Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

COR PULMUNALE

Penulis : Kelompok 3

Kelas : 2A Gelatik

Nama Anggota :

1. Aroma Priminda : 1140970120005

2. Diana Eka Priyani : 1140970120008

3. Maria Ulfah : 1140970120022

4. Mariatul Qibtiah : 1140970120023

5. Sigit : 1140970120036

AKPER KESDAM VI TANJUNGPURA

BANJARMASIN

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul COR
PULMUNALE ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapa A.Rif'at,S.Kep.,Ns.,M. pada Kebutuhan Medikal Bedah 1. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang COR PULMUNALE bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapa A.Rif'at,S.Kep.,Ns.,M. selaku


Kebutuhan Medikal Bedah 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

[Banjarmasin, 20 September 2021]

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................1
2.1 Pendahuluan..............................................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2
2.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II .....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................3
2.1 Definisi ........................................................................................................................................3
2.2 Patofisiologi ...............................................................................................................................3
2.3 Asuhan Keperawatan .........................................................................................................4
BAB III ..................................................................................................................................................17
PENUTUP ............................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Cor pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit yang
menyerang struktur, fungsi paru, atau pembuluh darah pulmonal yang dapat
berlanjut menjadi gagal jantung kanan. Menurut World Health Organization(WHO),
definisi kor pulmonal adalah keadaan patologis dengan hipertrofi ventrikel kanan
yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk
kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung
kongenital (bawaan). Istilah hipertrofi yang bermakna sebaiknya diganti menjadi
perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan.

Dikarenakan paru berkorelasi dalam sirkuit kardiovaskuler antara ventrikel


kanan dengan bagian kiri jantung, perubahan pada struktur atau fungsi paru akan
mempengaruhi secara selektif jantung kanan. Patofisiologi akhir yang umum yang
menyebabkan kor pulmonal adalah peningkatan dari resistensi aliran darah melalui
sirkulasi paru dan mengarah pada hipertensi arteri pulmonal.

Kor pulmonal dapat terjadi secara akut maupun kronik. Penyebab kor
pulmonal akut tersering adalah emboli paru masif sedangkan kor pulmonal kronik
sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada kor pulmonal
kronik umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan sedangkan pada kor-pulmonal
akut terjadi dilatasi ventrikel kanan. Insidens yang tepat dari kor pulmonal tidak
diketahui karena seringkali terjadi tanpa dapat dikenali secara klinis. Diperkirakan
insidens kor pulmonal adalah 6% sampai 7% dari seluruh penyakit jantung. Di
Inggris terdapat sedikitnya 0,3% populasi dengan resiko terjadinya kor pulmonal pada
populasi usia lebih dari 45 tahun dan sekitar 60.000 populasi telah mengalami
hipertensi pulmonal yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit


yang secara primer menyerang pembuluh darah paru dan penyakit yang
mengganggu aliran darah paru. Berdasarkan penelitian lain di Ethiopia,
menemukan penyebab terbanyak kor pulmonal berturut-turut adalah asma
bronkial, tuberkulosis paru, bronkitis kronik, emfisema, penyakit interstisial paru,

1
bronkiektasis, obesitas, dan kifoskoliosis. Menurut penelitian sekitar 80-90%
pasien kor pulmonal mempunyai PPOK dan 25 % pasien dengan PPOK akan
berkembang menjadi kor pulmonal. Kor pulmonal terjadi ketika hipertensi pulmonal
menimbulkan tekanan berlebihan pada ventrikel kanan. Tekanan yang berlebihan
ini meningkatkan kerja ventrikel kanan yang menyebabkan hipertrofi otot jantung
yang normalnya berdinding tipis, yang akhirnya dapat menyebabkan disfungsi.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kor pulmnal?
2. Bagaimana patofisiologi kor pulmonal?
3. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan kor pulmonal?

