
dapat memahami penjelasan perawat.
b. Kriteria Hasil :
Pasien merasa nyaman.
Pasien dapat rileks
Intervensi Rasional
16 | P a g e
4) Sarankan kepada pasien agar segera
berkonsultasi dengan dokter bila 5) Untuk mempercepat proses
terjadi perubahan yang signifikan penyembuhan.
pada matanya.
5) Sarankan kepada pasien untuk
memakai obat yang telah diresepkan
oleh dokter.
6) Kolaborasi dalam pelaksanaan
eksterpasi pterygium.
Intervensi Rasional
17 | P a g e
3. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
b.Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).
Intervensi Rasional
18 | P a g e
Intervensi Rasional
Post operasi
b. Kriteria hasil :
a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien.
b. Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien: kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesa.
Intervensi Rasional
20 | P a g e
fungsiolaesa). adanya tanda-tanda infeksi.
5) Membantu membunuh
5) Kolaborasi dalam pemberian mikroorganisme patogen.
antibiotika.
2) Memudahkan pasien
2) Orientasikan klien pada
berkomunikasi dengan orang
lingkungan, staf, orang lain di
disekitar.
sekitar.
3) Memudahkan pasien
3) Letakkan barang yang sering
mengambil barang-barang
diperlukan dalam jangkauan .
yang sering digunakan.
Intervensi Rasional
22 | P a g e
sangat kabur. pasien.
3) Bersihkan jalan yang dilewati 3) Untuk menghindari risiko cidera,
pasien dan yakinkan ruangan dalam dan lebih memperjelas penglihatan
keadaan terang. pasien.
4) Anjurkan pasien tidak melakukan 4) Peningkatan tekanan pada bola
aktifitas yang dapat meningkatkan mata yang terdapat luka berisiko
tekanan pada bola mata seperti memperparah cidera pada mata
menunduk, mengedan, dan batuk yang luka.
beruntun.
5) Anjurkan pasien agar tidak miring 5) Tidur kearah mata yang sakit dapat
kearah mata yang sakit/ luka pada menyebabkan meningkatnya
saat tidur. tekanan pada bola mata yang sakit,
sehingga berisiko menyebabkan
6) Anjurkan pasien untuk makan cidera/ pendarahan pada luka.
makanan tinggi serat (sayur- 6) Pencernaan yang lancar
sayuran dan buah-buahan) agar mengurangi kemungkinan pasien
pencernaan menjadi lancar. mengedan saat BAB, sehingga
7) Libatkan keluarga dalam mengurangi risiko cidera.
pengawasan pasien dan membantu 7) Mencegah terjadinya cidera pada
pasien memenuhi kebutuhan sehari- pasien.
hari.
8) Anjurkan keluarga untuk 8) Mencegah terjadinya cidera pada
menciptakan lingkungan yang pasien.
aman bagi pasien misalnya
menjauhkan benda-benda yang
berbahaya di sekitar lingkungan
pasien dan gunakan tempat tidur
yang rendah dengan pagar
pengaman di tepi tempat tidur 9) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
untuk pasien. pada pasien
9) Anjurkan untuk menghindari pasien
melintasi lantai licin
23 | P a g e
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
b. Kriteria hasil: pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya dan cara
perawatannya.
Intervensi Rasional
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
E. EVALUASI
1. Pasien merasa nyaman, dan dapat memahami penjelasan perawat.
2. Tidak terjadi infeksi pada mata pasien.
3. Pasien tidak mengalami cedera.
24 | P a g e
BAB IV
1. KESIMPULAN
Pterigium adalah suatu perluasan fibrovaskular dari conjungtiva yang bertumbuh dan
mengarah ke kornea. Benbentuk seperti daging, berwarna kuning sampai putih. Pada keadaan
ini penderita akan merasa kurang nyaman dan jika perluasaan dari pinguecula ini sudah
25 | P a g e
mencapai bagian dari kornea mata, maka penderitanya akan mengalami penurunan dalam
fungsi penglihatan.
2. SARAN
Diharapkan kepada para petugas medis yang menangani penderita pterigium untuk
memberikan edukasi berupa pencegahan untuk mengurangi risiko terjadinya keparahan pada
penyakit pterigium dengan cara menggukan kacamata sebagai pelindung dari paparan sinar
matahari yang dapat meningkatkan progresifitas pterigium.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
26 | P a g e
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
27 | P a g e