Anda di halaman 1dari 16

Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di

Permukiman Tiban Kampung (36-51)

PENGARUH KONDISI PERMUKIMAN TERHADAP


PREFERENSI BERMUKIM BURUH INDUSTRI
DI PERMUKIMAN TIBAN KAMPUNG

SETTLEMENT CONDITION INFLUENCE TO INDUSTRIAL


WORKERS LIVING PREFERENCES IN TIBAN KAMPUNG
SETTLEMENT

Tiara Armela *¹, Dermawati D. S. *², Mohammad Ischak *³


*¹ Alumnus Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Trisakti –
mela.anggraito@gmail.com
*² Dosen Jurusan Arsitektur – FTSP, Universitas Trisakti
*³ Dosen Jurusan Arsitektur - FTSP, Universitas Trisakti

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor kondisi permukiman saja
yang berpengaruh dan pengaruh yang dihasilkan faktor-faktor tersebut terhadap preferensi
bermukim buruh industri di kawasan permukiman Tiban Kampung. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan metode analisis deskriptif dan metode
analisis menggunakan statistic berupa regresi untuk melihat pengaruh antar variabel. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kondisi permukiman yang berpengaruh
signifikan terhadap preferensi bermukim buruh industri di permukiman Tiban Kampung yaitu
meliputi pendapatan, jumlah anggota keluarga, luasan ruang tamu, kemiringan lahan pada
lingkungan rumah tinggal, ketersediaan sarana peribadatan, orientasi bangunan rumah, dan
frekuensi penggunaan halte bus.

Kata kunci: Permukiman, Preferensi Bermukim

ABSTRACT

The aims of this research are to identify significant settlement factors and effects from these
factors on living preferences of industrial workers in Tiban Kampung area. The method used in
this research is quantitative method with descriptive analysis and statistic analysis by regression
to analyze inter variable influence. The results of this research indicate that settlement
conditions factors that significantly influence the living preference of industrial workers in Tiban
Kampung area includes income, number of family members, living room area, the slope of the
land in the residential environment, the availability of places of worship, building orientation,
and frequency of the bus stop usage.

Keywords: Housing, Living preferences

A. PENDAHULUAN Kampung. Dominasi masyarakat di kawasan


ini berasal dari luar daerah Kota Batam yang
A.1. Latar Belakang berprofesi sebagai buruh industri serta pekerja
Salah satu kawasan permukiman padat yang bidang informal lainnya. Pada mulanya,
berkembang secara organik di Kecamatan kawasan ini merupakan permukiman liar,
Sekupang yaitu kawasan permukiman Tiban namun karena seiring waktu jumlah rumah di

36
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

kawasan ini menjadi sangat padat dan industri selama tinggal di kawasan
pemerintah tidak memiliki lahan alternatif permukiman Tiban Kampung.
untuk merelokasi penduduknya maka kawasan b. Mengetahui pengaruh yang dihasilkan
ini dilegalkanbagi permukiman penduduk. faktor-faktor tersebut terhadap preferensi
bermukim buruh industri di kawasan
Meskipun memiliki kondisi kemiringan lahan permukiman Tiban Kampung.
yang bervariasi, keragaman suku budaya
penduduknya, serta kepadatan dan kekumuhan A.5. Lingkup Penelitian
lingkungan, pertumbuhan rumah tinggal di Lingkup wilayah penelitian ini berada di
kawasan permukiman ini semakin bertambah kawasan permukiman Tiban Kampung,
jumlahnya dari tahun ke tahun yang Kelurahan Tiban Lama, Kecamatan Sekupang,
mengindikasikan bahwa semakin meningkat Kota Batam.
pula warga pendatang yang memilih tinggal di
kawasan permukiman ini. Batasan materi dalam penelitian ini adalah
membahas faktor-faktor non fisik dan fisik
A.2. Rumusan Masalah pada lingkungan tempat tinggal saat ini yang
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berpengaruh terhadap preferensi bermukim
belum terukurnya faktor-faktor kondisi buruh industri di kawasan permukiman Tiban
permukiman saat ini yang berpengaruh Kampung.
terhadap preferensi bermukim buruh industri
di kawasan permukiman Tiban Kampung. B. TINJAUAN PREFERENSI
BERMUKIM
A.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka B.1. Permukiman
pertanyaan penelitian yang muncul yaitu : Human settlements terdiri dari content (isi)
a. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh yaitu manusia dan container (wadah) yaitu
terhadap preferensi bermukim buruh lingkungan fisik baik buatan manusia maupun
industri selama tinggal di kawasan alam sebagai tempat untuk hidup manusia
permukiman Tiban Kampung? dengan segala aktivitasnya (Doxiadis, 1968;
b. Bagaimana faktor-faktor tersebut Soetomo, 2013: 20). Isi dan Wadah tersebut
berpengaruh terhadap preferensi bermukim terdiri dari lima elemen permukiman sebagai
buruh industri di kawasan permukiman berikut:
Tiban Kampung? 1. Contents atau isi adalah manusia itu sendiri
yang terdiri dari:
A.4. Tujuan Penelitian a. Man, manusia sebagai makhluk individu
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dengan segala kepribadian dan
tujuan dari penelitian adalah untuk: identitasnya;
a. Mengidentifikasi faktor-faktor kondisi b. Society, masyarakat atau kumpulan
permukiman apa saja yang berpengaruh manusia dari keluarga, ketetanggaan,
terhadap preferensi bermukim buruh hingga warga dunia, dengan segala
hubungannya yang kompleks dalam

37
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan a. Atribut Perumahan/Permukiman (housing


politik. attributes)
2. Container atau wadah adalah lingkungan - Lokasi perumahan yang meliputi :
fisik yang terdiri dari: - Transportasi
a. Shells, ruang bangunan dari bangunan - Jarak ke tempat kerja
gedung hingga kelompok yang - Kondisi prasarana transportasi.
mencapai skala permukiman, kampung, - Ketersediaan fasilitas sosial
kota dan tempat tinggal manusia; - Pelayanan infrastruktur kota
b. Network, jaringan yang meliputi - Pola fisik lingkungan
prasarana tempat manusia - Orientasi bangunan
berkomunikasi dan jaringan utilitas - Kondisi fisik rumah
tempat materi mengalir (transportasi, - Status kepemilikan rumah.
air, listrik, persampahan dan lain-lain); b. Atribut Rumah Tangga (household
c. Nature, alam terdiri dari elemen bukan attributes)
biotik dan biotik: lingkungan fisik alam, - Aspek Sosial yang mencakup agama,
klimatologis dan habitat makhluk yang bahasa, usia, jumlah anggota keluarga,
menempatinya. serta tingkatan keluarga.
- Aspek Ekonomi: Pekerjaan, pendapatan/
Pada skala bangunan, shells dan network pengeluaran
terdiri dari ruang kamar-kamar, ruang - Aspek Budaya: Kesukuan dan
penghubung yang memanjang (corridor) kekerabatan.
untuk berjalan, dan ruang penghubung berupa
ruang kotak atau bentuk lainnya (bukan C. METODOLOGI PENELITIAN
memanjang) yaitu hall untuk komunikasi tidak
bergerak jalan (Soetomo, 2013: 114) C.1. Metode Penelitian
Kajian ini merupakan penelitian dengan
Menurut Sinulingga (2005), preferensi pendekatan kuantitatif dimana menjadikan
bermukim adalah keinginan atau teori yang sudah diketahui sebelumnya sebagai
kecenderungan seseorang untuk bermukim dasar dalam merumuskan variabel-variabel
atau tidak bermukim disuatu tempat. penelitian, yang nantinya akan digunakan
dalam proses pengumpulan data.

B.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh C.2. Metode Pengumpulan Data


Terhadap Preferensi Bermukim Metode pengumpulan data primer yang
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi dilakukan dalam penelitian ini yaitu
preferensi bermukim dapat dikelompokkan pengumpulan data melalui observasi langsung,
menjadi dua, yaitu faktor lingkungan wawancara dan melaluidaftar pertanyaan
perumahan/permukiman (atribut (kuesioner). Sedangkan untuk pengumpulan
perumahan/permukiman atau housing data sekunder dilakukan dengan pengumpulan
attributes) dan faktor individu (atribut rumah data dari kantor pemerintah setempat maupun
tangga atau household attributes) instansi terkait.
(Tharziansyah, 2002).

38
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

C.3. Variabel Penelitian Metode Sampling


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, Metode pengambilan sampel yang digunakan
yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel dalam penelitian ini yaitu metode purposive
independen (bebas). Variabel yang sampling, dimana jumlah sampel yang diambil
dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah berjumlah 60 unit rumah tinggal buruh
variabel bebas yaitu faktor-faktor kondisi industri.
permukiman yang berpengaruh terhadap
preferensi bermukim buruh industri. C.6. Teknik Analisis
Sedangkan yang menjadi variabel terikat Teknik analisis yang digunakan untuk
dalam penelitian ini adalah preferensi menjawab pertanyaan-pertanyan dalam
bermukim buruh industri di kawasan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
permukiman Tiban Kampung. 1. Analisis Deskriptif
Untuk menganalisis data yang diperoleh
C.4. Populasi dan Sampel berdasarkan observasi, dan langsungdapat
Populasi dalam penelitian yaitu rumah tinggal dilakukan dengan teknik analisis deskriptif.
buruh industri di kawasan permukiman Tiban 2. AnalisisRegresi Multivariat
Kampung. Rumah tinggal tersebut akan diteliti Untuk menganalisis data-data yang telah
diambil dari beberapa wilayah di lokasi studi, diperoleh berdasarkan pengumpulan data
disebabkan luasnya lahan permukiman di berupa kuesioner dapat dilakukan dengan
kawasan tersebut, maka hanya diambil teknik analisisregresi multivariat.
sebagian sampel saja dari beberapa klasifikasi
yang telah ditentukan.
D. HASIL PENELITIAN DAN
C.5. Teknik Pengambilan Sampel PEMBAHASAN

D.1. Gambaran Wilayah Studi


Kerangka Sampel Penelitian Salah satu kawasan permukiman padat yang
1. Sampel yang diambil merupakan rumah berkembang secara organik di Kecamatan
tinggal buruh industri di kawasan Sekupang yaitu kawasan permukiman Tiban
permukiman Tiban Kampung Kampung. Dominasi masyarakat di kawasan
2. Status kepemilikan rumah tinggal: milik ini berasal dari luar daerah Kota Batam yang
pribadi berprofesi sebagai buruh pada industri
3. Rumah tinggal berada dalam area pengolahan dan galangan kapal. Pada
kemiringan: mulanya, kawasan ini termasuk dalam bagian
a. Datar hutan lindung yang kemudian ditempati oleh
b. Sedang para warga pendatang yang mendirikan
c. Curam rumah-rumah non permanen hingga semi
4. Rumah tinggal berada dalam suatu pola permanen tanpa izin (ilegal). Namun, karena
permukiman: seiring waktu jumlah rumah di kawasan ini
a. Linier menjadi sangat padat dan pemerintah tidak
b. Mengelompok memiliki lahan alternatif untuk merelokasi

39
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

penduduknya maka kawasan ini dilegalkan tinggal, (d) jenis kegiatan interaksi sosial, (e)
bagi permukiman penduduk. hubungan ketetanggaan, serta (f) kondisi
keamanan lingkungan. Aspek-aspek sosial
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Agama yang dianut warga Tiban
Kampung beragam, namun didominasi
warga beragama Islam (75%) dan
Protestan (21%);
(b) Tingkat pendidikan warga di permukiman
Tiban Kampung didominasi dengan
tingkat pendidikan terakhir
SMA/Sederajat sebesar 67% kemudian
disusul dengan tingkat pendidikan
terakhir D1/D2/D3/S1/S2 sebesar 30%
dan SMP/Sederajat sebesar 3%.
(c) Hasil kuesioner menunjukkan bahwa
responden telah bertempat tinggal di
Peta 1. Lokasi Wilayah Studi Kawasan Tiban Kampung selama 11-20 tahun
Permukiman Tiban Kampung sebanyak 72%, 5-10 tahun sebanyak 18%,
dan 21-30 tahun sebanyak 10%.
D.2. Kondisi Non Fisik di Kawasan (d) Jenis interaksi sosial warga Tiban
Permukiman Tiban Kampung Kampung terdiri dari: suami (kerja bakti,
Kondisi non fisik di kawasan permukiman olahraga, mengobrol), istri (arisan,
Tiban Kampung terdiri dari tiga aspek yaitu pengajian, PKK, mengobrol), dan anak
aspek ekonomi, sosial dan budaya (bermain dan olahraga).
masyarakatnya. (e) Hubungan ketetanggaan yang sangat erat
dan tingginya rasa saling bergotong-
1. Aspek Ekonomi royong antar tetangga menumbuhkan rasa
kekeluargaan yang tinggi bagi masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
di Tiban Kampung.
profesi warga di Tiban Kampung cukup
(f) Kondisi lingkungan yang dirasa sangat
bervariasi, antara lain buruh cuci, buruh
aman dari berbagai tindak kriminal
bangunan, tukang ojeg, supir taksi/angkutan
(pencurian, perkelahian, dan lain-lain)
umum, buruh industri, pekerja swasta,
juga menjadi alasan mendasar bagi para
wirausahawan, pegawai negeri, dan lain-lain.
warga pendatang tersebut untuk menetap
Namun berdasarkan data Kelurahan Tiban
lama di permukiman Tiban Kampung
Lama, sebagian besar warga di Tiban
tersebut.
Kampung berprofesi sebagai buruh industri.

2. Aspek Sosial 3. Aspek Budaya


Aspek-aspek sosial yang ada di kawasan Sebagian besar warga yang bermukim di
permukiman Tiban Kampung terdiri dari: (a) Tiban Kampung merupakan warga pendatang
agama, (b) tingkat pendidikan, (c) lama yang berasal dari luar daerah Kota Batam.

40
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

Melayu dengan kondisi perkerasan aspal, namun untuk


16% 17%
Minang hirarki jalan yang lebih kecil (terutama jalan-
7% Batak jalan setapak) belum mengalami perkerasan
Jawa (masih berupa tanah).
11% 17%
Flores

18% 14% Sunda


Lainnya

Diagram 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan


Suku di Permukiman Tiban Kampung

D.3. Kondisi Fisik di Kawasan Permukiman


Tiban Kampung

1. Kondisi Pola Fisik Lingkungan di


Kawasan Permukiman Tiban Kampung
Pola fisik lingkungan pada kawasan
permukiman ini terdiri dari kondisi topografi
lahan yang bervariasi tingkat kemiringan Peta 3. Kondisi Jalan Masuk Menuju Kawasan
lahannya (kontur) mulai dari lahan datar, lahan Permukiman Tiban Kampung
dengan kemiringan sedang, hingga lahan
dengan kemiringan curam, cukup Kawasan ini juga sudah terlayani oleh jaringan
mempengaruhi pola permukiman yang listrik, jaringan telepon, jaringan drainase serta
terbentuk di kawasan tersebut. jaringan air bersih.
Tabel 1. Ketersediaan Sarana Permukiman di
Kawasan Tiban Kampung
Jumlah
No Sarana
(Unit)
1 Sarana Masjid 7
peribadatan
Langgar/surau 12
/mushola
Gereja Kristen 13
Protestan
Sarana Lapangan 1
2
olahraga sepak bola
Lapangan bulu 7
tangkis
Lapangan 9
Peta 2. Kemiringan Lahan di Kawasan volly
Permukiman Tiban Kampung Sarana Puskesmas 1
3
kesehatan pembantu
Posyandu 5
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Praktek dokter 4
Sarana Sekolah 1
Permukiman di Kawasan Tiban Kampung
4 pendidikan Menengah
Pada kawasan ini sudah tersedia pola jaringan Atas
jalan yaitu berupa jalan lingkungan utama Sekolah Dasar 2

41
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

Taman Kanak- 7 pekarangan atau di lahan kosong dekat rumah


kanak
daripada membuangnya langsung ke Tempat
Lembaga 1
pendidikan Pembuangan Sementara (TPS) yang jaraknya
Agama cukup jauh. Sedangkan untuk pilihan
Sarana Pasar 1
5 penggunaan jasa pengangkutan sampah tidak
perdagangan
Toko/Ruko Tersebar diambil karena alasan terbatasnya pendapatan
Tempat pembuangan sampah 3
6 penghuni. Dalam hal ini, responden merasa
sementara
kurang puas atas kondisi tersebut karena
D.4. Analisis Faktor-faktor Kondisi dengan dilakukannya pembakaran sampah di
Permukiman yang Berpengaruh Terhadap area sekitar rumah akan menyebabkan polusi
Preferensi Bermukim Buruh Industri di udara yang berasal dari asap pembakaran serta
Kawasan Permukiman Tiban Kampung menyebabkan lingkungan terlihat kumuh
akibat adanya sisa-sisa abu pembakaran yang
Setelah dilakukan perhitungan secara regresi tertinggal di tanah.
maka ditemukan aspek-aspek dari latar
belakang penghuni yang berpengaruh terhadap Untuk tingkat pendapatan penghuni yang
preferensi bermukim yang akan dijelaskan berkisar antara Rp.2.500.000,- s/d -
sebagai berikut: Rp.5.000.000,- cenderung untuk memilih
membuang sampah rumah tangganya langsung
1. Latar Belakang Penghuni yang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Berpengaruh Terhadap Preferensi (sebanyak 53,33% responden) karena rumah
Bermukim Buruh Industri di Kawasan tinggal mereka tidak terjangkau oleh
Permukiman Tiban Kampung pelayanan pengangkutan sampah yang ada,
Latar belakang penghuni dalam penelitian ini sehingga mereka terpaksa membuang
dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek langsung ke Tempat Pembuangan Sementara
ekonomi, sosial, dan budaya. Berdasarkan (TPS) dengan lokasi yang agak jauh. Dari
aspek-aspek tersebut, setelah dilakukan jumlah responden tersebut, hanya sebanyak
perhitungan secara regresi maka ditemukan 3,33% responden yang merasa puas dengan
aspek-aspek dari latar belakang penghuni yang kondisi sistem persampahan tersebut.
berpengaruh terhadap preferensi bermukim
yang akan dijelaskan sebagai berikut: Sedangkan sebanyak 50% merasa kurang puas
karena jika jasa pengangkutan sampah dapat
a. Ekonomi (Pendapatan Rata-rata Per menjangkau area rumah mereka, maka mereka
Bulan) akan lebih memilih untuk menggunakan jasa
Pendapatan rata-rata per bulan penghuni pengangkutan sampah untuk membuang
berpengaruh terhadap kepuasan sistem sampah rumah tangga mereka.
persampahan saat ini yang ditunjukkan dengan
nilai signifikan sebesar 0,000 (nilai tersebut b. Sosial (Jumlah Anggota Keluarga)
<0,05 yang berarti ada pengaruh signifikan).
Tingkat pendtiapatan penghuni yang Jumlah anggota keluarga berpengaruh
<Rp.2.500.000,- cenderung untuk memilih terhadap tingkat kepuasan jumlah kamar tidur
membakar sampah rumah tangganya di saat ini yang ditunjukkan dengan nilai

42
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

signifikan sebesar 0,031 (nilai tersebut <0,05 berjumlah empat orang, luasan ruang tamu
yang berarti ada pengaruh signifikan). yang berkisar antara 3 m2 s/d 6 m2 sudah
dirasa mencukupi kebutuhan keluarga tersebut.
Dalam hal ini, karakteristik rumah tangga
Sedangkan untuk luasan ruang tamu yang
penghuni yang dimaksud yaitu jumlah anggota
kurang dari 3 m2 dirasa kurang luas karena
keluarga yang menghuni rumah tersebut yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan
ternyata dalam penelitian ini berpengaruh
kesempatan untuk menerima tamu dirasa
terhadap tingkat kepuasan jumlah kamar tidur
kurang memungkinkan (mengurangi
pada rumah tinggalnya.
kenyamanan).
Tingkat kepuasan terhadap jumlah kamar tidur
Berdasarkan hal tersebut, preferensi bermukim
yang ada pada rumah tinggal responden saat
buruh industri di permukiman Tiban Kampung
ini, sebanyak 85% menjawab bahwa jumlah
terhadap luasan ruang tamu pada rumah
kamar tidur yang ada masih dirasa mencukupi
tinggalnya cenderung memilih luas ruang tamu
kebutuhan, sedangkan sisanya yaitu sebanyak
minimal seluas 4 m2. Besaran luas ini dirasa
15% menjawab jumlah kamar tidur yang ada
mencukupi karena bagi mereka ruang tamu
saat ini masih dirasa belum mencukupi
bukan merupakan prioritas utama dalam hal
kebutuhan keluarga. Hal tersebut
pengaturan besaran ruang dalam rumah
menunjukkan bahwa preferensi bermukim
tinggalnya.
buruh industri terhadap jumlah kamar tidur
yang diinginkan akan disesuaikan dengan
3. Kondisi Lingkungan Permukiman yang
kebutuhan jumlah anggota keluarganya saat
Berpengaruh Terhadap Preferensi
itu.
Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung
2. Kondisi Rumah Tinggal yang
Berpengaruh Terhadap Preferensi
Berikut dapat diuraikan faktor-faktor kondisi
Bermukim Buruh Industri di Permukiman
lingkungan permukiman yang berpengaruh
Tiban Kampung
terhadap preferensi bermukim buruh industri
di permukiman Tiban Kampung:
Berikut dapat diuraikan faktor-faktor kondisi
rumah tinggal yang berpengaruh terhadap
a. Kemiringan lahan pada lingkungan
preferensi bermukim buruh industri di
rumah tinggal
permukiman Tiban Kampung:
i. Kemiringan lahan pada lingkungan rumah
tinggal berpengaruh terhadap kenyamanan
a. Luasan ruang tamu
atas kondisi kemiringan lahan saat ini yang
Luasan ruang tamu berpengaruh terhadap
ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar
kepuasan atas kondisi ruang tamu saat ini yang
0,000 (nilai tersebut <0,05 yang berarti ada
ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar
pengaruh signifikan).
0,000 (nilai tersebut <0,05 yang berarti ada
pengaruh signifikan). Tingkat kenyamanan dalam memiliki
rumah tinggal yang berada pada lahan datar
Dengan jumlah penghuni pada rumah tinggal
hingga kemiringan lahan sedang lebih
responden yang dominan rata-ratanya

43
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

tinggi (sebanyak 66,66% responden) jika menjadi lebih terbatas, resiko terjadinya
dibandingkan dengan tingkat kenyamanan bahaya longsor lebih tinggi.
penghuni yang tinggal di area dengan
kemiringan lahan curam (sebanyak 33,33% iii. Kemiringan lahan pada lingkungan rumah
responden). Responden yang tinggal di tinggal berpengaruh terhadap kemudahan
lahan dengan kemiringan curam sebanyak akses jalan gang saat ini yang ditunjukkan
85% merasa kurang nyaman dan sebanyak dengan nilai signifikan sebesar 0,002 (nilai
15% merasa tidak nyaman tinggal di tersebut <0,05 yang berarti ada pengaruh
tingkat kemiringan lahan tersebut, karena signifikan).
aktifitas pergerakan mereka menjadi lebih
Aksesibilitas terhadap jalan gang yang
terbatas dan biaya perawatan rumah
berada pada lahan datar hingga kemiringan
menjadi lebih mahal.
lahan sedang lebih mudah untuk dilalui
(66,66%) jika dibandingkan dengan jalan
Dengan adanya hal tersebut, maka
gang pada kemiringan lahan yang curam
preferensi bermukim buruh industri terkait
(33,33%). Hal ini dapat terjadi karena pada
dengan kondisi kemiringan lahan yaitu
lahan dengan kemiringan curam
mereka akan cenderung memilih untuk
menjadikan orang-orang yang melalui jalan
tinggal di lahan yang datar hingga lahan
tersebut merasa agak sulit dalam
dengan kemiringan sedang. Jika
melakukan pergerakan.
memungkinkan, mereka akan cenderung
menghindari lokasi rumah tinggal pada Dengan adanya hal tersebut, maka
lahan dengan kemiringan yang curam. preferensi bermukim buruh industri terkait
dengan kemudahan mengakses jalan gang
ii. Kemiringan lahan pada lingkungan rumah
yaitu mereka akan cenderung memilih
tinggal berpengaruh terhadap keamanan untuk melalui jalan gang yang berada pada
atas kondisi kemiringan lahan saat ini yang
lahan datar hingga lahan dengan
ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar kemiringan sedang. Jika memungkinkan,
0,000 (nilai tersebut <0,05 yang berarti ada mereka akan cenderung menghindari lokasi
pengaruh signifikan). lahan dengan kemiringan yang curam
Tingkat kepuasan terhadap rasa aman tersebut.
dalam memiliki rumah tinggal yang berada
pada lahan datar hingga kemiringan lahan iv. Kemiringan lahan pada lingkungan rumah
sedang lebih tinggi (sebanyak 66,66% tinggal berpengaruh terhadap kemudahan
responden) jika dibandingkan dengan akses jalan setapak saat ini yang
tingkat keamanan penghuni yang tinggal di ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar
area dengan kemiringan lahan curam 0,000 (nilai tersebut <0,05 yang berarti ada
(sebanyak 33,33% responden). Responden pengaruh signifikan).
yang tinggal di lahan dengan kemiringan
curam sebanyak 100% merasa kondisi Aksesibilitas terhadap jalan setapak yang
tersebut kurang aman karena selain berada pada lahan datar hingga kemiringan
pergerakan di lingkungan rumah tinggal lahan sedang lebih mudah untuk dilalui jika
dibandingkan dengan jalan setapak pada
44
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

kemiringan lahan yang curam (50% Kristen Protestan atau Katolik, mereka akan
responden menjawab agak sulit dilalui dan lebih memilih untuk tinggal di lingkup area
sisanya menjawab sulit dilalui). Hal ini yang terdapat Gereja didalamnya.
dapat terjadi karena pada kawasan
permukiman ini masih banyak terdapat c. Orientasi bangunan rumah tinggal saat
jalan setapak terutama dengan kemiringan ini
curam belum mengalami perkerasan (masih Orientasi bangunan rumah tinggal di
berupa tanah atau bebatuan) sehingga agak lingkungan permukiman Tiban Kampung
sulit untuk dilalui. berpengaruh terhadap kepuasan pelayanan
persampahan saat ini yang ditunjukkan dengan
Dengan adanya hal tersebut, maka nilai signifikan sebesar 0,003 (nilai tersebut
preferensi bermukim buruh industri terkait <0,05 yang berarti ada pengaruh signifikan).
dengan kemudahan mengakses jalan
setapak yaitu mereka akan cenderung Pengaruh orientasi bangunan rumah tinggal
memilih untuk melalui jalan setapak yang terhadap tingkat kepuasan pelayanan
berada pada lahan datar hingga lahan persampahan di lingkungan permukiman
dengan kemiringan sedang. Jika Tiban Kampung yaitu didasari oleh adanya
memungkinkan, mereka akan cenderung pelayanan pengangkutan sampah yang hanya
menghindari lokasi lahan dengan dapat menjangkau rumah yang berorientasi
kemiringan yang curam tersebut. pada skala jalan lingkungan utama hingga
jalan gang di dalam kawasan tersebut.
b. Ketersediaan sarana peribadatan Sedangkan untuk rumah yang berorientasi
Ketersediaan sarana peribadatan di lingkungan pada jalan setapak maupun lapangan (biasanya
permukiman Tiban Kampung berpengaruh berada ditengah-tengah kumpulan rumah)
terhadap kemudahan mengakses lokasi sarana belum dapat terlayani oleh jasa pengangkutan
peribadatan saat ini yang ditunjukkan dengan sampah sehingga sebanyak 58,33% responden
nilai signifikan sebesar 0,000 (nilai tersebut menyatakan kurang puas. Selain itu,
<0,05 yang berarti ada pengaruh signifikan). ketidakpuasan pelayanan persampahan di
Ketersediaan sarana peribadatan yang permukiman Tiban Kampung ini juga
berlokasi dekat dengan rumah tinggal telah disebabkan oleh minimnya keberadaan
memberikan kepuasan (93,33%) bagi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang
penghuni karena mudah mengakses sarana mudah dijangkau oleh penghuni.
peribadatan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, preferensi bermukim
Dengan adanya hal tersebut, maka preferensi buruh industri di permukiman Tiban Kampung
bermukim buruh industri terkait dengan jika dikaitkan dengan kondisi orientasi
kemudahan mengakses sarana peribadatan bangunan rumah tinggalnya yang berhadapan
yaitu bagi responden yang beragama Islam, dengan jalan lingkungan utama maupun jalan
mereka akan cenderung memilih untuk tinggal gang akan cenderung memilih menggunakan
berdekatan dengan Masjid atau Musholla. jasa pengangkutan sampah. Sedangkan untuk
Sedangkan untuk responden yang beragama responden yang tinggal berhadapan dengan

45
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

jalan setapak atau lapangan, maka mereka D.5. Analisis Pengaruh Faktor-faktor pada
akan memilih untuk membuang sampah Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi
langsung ke Tempat Pembuangan Sementara Bermukim Buruh Industri di Permukiman
(TPS). Tiban Kampung

d. Frekuensi penggunaan halte bus Berikut akan diuraikan pengaruh yang


Frekuensi penggunaan halte bus yang berada dihasilkan faktor-faktor tersebut terhadap
di muka kawasan permukiman Tiban preferensi bermukim buruh industri di
Kampung oleh responden berpengaruh permukiman Tiban Kampung.
terhadap kepuasan atas kondisi halte bus saat
1. Faktor pendapatan rata-rata per bulan
ini yang ditunjukkan dengan nilai signifikan
Berbagai pilihan terkait kepuasan pada kondisi
sebesar 0,000 (nilai tersebut <0,05 yang berarti
rumah tinggal maupun kondisi lingkungan
ada pengaruh signifikan).
permukiman bagi para responden yang bekerja
sebagai buruh industri sangat dipengaruhi oleh
Semakin sering responden menggunakan halte
tingkat pendapatannya. Jika pendapatan yang
bus yang berada di muka kawasan
diperoleh terbatas untuk memenuhi kebutuhan
permukiman Tiban Kampung, maka semakin
hidup sehari-hari, maka dapat disimpulkan
menurun tingkat kepuasan terhadap kondisi
bahwa buruh industri tersebut hanya dapat
halte bus tersebut (sebanyak 48,33% responde
memilih sebagian saja dari preferensinya
merasa kondisi halte bus kurang memadai).
terhadap rumah tinggal dan lingkungannya.
Hal ini terjadi karena adanya alasan bahwa
Dalam penelitian ini kepuasan terhadap
penggunaan halte bus sebagai prasarana
fasilitas persampahan yang ada di lingkungan
transportasi yang cukup penting di kawasan
rumah tinggalnya menyebabkan munculnya
tersebut juga sering dimanfaatkan pada malam
preferensi terhadap ketersediaan Tempat
hari maupun dini hari dalam kaitannya dengan
Pembuangan Sementara di berbagai sudut
waktu pekerjaan responden sebagai buruh
permukiman sehingga mudah dijangkau oleh
industri yang menggunakan sarana angkutan
seluruh warga di Tiban Kampung.
umum maupun mobil antar jemput karyawan
untuk menuju ke tempat kerjanya. Kondisi
2. Faktor jumlah anggota keluarga
tersebut dirasa kurang memadai karena
Karakteristik rumah tangga penghuni berupa
ketersediaan lampu penerangan di halte bus
jumlah anggota keluarga yang menghuni
dan lingkungan sekitarnya yang masih
rumah tersebut, dalam penelitian ini
dianggap kurang terang sehingga dapat
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan jumlah
mengurangi rasa nyaman dan aman dari
kamar tidur pada rumah tinggalnya.
penggunanya.

Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk


Berdasarkan hal tersebut, maka preferensi
pengaruh terhadap preferensi bermukim buruh
bermukim buruh industri di permukiman
industri yang dihasilkan dari adanya faktor
Tiban Kampung terhadap kualitas halte bus
jumlah anggota keluarga yaitu jumlah anggota
mencakup pentingnya ketersediaan lampu
keluarga saat ini akan menentukan tingkat
penerangan yang dapat berfungsi optimal pada
waktu malam hari.

46
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

kebutuhan ruang di dalam rumah tinggal, 5. Ketersediaan sarana peribadatan


terutama kebutuhan akan jumlah kamar tidur.
Ketersediaan sarana peribadatan di lingkungan
permukiman Tiban Kampung berpengaruh
3. Faktor luasan ruang tamu
terhadap kemudahan mengakses lokasi sarana
Faktor Luasan Ruang Tamu ini merupakan
peribadatan karena lokasinya dekat dari rumah
salah satu kebutuhan fisiologis berupa
sehingga bisa dijangkau hanya dengan berjalan
tersedianya ruang gerak yang cukup bagi
kaki. Meskipun komposisi agama penduduk di
aktifitas di dalam rumah. Faktor ini
Tiban Kampung berbaur di berbagai lokasi,
berpengaruh terhadap kepuasan atas kondisi
namun karena adanya keterbatasan
ruang tamu di rumah tinggal responden
ketersediaan sarana peribadatan seperti Gereja,
sehingga memunculkan pengaruh berupa
maka preferensi penduduk yang beragama
adanya preferensi buruh industri di Tiban
Kristen Protestan cenderung tinggal
Kampung untuk memiliki luasan ruang tamu
mengelompok di wilayah RW. 07 yang
yang lebih luas dan disesuaikan dengan
mayoritas beragama Kristen. Sedangkan untuk
kebutuhan anggota keluarga maupun
ketersediaan Masjid/ Musholla sudah tersebar
kebutuhan terhadap adanya interaksi sosial
di seluruh lingkup wilayah karena adanya
dengan tetangga maupun kerabat yang ingin
dominasi penduduk yang beragama Islam.
berkunjung ke rumah mereka.

6. Orientasi bangunan rumah tinggal saat


Di sisi lain, meskipun luasan ruang tamu yang
ini
semakin besar turut meningkatkan kepuasan
Bentuk pengaruh yang dihasilkan faktor
terhadap kondisi ruang tamu, namun luasan
kondisi orientasi bangunan rumah tinggal
ruang tamu ini tidak menjadi prioritas dalam
terhadap preferensi bermukim yaitu berupa
menentukan ruang-ruang dalam rumah tinggal,
keinginan dari responden yang memiliki
melainkan yang menjadi prioritas adalah
orientasi bangunan rumah tinggal berhadapan
jumlah kamar tidur yang harus diupayakan
dengan jalan lingkungan utama maupun jalan
untuk disesuaikan dengan kebutuhan seluruh
gang akan cenderung memilih menggunakan
anggota keluarga.
jasa pengangkutan sampah. Sedangkan untuk
responden yang tinggal berhadapan dengan
4. Kemiringan lahan pada lingkungan
jalan setapak atau lapangan, maka mereka
rumah tinggal
akan memilih untuk membuang sampah
Bentuk pengaruh yang dihasilkan oleh faktor langsung ke Tempat Pembuangan Sementara
kemiringan lahan rumah tinggal tersebut yaitu (TPS) dan jika terdapat tanah kosong di sekitar
berupa keinginan responden untuk lebih rumah, maka mereka akan lebih memilih
memilih kondisi lahan yang datar atau paling untuk menimbun dan membakar sampah
tidak maksimal dengan kemiringan lahan yang tersebut
sedang. Selain mempengaruhi kenyamanan
kemiringan lahan yang curam akan lebih 7. Frekuensi penggunaan halte bus
menyulitkan penghuni dalam beraktifitas di
Bentuk pengaruh yang dihasilkan faktor
luar rumah.
frekuensi penggunaan halte bus yang berada di

47
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

muka kawasan Tiban Kampung terhadap industri di kawasan permukiman Tiban


preferensi bermukim buruh industri di Kampung yaitu sebagai berikut:
permukiman Tiban Kampung yaitu berupa
keinginan adanya peningkatan kualitas halte 1. Faktor kondisi pendapatan rata-rata per
bus mencakup pentingnya ketersediaan lampu bulan saat ini menghasilkan bentuk
penerangan yang dapat berfungsi optimal pada pengaruh terhadap preferensi bermukim
waktu malam hari. buruh industri yaitu berupa adanya
keinginan terhadap ketersediaan Tempat
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pembuangan Sementara di berbagai
sudut permukiman yang dapat dengan
E.1. Kesimpulan mudah dijangkau oleh seluruh warga di
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Tiban Kampung. Hal ini terkait dengan
mengenai kondisi permukiman yang tingkat kepuasan pelayanan
berpengaruh terhadap preferensi bermukim persampahan di permukiman Tiban
buruh industri di kawasan permukiman Tiban Kampung yang diraakan oleh responden
Kampung tersebut, diperoleh kesimpulan kurang memuaskan (sebanyak 76,66%
sebagai berikut: responden).
2. Faktor kondisi jumlah anggota keluarga
A. Faktor-faktor pada kondisi permukiman
saat ini menghasilkan bentuk pengaruh
saat ini yang berpengaruh secara signifikan
terhadap preferensi bermukim buruh
terhadap preferensi bermukim buruh
industri yaitu berupa adanya penentuan
industri selama tinggal di kawasan
tingkat kebutuhan ruang di dalam rumah
permukiman Tiban Kampung tersebut yaitu
tinggal, terutama kebutuhan akan
sebagai berikut:
jumlah kamar tidur yang didasarkan
1. Faktor pendapatan rata-rata per bulan
pada banyaknya jumlah anggota
(nilai sig. 0,000)
keluarga saat ini. Hal ini terkait dengan
2. Jumlah anggota keluarga (nilai sig.
tingkat kepuasan responden yang
0,031)
merasa bahwa kondisi jumlah kamar
3. Faktor luasan ruang tamu (nilai sig.
tidur pada rumah tinggal saat ini sudah
0,000)
dirasa cukup (sebanyak 85%
4. Kemiringan lahan pada lingkungan
responden).
rumah tinggal (nilai sig. 0,000)
3. Faktor kondisi luasan ruang tamu pada
5. Ketersediaan sarana peribadatan (nilai
rumah tinggal saat ini menghasilkan
sig. 0,000)
bentuk pengaruh terhadap preferensi
6. Orientasi bangunan rumah tinggal saat
bermukim buruh industri yaitu berupa
ini (nilai sig. 0,003)
adanya keinginan untuk memiliki luasan
7. Frekuensi penggunaan halte bus (nilai
ruang tamu yang lebih luas dan
sig. 0,000)
disesuaikan dengan kebutuhan anggota
keluarga maupun kebutuhan terhadap
B. Bentuk pengaruh yang dihasikan faktor-
adanya interaksi sosial dengan tetangga
faktor pada kondisi permukiman saat ini
maupun kerabat yang ingin berkunjung
terhadap preferensi bermukim buruh
ke rumah mereka. Hal ini terkait dengan

48
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

ketidakpuasan responden terhadap luas 6. Faktor kondisi orientasi bangunan


rumah yang kurang dari 4 m2 (sebanyak rumah tinggal saat ini menghasilkan
26,66% responden), sedangkan bentuk pengaruh terhadap preferensi
responden merasa puas atas kondisi luas bermukim buruh industri yaitu berupa
ruang tamu yang lebih besar dari 4 m2 adanya keinginan dari responden yang
(sebanyak 43,33% responden). memilih orientasi bangunan rumah
4. Faktor kondisi kemiringan lahan pada tinggal berhadapan dengan jalan
rumah tinggal saat ini menghasilkan lingkungan utama maupun jalan gang
bentuk pengaruh terhadap preferensi akan cenderung memilih menggunakan
bermukim buruh industri yaitu berupa jasa pengangkutan sampah. Hal ini
adanya keinginan responden untuk lebih terkait dengan tingkat kepuasan
memilih kondisi lahan yang datar atau terhadap pelayanan persampahan di
paling tidak maksimal dengan permukiman Tiban Kampung yang
kemiringan lahan yang sedang. Hal ini menyatakan kurang puas terhadap
terkait dengan ketidaknyamanan pelayanan persampahan yang ada
responden yang tinggal pada lahan (sebanyak 86,66%). Sedangkan untuk
dengan kemiringan curam (sebanyak responden yang tinggal berhadapan
85% responden menjawab kurang dengan jalan setapak atau lapangan,
nyaman dan sebanyak 15% responden maka mereka akan memilih untuk
menjawab tidak nyaman). membuang sampah langsung ke Tempat
5. Faktor kondisi ketersediaan sarana Pembuangan Sementara (TPS) dan jika
peribadatan pada lingkungan rumah terdapat tanah kosong di sekitar rumah,
tinggal saat ini menghasilkan bentuk maka mereka akan lebih memilih untuk
pengaruh terhadap preferensi bermukim menimbun dan membakar sampah
buruh industri yaitu berupa adanya tersebut.
keinginan dari responden untuk tinggal 7. Faktor frekuensi penggunaan halte bus
tidak jauh dari rumah ibadah sesuai yang berada di muka kawasan Tiban
agamanya masing-masing. Hal ini Kampung saat ini menghasilkan bentuk
terkait dengan tingkat kepuasan pengaruh terhadap preferensi bermukim
responden yang menyatakan bahwa buruh industri yaitu berupa adanya
ketersediaan sarana ibadah di keinginan dari responden terhadap
permukiman Tiban Kampung mudah adanya peningkatan kualitas halte bus
diakses (sebanyak 96,66% responden). mencakup pentingnya ketersediaan
Bagi responden beragama Kristen lampu penerangan yang dapat berfungsi
Protestan, mereka cenderung memilih optimal pada waktu malam hari. Hal ini
tinggal mengelompok di wilayah yang terkait dengan tingkat kepuasan
mayoritas beragama Kristen. Sedangkan responden terhadap kondisi halte bus
untuk responden yang beragama Islam tersebut yang menyatakan bahwa
akan cenderung memilih tinggal pada kondisi halte kurang memadai
lokasi yang terdapat Masjid atau (sebanyak 48,33% responden).
Musholla di lingkungannya.

49
Tiara Armela : Pengaruh Kondisi Permukiman Terhadap Preferensi Bermukim Buruh Industri di Permukiman
Tiban Kampung (36-51)

E.2. Rekomendasi Perumahan Menengah ke Bawah di Kota


Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, Bekasi, Bandung: SAPPK ITB (2010), 2009
maka rekomendasi yang diajukan mengenai
preferensi bermukim buruh industri di Basir, Muhammad, Hubungan Sosial Dan
permukiman Tiban Kampung yaitu: Akses Sosial Masyarakat Pada Lingkungan
Pemukiman Kumuh Di Kota Makasar, Jurnal
1. Bagi penghuni kawasan permukiman Tiban
Perkotaan (Juni 2012 Vol. 4 No. 1), 2012
Kampung, mengingat bahwa kawasan
tersebut terdiri dari tingkat kemiringan
Bourne, L.S., Internal Structure of the City -
lahan yang bervarisi, maka dalam
Readings on Space and Environment, Oxford
merencanakan membangun maupun
University Press. Inc. Oxford, 1975
merenovasi rumah tinggalnya yang berada
pada kemiringan tertentu (cenderung
Budihardjo, Eko, Percikan Masalah
curam) agar berkonsultasi terlebih dulu
Arsitektur, Perumahan Perkotaan,
kepada instansi pemerintah daerah terkait
Yogyakarta: Gajah Mada University, Press,
mengenai kelayakan (keamanan) lahan
1994
tersebut untuk dibangun rumah tinggal
diatasnya demi menjaga keselamatan
Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto, Kota
penghuni.
Berkelanjutan, Bandung: PT. Alumni, 2013
2. Bagi Pemerintah Daerah Kota Batam, dapat
dijadikan bahan referensi untuk membuat
Chiara, Joseph De dan Lee E. Koppelman,
pedoman dalam rencana pengembangan
Standar Perencanaan Tapak, Jakarta: Penerbit
permukiman di kawasan permukiman
Erlangga, 2008
Tiban Kampung serta sebagai referensi
untuk pengembangan permukiman lain
Doxiadis, C., Ekistics: An Introduction to the
yang sejenis.
Science of Human Settlements, London:
3. Bagi akademisi, perlu dilakukan penelitian
Hutchinson, 1967
lebih mendalam mengenai karakteristik
buruh industri yang mencakup pola
Gandarum, Dedes Nur, Prinsip-prinsip
aktifitas buruh industri dan keluarganya
Pengembangan Permukiman Baru : Tinjauan
dalam bermukim di permukiman Tiban
Arsitektur Kota, Jakarta: Penerbit Universitas
Kampung. Hal ini bertujuan untuk melihat
Trisakti, 2008
lebih dalam terkait pengaruh pola aktifitas
buruh industri terhadap preferensi
Habraken, NJ., Transformation Of The Site.
bermukim.
Cambridge: Massachusetts Summer, 1982

DAFTAR RUJUKAN Harun, Ismet Belgawan, Materi Kuliah :


Dimensi dan Unsur-unsur Perumahan dan
Abadi, Agustinus Adib, Menuju Lingkungan Permukiman, Bandung, 2014
Perumahan Perkotaan yang Berkualitas :
Belajar dari Fenomena Rumah Kosong pada Joga, Nirwono, Gerakan Kota Hijau. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2013

50
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015

Koestoer, R. H., dkk., Dimensi Keruangan


Kota; Teori dan. Kasus, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 2001

Morris, Earl W et.al., Housing Norms,


Housing Satisfaction and the Propensity to
Move, 1976

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor:


Penerbit Ghalia Indonesia, 2011

Pemerintah Daerah Kota Batam, Batam Dalam


Angka 2013, Pemerintah Daerah Kota Batam.
Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
Sekupang, Kota Batam.

Sastra M, Suparno dan Endy Marlina,


Perencanaan dan Pengembangan Perumahan,
Yogyakarta: ANDI, 2006

Sinulangga, Budi D., Pembangunan Kota


Tinjauan Regional dan Lokal, Jakarta: Sinar
Harapan, 2005

Snyder, James C. Dan Anthony J. Catanese,


Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga, 1979

Soetomo, Sugiono, Urbanisasi dan Morfologi


: Proses Perkembangan Peradaban dan
Wadah Ruangnya Menuju Ruang yang
Manusiawi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013

51

Anda mungkin juga menyukai