2.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi kor pulmnal
2. Mengetahui dan memahami patofisiologi kor pulmonal.
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan kor pulmonal

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kor-pulmonal diartikan sebagai keadaan patologis dengan ditemukannya
hipertropi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural
paru. (WHO, 1993)

Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi


dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada, atau
kelainan pada kontrol pernafasan. Tidak termasuk di dalamnya kelainan jantung
kanan yang terjadi akibat kelainan jantung kiri atau penyakit jantung
bawaan.(Boughman, 2000)

Kor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang
menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya. Definisi ini
menyatakan bahwa penyakit jntung kiri maupun penyakit jantung bawaan tidak
bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale. Kor pulmonale bisa terjadi akut
(contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik. (A. Price Sylvia and M. Wilson
Lorraine, 1995)

Kor Pulmonal adalah terjadinya pembesaran dari jantung kanan (dengan atau
tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi dari paru-paru atau vaskularisasinya. (Irman Somantri, 2012)

Kor Pulmonal adalah penyakit pembesaran jantung kanan (ventrikel kiri)


dengan atau tanpa gagal jantung kiri. (Menurut Kelompok)

2.2 Patofisiologi
Beratnya pembesaran ventrikel kanan padda kor pulmonal berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru
meningkat dan relatif tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka
dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel
kanan secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit
COPD, pemanjangan pembuluh darah dan kompresi kapiler alveolar.

3
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu
akan mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan.
Kondisi ini sering kali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang
menyebabkan penurunan oksigen paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan
PaO2) dan hiperkapnea (peningkatan PaCO2) yang nantinya akan mengakibatkan
insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokontriksi
arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti
pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan tahanan pada
sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan
rata-rata pada arteri paru adalah 45mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat
menimbulkan kor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh
gagal jantung kanan.

2.3 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada
lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar
polusi. Untuk kasus anak anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat
obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
a. Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor
pulmonal
b. Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya

lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang


kurang memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya
ventilasi rumah yang kurang baik.

2) Riwayat Sakit dan Kesehatan

a. Keluhan utama : Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh


sesak, nyeri dada
b. Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu

4
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik
setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
c. Riwayat penyakit dahulu : Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki
riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis
paru, fibrosis pleura, hipertensi pulmonal.
d. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
a. B1 (BREATH)
- Pola napas : irama tidak teratur
- Jenis: Dispnea
- Suara napas: wheezing
- Sesak napas (+)
b. B2 (BLOOD)
- Irama jantung : ireguler s1/ s2 tunggal (-)
- Nyeri dada (+)
- Bunyi jantung: murmur
- CRT : tidak terkaji
- Akral :dingin basah
c. B3 (BRAIN)
- Penglihatan(mata)
- Pupil : tidak terkaji
- Selera/ konjungtiva : tidak terkaji
- Gangguan pendengaran/ telinga: tidak terkaji
- Penciuman (hidung) : tidak terkaji
- Pusing
- Gangguan kesadaran
d. B4 (BLADDER)
• Urin:
- Jumlah : kurang dari 1-2 cc/ kg BB/ jam
- Warna : kuning pekat
- Bau : khas
• Oliguria
e. B5 (BOWEL)

5
- Nafsu makan : menurun
- Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
- Abdomen : asites
- Peristaltic : tidak terkaji
f. B6 (BONE)
- Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
- Kekuatan otot : lemah
- Turgor : jelek
- Edema

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d. hipoksemia secara reversible/
menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/ alveolar
pada status cedera kapiler paru.
b. Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan
penekanan toraks.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
penurunan nafsu makan.
d. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
e. Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria

3. Intervensi
a. .Gangguan pertukaran gas b.d. hipoksemia secara reversible/
menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/ alveolar
pada status cedera kapiler paru.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama...... jam,
diharapkan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh
dapat dipertahankan.
Kriteria hasil :
- Klien tidak mengalami sesak napas.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda sianosis.
- PaO2dan PaCO2 dalam batas normal (PaO2 :80-
100mmHg, PaCO2: 35-45 mmHg)
6
- Saturasi O2 dalam rentang normal (SaO2>90%)
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: 1. Berguna
1. Pantau dalam evaluasi
frekuensi, derajat distress
kedalaman pernapasan dan/
pernapasan.Catat atau kronisnya
penggunaan otot proses penyakit.
aksesori, nafas
bibir, tidakmampuan 2. Pengiriman
bicara/ berbincang. oksigen dapat
diperbaiki dengan
2. Tinggikan posisi duduk tinggi
kepala tempat tidur, dan latihan nafas
bantu pasien untuk untuk menurunkan
memilih posisi yang kolaps jalan nafas,
mudah untuk dispnea dan kerja
bernapas. Dorong nafas.
nafas perlahan atau 3. Sianosis
nafas bibir sesuai mungkin perifer
kebutuhan atau (terlihat pada kuku)
toleransi individu. atau sentral
(terlihat sekitar
3. Awasi secara bibir/ atau daun
rutin kulit dan telinga). Keabu-
warna membrane abuan dan
mukosa. diagnosis sentral
mengindi-kasikan
beratnya
4. Dorong hipoksemia.
mengeluarkan
sputum; 4. Kental,
penghisapan bila tebal, dan

7
diindikasikan. banyaknya sekresi
Kental, tebal adalah sumber
utama gangguan
5. Auskultasi pertukaran gas
bunyi nafas, catat pada jalan nafas
area penurunan kecil. Penghisapan
aliran udara dan/ dibutuhkan bila
atau bunyi batuk tidak
tambahan. efektif.

5. Bunyi nafas
6. Palpasi mugkin redup
fremitus. karena aliran udara
atau area
7. Awasi tingkat konsolidasi.
kesadaran/ status Adanya mengi
mental. Selidiki mengindikasikan
adanya perubahan. secret. Krekel
basah menyebar
menunjukkan
8. Awasi tanda cairan pada
vital dan irama intertisial/
jantung dekompensasi
jantung.
Kolaborasi:
9. Berikan oksigen 6. Penurunan
tambahan yang sesuai getaran fibrasi
dengan indikasi hasil GDA diduga ada
dan toleransi pasien. pengumpulan
cairan atau udara
terjebak.

8
7. Gelisah dan
ansietas adalah
manifestasi umum
pada hypoxia,
GDA memburuk
disertai bingung/
somnolen
menunjukkan
disfungsi
sersbral yang
berhubungan
dengan
hipoksemia.

8.
Tachycardia
, disritmia, dan
perubahan
tekanan darah
dapat
menunjukkan efek
hipoksemia
sistemik pada
fungsi jantung.

9. Dapat
memperbaiki/ mencegah
memburuknya hypoxia.
Catatan: emfisema
kronis, mengatur
pernapasan pasien
ditentukan oleh kadar
CO2 dan mungkin

9
dikeluarkan dengan
peningkatan
PaO2berlebihan
b. Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan
penekanan toraks.
Tujuan : Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan
normal dan pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.
- Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain
distress pernapasan
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI 1.
1. Pantau Memaksimalka
pemasukan n ekspansi
makanan dan paru,menurunkan
timbang berat kerja pernapasan, dan
badan setiap hari menurunkan resiko
aspirasi

2. Membantu
meningkatkan difusi
gas dan ekspansi jalan
2. Catat napas kecil,
muntah memberika pasien
mengenai jumlah beberapa kontrol
kejadian atau terhadap pernapasan,
karakteristik membantu
lainnya menurunkan ansietas.

3. Mengetahui
keadekuatan frekuensi
pernapasan dan

10
3. Berikan keefektifan jalan
atau bantu napas.
perawatan mulut
4. mungkin
dibutuhkan selama
4. Berikan periode distres
lingkungan yang pernapasan atau
nyaman untuk adanya tanda-tanda
makan contoh hipoksia
bebas dari bau 5. memantau kefektifan
tidak sedap, tidak pola napas/terapi
terlalu ramai,
udara yang tidak
nyaman

5. Berikan
informasi tentang
menu pilihan.

KOLABORASI :
6. Konsultasi
dengan ahli gizi

7. Berikan makanan
dalam porsi kecil tetapi
sering dengan tinggi
kalori dan protein.
c.. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d. anoreksia.

11
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 2x24 jam, diharapkan nafsu makan membaik.
Kriteria hasil :
- Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
- Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas
normal.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI 1. Anoreksia,
1. Pantau kelemahan dan
pemasukan kehilangan
makanan dan pengaturan
timbang berat metabolisme oleh
badan setiap hari kortisol terhadap
makanan dapat
mengakibatkan
penurunan berat
badan dan dapat
terjadi malnutrisi
2. Catat yang serius.
muntah mengenai
jumlah kejadian 2. Membantu
atau karakteristik untuk menentukan
lainnya derajat kemampuan
pencernaan atau
absorpsi makanan.
3. Berikan
atau bantu 3. Mulut yang
perawatan mulut bersih dapat
meningkatkan nafsu
makan
4. Berikan
lingkungan yang
nyaman untuk

12
makan contoh 4. Dapat
bebas dari bau meningkatkan nafsu
tidak sedap, tidak makan dan
terlalu ramai, memperbaiki nafsu
udara yang tidak makan.
nyaman

5. Berikan
informasi tentang 5. Perencanaan
menu pilihan. menu yang disukai
pasien dapat
menstimulasi nafsu
makan dan
KOLABORASI : meningkatkan
6. Konsultasi pemasukan
dengan ahli gizi makanan.

6. Menentukan
penggunaan/
7. Berikan makanan kebutuhan kalori
dalam porsi kecil tetapi dengan tepat
sering dengan tinggi
kalori dan protein.

7. Makanan dalam
porsi kecil kalau diberikan
akhirnya jumlahkalori yang
dibutuhkan per hari dapat
terpenuhi. Disamping itu
dapat mengurangi mual dan
muntah.
d. Intoleransi aktifitas b.d . kelemahan fisik dan
keletihan.

13
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan
selama...... jam, diharapkan tercapainya keseimbanagn
antara suplai dan demand oksigen.
Kriteria hasil :
-mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di
tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan
penghematan energi.
INTERVENS RASIONAL
Mandiri: 1. Ajarkan klien
1. Beri bagaimana
bantuan untuk meningkatkan rasa
melaksanakan control dan mandiri
aktifitas sehari hari dengan kondisi
yang ada
2. Ajarkan
klien bagaimana 2. Istirahat
menghadapi memungkinkan
aktifitas tubuh memperbaiki
menghindari energi yang
kelelahan dan digunakan selama
berikan periode aktifitas.
istirahat tanpa
gangguan di antara
aktifitas.
3. Dapat menentukan
Kolaborasi : jenis-jenis makanan yang
3. Kolaborasi dengan harus dikonsumsi untuk
ahli gizi mengenai menu memaksimalkan
makanan pasien pembentukan energi dalam
tubuh pasien
e. Perubahan pola eliminasi urin b.d oliguria

14
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama
2x24 jam, diharapkan pola eliminasi urin normal dapat
dikembalikan.
Kriteria hasil :
-klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal,
klien menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang
eliminasi urin.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: 1. Pengeluaran
1. Pantau urine mungkin
pengeluaran urine, sedikit dan pekat
catat jumlah dan karena penurunan
warna saat perfusi ginjal. Posisi
dimana diuresis terlentang
terjadi. membantu diuresis
sehingga
2. Pantau/ pengeluaran urine
hitung dapat ditingkatkan
keseimbangan selama tirah baring.
intake dan output
selama 24 jam . 2. Terapi
diuretic dapat
3. Pertahakan disebabkan oleh
duduk atau tirah kehilangan cairan
baring dengan tiba-tiba/ berlebihan
posisi semifowler (hipovolemia)
selama fase akut. meskipun edema/
asites masih ada.

4. Pantau TD 3. Posisi
dan CVP (bila ada) tersebut
meningkatkan filtrasi
ginjal dan

15
5. Kaji bising menurunkan
usus. Catat produksi ADH
keluhan anoreksia, sehingga
mual, distensi meningkatkan
abdomen dan dieresis.
konstipasi.
Kolaborasi: 4. Hipertensi
6. Konsul dengan ahli dan peningkatan
diet. CVP menunjukkan
kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan
terjadinya
peningkatan
kongesti paru,
gagal jantung.
5. Kongesti
visceral (terjadi pada
GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/ intestinal.
6. Perlu memberikan
diet yang dapat diterima
klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam
pembatasan natrium

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Korpulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan/ atau dilatasi)


yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada, atau kelainan pada
kontrol pernafasan.

Korpulmonal dapat terjadi akut maupun kronik. Penyebab Kor Pulmonale akut
tersering adalah emboli paru masif, sedangkan Kor Pulmonale kronik sering
disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada Kor Pulmonale kronik
umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan, sedangkan pada Kor Pulmonal akut
terjadi dilatasi ventrikel kanan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. 2012. Asuhan keperawatan pada Klien dengan gangguan sistem
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit, Buku 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, suzanne C; Bate, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarted 8 Vol 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai