Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUME KEPERAWATAN PADA An.A


DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
DI RUANG IGD RUMAH SAKIT AL-FATAH

Disusun oleh

Nama : Anjaly Iskandar


Kelompok : 1 (Satu)
Ruangan : IGD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

A. PENGERTIAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut

yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih

14 hari. ISPA mengenai struktur saluran atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini

mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimular atau berurutan (Muttaqin,

2008).

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit akut yang paling banyak

terjadi pada anak-anak (wong, Donna L, 2008). ISPA adalah penyakit yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari

hidung hingga alveoli termasuk jaringan seperti sinus, rongga telinga tengah dan

pleura. (Nelson, 2003).

Jadi dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu dan dan gejala akut akibat

infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang

berhubungan dengan pernafaan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan liketisia.

 Bakteri penyebab ISPA antara lain :

1. Genus streptococcus

2. Staphylococcus

3. Pneumococcus

4. Hemofilius

5. Bordetella

6. Coryne bakterium
 Virus penyebab ISPA antara lain golongan

1. Mexovirus

2. Adenovirus

3. Corona virus

4. Pikornavirus

5. Mikoplasma

6. Herpes virus (Dinkes, 2007)

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan menjadi golongan umur dibawah 2 bulan

untuk golongan umur 2 bulan, 5 tahun

1. Golongan umur kurang 2 bulan

a. Pneumonia berat

Bila disertai tanda tarikan kuat didinding pada bagian bawah atau nafas

cepar. Batas nafas cepat unruk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu 6x

per menit atau lebih.

b. Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinsing dada bagian bawah atau

nafas cepat. Tanda baha untuk golongn umur kurang dari 2 bulan, yaitu :

- Kurang bisa menelan (kemampuan minumnya menurun sampai kuran

dari ½ volume yang bisa diminum).

- Kejang

- Kesadaran menurun

- Stidor

- Wheezing

- Demam/dingin
2. Golongan umur 2 bulan – 5 tahun

a. Pnemonia berat

Bila disertai nafas sesak yaitu adanya tarikan dari dinding dada bagian bawah

didalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang, tidak menagis atau meronta).

b. Pnemonia sedang

Bila disertai nafas cepat. Batas nafas cepat salah

- Untuk usia 2 bulan- 12 bulan : 50 kali per menit/ lebih

- Untuk usia 1-4 tahun : 40 kali per menit/ lebih

c. Bukan Pnemonia

Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas

cepat. Tanda bahaya untuk umur 2 bulan – 5 tahun yaitu :

- Tidak bisa minum

- Kejang kesadaran menurun

- Strisor

- Gizi buruk

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda da gejala yang muncul pada penyakit ISPA

1. Demam, pada neonatus mungkinjarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika

anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam

muncul sebagai tanda pertama terjadi infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5 o c

– 40, 5 o c

2. Meningismus adalah tanda meningeal tanda adanya infeksi pada meningens

biasanya terjadi selama periodek bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk. Terdapatnya tanda kering dan

brudzinski.

3. Anoreksia, bisa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan

menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.

4. Mual muntah biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi

tersebut mengalami sakit.

5. Diare, seingkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.

6. Nyeri pada abdomen, mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

nesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas, pada saluran nafas yang semot akan lebih mudah

tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari terjadinya infeksi saluran pernafasan,

mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasa.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, clecteles dan tidak terdapatnya

suara pernafasan.

E. PATOFISIOLOGI

Patogenesa saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia

luar sehingga dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem

saluran pernafasanini. Ketahanan saluran pernafasan terhadap infeksi maupun

partikel dan gas yang ada diudara sangat tergantung pada unsur alamiah yang selalu

terdapat orang sehat yaitu : utuhnya epita mukosa dan gerak moksila, bahwa

terjadinya infeksi bakterial, mudah terjadi pada saluran nafas yang telah masuk sel-

sel epitel mukosanya, yang disebabkan oleh infeksi-infeksi terdahulu.

Umur mempunyai pengaruh yang besar terutama pada ISPA saluran

pernafasan bahwa anak dan bayi, akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Terutama penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh infeksi pertama karena virus, pada mereka ini tampak lebh berat

karena belum diperoleh kekebalan alamiah. Pada orang dewasa, mereka memberika

gambaran klinis yang ringan sebab telah terjadi kekebalan yang diberikan oleh

infeksinya terdahulunya.

Pada infeksi virus, trasmisi diawali dengan penyebaran virus melalui beban

sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung

dari pada laring. Dari beberapa klinik, laboratorium maupun dilapangan diperoleh

kesimpulan bahwa sebenarya kontak head to hand merupakan modus yang terbesar.

F. KOMPLIKASI

ISPA (Saluran pernafasan akut) sebenarnya merupakan self limited disease yang

sembuh sedikit 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA

yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan

penyakit seperti :

1. Semuritis paranosa

2. Penutupan tuba eustachii

3. Laringitis

4. Tracheitis

5. Bronchitis

6. Broncopnemonia

7. Dan berlanjut pada kematian karena adanya seperti yang meluas.

G. PENATALAKSANAAN

1. Suporatif : Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,

pemberian multivitamin.
2. Antibiotik

- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

- Utama ditujukan pada s. Pnemonia, H. Influenza, S. AUREUS

- Menurut WHO :

 Pnemonia rawat jalan yaitu kontimoksasul, amoksisilin, ampisilin,

penisilinprukain.

 Pnemonia berat : benzil penicilin, klorampenikol, kloksasilin,

gentamisin.

 Antibiotik baru lain : sefalosforin, quinolon dll.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan kultur/biakan kuman : hasil yang didapatkan adalah biakan kuman

(+) sesuai dengan jenis kuman.

2. Pemeriksaan hitung darah (deferentain count) laju endapan darah meningkat

disertai dengan adanya. Leukositoris dan bisa juga disertai dengan adanya

trombositopenia.

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

I. PENCEGAHAN

Menurut Dinkes RI (2012) pencegahan ISPA antara lain :

1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik, dengan menjaga kesehatan gizi yang baik

maka itu akan mencegah kita terhindar dari penyakit yang terutama antara lain

penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima

sempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan teratur, serta istirahat yang

cukup, semuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat.


2. Imunisasi, pemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak ataupun

pada orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya

tidak mudah terserang berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri.

3. Menjaga kebersihan perorangan atau lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan membuat

polusi asp dapur/asap rokok yang ada didalam rumah sehingga dapat mencegah

seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit

ISPA.

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

ISPA ini disebabkan oleh virus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang

terjangkit penyakit ini melalui udarayang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.

Bibit penyakit ini biaanya berupa virus/ bakteri diudara yang umumnya terbentuk

aerosol (suatu suspensi yang melayang diudara). Adapun bentuk aerosol yakni

doplet, nudei (sisa dan melayang diudara) yang kedua duet (campuran antara bibit

penyakit).
PATHWAY

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Bakteri streptococcus Terhirup Virus influenza


Pneumonia

Invasi kuman Peradangan Kuman melepas Merangsang tubuh untuk melepas


zat pirogen oleh leukosit

Hidung sinus Menempel pada Laring Hipotalamus kebagian termoreguler

Menginvasi sel Faring Edema plikavokalis penyempitan jalan nafas Suhu tubuh

Respon pertahanan Aktivitas sistem Suara serak Hipertermi


imun

marerasi mukosa Produksi mukus Limfadenopatik Perubahan status kesehatan


hidup regional (tonsil)

Ulselerasi menelan Kongesti hidung Penyumbat makanan Kecemasan

Rentan infeksi Kesulitan saat bernafas Nyeri saat menelan

infeksi Bersihan jln nafas Menyebar ke tonsil


tidak efektif
Selulitas peritonsilas

Abses

Anoreksia intake Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.

2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b.d proses infeksi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

INTERVENSI KEPERAWATAN

4. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit diharapkan

jalan nafas bersih dan normal.

Kriteria hasil : klien dapat bernafas dengan normal.

Intervensi

1. Kaji frekuensi pernafasan dengan gerak dada

2. Lakukan aukultasi area paru dan bunyi paru.

3. Pertahankan posisi tubuh /kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai

kebutuhan.

4. Anjurkan keluarga pasien untuk memperhatikan kebersihan pasien dan

hindarkan dari debu.


5. Kolaborasikan dengan tim medis terapi antibiotik.

2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b.d proses infeksi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit diharapkan

suhu tubuh kembali normal 36 o c

Kriteria hasil : klien mengatakan suhu tubuhny tidak panas lagi

Intervensi

1. Observasi ttv

2. Anjurkan kepada keluarga klien untuk kompres hangat pada aksila/dahi.

3. Anjurkan kepada keluarga untuk menggunakan pakaian yang tipis.

4. Anjurkan kepada keluarga untuk banyak minum.

5. Anjurkan kepada keluarga untuk beristirahat ditempat tidur.

6. Kolaborasikan dengan tim medis terapi penurun panas.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit diharapkan

dapat memenuhi nutrisi dalam tubuh.

Kriteria hasil : nutrisi pasien seimbang.

Intervensi

1. Kaji kebiasaan diet, input output dan timbang bb pasien.

2. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

3. Tingkatkan tirah baring.

4. Auskultasi bunyi bising usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

5. Jadwalkan pengobatan perbafasan satu jam sebelum makan

6. Kolaborasi/konsultasikan dengan ahli gizi unruk memberikan diet sesuai

dengan kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai