Anda di halaman 1dari 150

PENGARUH INTERAKSI EDUKATIF TERHADAP MINAT BELAJAR

MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Djuanda Bogor

Oleh:
Yuni Rahayu
NIM. H.1710557

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2021/1442 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul: “PENGARUH INTERAKSI EDUKATIF TERHADAP MINAT

BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR” yang disusun oleh:

Nama : Yuni Rahayu

NIM : H.1710557

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dalam ujian akhir pada Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Djuanda Bogor.

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Rusi Rusmiati


Aliyyah, M.Pd M. Rendi Ramdhani, M.Pd.I
NPP: 213 870 544 NPP: 213 870 637

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul : ‘‘PENGARUH INTERAKSI EDUKATIF TERHADAP


MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR” yang disusun oleh:

Nama : Yuni Rahayu

NIM : H.1710557

Telah diajukan pada tanggal 06 Juli 2021 dan sahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor.

Panitia Ujian,
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

Dr. Rusi Rusmiati Aliyyah,


M.Pd M. Rendi Ramdhani, M.Pd.I
NPP: 213 870 544 NPP: 213 870 637

Dosen Penguji I Dosen Penguji II,

Resti Yektyastuti. M.Pd Wilis Firmansyah, M.Pd


NPP.213 870 658 NPP.213 870 736
Mengetahui,
Dekan, Ketua Program Studi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Zahra Khusnul Latifah, M.Pd.I. Dr. Helmia Tasti Adri, M.Pd.Si.


NPP. 213 870 716 NPP. 213 870 655

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh

Interaksi Edukatif terhadap Minat Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar” yang saya

susun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Djuanda

Bogor adalah merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari

karya orang lain telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah,

dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan hasil kerja

saya sendiri atau plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi

pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bogor, 06 Juli 2021


Yang Membuat Pernyataan

Yuni Rahayu
H.1710557

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakaatuh.

Puji dan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan

hidayah kepada kita semua, sehingga Skripsi dengan judul “Pengaruh Interaksi

Edukatif Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar” yang

disusun dalam rangka persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

program studi pendidikan guru sekolah dasar dapat disusun. Dalam

menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai

pihak.oleh karena itu penulis mengungkapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Ibu dan Keluarga saya yang senantiasa memberikan semangat,

motivasi dan mendukung dalam penelitian ini.

2. Bapak Dr. H. Martin Roestamy, S.H, M.H. selaku Chancellor dan ketua

Pembina Yayasan Pusat Studi Pengembangan Islam Amaliyah Indonesia

(YPSPIAI) yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menimba ilmu di Universitas Djuanda Bogor.

3. Ibu Dr. Hj. R. Siti Pupu Fauziah, S.Pd.I, M.Pd.I. selaku Direktur Eksekutif

Yayasan PSPIAI, yang senantiasa memberikan inspirasi dan motivasi untuk

selalu semangat dalam menuntut ilmu.

4. Dr. Bambang Widjodjanto, SH, M.Sc selaku Ketua Umum Yayasan Pusat

Studi Pengembangan Amaliah (YPSPIAI) yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di Universitas Djuanda

Bogor.
5. Bapak Dr. Ir. Dede Kardaya, M.Si. selaku Rektor Universitas Djuanda Bogor

yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu dan

mengembangkan potensi diri untuk berkarya.

6. Ibu Zahra Khusnul Lathifah, M.Pd.I. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor yang telah memberikan izin

penelitian dalam menyelesaikan skripsi.

7. Ibu Dr. Helmia Tasti Adri, M.Pd.,Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Universitas Djuanda Bogor yang telah memberikan arahan dan

informasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Ibu Dr. Rusi Rusmiati Aliyyah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Utama,

yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dengan penuh

kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak M. Rendi Ramdhani, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing Pendamping,

yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dengan penuh

kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Djuanda Bogor yang telah banyak membantu memberikan ilmu

dan informasi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Bapak Hendy Rohaendy, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Cimonteng yang

telah memberikan izin dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.


12. Para Dewan Guru dan Staf SDN Cimonteng yang telah senantiasa

memberikan bantuan dan informasi untuk mendukung data penelitian

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan khususnya untuk “Keluarga Cimol” dan keluarga

“kosan putri” yang telah memberikan motivasi dalam penelitian, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

14. Rekan-rekan seperjuangan kelas PGSD B yang telah memberikan dorongan

selama kegiatan penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Demikian Skripsi ini penulis susun dengan harapan dapat bermanfaat bagi

penulis maupun pembaca, dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari masih

banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun.

Bogor, 06 Juli 2021


Penyusun

Yuni Rahayu
H.1710557
ABSTRAK

Yuni Rahayu NIM: H.1710557 Pengaruh Interaksi Edukatif Terhadap Minat


Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Djuanda
Bogor. 2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi edukatif
terhadap minat belajar matematika siswa sekolah dasar, dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif korelasi kausalitas. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 5 SDN Cimonteng yang berjumlah 25 siswa.Teknik pengumpulan
data menggunakan angket dalam bentuk selebaran yang dibagikan secara
langsung. Uji validitas menggunakan penilaian dari ahli dan butir instrumen yang
di uji coba kepada non sampel dengan rumus Korelasi Product Moment. Uji
reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Teknik analisis menggunakan
analisis statistik deskriptif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh
hasil nilai signifikansi yaitu 0,002<0,05 sehingga terdapat pengaruh yang positif
antara interaksi edukatif terhadap minat belajar matematika siswa sekolah dasar..
Hasil analisis data juga menunjukan R Square sebesar 0,346 yang artinya interaksi
edukatif memiliki pengaruh sebesar 34,6% terhadap minat belajar matematika.
Kata kunci: Kuantitatif, Korelasi Kausalitas, Siswa Kelas 5
ABSTRACT

Yuni Rahayu NIM: H.1710557 The Effect of Educational Interaction on Interest


in Learning Mathematics of Elementary School Students. Thesis for Elementary
School Teacher Education, Faculty of Teacher Training and Education,
Djuanda University, Bogor. 2021
This study aims to determine the effect of educational interaction on
interest in learning mathematics for elementary school students, using a causal
correlation quantitative approach. The sample in this study was grade 5 students
at SDN Cimonteng, totaling 25 students. The data collection technique used a
questionnaire in the form of leaflets which were distributed directly. The validity
test uses expert judgments and instrument items that are tested on non-sample
with theCorrelation formula Product Moment. Reliability test usingformula
Cronbach's Alpha. The analysis technique used descriptive statistical analysis.
Based on the analysis that has been done, the results of the significance value are
0.002 <0.05 so that there is a positive influence between educational interactions
on interest in learning mathematics for elementary school students. The results of
data analysis also show an R Square of 0.346 which means that educational
interactions have an effect of 34, 6% of interest in learning mathematics.
Keywords: Quantitative, Causality Correlation, Grade 5 Students 
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................vii

ABSTRACT..........................................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................8

C. Batasan Masalah...........................................................................................8

D. Rumusan Masalah.........................................................................................8

E. Tujuan Penelitian..........................................................................................9

F. Manfaat Penelitian........................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................11

A. Kajian Teori................................................................................................11

1. Interaksi Edukatif....................................................................................11

2. Minat Belajar...........................................................................................31
3. Pembelajaran Matematika.......................................................................40

B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................................44

C. Kerangka Berpikir.......................................................................................49

D. Hipotesis Penelitian.....................................................................................50

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................52

A. Desain Penelitian.........................................................................................52

B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................52

C. Populasi dan Sampel...................................................................................53

D. Variabel Penelitian......................................................................................54

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..................................................57

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen...........................................................59

G. Teknik Analisis Data...................................................................................67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................72

A. Gambaran Umum........................................................................................72

1. Profil Sekolah..........................................................................................72

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Sekolah..................................................72

3. Organisasi Sekolah..................................................................................74

4. Data Tenaga Pendidik SDN Cimonteng..................................................75

5. Data Siswa...............................................................................................77

6. Sarana dan Prasarana SDN Cimonteng...................................................77

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian..................................................................78

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data..............................................................84

1. Uji Normalitas.........................................................................................84
2. Uji Linearitas...........................................................................................85

D. Pengujian Hipotesis.....................................................................................86

1. Analisis Persamaan Regresi....................................................................86

2. Analisis Koefisien Determinasi...............................................................87

3. Uji Signifikansi........................................................................................88

E. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................94

A Kesimpulan.................................................................................................94

B Saran............................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................96

LAMPIRAN........................................................................................................100
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Minat Belajar......................................................................................6

Tabel 2 Waktu Penelitian.......................................................................................53

Tabel 3 Definisi Operasional Variabel (X)............................................................55

Tabel 4 Definisi Operasional Variabel (Y)............................................................56

Tabel 5 Perhitungan Skor Angket..........................................................................58

Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian...................................................................58

Tabel 7 Konversi Koefisien Korelasi.....................................................................60

Tabel 8 Kriteria Reliabilitas...................................................................................62

Tabel 9 Distribusi Layak dan Gugur Angket Interaksi Edukatif...........................63

Tabel 10 8 Distribusi Layak dan Gugur Angket Minat Belajar Matematika.........64

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Angket Interaksi Edukatif........65

Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba instrumen Angket Minat Belajar

Matematika.............................................................................................................65

Tabel 13 Uji Reliabilitas Instrumen Interaksi Edukatif.........................................66

Tabel 14 Uji Reliabilitas Instrumen Minat Belajar Matematika............................66

Tabel 15 Data tenaga pendidik di SDN Cimonteng...............................................75

Tabel 16 Data Siswa SDN Cimonteng...................................................................77

Tabel 17 Data Sarana Prasarana.............................................................................77

Tabel 18 Hasil Analisis Deskriptif.........................................................................78

Tabel 19 Skor Indikator Angket Interaksi Edukatif...............................................79

Tabel 20 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Edukatif..................................80

Tabel 21 Skor Indikator Angket Minat Belajar Matematika.................................82


Tabel 22 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Belajar Matematika......................83

Tabel 23 Hasil Uji Normalitas...............................................................................84

Tabel 24 Hasil Uji Linearitas.................................................................................85

Tabel 25 Hasil Analisis persamaan Regresi Sederhana.........................................86

Tabel 26 Hasil Analisis Koefisien Determinasi.....................................................87

Tabel 27 Hasil Uji Signifikansi..............................................................................88


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir.....................................................................................50

Gambar 2 Histogram Data Hasil Penelitian Variabel Interaksi Edukatif.............81

Gambar 3 Histogram Data Hasil Penelitian Variabel Minat Belajar Matematika 84


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Pra Uji Variabel X dan Y..............................101

Lampiran 2 Expert Judgement Angket Interaksi Edukatif..................................105

Lampiran 3 Surat Pernyataan Validasi Varibel ( X) Interaksi Edukatif.............107

Lampiran 4 Expert Judgement Minat Belajar Matematika.................................108

Lampiran 5 Surat Pernyataan Validasi Variabel (Y) Minat Belajar..................110

Lampiran 6 Instrumen Uji Coba.........................................................................111

Lampiran 7 Hasil Uji Coba Instrumen Interaksi Edukatif..................................115

Lampiran 8 Hasil Uji Coba Instrumen Minat Belajar Matematika.....................117

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Instrumen Interaksi Edukatif............................119

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Instrumen Minat Belajar Matematika.............120

Lampiran 11 Instrumen Setelah Uji Coba...........................................................121

Lampiran 12 Data Hasil Sebar Angket Interaksi Edukatif.................................125

Lampiran 13 Data Hasil Sebar Angket Minat Belajar Matematika...................126

Lampiran 14 Nilai r Tabel...................................................................................127

Lampiran 15 Nilai t Tabel...................................................................................128

Lampiran 16 Surat Izin Penelitian......................................................................129

Lampiran 17 Surat Balasan Penelitian................................................................130

Lampiran 18 Dokumentasi Uji Coba Instrumen Penelitian................................131

Lampiran 19 Dokumentasi Hasil Penelitian.......................................................132

Lampiran 20 Riwayat Hidup...............................................................................133


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19 menjadi sebuah

masalah bagi setiap aspek kehidupan. Bukan hanya dalam bidang kesehatan,

melainkan berpengaruh pula dalam aspek pendidikan di Indonesia. Hal ini

menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi setiap lembaga pendidikan di

Indonesia. Karena untuk mengantisipasi penularan virus tersebut maka

pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical

distancing, dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi tersebut

mengharuskan masyarakat harus beraktifitas dari rumah. Seperti belajar dari

rumah, bekerja dari rumah, serta beribadah dari rumah. Akibat kebijakan

tersebut maka setiap lembaga pendidikan harus menghentikan proses

pembelajaran secara tatap muka. Kemudian pemerintah pun mengeluarkan

kebijakan yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut yaitu dengan

melaksanakan pembelajaran secara daring. Sesuai dengan Surat Edaran

Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan

dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)

menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui

pembelajaran daring (Diskus, 2020).

1
2

Pelaksanaan kegiatan belajar dari rumah ini mengharuskan peserta

didik dapat mengakses materi dan sumber belajar tanpa batas waktu dan

tempat. Kegiatan belajar ini diharapkan dapat mendukung proses

pembelajaran jarak jauh dan mempermudah dalam penyebaran materi kepada

peserta didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang biasanya

dilaksanakan di sekolah dengan tatap muka langsung dengan bapak/ibu guru

dan teman-teman tidak dapat dilakukan pada masa pandemi ini. Untuk itu,

guru harus menyiapkan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk belajar dari rumah. Kondisi ini membuat guru harus mengubah strategi

belajar mengajarnya, seperti penggunaan media atau metode pengajaran yang

tepat maupun perilaku dan sikap guru dalam mengelola proses belajar

mengajar, serta melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dinamis antara

pendidik dengan peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar, dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar

tidak terlepas dari interaksi pendidik dan peserta didik. Proses interaksi ini

sangat penting dalam kelangsungan proses belajar mengajar, karena dalam

proses pembelajaran pendidik menyampaikan suatu pesan berupa

pengetahuan keterampilan, sikap dan etika kepada peserta didik melalui

proses interaksi,.

Dalam proses pembelajaran interaksi edukatif sangat berperan penting

dalam terciptanya suasana kegiatan belajar yang kondusif, efektif dan efisien

untuk menunjang pencapaian tujuan dari pembelajaran. Interaksi edukatif


3

yang dilakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, seperti pendidik

menyampaikan pesan atau informasi kepada peserta didik secara optimal,

pendidik memberikan penguatan dan pujian kepada siswa yang aktif, dan

guru memberikan evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran dengan

memberikan arahan yang jelas untuk tugas terstruktur yang harus dikerjakan

siswa secara individu maupun kelompok, sehingga hubungan timbal balik

antara guru dengan siswa dapat terjadi guna mencapai tujuan pembelajaran.

Kemudian, interaksi edukatif berperan penting dalam menumbuhkan

minat belajar bagi peserta didik. Minat adalah suatu rasa lebih suka atau rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Terdapat

faktor yang mempengaruhi minat belajar ada 2 yaitu, faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani, psikologis, dan kelelahan.

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi minat belajar yaitu

tujuan pengajaran, guru yang mengajar, bahan pengajaran, metode

pengajaran, media pengajaran dan lingkungan (Kompri, 2017). Khususnya

minat belajar siswa untuk mata pelajaran matematika.

Pembelajaran Matematika merupakan pembelajaran yang sangat

penting diajarkan sejak dini. Matematika dipelajari hampir disetiap jenjang

pendidikan, mulai dari Taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi,

bahkan dalam dunia kerja pun matematika tetap digunakan. Sayangnya,

kebanyakan siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang

sulit. Menurut penelitian yang dilakukan Sugilar (2013) bagi siswa yang

menganggap matematika menyenangkan maka minat belajarnya tinggi,


4

sedangkan bagi siswa yang memiliki minat belajar yang rendah terhadap

matematika akan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.

Faktor eksternal yang sangat erat kaitannya dengan minat belajar siswa

adalah guru yang mengajar. dalam proses pembelajaran daring guru memiliki

peran yang sangat penting. Guru dituntut tetap dapat melaksanakan

pembelajaran walaupun tidak dengan tatap muka dengan siswa. Dalam hal ini

guru dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran daring yang efektif dan

menyenangkan. Dimana guru harus menciptakan model, metode dan media

pembelajaran daring yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, guru juga harus menciptakan

proses pembelajaran daring yang di dalam nya tetap terjadi interaksi dari

berbagai arah. Tidak hanya dari satu arah yaitu guru dengan siswa. Sehingga

proses pembelajaran daring ini tetap berjalan aktif, komunikatif dan efektif.

Namun pada kenyataannya, terdapat berbagai dampak dan kendala

pembelajaran daring dapat dirasakan oleh guru, orang tua dan peserta didik.

Seperti masih rendahnya pemahaman tentang pembelajaran daring membuat

pelaksanaannya cenderung tidak berjalan dengan lancar, guru sulit

menjangkau seluruh siswa karena terhalang berbagai kendala seperti kuota

internet, handphone yang kurang memadai dan jaringan yang tidak stabil. Hal

ini disebabkan tidak semua wilayah di Indonesia terjangkau jaringan internet

yang memadai (Andi, 2020).


5

Berdasarkan hasil pendataan podes di Jawa Barat tahun 2019, masih

terdapat desa atau kelurahan yang tidak mendapatkan sinyal ketika di wilayah

tersebut ada Menara BTS. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 26.659

desa atau kelurahan mampu menerima sinyal kuat telepon seluler, padahal

tidak ada Menara BTS. Adapun desa atau kelurahan yang tidak menerima

sinyal telepon seluler sebanyak 5.972 desa atau kelurahan, dimana 39

diantaranya berada pada desa atau kelurahan yang terdapat menara BTS dan

sisanya 5.933 berada pada desa atau kelurahan tidak terdapat menara BTS

(Lestari, 2019). Hal ini mengakibatkan tidak seluruh daerah di Indonesia

terkoneksi oleh jaringan internet dengan baik.


6

Kondisi tersebut mengakibatkan proses interaksi yang terjadi dalam

pembelajaran daring antara guru dengan peserta didik sangat terganggu,

sehingga tidak adanya keleluasaan bagi peserta didik untuk bertanya terkait

dengan materi yang diajarkan. Kemudian, media pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran daring dirasa belum ramah kepada orang tua,

karena kurangnya pemahaman dalam menguasai media tersebut. Sehingga,

pembelajaran daring ini masih memerlukan penyesuaian agar dapat berjalan

dengan lancar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan masalah pada kegiatan

proses pembelajaran siswa kelas 5 di SDN Cimonteng tahun pelajaran

2020/2021 yang dilaksanakan secara daring (online) terutama dalam proses

menumbuhkan minat belajar matematika. Hal ini dibuktikan dengan data di

bawah ini.

Tabel 1 Data Minat Belajar

Jumlah Jumlah Persentase


No Minat Belajar Siswa Seluruh
Siswa

1. Siswa yang tidak menyukai 13 25 52%


pembelajaran matematika

2. Siswa yang tidak tertarik dalam 10 25 40%


mengikuti pembelajaran
matematika
3. Siswa yang tidak aktif dalam 5 25 20%
pembelajaran matematika
7

Pembelajaran Matematika yang dilakukan tidak secara tatap muka,

melainkan melalui aplikasi media sosial seperti WhatsApp Group. Pada saat

pembelajaran berlangsung seorang pendidik hanya mengirimkan foto atau

video materi pembelajaran, memberikan tugas kemudian meminta siswanya

untuk mengerjakan dan diberi waktu dalam mengerjakan tugas tanpa

menyampaikan materi secara langsung atau tidak memberikan penjelasan

pada peserta didik tentang materi yang diberikan. Sehingga, menyebabkan 13

orang peserta didik tidak menyukai pembelajaran matematika, 10 orang

peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran matematika, dan 5

orang peserta didik tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika

secara daring. Hal ini karena seorang 55% guru kurang dalam menciptakan

interaksi pembelajaran yang menarik, 45% media yang digunakan guru

kurang bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran serta 40% guru

kurang dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan. Hal ini menyebabkan minat belajar matematika menurun

sebesar 60% jika dibandingkan dengan pembelajaran secara langsung, peserta

didik menjadi bosan, jenuh dan tidak memiliki minat dalam mengikuti

pembelajaran serta interaksi edukatif dalam kegiatan pembelajaran tidak

berjalan sebagaimana mestinya.

Untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi

yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran dalam

mencapai tujuan pendidikan dimana siswa dapat sukses dalam tugas

belajarnya begitu pula guru dapat berhasil mengajar dan mendidik sesuai
8

dengan tujuan yang hendak dicapai. Selain itu, jika interaksi edukatif berjalan

dengan baik, maka siswa akan menyerap materi pembelajaran. Interaksi

edukatif yang baik akan memudahkan siswa dalam memahami penjelasan

guru, sehingga minat siswa dalam belajar dapat tumbuh dengan baik sesuai

dengan kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran. Berdasarkan

permasalahan yang terjadi, dalam hal ini peneliti merasa perlu melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh interaksi edukatif terhadap minat belajar

matematika siswa Sekolah Dasar”

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. 52% peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran

Matematika

2. 40% peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran

matematika

3. 20% peserta didik tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika

4. 45% media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi

5. 55% guru kurang berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran

daring

6. 40% guru kurang dalam menciptakan suasana pembelajaran daring yang

kondusif dan menyenangkan.


9

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah pada

penelitian ini difokuskan pada pengaruh interaksi edukatif terhadap minat

belajar matematika siswa sekolah dasar.

D. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh interaksi edukatif terhadap minat belajar matematika

siswa sekolah dasar?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya pengaruh interaksi edukatif terhadap minat belajar

matematika siswa sekolah dasar.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam mengembangkan

kajian ilmu pengetahuan bagi guru mengenai interaksi edukatif selama

proses pembelajaran, sehingaa pembelajaran yang berlangsung dapat

berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru dalam menambah pengetahuan

atau wawasan mengenai pentingnya Interaksi edukatif pada setiap

pembelajaran guna menumbuhkan minat belajar peserta didik.

b. Bagi Siswa
10

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa dalam mengembangkan minat

belajar khususnya untuk pembelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah dalam memfasilitasi minat

belajar yang terdapat dalam diri siswa dengan menyediakan sumber

belajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dalam diri

siswa saat mengikuti proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya

dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

d. Bagi orang tua

Meningkatkan peran orang tua kepada anaknya dalam menumbuhkan

minat belajar matematika.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar adalah sesuatu keinginan atas kemauan yang

disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya

melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa

pengetahuan, sikap dan keterampilan (Priansa, 2015). Sedangkan

menurut pendapat yang lain minat belajar adalah kecenderungan siswa

terhadap aspek belajar (Kompri, 2015). Minat tidak dibawa sejak

lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu

dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi

penerimaan minat-minat baru. Sejalan dengan pendapat diatas minat

belajar adalah rasa suka yang timbul dari dalam diri seseorang karena

adanya ketertarikan terhadap sesuatu kegiatan pembelajaran yang

kemudian dilakukan dan mendatangkan kepuasan dalam dirinya

(Zulaikha, 2014).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, bahwa minat belajar

adalah suatu keinginan atau ketertarikan dalam diri siswa terhadap

pelajaran tertentu disertai dengan perhatian dan keaktifan untuk

menguasai pengetahuan dan pengalaman yang disertai dengan rasa

senang dan kepuasan pada diri siswa.

11
12

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat

216 yang berbunyi:

ٓ ٰ ‫َسى اَ ْن تَ ْك َرهُوْ ا َش ْيـًٔا َّوهُ َو خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۚ َوع‬


‫َسى اَ ْن تُ ِحبُّوْ ا َش ْيـًٔا َّوه َُو‬ ٓ ٰ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل َوهُ َو ُكرْ هٌ لَّ ُك ْم ۚ َوع‬
َ ِ‫ُكت‬

)216 :2/‫ ( البقرة‬٢١٦ ࣖ َ‫َش ٌّر لَّ ُك ْم ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم َواَ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬

“ Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi

kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi

kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui,

sedangkan kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah/2:216). Melalui

ayat tersebut hendaknya kita bisa memahami bahwa hanya Allah yang

Maha Mengetahui apa yang terbaik untukmu. Maka dari itu, jika pada

suatu saat kamu tengah mendapat musibah dan kesulitan, janganlah

mengeluh namun berdoa padanya. Dan jangan juga cepat menyerah

pada keadaan serta berperasangka buruk pada Allah SWT atas apa

yang terjadi padamu. Sesungguhnya segala yang terjadi padamu pasti

memiliki hikmah dibaliknya yang bisa kamu jadikan pelajaran

berharga untuk memperbaiki hidup dimasa depan.

b. Macam-macam minat belajar siswa

Setiap individu siswa memiliki berbagai macam minat dan potensi.

Secara konseptual minat siswa dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu:

1) Minat Personal

Minat personal terkait erat dengan sikap dan motivasi atas

mata pelajaran tertentu. Minat personal identik dengan minat


13

intrinsik siswa yang mengarah pada minat khusus pada ilmu sosial,

olahraga, sains, musik, kesusastraan, komputer dan lain

sebagainya. Selain itu, minat personal siswa juga dapat diartikan

dengan minat siswa dalam pilihan mata pelajaran.

2) Minat Situasional

Minat situasional menjurus pada minat siswa yang tidak

stabil dan relatif berganti-ganti tergantung dari faktor rangsangan

dari luar dirinya. Misalnya suasana kelas, cara mengajar guru,

dorongan keluarga. Minat situasional ini merupakan kaitan dengan

tema pelajaran yang diberikan

3) Minat Psikologikal

Minat psikologikal erat kaitannya dengan adanya sebuah

interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus

menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan

yang cukup tentang mata pelajaran, dan dia memiliki cukup

peluang untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur

(kelas) atau pribadi (di luar kelas), serta punya penilaian yang

tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa

peserta didik memiliki minat psikologikal terhadap mata pelajaran

tersebut (Priansa, 2015).


14

c. Fungsi minat belajar

Dalam kegiatan belajar, minat diperlukan karena memberikan

peran yang cukup besar bagi keberhasilan belajar. Terdapat fungsi

minat bagi siswa yaitu:

1) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh,

siswa berminat pada olahraga maka cita-citanya adalah menjadi

olahragawan yang berprestasi, sedangkan siswa berminat pada

kesehatan fisik maka cita-citanya menjadi dokter.

2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat siswa dalam

menguasai pembelajaran dapat mendorongnya untuk belajar

kelompok Bersama temannya meskipun suasana sedang hujan.

3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat

seseorang meskipun diajar dan diberikan pelajaran oleh guru yang

sama tetapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah

pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya

serap dan daya serap dipengaruhi oleh minat.

4) Minat yang terbentuk sejak kecil atau masa kanak-kanak sering

terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan (Kompri,

2015) .

d. Indikator minat belajar siswa

Berkaitan dengan minat belajar siswa, maka indikator adalah alat

pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat belajar.

Indikator minat belajar diantaranya:


15

1) Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran Sains, maka siswa harus terus mempelajari ilmu yang

berhubungan dengan Sains, tidak ada perasaan terpaksa untuk

mempelajari bidang tersebut.

2) Perhatian dalam belajar

Adanya perhatian menjadi salah satu indikator minat belajar.

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap

pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan

yang lain daripada itu. Seseorang yang memiliki minat belajar pada

objek tertentu maka dengan sendirinya siswa akan memperhatikan

objek tersebut.

3) Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu pelajaran karena faktor minat

belajarnya sendiri. Ada yang mengembangkan minat belajarnya

terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,

teman sekelas, dan bahan pengajaran yang menarik. Lama

kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minat belajarnya

terhadap mata pelajaran niscaya siswa bisa memperoleh prestasi

belajar yang berhasil, sekalipun tergolong siswa yang

berkemampuan rata-rata.

4) Manfaat dan fungsi mata pelajaran


16

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga

bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik, adanya manfaat dan

fungsi mata pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat

belajar, karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya

(Kompri, 2015).

Selain itu, terdapat indikator minat belajar diantaranya sebagai berikut:

1) Perasaan Senang

Siswa yang berminat dalam belajar selalu diikuti dengan perasaan

senang terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

2) Perhatian

Siswa yang memiliki minat terhadap belajar cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran dan

memungkinkan siswa belajar lebih giat.

3) Ketertarikan

Minat belajar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan

pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

4) Diperoleh kepuasan

Pelajaran yang diminati siswa cenderung diperhatikan dan mudah

dipahami serta diperoleh kepuasan.

5) Keterikatan
17

Siswa yang berminat dalam belajar cenderung mempunyai

keterkaitan pada pelajaran tanpa ada yang menyuruh karena sesuai

dengan kebutuhannya.

6) Partisipasi

Siswa yang berminat dalam belajar biasanya ditandai dengan

partisipasi aktif atau keterlibatan siswa pada aktivitas dan kegiatan

selama mengikuti pembelajaran (Slameto, 2010).

Dari pendapat di atas, penelitian ini menggunakan indikator

minat belajar sebagai berikut:

1) Perasaan senang

2) Perhatian

3) Ketertarikan

4) Keterikatan

5) Partisipasi

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

1) Faktor Internal

Dalam hal ini, terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat

belajar, yaitu faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.

a) Faktor Jasmani

(1) Faktor Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap

badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.


18

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

(2) Cacat tubuh, yang berarti sesuatu yang menyebabkan

kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau

badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-

lain.

b) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam

faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-

faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat bakat,

kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan

tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

(1) Kelelahan jasmani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena

kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,

sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian

tertentu.

(2) Kelelahan rohani, kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan


19

dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang hilang

(Slameto, 2010).

Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa keadaan

jasmani, rohani dan kelelahan itu mempengaruhi minat

seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada belajar, ketiga

faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk

belajar sesuatu mata pelajaran. Agar siswa memiliki minat

belajar yang baik haruslah ketiga faktor tersebut dalam keadaan

baik pula.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal atau lingkungan yang dimaksud adalah

segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Dalam kaitan dengan

proses pembelajaran di sekolah faktor lingkungan lah yang paling

dominan mempengaruhi minat belajar siswa yaitu menyangkut

tujuan belajar, guru, bahan pelajaran, metode mengajar dan media

pengajaran.

f. Cara membangkitkan minat belajar

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala siswa memiliki

minat untuk belajar (Kompri, 2015). Beberapa cara dapat dilakukan

untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya:

1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan

siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap


20

bahwa materi pelajaran berguna untuk kedepannya. Dengan

demikian guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran

dengan kebutuhan siswa.

2) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan

kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk

dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa,

tidak akan diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit

tidak pernah diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa

akan gagal mencapai hasil yang optimal dan kegagalan itu dapat

membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan

tumbuh jika ia mendapat kesuksesan dalam belajar.

3) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara

bervariasi misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen,

demonstrasi dan lainnya.

Minat belajar sama halnya dengan kesadaran dan motivasi, karena

memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar (Baharuddin & Wahyuni,

2015). Oleh karena itu, dalam kontek belajar di kelas, seorang guru

atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik

terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari.

Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk

membangkitkan minat siswa sebagai berikut.


21

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa,

sehingga siswa rela belajar tanpa paksaan.

2) Menghubungkan bahan pelajaran diberikan dengan persoalan

pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga siswa mudah

menerima bahan pelajaran.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil

belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar

yang kreatif dan kondusif.

4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan Teknik mengajar

dalam konteks perbedaan individual siswa (Djamarah, 2011).

Guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus memiliki

kreativitas baik dalam persiapan mengajar, penerapan metode

pengajaran maupun dalam hubungan sosial guru dengan siswa. Guru

harus mempunyai kemampuan dalam mengenal siswa sehingga lebih

mudah dalam menciptakan situasi belajar yang dapat menumbuhkan

siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian

dan minat belajar yang besar (Kompri, 2015).

2. Interaksi Edukatif

a. Pengertian Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah hubungan dua arah antara guru dan

peserta didik dengan sejumlah norma sebagai medianya untuk

mencapai tujuan pendidikan. interaksi belajar mengajar dikatakan

bernilai normatif karena di dalamnya mengandung sejumlah nilai


22

(Rifma, 2016). Guru haruslah selalu berusaha untuk mengubah

tingkah laku, sikap dan perbuatan peserta didik menjadi lebih baik,

dewasa dan berasusila yang merupakan sikap dan perilaku yang

bernilai edukatif. Kemudian menurut pengertian lain interaksi edukatif

adalah hubungan dua arah antara guru dan peserta didik dengan

sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan

Pendidikan (Djamarah, 2011). Selanjutnya, interaksi edukatif adalah

hubungan timbal balik yang menghubungkan pendidik dengan peserta

didik dan mengikat keduanya dengan tujuan pendidik yang akan

dicapai dalam proses pembelajaran (Rasinus, 2021). Sejalan dengan

pendapat di atas interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik

antara pendidik dan peserta didik dan terjadi suatu kegiatan yang

bersifat interaktif dari berbagai komponen guna mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam

perencanaan pembelajaran (Siswadi, 2019).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa interaksi

edukatif adalah hubungan timbal balik antara pendidik dengan peserta

didik dalam proses pembelajaran guna mengubah tingkah laku peserta

didik menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan.

b. Pola Interaksi Edukatif

Terdapat tiga bentuk komunikasi antara guru dengan peserta didik

dalam proses interaksi edukatif, yaitu:


23

1) Komunikasi sebagai aksi, guru aktif dan peserta didik pasif.

Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan

pelajaran.

2) Komunikasi sebagai interaksi, dikatakan juga sebagai komunikasi

dua arah. Guru dan peserta didik sama-sama memberi aksi

sehingga akan terjadi dialog.

3) Komunikasi sebagai transaksi, dalam komunikasi sebagai transaksi

atau komunikasi multi arah, tidak hanya terjadi komunikasi antara

guru dengan peserta didik. Peserta didik dituntut lebih aktif

daripada guru, seperti halnya guru dapat berfungsi sebagai media

belajar bagi peserta didik lainnya (Rifma, 2016)

c. Tahap-tahap interaksi edukatif

R.D Corner mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang

bersifat suksesif menjadi tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap

sebelum pengajaran (pre-active), tahap pengajaran (inter-active), dan

tahap sesudah pengajaran (post-active) (Djamarah , 2014). Dengan

tahap-tahap itu maka guru dapat mengikuti uraian sebagai berikut:

1) Tahap sebelum pengajaran

Tahap ini adalah penyusunan program oleh seorang guru,

seperti pelaksanaan kurikulum, program tahunan dan perencanaan

program pembelajaran. Adapun aspek yang berkaitan dengan

perencanaan program di atas yaitu:

a) Bekal bawaan anak didik


24

b) Perumusan tujuan pembelajaran

c) Pemilihan metode

d) Pemilihan pengalaman-pengalaman dalam belajar

e) Pemilihan bahan dan peralatan belajar

f) Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik peserta didik

g) Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia

h) Mempertimbangkan pola pengelompokan

i) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar

2) Tahap pengajaran

Antara guru dan anak didik disini akan berinteraksi begitu juga

anak didik dengan sesamanya, dan dengan kelompok. Ini adalah

tahap pelaksanaan dari aspek-aspek yang telah direncanakan,

diantaranya dengan pertimbangan sebagai berikut:

a) Pengelolaan dan pengendalian kelas

b) Penyampaian informasi

c) Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal

d) Merangsang tanggapan timbal balik dari anak didik

e) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar

f) Meneliti kesulitan-kesulitan dalam belajar

g) Mempertimbangkan perbedaan individual

h) Mengevaluasi kegiatan dari proses interaksi edukatif

3) Tahap setelah pelajaran


25

Pada tahap ini dilaksanakan setelah proses tatap muka antara guru

dan anak didik, diantaranya adalah:

a) Menilai pekerjaan anak didik

b) Menilai dari individu seorang guru

c) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.

d. Indikator Interaksi Edukatif

Terdapat indikator interaksi edukatif, yaitu :

1) Pengelolaan dan pengendalian kelas

2) Penyampaian informasi

3) Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal

4) Merangsang tanggapan balik

5) Membertimbangkan prinsip-prinsip belajar

6) Mendiagnosis kesulitan belajar

7) Mempertimbangkan perbedaan individu

8) Mengevaluasi kegiatan (Djamarah, 2011)

Selain itu, terdapat indikator yang digunakan untuk mengetahui

keberhasilan proses interaksi edukatif adalah sebagai berikut:

1) Daya serap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2) Perilaku (aspek afektif) maupun keterampilan (aspek psikomotorik)

yang telah dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun

kelompok (Nana , 2014).


26

Dari dua pendapat di atas, penelitian ini menggunakan indikator

interaksi edukatif sebagai berikut:

1) Pengelolaan dan pengendalian kelas

2) Penyampaian informasi

3) Merangsang tanggapan balik

4) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran

e. Ciri-ciri interaksi edukatif

Sebagai interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Interaksi edukatif memiliki tujuan

Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantu

peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang

dimaksud interaksi edukatif sadar akan tujuan, dengan

menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur

lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

2) Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan

Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam

melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah

sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran

yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur

dan desain yang berbeda.

3) Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus


27

Dalam hal materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga

cocok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan

komponen-komponen pengajaran yang lain. Materi harus sudah

didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif.

4) Ditandai dengan aktivitas anak didik

Sebagai konsekuensi bahwa anak didik merupakan sentral,

maka aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi

berlangsungnya interaksi edukatif. Aktivitas anak didik dalam hal

ini baik secara fisik maupun mental aktif. Inilah yang sesuai

dengan konsep CBSA.

5) Guru berperan sebagai pembimbing

Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus

berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi

proses interaksi edukatif yang kondusif.guru harus siap sebagai

mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga

guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya

oleh anak didik. guru (lebih baik bersama anak didik) sebagai

desainer akan memimpin terjadinya interaksi edukatif.

6) Interaksi edukatif membutuhkan disiplin

Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu

pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati

dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik.

Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu
28

akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah

yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.

Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran

disiplin.

7) Mempunyai batas waktu

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem

berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu

ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu

tertentu, kapan tujuan harus sudah tercapai.

8) Diakhiri dengan evaluasi

Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan

bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru

lakukan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pengajaran

yang telah ditentukan (Djamarah , 2014)

f. Komponen-komponen interaksi edukatif

Pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas merupakan

rangkaian kegiatan komunikasi antara guru dengan siswa, sebagai

suatu sistem interaksi edukatif di dalamnya mengandung sejumlah

komponen-komponen, apabila tidak ada komponen-komponen

tersebut, maka tidak akan terjadi proses interaksi edukatif guru

sebagai pendidik dengan siswa sebagai peserta didik. Adapun

komponen-komponen interaksi edukatif antara lain sebagai berikut

(Djamarah , 2014) :
29

1) Tujuan

Kegiatan interaksi edukatif tidaklah dilakukan secara

serampangan dan diluar kesadaran. Kegiatan interaksi edukatif

adalah suatu kegiatan yang secara sadar dilakukan oleh guru. Atas

dasar kesadaran itulah guru melakukan kegiatan pembuatan

program pengajaran, dengan prosedur dan langkah-langkah yang

sistematik. Kegiatan yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan

guru dalam memprogramkan kegiatan pengajaran, yang mana

tujuan tersebut mempunyai arti penting dalam proses kegiatan

interaksi belajar edukatif. Tujuan tersebut dapat memberikan arah

yang lurus, jelas dan pasti, langkah apa yang akan dilaksanakan

oleh guru dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Dengan

berpedoman pada tujuan pembelajaran maka seorang guru dapat

memfilter tindakan apa yang harus dilakukan dan tindakan apa

yang harus ditinggalkan. Adapun tujuan pembelajaran terhimpun

sebuah norma yang akan ditanamkan ke dalam diri setiap anak

didik. tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari

penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama

kegiatan interaksi edukatif berlangsung.

2) Bahan pelajaran

Bahan adalah substansi yang akan disampaikan dalam

proses interaksi edukatif. Tanpa bahan pelajaran proses interaksi

edukatif tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar
30

pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan

disampaikan kepada anak didik. Bahan pelajaran mutlak harus

dikuasai guru dengan baik, ada dua permasalahan dalam

penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran

pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok

adalah bahan pelajaran yang menyangkut mata pelajaran yang

dipegang guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan

pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang

dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat

menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan

pelajaran penunjang ini harus sesuai dengan bahan pelajaran pokok

yang dipegang oleh guru agar dapat memberikan motivasi kepada

sebagian atau semua anak didik. Jadi, bahan pelajaran adalah unsur

inti dalam kegiatan interaksi edukatif. Karenanya harus diupayakan

untuk dikuasai oleh anak didik.

3) Kegiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam

pendidikan.segala sesuatu yang telah diprogramkan akan

dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. semua komponen

pengajaran akan berproses di dalamnya. Komponen inti yaitu

manusiawi, guru dan anak didik melakukan kegiatan dengan tugas

dan tanggung jawab dalam kebersamaan berlandaskan interaksi

normatif untuk bersama-sama mencapai tujuan pembelajaran.


31

Setiap kegiatan pembelajaran untuk pengelolaan pembelajaran dan

pengelolaan kelas, guru perlu memperhatikan perbedaan anak didik

dalam aspek psikologis, biologis, dan intelektual. Dengan

memperhatikan ketiga aspek tersebut nantinya akan membantu

guru dalam menentukan dan mengelompokan anak didik di dalam

kelas.

Pada interaksi edukatif yang terjadi, juga dipengaruhi oleh

cara guru dalam memahami perbedaan individual peserta didik,

setiap interaksi edukatif yang terjadi dalam kelas merupakan

interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan antar siswa

dengan siswa yang lainnya ketika proses belajar mengajar

berlangsung. Dalam hal ini segala daya upaya belajar yang

dilakukan seoptimal mungkin oleh siswa sangat menentukan

kualitas interaksi edukatif yang terjadi dalam kelas. maka dari itu

setiap kegiatan belajar mengajar bagaimanapun bentuknya sangat

ditentukan oleh baik tidaknya program pengajaran yang

direncanakan.

4) Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar

mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan

pembelajaran. Dalam melaksanakan tugas guru sangat jarang

menggunakan satu metode yang memiliki kelebihan dan


32

kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang

bervariasi.

Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa

ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan

metode. Perhatian diarahkan pada pemahaman bahwa ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan metode mengajar

yaitu tujuan yang berbagai jenis fungsinya, anak didik dengan

berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai

keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya,

serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang

berbeda-beda.

5) Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang

dapat digunakan dalam mencapai tujuan, alat tidak hanya sebagai

pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha

mencapai tujuan. Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya

dipergunakan alat nonmaterial dan alat material. Alat non material

berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya.

Sedangkan alat material atau alat bantu pengajaran berupa globe,

papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide, video, dan

sebagainya. Alat material termasuk alat bantu audio visual di


33

dalamnya. Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses

interaksi edukatif.

6) Sumber belajar

Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan,

tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah

nilai yang disampaikan kepada anak didik. nilai-nilai itu tidak

datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber

guna dipakai dalam proses interaksi edukatif. Sumber belajar

sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-mana di sekolah, di

halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan

sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas

guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala

sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai

kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik

dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. pelaksanaan

evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat

instrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis, dan tes

lisan.
34

g. Prinsip-prinsip interaksi edukatif

Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar

kebutuhan anak didik. dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi

edukatif. Prinsip-prinsip itu diharapkan mampu menjembatani dan

memecahkan masalah yang sedang guru hadapi dalam kegiatan

interaksi edukatif. Anak didik aktif-kreatif adalah yang diharapkan

dari penerapan semua prinsip itu. Dalam penerapannya tidak boleh

sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan akibatnya bagi anak

didik. untuk itu semua prinsip yang akan diuraikan berikut ini

sebaiknya guru kuasai dan pahami betul-betul agar kegiatan interaksi

edukatif dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Prinsip-

prinsip tersebut adalah:

1) Prinsip motivasi

Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didik

termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi anak didik untuk

menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada anak didik yang

memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang

sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru

agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik.

Jika terdapat anak didik yang kurang termotivasi untuk

belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri

anak didik sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini diberikan bisa

dalam bentuk ganjaran, pujian, hadiah, dan sebagainya. Tugas guru


35

sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang

dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri,

dan ingin maju dari anak didik tumbuh dan berkembang, yang pada

akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.

2) Prinsip berangkat dan persepsi yang dimiliki

Setiap anak didik yang hadir di kelas memiliki latar

belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Menyadari

akan hal ini guru dapat memanfaatkannya guna kepentingan

pengajaran. Kebingungan yang guru hadapi di antaranya

disebabkan penjelasan guru yang sukar dipahami oleh sebagian

besar anak didik. Hal ini terjadi karena penjelasan guru yang

mengabaikan pengalaman dan pengetahuannya yang bersifat

apersepsi dari setiap anak didik.

3) Prinsip mengarah kepada titik pusat perhatian tertentu atau faktor

tertentu

Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola

tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah

dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-

pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatian. Titik

pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang

hendak ditemukan. Titik pusat (fokus) akan membatasi keluasan

dan kedalaman tujuan belajar serta akan memberikan arah kepada

tujuannya.
36

4) Prinsip keterpaduan

Salah satu sumbangan guru membantu anak didik dalam

upaya mengorganisasikan perolehan belajar adalah penjelasan yang

mengaitkan antara suatu pokok bahasan dengan pokok-pokok

bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Misalnya,

dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata pelajaran

Pendidikan Pancasila, guru menghubungkannya dengan masalah

akhlak dalam mata pelajaran akidah akhlak. Keterpaduan dalam

pembahasan dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam

memadukan perolehan belajar dalam kegiatan interaksi edukatif.

5) Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi

Dalam kegiatan interaksi edukatif, guru perlu menciptakan

suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak didik di kelas. Salah

satu indikator kepandaian anak didik banyak ditentukan oleh

kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pemecahan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar

dalam menghadapi berbagai masalah belajar. Anak didik yang

terbiasa dihadapkan pada masalah dan berusaha memecahkan akan

cepat tanggap dan kreatif. Apalagi bila masalah yang diciptakan itu

bersentuhan dengan kebutuhannya, ia akan bersemangat untuk

memecahkannya dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu,

dalam interaksi edukatif guru perlu menciptakan suatu masalah


37

berdasarkan pokok bahasan tertentu dalam mata pelajaran tertentu

untuk dipecahkan oleh anak didik.

6) Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri

Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai

potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya, lingkunganlah

yang harus diciptakan untuk menunjang potensi anak didik

tersebut. Dalam rangka ini guru tidak perlu berdaya upaya

menjelajahi anak didik dengan segudang informasi, sehingga

membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan menemukan

informasi ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku bacaan.

7) Prinsip belajar sambil bekerja

Belajar secara verbal terkadang kurang membawa hasil bagi

anak didik.Oleh karena itu, dikembangkan konsep belajar secara

realistis atau belajar sambal bekerja (learning by doing). Belajar

sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi

anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih

tahan lama tersimpan di dalam benak diri anak didik.

8) Prinsip hubungan sosial

Dalam belajar tidak selamanya anak didik harus belajar

seorang diri, tetapi sewaktu-waktu anak didik harus juga belajar

bersama dalam kelompok. Konsepsi belajar seperti ini

dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama

dalam kebaikan. Terlepas dari perbuatan “nyontek” ketika ulangan,


38

dengan melakukan perbuatan kerja sama dalam keburukan. Kerja

sama di sini memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga

diciptakan di kelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak didik

dengan anak didik lainnya dalam belajar.

Belajar bersama merupakan salah satu cara untuk

menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru.

Anak didik yang bergairah belajar seorang diri, akan menjadi

bergairah bila dia dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas yang

berat dikerjakan sendiri akan menjadi mudah bila dikerjakan

bersama. Anak didik yang egois akan menyadari pentingnya

kehidupan bersama dalam hal tertentu, dan anak didik akan

terbiasa menghargai pendapat orang lain yang mengemukakan

pendapatnya.

9) Prinsip perbedaan individual

Ketika guru hadir di kelas, guru akan berhadapan dengan

anak didik dengan segala perbedaannya. Perbedaan ini perlu guru

sadari, sehingga guru tidak akan terkejut melihat tingkah laku dan

perbuatan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan

lainnya. Untuk melihat aspek perbedaan anak didik itu adalah dari

segi biologis, intelektual, dan psikologis. Semua perbedaan ini,

memudahkan guru melakukan melakukan pendekatan edukatif

kepada setiap anak didik. Dalam hal in, keluwesan pendekatan

diperlukan. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari


39

semua anak didik secara individual, sehingga dapat dimanfaatkan

untuk keberhasilan kegiatan interaksi edukatif di kelas (Djamarah ,

2014).

h. Peranan guru dalam interaksi edukatif

Interaksi edukatif pada umumnya berada dalam ruang kelas

dan guru mempunyai peranan yang penting, karena bagaimanapun

baiknya sistem Pendidikan serta media yang digunakan pada akhirnya

tergantung guru dalam memanfaatkan semua komponen tersebut.

Guru yang profesional dan kompeten akan lebih mampu menciptakan

belajar yang efektif dan lebih mengelola kelas, sehingga hasil belajar

siswa berada pada tingkat optimal. Metode dan keputusan guru dalam

interaksi edukatif akan menentukan keberhasilan siswa yang berupa

hasil belajar. Peranan guru dalam interaksi edukatif antara lain sebagai

berikut:

1) Guru sebagai pengajar

Bagi guru yang kedudukannya sebagai pengajar harus

menekankan tugas dalam merencanakan dan melaksanakan

pengajaran, karena hal tersebut merupakan tugas dan tanggung

jawabnya yang utama dan pertama, untuk itu guru harus

membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk

mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk

kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari

(Mulyasa, 2007)
40

2) Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan pada tugas

memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab

tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan,

tetapi juga menyangkut pengembangan, kepribadian, dan

pembentukan nilai-nilai pada siswa (Mulyasa, 2011).

3) Guru sebagai mediator

Guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, karena

media pembelajaran merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses pembelajaran, baik yang berupa

narasumber, buku teks, majalah maupun surat kabar (Djamarah ,

2014)

4) Guru sebagai evaluator

Selama satu periode Pendidikan guru selalu mengadakan

evaluasi, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan. Penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

ketetapan atau keefektifan metode mengajar dengan penilaian,

guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk

kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik di


41

kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya (Djamarah ,

2014).

5) Guru sebagai motivator

Sebagai motivator guru diharapkan berperan sebagai

pendorong siswa dalam belajar, dorongan tersebut diberikan jika

siswa kurang bergairah atau kurang aktif dalam belajar, sebagai

motivator guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang

siswa untuk melakukan kegiatan belajar baik secara individual

atau secara kelompoK (Sardiman , 2016).

i. Kedudukan siswa salam interaksi edukatif

Interaksi edukatif merupakan kegiatan yang berproses antara

guru dan siswa, siswa mempunyai peranan yang penting di dalam

interaksi edukatif, sebab dalam interaksi edukatif siswa merupakan

pihak-pihak yang ingin meraih cita-cita. Dalam proses belajar yang

optimal, siswa menjadi faktor penentu dalam interaksi edukatif

sehingga mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan dalam

pencapaian hasil belajar, siswa merupakan salah satu komponen

manusiawi yang menempati posisi sentral dalam interaksi edukatif.

Jadi, dalam interaksi edukatif yang diperlukan pertama kali adalah

siswa, baru setelah itu menetukan komponen-komponen yang lain, apa

bahan yang diperlukan, bagaimana cara tepat untuk bertindak, media

dan fasilitas yang coock dan mendukung semuanya itu harus


42

disesuaikan dengan karakteristik siswa, sebab siswa merupakan obyek

sekaligus subyek belajar.

j. Interaksi edukatif dalam Al-Qur’an

Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub dalam al-Qur’an surah

al-Baqarah ayat 133 menekankan pada aspek keimanan. Firman Allah

SWT:

َ‫ك َواِ ٰلـ ه‬ ُ ۙ ْ‫ب ْال َمو‬


َ ‫ت اِ ْذ قَا َل لِبَنِ ْي ِه َما تَ ْعبُ ُدوْ نَ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ۗيْ قَالُوْ ا نَ ْعبُـ ُد اِ ٰلهَـ‬ َ ‫اَ ْم ُك ْنتُ ْم ُشهَد َۤا َء اِ ْذ َح‬
َ ْ‫ض َر يَ ْعقُو‬

)133 :2/‫ ( البقرة‬١٣٣ َ‫ق اِ ٰلهًا وَّا ِحد ًۚا َونَحْ نُ لَهٗ ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َ ‫ٰابَ ۤا ِٕى‬
َ ‫ك اِب ْٰر ٖه َم َواِسْمٰ ِع ْي َل َواِس ْٰح‬

Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub

ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah

sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah

Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq,

(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah

diri. (Al-Baqarah/2:133). Berdasarkan ayat diatas Nabi Ya’qub

menekankan aspek keimanan dalam memberikan materi kepada

anaknya. Sebagaimana yang diketahui beliau adalah cucu dari Nabi

Ibrahim. Nabi Ya’qub meneruskan wasiat dari kakeknya kepada

anaknya agar beriman kepada Allah sampai akhir hayatnya (khusnul

khatimah). Pada saat menjelang kematiannya, beliau meminta

kejelasan kepada anaknya tentang apa yang akan mereka sembah

sepeninggalnya, dan anaknya menjawab dengan jelas bahwa yang

akan mereka sembah sepeninggalnya, dan anaknya menjawab dengan

jelas bahwa yang akan mereka sembah adalah Tuhan yang Maha Esa
43

yaitu Tuhan kakek mereka Nabi Ibrahim. Dari hal keadaan tersebut,

terlihat bahwa Nabi Ya’qub ingin memastikan masa depan anak-

anaknya menjadi generasi yang memiliki akidah dan iman yang kuat

kepada Allah SWT.

Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada anaknya

Ismail dalam al-Qur’an surah al-Saffat ayat 102 yang berbunyi:

ِ َ‫ال ٰيٓاَب‬
ْ‫ت ا ْف َعل‬ َ َ‫ي اِنِّ ْٓي اَ ٰرى فِى ْال َمن َِام اَنِّ ْٓي اَ ْذبَحُكَ فَا ْنظُرْ َما َذا ت َٰر ۗى ق‬ َ َ‫فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َّس ْع َي ق‬
َّ َ‫ال ٰيبُن‬
ۤ
)102 :37/‫ص ٰفّت‬ ّ ٰ ‫َما تُْؤ َم ۖ ُر َستَ ِج ُدنِ ْٓي اِ ْن َش ۤا َء هّٰللا ُ ِمنَ ال‬
ّ ٰ ‫ ( ال‬١٠٢ َ‫صبِ ِر ْين‬

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha

bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : Hai anakku sesungguhnya

aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka

pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku,

kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan

mendapatiku termasuk orang-orang sabar”.

Perintah penyembelihan tersebut menyangkut tentang hak

hidup Ismail. Sehingga untuk melaksanakan perintah penyembelihan

itu, maka akan membutuhkan keimanan yang kuat dan juga

kematangan emosional (spiritual). Ismail memiliki keimanan dan

kematangan emosional sehingga mampu menjalankan perintah dari

Allah SWT. Ibrahim telah berhasil mendidik anaknya sehingga

memiliki keimanan yang kuat serta melahirkan dedikasi yang tinggi


44

kepada Tuhan dan juga kepada orang tuanya denga melaksanakan apa

yang diperintahkan Allah SWT.

Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim penuh

dengan kasih sayang sehingga memberikan pengaruh yang baik

terhadap ketercapaian tujuan Pendidikan. Selain itu, beliau juga

memperhatikan aspek kejiwaan dengan memperhatikan usia Ismail

saat itu, setelah dianggap siap barulah Ibrahim menyampaikan

perintah tersebut. Nabi Ibrahim tidak serta merta menyampaikan

saja perintah tersebut kemudian melaksanakannya, melainkan

dengan bermusyawarah, meminta pendapat dan keputusan dari

Ismail. Hal ini merupakan bentuk demokratis beliau dalam

memberikan pelajaran, tidak mendidik dengan cara otoriter

melainkan meminta pendapat puteranya.

Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim sesuai

dengan paradigma Pendidikan humanistik yang memandang

manusia sebagai “manusia” yaitu ciptaan Tuhan dengan Fitra-

fitrahnya. Pendidikan humanistik memperhatikan kehidupan

prilaku seseorang dengan humanis antara lain lebih merespon

perasaan, mempertimbangkan gagasan siswa, dan mempunyai

keseimbangan teoritik dan praktek.

Pendidikan atau guru merupakan komponen penting dalam

proses interaksi edukatif. seorang guru memiliki peran besar dalam


45

mendidik, sehingga harus memiliki berbagai kompetensi-

kompetensi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Pada

ayat-ayat yang di kaji, dari proses Pendidikan yang dilakukan oleh

Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub, dapat dilihat beberapa sikap

(kompetensi) yang dimiliki para pendidik tersebut yaitu sabar,

penyayang, demokratis mengetahui kondisi psikologis siswa,

menguasai materi, sabar dan ikhlas.

3. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara

berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk

menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Offirston,

2014). Hal ini berarti bahwa belajar matematika untuk mempersiapkan

siswa agar mampu menggunakan pola pikir matematika dalam

kehidupan kesehariannya dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan

lain.

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian

pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan

yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi

tentang bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2011).

Kemudian definisi lain menyatakan pembelajaran matematika adalah

membentuk logika berpikir bukan sekedar pandai berhitung, berhitung


46

dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti kalkulator dan komputer,

namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir analisis (Fatimah,

2009). Sejalan dengan hal diatas pembelajaran matematika adalah

proses pemberian pengalaman belajar pada siswa melalui serangkaian

kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh pengetahuan

tentang matematika yang dipelajari secara cerdas, terampil, maupun

memahami dengan baik bahan yang diajarkan (Amir, 2014).

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa pembelajaran matematika

adalah proses pengalaman siswa dalam mempelajari materi

matematika secara berulang-ulang, sehingga siswa dapat memperoleh

pengetahuan matematika secara cerdas dan terampil serta dapat

digunakan dalam kehidupan nyata atau kesehariannya.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tujuan

pembelajaran matematika, yaitu:

1) Memahami konsep matematika, mendeskripsikan bagaimana

keterkaitan antar konsep matematika dan menerapkan konsep atau

logaritma secara efisien, luwes, akurat, dan tepat dalam

memecahkan masalah.

2) Menalar pola sifat dari matematika, mengembangkan atau

manipulasi matematika dalam menyusun argumen, merumuskan

bukti, atau mendeskripsikan argument dan pernyataan

matematika.
47

3) Memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan

memahami masalah, menyusun model penyelesaian matematika,

menyelesaikan model matematika, dan memberi solusi yang

tepat.

4) Mengkomunikasikan argumen atau gagasan dengan diagram,

tabel, simbol atau media lainnya agar dapat memperjelas

permasalahan atau keadaan (Permendikbud, 2016).

c. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang

mempelajari symbol-simbol matematika dan angka-angka.

Pembelajaran matematika memiliki ciri khas dari pembelajaran lain.

Pembelajaran matematika SD mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika

merupakan pendekatan yang selalu menghubungkan satu topik

sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk mempelajari topik

matematika berikutnya. Topik baru yang dipelajari merupakan

pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Pemberian

konsep dimulai dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu

diajarkan dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan

menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam

matematika.

2) Pembelajaran matematika bertahap


48

Materi pelajaran matematika yang diajarkan secara

bertahap yaitu dimulai dari konsep yang sederhana, sampai

kepada konsep yang lebih sulit. Selain itu, pembelajaran

matematika dimulai dari yang konkret, dilanjutkan ke semi

konkret dan akhirnya menuju konsep abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena

sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada

pembelajaran matematika di SD menggunakan pendekatan

induktif. Contohnya, pengenalan bangun-bangun ruang tidak

dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan

contoh-contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya.

Menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang tersebut

sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang itu.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan

kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika

didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah

diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara

mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian


49

dari pada hafalan. Dalam belajar bermakna aturan-aturan, sifat-

sifat dan dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi

sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat dan dalil-dalil ditemukan oleh

siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD kemudian

dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya (Amir, 2014).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma, H dan Ardani, A (2018) dengan

judul “Pengaruh Interaksi Edukatif Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa” hasil penelitiannya bahwa interaksi edukatif berpengaruh pada

hasil belajar matematika. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan

yang dilakukan observer pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran

membuktikan bahwa dari pemberian perlakuan pertama sampai ketiga

keterlaksanaan ke-5 indikator interaksi edukatif selalu mengalami

peningkatan. Hal ini dibuktikan pada pemberian perlakuan pertama

keterlaksanaan ke-5 indikator interaksi edukatif siswa kelas 3 saat proses

pembelajaran matematika sebesar 54,5 %. Sedangkan pada perlakuan

kedua keterlaksanaan ke-5 indikator interaksi edukatif siswa kelas 3

sebesar 77,3 %. Pada pemberian perlakuan ketiga keterlaksanaan ke-5

indikator interaksi edukatif pada siswa kelas 3 sebesar 81,8 %. Hal

tersebut memperlihatkan bahwa keterlaksanaan ke-5 indikator interaksi

edukatif selalu mengalami peningkatan (Rahma, H & Ardani, A, 2018)


50

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rahma, H.A dan

Ardani, A dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Rahayu sama-sama

meneliti tentang pengaruh interaksi edukatif (variabel X) , kemudian

perbedaan nya terdapat variabel (y) yaitu minat belajar matematika pada

siswa kelas 5. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahma, H.A dan

Ardani menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimen,

metode yang digunakan adalah eksperimen dengan desain yaitu one-group

pre-test post-test karena tidak ada variabel kontrol dan tidak ada sampel

yang dipilih acak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

3 SD Negeri Bumiayu 04, sampel nya yaitu siswa kelas 3 yang berjumlah

22 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.

Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Yuni Rahayu menggunakan

metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi kausalitas. Teknik dan

instrumen yang digunakan dalam penelitiannya yaitu angket. Populasi

dalam penelitian nya yaitu seluruh siswa kelas 5 SDN Cimonteng, dengan

sampel siswa kelas 5 yang berjumlah 25 orang. Teknik sampling yang

digunakan yaitu sampling jenuh.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yuliani (2019) dengan judul

“Pengaruh Interaksi Edukatif Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III

Di SDIT Menara Kuwait Dewan Dakwah Tambun Bekasi” hasil

penelitiannya adalah terdapat pengaruh positif antara Interaksi guru Siswa

dengan motivasi belajar siswa. Dengan kata lain semakin guru banyak

interaksi guru terhadap siswa semakin tinggi motivasi belajar siswa.


51

Pengaruh antara Interaksi Guru terhadap Motivasi Belajar siswa dilihat

berdasarkan dari nilai r hitung = 0,312 dengan interprestasi sedang,

sedangkan besarnya pengaruh antar kedua variabel tersebut sebesar 0,558

artinya Interaksi Guru memberikan kontribusi terhadap Motivasi Belajar

Siswa sebesar 55,8%, sisanya 44,2% ditentukan oleh faktor

lain,pengaruhnya signifikan karena t hitung = 5,301 lebih besar daripada

ttabel sebesar 0,224 pada taraf kesalahan sebesar 5%. Kemudian, Nilai

intercept (X=18,79) dan slope ( Y= 0,52) pada persamaan = 18,79X +

0,52X menunjukkan bahwa setiap kenaikan interaksi Interaksi guru

sebesar satu poin akan terdampak terhadap kenaikan motivasi belajar

sebesar 0,52 point. Pengaruh Interaksi terhadap Motivasi Belajar Siswa

signifikansinya dibuktikan dengan FHitung ( 28,10) > FTabel (7,08) pada

taraf 74 75 signifikansi = 1%, selanjutnya pengaruhnya linear dibuktikan

dengan FHitung (0,94) < FTabel (1,84) pada taraf signifikansinya =5%

(Yuliana, 2019).

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yuliani (2019)

dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Rahayu adalah sama-sama

meneliti tentang pengaruh interaksi edukatif (variabel X). Kemudian,

perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yuliani yaitu variabel

y yang difokuskan motivasi belajar, Populasi penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Yuliani sebanyak 64 orang siswa yang terdiri dari kelas 3 yang

mencakup 3 kelas, yaitu kelas 3A 22 siswa, 3B 21 siswa, dan 3C 21 siswa.

Dalam penelitian ini menggunakan Sampel Total Teknik adalah Teknik


52

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 64 siswa.teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

dan angket.

Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Yuni Rahayu

berfokus pada variabel (y) yaitu minat belajar matematika siswa kelas 5.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 5 SDN Cimonteng,

dengan sampel siswa kelas 5 yang berjumlah 25 orang. Teknik sampling

yang digunakan yaitu sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dan

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket..

3. Penelitian yang dilakukan oleh Bekti Ayu Ariastuti (2020) dengan judul

“Hubungan Interaksi Edukatif Dengan Minat Belajar Matematika Siswa

Kelas IV,V,VI Di SD Muhammadiyah Polanharjo Klaten Tahun Pelajaran

2019/2020” hasil penelitiannya yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang

telah penulis kemukakan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Tingkat interaksi edukatif pada

pembelajaran matematika siswa kelas tinggi di SD Muhammadiyah

Polanharjo Klaten tahun pelajaran 2019/2020 termasuk kedalam kategori

baik diperoleh siswa sebanyak 41 atau 57% dari 72 siswa. (2) Minat

belajar matematika siswa kelas tinggi di SD Muhammadiyah Polanharjo

Klaten berada dalam kategori sedang diperoleh siswa sebanyak 47 atau

65% dari 72 siswa. (3) Berdasarkan hasil uji korelasi di atas diperoleh dari

variabel interaksi edukatif dengan minat belajar matematika siswa kelas


53

tinggi SD Muhammadiyah Polanharjo Klaten tahun 2019/2020 dengan

rhitung = 0,509 , rtabel = 0,227 , maka diperoleh rhitung (0,509)> rtabel

(0,227), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara interaksi

edukatif dengan minat belajar matematika siswa kelas tinggi di SD

Muhammadiyah Polanharjo Klaten tahun pelajaran 2019/2020 (Ariastuti,

2020).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bekti Ayu

Ariastuti menggunakan metode kuantitatif dengan analisis korelasional,

dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan interaksi edukatif

dengan minat belajar matematika. Populasi yang digunakan adalah siswa

kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan VI di SD Muhammadiyah Polanharjo

Klaten sebanyak 88 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 siswa

yang diperoleh menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket.

Sedangkan, penelitian Yuni Rahayu adalah penelitian yang

dilakukan menggunakan metode kuantitatif korelasi kausalitas, penelitian

dilakukan pada siswa kelas 5 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

interaksi edukatif terhadap minat belajar matematika. Populasi dalam

penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 5 SDN Cimonteng, dengan sampel

siswa kelas 5 yang berjumlah 25 orang. Teknik sampling yang digunakan

yaitu sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dan instrument yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu angket.. .


54

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang telah

dipaparkan diketahui bahwa dalam proses pembelajaran interaksi edukatif

sangat berperan penting dalam terciptanya suasana kegiatan belajar yang

kondusif, efektif dan efisien untuk menunjang pencapaian tujuan dari

pembelajaran. Interaksi edukatif yang dilakukan dalam setiap kegiatan

belajar mengajar, seperti pendidik menyampaikan pesan atau informasi

kepada peserta didik secara optimal, pendidik memberikan penguatan dan

pujian kepada siswa yang aktif, dan guru memberikan evaluasi setelah

kegiatan proses pembelajaran dengan memberikan arahan yang jelas untuk

tugas terstruktur yang harus dikerjakan siswa secara individu maupun

kelompok, sehingga hubungan timbal balik antara guru dengan siswa

dapat terjadi guna mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, interaksi

edukatif berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta

didik, jika interaksi yang diakukan berjalan secara optimal maka minat

belajar peserta didik akan tumbuh dengan sendirinya tanpa ada paksaan.

Oleh karena itu, untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu

adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga

kegiatan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan dimana siswa

dapat sukses dalam tugas belajarnya begitu pula guru dapat berhasil

mengajar dan mendidik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Selain

itu, jika interaksi edukatif berjalan dengan baik, maka siswa akan

menyerap materi pembelajaran. Interaksi edukatif yang baik akan


55

memudahkan siswa dalam memahami penjelasan guru, sehingga minat

siswa dalam belajar dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan kompetensi

yang diharapkan dalam pembelajaran. Berikut ini merupakan kerangka

berpikir dalam penelitian ini:

Interaksi Edukatif Minat Belajar

1. Pengelolaan dan pengendalian 1. Perasaan senang


kelas 2. Perhatian
2. Penyampaian informasi 3. Ketertarikan
3. Merangsang tanggapan balik 4. Keterikatan
4. Mengevaluasi kegiatan 5. Partisipasi

Gambar 1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi, hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono, 2015).

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh interaksi edukatif terhadap minat belajar


56

matematika siswa Sekolah Dasar

HO : Tidak terdapat pengaruh Interaksi Edukatif terhadap minat belajar

matematika siswa Sekolah Dasar

Berdasarkan hipotesis diatas peneliti memiliki dugaan sementara

bahwa terdapat pengaruh positif dari interaksi edukatif terhadap minat belajar

matematika siswa Sekolah Dasar. Untuk itu, peneliti sepakat dengan

pernyataan Ha diatas.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode korelasi kausalitas. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

pengambilan sampel pada umumnya bersifat acak, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan . Jadi korelasi kausalitas adalah

hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam metode ini terdapat variabel

independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (variabel yang

dipengaruhi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi

edukatif terhadap minat belajar matematika siswa Sekolah Dasar. Adapun

desain penelitian ini adalah :

Interaksi Edukatif
(X) Minat Belajar (Y)

 Variabel X merupakan variabel bebas

 Variabel Y merupakan variabel terikat

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Cimonteng Kabupaten Sukabumi.

Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan sekolah tersebut masih

52
53

melaksanakan pembelajaran daring melalui media WhatsApp di masa

pandemi. Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 22 Maret 2020. Rincian

kegiatan penelitian tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan

tahap penyusunan laporan ilmiah. Tahap persiapan meliputi perizinan kepada

pihak sekolah lalu koordinasi dengan pihak sekolah mengenai mekanisme

penelitian. Kemudian tahap pelaksanaan meliputi kegiatan observasi awal lalu

kegiatan pengumpulan data. Lalu dilanjutkan dengan penyusunan laporan dan

seminar hasil penelitian. Berikut rincian waktu penelitian.

Tabel 2 Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli


1. Perizinan ke sekolah
Observasi awal ke
2.
sekolah
3. Penyebaran angket
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
6. Penyusunan laporan
7. Sidang Skripsi

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN

Cimonteng yang terdiri dari 25 orang siswa.

2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Sampel yang akan diteliti berjumlah


54

25 orang siswa. Oleh karena itu jumlah siswa hanya 25 orang, maka

seluruh siswa dijadikan sampel penelitian, maka penelitian ini

menggunakan Nonprobability Sampling jenuh. Sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang

dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan

kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,

dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2015).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu:

a. Variabel independen, variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat) atau disebut variabel (x) (Sugiyono,

2015). Variabel independen (x) dari penelitian ini adalah interaksi

edukatif.
55

b. Variabel dependen atau variabel terikat (y) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2015). Variabel dependen (y) dari penelitian ini adalah

minat belajar.

2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel diperlukan guna

menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam

penelitian ini. Disamping itu, operasional variabel bertujuan untuk

menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga

pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat dilakukan

dengan tepat.

a. Definisi Operasional Variabel (X)

Adapun definisi operasional variabel X dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 Definisi Operasional Variabel (X)

Jenis variabel Definisi Konsep Definisi Operasional


Variabel (X) Interaksi edukatif Interaksi edukatif
Interaksi Edukatif adalah hubungan adalah hubungan
dua arah antara guru timbal balik antara
dan peserta didik pendidik dengan
dengan sejumlah peserta didik dalam
norma sebagai proses pembelajaran
mediumnya untuk guna mengubah
mencapai tujuan tingkah laku peserta
Pendidikan didik menjadi lebih
(Djamarah, 2011) baik sesuai dengan
tujuan pendidikan.
Hal ini terukur melalui
indikator sebagai
56

berikut:
1. Pengelolaan dan
pengendalian
kelas
2. Penyampaian
informasi
3. Merangsang
tanggapan balik
4. Mengevaluasi
kegiatan

b. Definisi Operasional Variabel (Y)

Adapun definisi operasional variabel Y dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Definisi Operasional Variabel (Y)

Jenis variabel Definisi Konsep Definisi Operasional


Minat Belajar Minat belajar adalah Minat belajar adalah
rasa suka yang suatu keinginan atau
timbul dari dalam ketertarikan dalam
diri seseorang karena diri siswa terhadap
adanya ketertarikan pelajaran tertentu
terhadap sesuatu disertai dengan
kegiatan perhatian dan
pembelajaran yang keaktifan untuk
kemudian dilakukan menguasai
dan mendatangkan pengetahuan dan
kepuasan dalam pengalaman yang
dirinya (Zulaikha, disertai dengan rasa
2014). senang dan kepuasan
pada diri siswa.
Hal ini terukur
dengan indikator
sebagai berikut:
1. Perasaan senang
2. Perhatian
3. Ketertarikan
4. Keterikatan
57

5. Partisipasi

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode kuisioner. Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini menggunakan kueioner tertutup yaitu, kuesioner

yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti sehingga responden

tinggal memilih. Kuesioner atau angket ini digunakan untuk

mendapatkan data mengenai pengaruh interaksi edukatif terhadap minat

belajar matematika siswa Sekolah Dasar.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner atau angket. Dengan menggunakan Skala Likert, Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2015). Dengan

skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk


58

menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan.

Dalam penelitian ini intrumen kuesioner atau angket yang

digunakan sesuai dengan indikator setiap variabel, yang mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk mengatasi hal

tersebut skala likert hanya menggunakan 4 (empat) pilihan dalam bentuk

checklist (√), agar jelas sikap atau minat responden, dengan skor masing-

masing sebagai berikut.

Tabel 5 Perhitungan Skor Angket

Bobot Nilai
Pilihan Jawaban
Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak Pernah 1 4

Berikut kisi-kisi instrumen penelitian berupa angket.

Tabel 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-Kisi Angket

Variabel Indikator Nomor Soal Jenis


Respon
Variabel (X) Pengelolaan dan pengendalian kelas 1, 5, 6 Positif
Interaksi Edukatif 13, 15, 19 Negatif
Penyampaian informasi 4, 7, 8, 9 Positif
18, 20 Negatif
Merangsang tanggapan balik 2, 3, 12 Positif
14 Negatif
Mengevaluasi kegiatan 10, 11 Positif
59

16, 17 Negatif
Variabel (Y) Perasaan senang 5, 10, 15, 16 Positif
Minat Belajar 21 Negatif
Perhatian 7, 8, 9, 12 Positif
18 Negatif
Ketertarikan 22, 23, 24, 25 Negatif
Keterikatan 4, 6, 13, 14 Positif

Partisipasi 1, 2, 3, 11 Positif
17, 19, 20 Negatif

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti.

Bukti-bukti tersebut antara lain secara konten, atau dikenal dengan

validitas konten atau validitas isi, secara konstruk, atau dikenal dengan

validitas konstruk, dan secara kriteria, atau dikenal dengan validitas

kriteria. Penelitian ini menggunakan uji Validitas konten atau validitas isi

fokus memberikan bukti pada elemen-elemen yang ada pada alat ukur

dan diproses dengan analisis rasional. Secara teknis pengujian validitas

isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan

instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator

sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan

yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka

penguji validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis

(Sugiyono, 2015). Validitas konten dinilai oleh ahli, saat alat ukur

diuraikan dengan detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan.


60

Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian

instrumen direvisi sesuai saran atau masukan dari ahli. Instrumen

dinyatakan valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli bebas

memberikan penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak. Indikator

bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima

instrumen, baik secara isi maupun formatnya, tanpa ada perbaikan

kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan, maka

revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima

instrumen tanpa perbaikan lagi (Fraenkel, 2012). Uji validitas instrumen

penelitian dapat dinyatakan valid apabila setiap item pertanyaan yang ada

pada kuisioner dapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Dalam penelitian ini setiap butir instrumen diuji validitasnya

dengan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson.

r xy=N ¿ ¿

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

∑ XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Skor Y

N : Jumlah sampel (Sugiyono, 2013)

Dengan syarat nilai koefisiensi korelasi rhitung > rtabel pada

taraf signifikansi 5% maka butir instrumen dinyatakan valid.


61

Pengujian validitas ini menggunakan bantuan program

SPSS Statistik 24. Peneliti mengajukan uji coba instrumen angket

interaksi edukatif dan minat belajar matematika siswa kepada

responden yaitu siswa kelas 6 untuk mendapatkan kevalidan dari

tiap-tiap item instrumen angket.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan

untuk instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Katie Anneu

Adamson & Susan Prion, 2013). Instrumen tersebut misalnya instrumen

berbentuk esai, angket, atau kuesioner. Rumus koefisien

reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai berikut.

ri = koefisien reliabilitas

Alfa Cronbach k = jumlah item soal

∑si2 = jumlah varians skor tiap item

st2 = varians total Rumus varians item dan varians total,


62

si2 = varians tiap item

JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = jumlah kuadrat subjek

n = jumlah responden

st2 = varians total

Xt = skor total

Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut

kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa Cronbach

untuk instrumen yang reliabel. Penentuan kategori reliabilitas instrumen

yang tertuju pada pengklasifikasian reabilitas dapat dilihat pada tabel

berikut (Arikunto, 2012).

Tabel 7 Kriteria Reliabilitas

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,70 – 0,79 Tinggi

0,60 – 0,69 Sedang

<0,060 Rendah

3. Hasil uji coba instrumen

a. Hasil Validitas
63

Kuesioner yang akan di uji cobakan kepada sampel penelitian,

peneliti terlebih dahulu melakukan validitas instrumen expert

judgment. Uji validitas expert judgment dilakukan pada tanggal 10

Mei kepada Bapak Wilis Firmansyah, M.Pd yang ahli pada bidang

penelitian kuantitatif yaitu instrumen variabel interaksi edukatif dan

pada tanggal 28 April 2021 kepada Bapak Dr. La Ode Amril, M.Pd

yang ahli pada bidang keminatan matematika yaitu instrumen variabel

minat belajar. Dengan hasil validasi instrumen variabel interaksi

edukatif yaitu terdapat 1 butir pernyataan yang perlu dihapus karena

pernyataan tersebut tidak sesuai dengan indikator yaitu butir soal 19.

Kemudian pada instrumen variabel minat belajar matematika terdapat

2 butir pernyataan yang perlu diperbaiki karena bentuk pernyataannya

sama, yaitu nomor 10 dan 14.

Setelah validasi instrumen dilakukan kepada expert judgment

peneliti melakukan uji coba instrumen pada tanggal 27 Mei 2021

kepada siswa non sampel yaitu kelas 6 sebanyak 25 responden yang

diambil secara langsung dengan membagikan kuesioner berupa

angket interaksi edukatif dan minat belajar matematika..

Tabel 8 Distribusi Layak dan Gugur Angket Interaksi Edukatif

Indikator Nomor butir Jumlah Butir Total


Layak Gugur
Pengelolaan dan 1, 5, 6
pengendalian kelas 13, 15, 19 5 1 6

Penyampaian 4, 7, 8, 9
informasi 18, 20 6 - 6
64

Merangsang 2, 3, 12
tanggapan balik 14 4 - 4

Mengevaluasi 10, 11
kegiatan 16, 17 4 - 4

Total 19 1 20

Dari hasil perhitungan validitas butir instrumen interaksi edukatif

sebanyak 20 butir pertanyaan, (1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20) yang dinyatakan valid dan 1 pernyataan (19 )

dinyatakan tidak valid (Terlampir).

Tabel 9 8 Distribusi Layak dan Gugur Angket Minat Belajar


Matematika

Indikator Nomor Jumlah Butir Total


Butir Layak Gugur

Perasaan senang 5, 10, 15, 16, 5 - 5


21
Perhatian 7, 8, 9, 12, 5 - 5
18
Ketertarikan 22, 23, 24, 4 - 4
25
Keterikatan 4, 6, 13, 14 4 - 4

Partisipasi 1, 2, 3, 11 7 - 7
17, 19, 20
Total 25 - 25

Dari hasil perhitungan validitas butir instrumen minat

belajar matematika sebanyak 25 butir pernyataan, (1, 2, 3, 4, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25)
65

yang dinyatakan valid, dan tidak terdapat pernyataan yang gugur

(Terlampir).

Pengujian validitas ini menggunakan bantuan program

SPSS Statistik versi 24. Hasil uji Instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Angket


Interaksi Edukatif

No No Item r Tabel r Hitung Keterangan


1. 1 0,396 0,492 Valid
2. 2 0,396 0,492 Valid
3. 3 0,396 0,265 Tidak Valid
4. 4 0,396 0,771 Valid
5. 5 0,396 0,414 Valid
6. 6 0,396 0,540 Valid
7. 7 0,396 0,431 Valid
8. 8 0,396 0,595 Valid
9. 9 0,396 0,351 Tidak Valid
10. 10 0,396 0,475 Valid
11. 11 0,396 0,671 Valid
12. 12 0,396 0,735 Valid
13. 13 0,396 0,353 Valid
14. 14 0,396 0,735 Valid
15. 15 0,396 0,405 Valid
16. 16 0,396 0,791 Valid
17. 17 0,396 0,129 Tidak Valid
18. 18 0,396 0,063 Tidak Valid
19. 19 0,396 0,019 Tidak Valid

Tabel 11 Rekapitulasi Hasil Uji Coba instrumen Angket


Minat Belajar Matematika
66

No No Item r Tabel r Hitung Keterangan


1. 1 0,396 0,602 Valid
2. 2 0,396 0,520 Valid
3. 3 0,396 0,047 Tidak Valid
4. 4 0,396 0,579 Valid
5. 5 0,396 0,588 Valid
b. 6. 6 0,396 0,588 Valid
7. 7 0,396 0,626 Valid
8. 8 0,396 0,058 Tidak Valid
9. 9 0,396 0,714 Valid
10. 10 0,396 0,605 Valid
11. 11 0,396 0,371 Tidak Valid
12. 12 0,396 0,071 Tidak Valid
13. 13 0,396 0,706 Valid
14 14 0,396 0,661 Valid
15 15 0,396 0,559 Valid
16. 16 0,396 0,166 Tidak Valid
17. 17 0,396 0,517 Valid
18. 18 0,396 0,227 Tidak Valid
19. 19 0,396 0,007 Tidak Valid
20. 20 0,396 0,545 Valid
21. 21 0,396 0,012 Tidak Valid
22. 22 0,396 0,195 Tidak Valid
23. 23 0,396 0,267 Tidak Valid
24. 24 0,396 0,115 Tidak Valid
25. 25 0,396 0,397 Valid
Hasil Reliabilitas

1) Uji reliabilitas instrumen interaksi edukatif

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha

Cronbach dengan bantuan SPSS 24. Kriteria instrumen dikatakan

valid jika koefisien reliabilitas ≥ 0,60. Hasil reliabilitas bernilai

0,854 ≥ 0,60 maka instrumen skala reliabel.

Tabel 12 Uji Reliabilitas Instrumen Interaksi Edukatif

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.854 14
67

2) Uji reliabilitas instrumen minat belajar matematika

Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha

Cronbach dengan bantuan SPSS 24. Kriteria instrumen dikatakan

valid jika koefisien reliabilitas ≥ 0,60. Hasil reliabilitas bernilai

0,833 ≥ 0,60 maka instrumen skala reliabel.

Tabel 13 Uji Reliabilitas Instrumen Minat Belajar Matematika

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.833 14

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan

penelitian yang sangat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil penelitian.

Perumusan masalah dan pemilihan sampel yang tepat belum tentu akan

memberikan hasil yang benar, apabila peneliti memilih teknik yang tidak

sesuai dengan data yang ada. Sebaliknya, teknik yang benar dengan data yang

tidak valid dan reliabel akan memberikan hasil yang berlawanan atau

bertentangan dengan kenyataan yang ada di lapangan (Yusuf A. M., 2014) .

Beberapa teknik analisis data yang dapat digunakan dalam pengolahan data

hasil penelitian kuantitatif sebagai berikut.

1. Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif,

analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap

objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi tanpa melakukan
68

analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis

statistik deskriptif meliputi modus, rata-rata (mean), standar deviasi, nilai

maksimum dan nilai minimum. Penyajian data pada analisis deskriptif ini

menggunakan distribusi frekuensi, diagram batang dan diagram lingkaran

(Sugiyono, 2012)

2. Uji Prasyarat

Uji prasyarat analisis bertujuan untuk menguji apakah data yang

terkumpul memenuhi persyaratan untuk dianalisis parametrik dan

nonparametrik. Adapun uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas

untuk uji korelasi dan pada jenis korelasi kausalitas atau regresi

dilakukan uji normalitas dan linearitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data

kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas,

reliabilitas, uji t, dan korelasi dapat dilaksanakan. Uji ini diperlukan

karena semua perhitungan statistic parametric memiliki asumsi

normalitas sebaran. Uji normalitas dilakukan pendekatan

Kolmogorov-smirnov. Dengan pedoman jika Nilai sig. Atau

signifikansi < 0,05 (kurang dari 0,05) maka dapat dikatakan

distribusi data tidak normal dan apabila Nilai sig. atau signifikansi >

0,05 (lebih dari 0,05), maka distribusi data adalah normal.

b. Uji Linearitas
69

Uji linearitas bertujuan dalam mengetahui apakah variabel X

dan variabel Y memiliki hubungan linear atau tidak. Uji linieritas

dilakukan dengan menggunakan test of linearity. Variabel dikatakan

mempunyai hubungan yang linier jika memiliki nilai sig linearity

dibawah 0,05 dan nilai sig Deviation of linearity diatas 0,05.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menata data secara

sistematis, data yang didapat dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengelompokan data ke dalam kategori,

memenjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

sehingga akan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Data yang dinilai

dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Interaksi Edukatif (X),

serta variabel terikat yaitu Minat Belajar Matematika (Y).

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis regresi

untuk menguji pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap variabel

terikat. Adapun langkah analisis data sebagai berikut :

a. Menentukan Persamaan regresi

Analisis regresi digunakan untuk melihat bagaimana pola

variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independent

(Sugiyono, 2013). Analisis korelasi dilanjutkan dengan analisis

regresi apabila korelasi mempunyai hubungan kausal (sebab-akibat)


70

atau hubungan fungsional. Adapun rumus untuk menentukan regresi

linear yaitu:

Y =a+bX

Keterangan :

Y = subjek dalam variabel dependen yang diprediksi

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = angka arah (koefisien regresi) ; bila b positif (+), arah

regresi naik dan bila b negatif (-), arah regresi turun.

X = variabel independen (prediktor) (Sugiyono, 2013).

b. Menentukan Koefisien determinasi

Koefisien determinasi dilambangkan dengan r2. Pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen yang diterangkan atau diakibatkan oleh

hubungan linear dengan variabel independen. Rumus yang

digunakan adalah:
2
KD=r ×100 %

Keterangan :

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2013).

c. Uji signifikansi

Pengujian signifikansi dapat digunakan dengan berbagai

macam pengujian, diantaranya adalah uji t. Uji t ini digunakan untuk

membuktikan signifikansi atau tidaknya pengaruh variabel bebas


71

terhadap variabel terikat secara individual dengan tingkat

kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% (Sugiyono, 2013).

d. Hipotesis Statistik

Adapun Hipotesis Statistika dalam penelitian ini sebagai berikut :

H0 : βyx = 0 Tidak terdapat pengaruh interaksi edukatif terhadap

minat belajar matematika siswa sekolah dasar

Ha : βyx ≠ 0 Terdapat pengaruh interaksi edukatif terhadap minat

belajar matematika siswa sekolah dasar


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SD Negeri Cimonteng

Alamat : Kp. Cimonteng Rt. 15/Rw 05 Desa

Caringin Kecamatan Gegerbitung

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

NSS/NPSN : 101020606007/20203218

Jenjang : Sekolah Dasar

Tahun Berdiri : 1974

Tahun Beroperasi : 1974

Akreditasi :A

Status Sekolah : Negeri

Kode Pos :43197

Email : sdncimonteng@yahoo.co.id

2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Sekolah

a. Visi

“Menjadi suri tauladan, Pelopor Ilmu Pendidikan, Mandiri, seta

berkualitas, Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.”

72
73

b. Misi

1) Membina insan beriman dan bertaqwa

2) Mendorong terciptanya pendidikan

3) Mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam meningkatkan

mutu Pendidikan

c. Tujuan

1) Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses dan kegiatan

pembiasaan

2) Meraih prestasi akademik minimal tingkat kabupaten atau kota

3) Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

bakal untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi

4) Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat

sekitar

5) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat

d. Strategi

1) Meningkatkan kegiatan keagamaan melalui pembiasaan dan PHB

serta ceramah-ceramah keagamaan.

2) Meningkatkan kemampuan guru melalui KKG/Diklat, Studi

banding dan pendidikan formal.

3) Meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

4) Mengembangkan bakat dan minat siswa melalui ekstrakurikuler.

5) Menyalurkan bakat, minat siswa melalui lomba-lomba.

6) Menambah sarana prasarana yang sudah ada.


74

7) Meningkatkan jalinan kerjasama yang baik dengan lembaga

pendidikan formal, maupun non formal, komite sekolah dan

masyarakat

3. Organisasi Sekolah

Organisasi sekolah merupakan suatu lembaga yang berada dibawah

naungan manajemen sekolah yang bertujuan untuk membuat kondisi yang

efektif dari kegiatan sekolah.

a. Kepala sekolah : Hendy Rohaendy, S.Pd.

b. Komite sekolah : Mira Maryani S.Pd

c. Bendahara : Andi Aripiandi, S.Pd.

d. Operator : Dini Nurizki, S.Pd.

e. Sekertaris : Dini Nurijki, S.Pd.

f. Guru kelas 1 : Dini Nurijki, S.Pd.

g. Guru kelas 2 : Andi Aripiandi, S.Pd

h. Guru kelas 3 : Lutpi Alpian Sapaat, S.Pd

i. Guru kelas 4 : Ade Hidayat, S.Pd

j. Guru kelas 5 : Eman Suherman, S.Pd

k. Guru Kelas 6 : Jaja, S.Pd

l. Guru Agama : Andi Aripiandi, S.pd

m. Guru PJOK : Lutpi Alpian Sapaat, S.Pd.

n. Penjaga Sekolah : Ibu Tuti


75

4. Data Tenaga Pendidik SDN Cimonteng


Data tenaga pendidik di SDN Cimonteng, sebagai berikut.

Tabel 14 Data tenaga pendidik di SDN Cimonteng

No Nama / NIP Tempat, Tanggal Jenis Pendidikan Jabatan Mulai bekerja Pangkat Tugas
. Lahir Kelamin Terakhir di Sekolah ini Gol/Ruang Mengajar
L P
1. Hendy Rohaendy, S.Pd. Sumedang, 06 √ Strata 1 Kepala 04 Desember Pembina Kepala
NIP: 196111061983051001 November 1961 (Bahasa Sekolah 2017 Tingkat 1, Sekolah
Indonesia) IV/b
2. Jaja, S.Pd. Sukabumi, 11 √ Strata 1 Guru PNS 01 Januari Pembina Kelas 6
NIP: 196110111984101002 Oktober 1961 (PGSD) 1989 Tingkat 1,
IV/b
3. Eman Suherman, S.Pd. Kuningan, 16 √ Strata 1 Guru PNS 13 Maret 2018 Pembina Kelas 5
NIP: 196202161984101001 Februari 1962 (PGSD) Tingkat 1,
IV/b
4. Andi Aripiandi, S.Pd. Sukabumi, 04 √ Strata 1 Guru PNS 01 Juni 2014 Penata muda Kelas 2
NIP: 198610042011011003 Oktober 1986 (PAI) 1, III/b

5. Ade Hidayat, S.Pd. Sukabumi, 28 √ Strata 1 Guru Non 01 Januari - Kelas 4


NIP: 7460763665110043 November 1985 (PKN) PNS 2009

6. Dini Nurijki, S.Pd. Sukabumi, 14 √ Strata 1 Guru Non 15 Januari - Kelas 1


NIP: 3546769670130033 Desember 1991 (PGSD) PNS 2010

7. Lutpi Alpian Sapaat, S.Pd Sukabumi, 04 April √ Strata 1 Guru Non 02 Februari - Kelas 3
NIP: 1995 (PJOK) PNS 2016
76
77

5. Data Siswa
Data Siswa di SDN Cimonteng, sebagai berikut.

Tabel 15 Data Siswa SDN Cimonteng

No. Rombel Jenis Jumlah


kelamin

L P

1. Kelas I 12 15 27 Siswa

2. Kelas II 16 16 32 Siswa

3. Kelas III 15 13 28 Siswa

4. Kelas IV 12 10 22 Siswa

5. Kelas V 14 11 25 Siswa

6. Kelas VI 12 16 28 Siswa

6. Sarana dan Prasarana SDN Cimonteng


Sarana dan prasaran di SDN Cimonteng, sebagai berikut.

Tabel 16 Data Sarana Prasarana

No. Uraian Jumlah Kondisi


1. Ruang Kelas 6 Baik
2. Perpustakaan 1 Baik
3. Ruang kepala sekolah 1 Baik
4. Ruang Guru 1 Baik
5. Ruang Tamu 1 Baik
6. Mushola 1 Baik
7. Dapur 1 Baik
8. Kamar Mandi Guru 2 Baik
9. Kamar Mandi Siswa 3 Baik
10. Gudang 1 Baik
11. Lapangan 2 Baik
12. Instalasi Air 1 Baik
13. Jaringan Listrik/ Wifi 1 Baik
78

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian


Data mengenai interaksi edukatif dan minat belajar siswa dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 17 Hasil Analisis Deskriptif

Statistics
INTERAKSI MINATB
EDUKATIF ELAJAR
N Valid 25 25
Missin 0 0
g
Mean 43.64 36.76
Median 43.00 38.00
Mode 42 39
Std. 3.861 5.278
Deviation
Variance 14.907 27.857
Range 14 19
Minimum 38 28
Maximum 52 47
Sum 1091 919

1. Interaksi Edukatif

Data interaksi edukatif dalam penelitian ini diperoleh dengan skala

yang dijawab oleh siswa kelas 5 SDN Cimonteng sebanyak 25 siswa.

Berdasarkan tabel 18 maka dapat diketahui rata-rata skor sebesar 43,64

nilai tengah sebesar 43,00 atau nilai yang paling sering muncul sebesar 42

standar deviasi sebesar 3,861 skor minimum adalah 38 dan skor

maksimum adalah 52. Untuk skor setiap indikator dari interaksi edukatif

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


79

Tabel 18 Skor Indikator Angket Interaksi Edukatif

Jumlah
No Indikator Persentase
Skor
Pengelolaan dan pengendalian
1 408 37%
kelas
2 Penyampaian Informasi 234 21%

3 Merangsang tanggapan balik 224 20%

4 Mengevaluasi Kegiatan 236 22%

Total 1.102 100%

Berdasarkan tabel, dapat diketahui pada indikator interaksi edukatif

yang memiliki skor tertinggi adalah indikator pengelolaan dan

pengendalian kelas dengan skor 408 atau 37% dan skor terendah adalah

indikator merangsang tanggapan balik dengan skor 224 atau 20%.

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung pula kelas interval dan

besar interval dengan rumus sebagai berikut:

P = R/K

Keterangan:

P = Besar interval

R = Range (rentang nilai)

K = Kelas interval (1 + Log N)

N = Jumlah responden

3,3 = Konstanta

Diketahui:
80

R = db – dk

= 52 – 38 = 14

K = 1 + 3,3 Log N

= 1 + 3,3 Log 25

= 1 + 3,3 (1,397)

= 1 + 4,6101

= 5,6101= 6

Maka P = R/K = 14/6 = 2

Tabel 19 Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Edukatif

Frekuensi
No Interval Frekuensi
Relatif (%)

1 38-40 6 24%
2 41-43 7 28%
3 44-46 6 24%
4 47-49 4 16%
5 50-52 2 8%
Total 25 100%

Berdasarkan tabel frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa skor

untuk variabel interaksi edukatif, diketahui pada rentang 38 sampai

dengan 40 sebanyak 6 siswa (24%), rentang 41 sampai dengan 43

sebanyak 7 siswa (28%), rentang 44 sampai dengan 46 sebanyak 6 siswa

(24%), rentang 47 sampai dengan 49 sebanyak 4 siswa (16%), rentang 50

sampai dengan 52 sebanyak 2 siswa (8%).

Hasil distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat pada histogram di

bawah ini:
81

Interaksi Edukatif
8

Jumlah Siswa 6

0
38-40 41-43 44-46 47-49 50-52

Rentang Skor

Gambar 2 Histogram Data Hasil Penelitian Variabel


Interaksi Edukatif

Berdasarkan histogram di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah

frekuensi tertinggi terletak pada rentang nilai 42-43 sebanyak 7 siswa

dengan persentase 28%, dan pada kategori terendah pada rentang 50–52

sebanyak 2 siswa dengan persentase 8%.

2. Minat belajar matematika

Data minat belajar matematika dalam penelitian ini diperoleh

dengan skala yang dijawab oleh siswa kelas 5 SDN Cimonteng sebanyak

25 siswa. Berdasarkan tabel 12 maka dapat diketahui rata-rata skor sebesar

36,76 nilai tengah sebesar 38,00 atau nilai yang paling sering muncul

sebesar 39 standar deviasi sebesar 5,278 skor minimum adalah 28 dan

skor maksimum adalah 47. Untuk skor setiap indikator dari interaksi

edukatif dapat dilihat pada tabel berikut ini:


82

Tabel 20 Skor Indikator Angket Minat Belajar Matematika

Jumlah
No Indikator Persentase
Skor
1 Perasaan senang 218 24%

2 Perhatian 124 14%

3 Ketertarikan 62 6%

4 Keterikatan 250 27%

5 Partisipasi 265 29%

Total 919 100%

Berdasarkan tabel, dapat diketahui pada indikator minat belajar

matematika yang memiliki skor tertinggi adalah indikator partisipasi

dengan skor 265 atau 29% dan skor terendah adalah indikator ketertarikan

dengan skor 62 atau 6%.

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung pula kelas interval dan

besar interval dengan rumus sebagai berikut:

P = R/K

Keterangan:

P = Besar interval

R = Range (rentang nilai)

K = Kelas interval (1 + Log N)

N = Jumlah responden

3,3 = Konstanta

Diketahui:
83

R = db – dk

= 47 – 28 = 19

K = 1 + 3,3 Log N

= 1 + 3,3 Log 25

= 1 + 3,3 (1,397)

= 1 + 4,6101

= 5,6101= 6

Maka P = R/K = 19/6 = 3

Tabel 21 Distribusi Frekuensi Variabel Minat Belajar Matematika

Interva Frekuensi
No Frekuensi
l Relatif (%)

1 28-31 5 20%
2 32-35 6 24%
3 36-39 7 28%
4 40-43 4 16%
5 44-47 3 12%
Total 81 100%

Berdasarkan tabel frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa skor

untuk variabel minat belajar matematika, diketahui pada rentang 28

sampai dengan 31 sebanyak 5 siswa (20%), rentang 32 sampai dengan 35

sebanyak 6 siswa (24%), rentang 36 sampai dengan 39 sebanyak 7 siswa

(28%), rentang 40 sampai dengan 43 sebanyak 4 siswa (16%), rentang 44

sampai dengan 47 sebanyak 3 siswa (12%).

Hasil distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat pada histogram di

bawah ini:
84

Minat Belajar Matematika


8
7
6
Jumlah Siswa
5
4
3
2
1
0
28-31 32-35 36-39 40-43 44-47

Rentang Skor

Gambar 3 Histogram Data Hasil Penelitian Variabel Minat


Belajar Matematika
Berdasarkan histogram di atas, dapat dijelaskan bahwa

jumlah frekuensi tertinggi terletak pada rentang nilai 36-39 sebanyak 7

siswa dengan persentase 28%, dan pada kategori terendah pada rentang

44-47 sebanyak 3 siswa dengan persentase 12%.

C. Pengujian Prasyarat Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dikumpulkan dan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 22 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandard
ized
Residual
N 25
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. 4.2670000
Deviation 9
85

Most Extreme Absolute .147


Differences Positive .097
Negative -.147
Test Statistic .147
Asymp. Sig. (2-tailed) .175c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan hasil dari uji normalitas dalam penelitian ini diperoleh

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,175. Berdasarkan perhitungan data yang

diperoleh, dapat diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan linear

atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat

Tabel 23 Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
MINATBEL Between (Combined) 431.060 12 35.922 1.815 .158
AJAR * Groups Linearity 231.585 1 231.585 11.701 .005
INTERAKSI Deviation from 199.475 11 18.134 .916 .554
EDUKATIF Linearity
Within Groups 237.500 12 19.792
Total 668.560 24
Berdasarkan hasil dari uji linearitas dalam penelitian ini diperoleh

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,554. Berdasarkan perhitungan data yang

diperoleh, dapat diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang

linier antara variabel bebas dengan variabel terikat.


86

D. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Persamaan Regresi

Dari hasil persamaan regresi sederhana dalam penelitian ini adalah:

Tabel 24 Hasil Analisis persamaan Regresi Sederhana

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.649 10.094 .163 .872
INTERAKSI .805 .230 .589 3.491 .002
EDUKATIF
a. Dependent Variable: MINATBELAJAR

Dari tabel diatas diperoleh nilai konstanta (a) sebesar 1,649, nilai

komponen b sebesar 0,805.

Sehingga persamaan regresinya adalah:

Y = a + bx

Y = 1.649 + 0,805 x

Berdasarkan teori dan kerangka pikir pada BAB II peneliti telah

merumuskan hipotesis bahwa terdapat pengaruh positif interaksi edukatif

terhadap minat belajar matematika siswa hal ini dapat dibuktikan dengan

melihat hasil penelitian dari output di atas diketahui bahwa nilai t hitung >

t tabel yaitu sebesar 3,491>2,059 nilai signifikansi 0,002 <0,05, dan nilai

komponen b yang bernilai positif sebesar 0,805. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel interaksi edukatif (X) berpengaruh positif

terhadap minat belajar matematika (Y).


87

2. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

seberapa besar persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Tabel 25 Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .589 a
.346 .318 4.359
a. Predictors: (Constant), INTERAKSIEDUKATIF
b. Dependent Variable: MINATBELAJAR

Analisis koefisien determinasi (R2) dari hasil pengolahan

data dengan program SPSS versi 24 dalam penelitian ini diperoleh R

square sebesar 0,346. Mengacu kepada hasil perhitungan tersebut, dapat

diartikan bahwa minat belajar matematika siswa dipengaruhi oleh interaksi

edukatif sebesar 34,6%.

Adapun untuk memenuhi perhitungan persentase adalah sebagai

berikut:

KD = r2 x 100%

KD = 0,5892 x 100%

0,346 x 100% = 34,6%

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat disimpulkan ada

pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebesar 34,6%.

3. Uji Signifikansi
88

Tabel 26 Hasil Uji Signifikansi

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.649 10.094 .163 .872
INTERAKSI .805 .230 .589 3.491 .002
EDUKATIF
a. Dependent Variable: MINATBELAJAR

Berdasarkan perhitungan pada Uji-t di atas maka 3,491>2,059 yang

artinya thitung>ttabel dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,002 < 0,05 yang

artinya terdapat pengaruh signifikan variabel Interaksi Edukatif (X) terhadap

variabel minat belajar matematika (Y). Berdasarkan hasil uji signifikansi diatas

maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain ada

pengaruh yang positif interaksi edukatif terhadap minat belajar matematika siswa

sekolah dasar.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian pembahasan hasil penelitian ini merupakan uraian

analisis data yang ditemukan dalam proses penelitian yang dilaksanakan pada

siswa kelas 5 di SDN Cimonteng ini dilakukan dengan cara memberikan

angket variabel interaksi edukatif (X) dan variabel minat belajar matematika

siswa (Y).

Interaksi edukatif merupakan hubungan timbal balik antara pendidik

dengan peserta didik dalam proses pembelajaran guna mengubah tingkah laku

peserta didik menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan

adanya interaksi pembelajaran yang baik dapat menjadikan kegiatan


89

pembelajaran berjalan dengan optimal dan dapat mencapai suatu tujuan

pembelajaran .

Hal ini sesuai dengan temuan peneliti yang menunjukan pada indikator

pertama yaitu pengelolaan dan pengendalian kelas dengan nilai sebesar 37%,

hal ini menunjukan bahwa guru telah melakukan pengelolaan dan

pengendalian kelas secara kondusif, hal ini terlihat guru mampu mengatur

kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada

penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan

situasi atau kondisi belajar mengajar yang baik, sehingga tujuan pencapaian

pembelajaran dapat tercapai (Azman, 2020). Indikator kedua yaitu

penyampaian informasi dengan nilai sebesar 21%, hal ini menunjukan proses

penyampaian materi yang dilakukan oleh guru, guru belum menyampaikan

materi secara holistik karena guru kurang memperhatikan kesulitan belajar

yang dihadapi siswa, selain itu dalam proses penyampaian materi maupun

pemberian tugas guru belum memanfaatkan kondisi kelas yang heterogen

seperti halnya guru belum membagi kelompok belajar berdasarkan perbedaan

individual siswa berupa perbedaan jenis kelamin, tingkat prestasi dan latar

belakang sosial budaya siswa. Indikator ketiga yaitu merangsang tanggapan

balik dengan nilai sebesar 20%, hal ini terlihat guru belum memberikan

penguatan atau pujian terhadap siswa yang telah memberikan respon positif

pada saat pembelajaran, selain itu guru belum memberikan komentar terhadap

hasil pekerjaan siswa, komentar ini dapat dilakukan secara tertulis atau secara

langsung kepada siswa yang bersangkutan. Dengan adanya umpan balik


90

diharapkan siswa terangsang untuk lebih giat belajar karena pekerjaannya

dihargai. Indikator keempat yaitu mengevaluasi kegiatan dengan nilai

sebesar 22%, hal ini terlihat guru belum merealisasikan interaksi edukatif,

karena guru belum melakukan evaluasi setelah kegiatan proses pembelajaran

seperti dalam memberikan arahan yang jelas untuk tugas terstruktur yang

harus dikerjakan siswa secara individu maupun kelompok. Selain itu, guru

belum memberikan kesimpulan materi yang disampaikan selama proses

pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, evaluasi kegiatan sangat penting

dilakukan dalam interaksi selama proses pembelajaran, karena dengan adanya

evaluasi kegiatan interaksi selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru, siswa lebih mudah dalam memahami inti dari materi yang telah

diajarkan oleh guru, siswa juga akan lebih memahami materi dengan

pemberian tugas-tugas oleh guru. Selain itu, siswa juga akan mudah

memahami apabila guru memberitahu materi selanjutnya yang akan dibahas

(Sani, 2013).

Interaksi edukatif berperan penting dalam proses pembelajaran

terutama dalam menumbuhkan minat belajar matematika, karena dalam

proses belajar mengajar pendidik menyampaikan suatu pesan berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap dan etika kepada peserta didik melalui

proses interaksi. Proses interaksi itu antara pihak pengajar mampu menarik

perhatian siswa agar siswa dapat berminat dalam mengikuti pembelajaran

yang sedang berlangsung. Minat belajar merupakan suatu keinginan atau

ketertarikan dalam diri siswa terhadap pelajaran tertentu disertai dengan


91

perhatian dan keaktifan untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman yang

disertai dengan rasa senang dan kepuasan pada diri siswa.

Hasil penelitian pada variabel minat belajar matematika diperoleh

informasi bahwa pada indikator perasaan senang diperoleh nilai sebesar 24%,

yang artinya siswa yang senang dalam mengikuti pembelajaran matematika

sebesar 24%. Indikator perhatian diperoleh nilai sebesar 14%, artinya siswa

yang memberikan perhatian lebih besar terhadap pelajaran matematika

sebesar 14 %. Indikator ketertarikan diperoleh nilai sebesar 6%, artinya

siswa yang tertarik dalam mengikuti pembelajaran matematika hanya sebesar

6%, hal ini karena bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, sehingga

siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada daya tarik

dalam dirinya. Indikator keterikatan diperoleh nilai sebesar 27%, artinya

siswa yang mempunyai keinginan untuk belajar matematika tanpa ada yang

menyuruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya sebesar 27%. Indikator

partisipasi diperoleh nilai sebesar 29%, artinya siswa yang berpartisipasi aktif

dalam mengikuti pembelajaran matematika sebesar 29%.

Oleh karena itu, minat belajar secara langsung dapat mengubah

perilaku belajar siswa menjadi lebih peduli terhadap belajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Ketika siswa menyukai pelajaran matematika

maka dengan sendirinya siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh

sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik, hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ariastuti (2020) hasil penelitian tersebut


92

bahwasannya seorang yang memiliki minat belajar yang tinggi, tidak akan

memiliki hambatan dalam belajar.

Berdasarkan hasil dari uji normalitas dalam penelitian ini diperoleh

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,175. Berdasarkan perhitungan data yang

diperoleh, dapat diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi norma. Kemudian,

berdasarkan hasil dari uji linearitas dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai

signifikansi sebesar 0,554. Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh,

dapat diketahui nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang linier

antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lalu dari hasil persamaan regresi diketahui bahwa nilai koefisien

variabel interaksi edukatif (X) sebesar 0,805 dengan nilai konstanta 1.649.

Maka didapatkanlah persamaan regresi nya yaitu Y= 1.649+0,805 X.

Kemudian berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di peroleh R square

sebesar 0,346 atau 34,6%, hal ini berarti pengaruh interaksi edukatif terhadap

minat belajar matematika sebesar 34,6%. Sedangkan berdasarkan uji hipoteisi

statistik diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,002<0,05, hal ini berarti H o

ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh interaksi edukatif terhadap

minat belajar matematika siswa.


93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh interaksi edukatif terhadap minat belajar matematika siswa

sekolah dasar. Interaksi edukatif sangat penting dilakukan dalam proses

pembelajaran terutama dalam menumbuhkan minat belajar matematika

siswa. .Hal ini dapat dilihat dari hasil uji signifikansi dengan nilai

signifikansi diperoleh sebesar 0,002<0,05 yang artinya terdapat pengaruh

signifikan variabel interaksi edukatif (X) terhadap variabel minat belajar

matematika siswa (Y) dengan kekuatan pengaruh interaksi edukatif siswa

sebesar 34,6%. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa

interaksi edukatif berpengaruh positif terhadap minat belajar matematika

siswa sekolah dasar.

B Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

peneliti, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Diharapkan interaksi edukatif dalam proses pembelajaran dilakukan

secara sistematis, agar hubungan timbal balik antara guru dengan

siswa tercapai, terutama dalam menumbuhkan minat belajar

matematika.

2. Bagi siswa

94
95

Diharapkan siswa mengetahui arah minat yang akan ditekuni,

terutama dalam menumbuhkan minat belajar matematika

3. Bagi sekolah

Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi minat belajar yang terdapat

dalam diri siswa dengan menyediakan sumber belajar yang dapat

meningkatkan minat belajar dalam setiap pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya

dengan variabel penelitian yang lebih bervariatif dari penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. (2014). Pembelajaran Matematika SD Dengan Menggunakan Media

Manipulatif. Forum Paedagogik, 72-89.

Ariastuti, B. A. (2020). Hubungan Interaksi Edukatif Dengan Minat Belajar

Matematika Siswa Kelas IV, V, VI Di SDMuhammadiyah Polanharjo

Klaten Tahun Pelajaran 2019/2020 . Jurnal of Education Policy and

Elementary Education Issues , 1-6.

Arikunto, S. (2012). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Azman, Z. (2020). Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran . Edification , 52-64.

Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Diskus, G. D. (2020, Mei 08). Surat Edaran Kemdikbud No. 4 Tahun 2020.

Retrieved from pgdikmen.kemdikbud.go.id:

http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/surat-edaran-mendikbud-

nomor-4-tahun-2020

Djamarah , S. B. (2014). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2011). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif . Jakarta :

Rajawali Pers.

Fatimah. (2009). Fun Math Matematika Asyik dengan mEtode Pemodelan .

Bandung: DAR Mizan.

96
97

Katie Anneu Adamson , & Susan Prion. (2013). Reliability : Measuring Internal

Consistency Using Cronbach's. Clinical Simulation in Nursing , 179-180.

Kompri. (2015). Motivasi Pembelajaran : Persepektif Guru dan Siswa . Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya .

Kompri. (2017). Belajar Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Yogyakarta :

Media Akademi .

Lestari, T. K. (2019). Statistik Telekomunikasi Indoneia 2019. Jakarta: Badan

Pusat Statistik Indonesia.

Muhsetyo, G. (2011). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

N. S. (2014). Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Offirston, T. (2014). Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui Inkuiri

Berbatuan Software Cinderella . Yogyakarta: Deppublish.

Permendikbud. (2016). Tujuan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Nomor 22.

Priansa, D. J. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran .

Bandung: Alfabeta .

Rahma, H, & Ardani, A. (2018). Pengaruh Interaksi Edukatif Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa . Dialektika P. Matematika, 81-93.


98

Rasinus. (2021). Dasar-Dasar Pendidikan . Yayasan Kita Menulis.

Rifma. (2016). Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru . Jakarta:

Kencana.

S. A. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo.

Saadi, F. (2013). Peningkatan Efektivitas Belajar Peserta Didik dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menggunakan Media Tepat Guna

Dikelas IV Sekolah Dasar Negeri 02 Toho. Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, 7-9.

Sani, M. (2013). Kegiatan Menutup Pelajaran . Journal of Accounting and

Business Education, 39-56.

Siswadi, G. A. (2019). Integrasi Pendidikan Agama Hindu Dalam Pembelajaran

Bahasa Sanskerta . Bali: Nilacakra.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi . Jakarta : PT.

Rineka Cipta .

Sugilar, H. (2013). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi

Matematika Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran

Generatif . Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi

Bandung, 156-168.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan R&D) . Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Merode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


99

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yuliana, D. (2019). Pengaruh Interaksi Edukatif Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Kelas III Di SDIT Menara Kuwait Dewan Dakwah Tambun Bekasi.

Holistika Jurnal Ilmiah PGSD , 1-12.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group.

Zulaikha, S. (2014). Hubungan Antara Adversity Quotient (AQ) dan Minat

Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SD di

Kelurahan Pedungan. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha, 1-11.
100

LAMPIRAN
101

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Pra Uji Variabel X dan Y

Angket Interaksi Edukatif

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 20, terdapat pernyataan positif pada nomor 1-12 dan
pernyataan negatif pada nomor 13-20.
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
a. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
b. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

Pilihan Jawaban
No Penilaian SL SR KD TP
1. Guru bertanya tentang kehadiran siswa

2. Guru bertanya jawab dengan siswa selama proses


pembelajaran
3. Guru menanyakan materi yang diajarkan minggu lalu.

4. Guru menyampaikan materi dengan intonasi yang jelas dan


mudah dipahami
5. Guru mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
6. Guru memberikan tugas secara individu atau kelompok

7. Guru menggunakan media yang menarik dalam


menyampaikan materi pelajaran.
8. Guru mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti
102

pembelajaran
9. Guru disiplin dan tepat waktu dalam menyampaikan materi

10. Guru menyimpulkan materi pembelajaran

11. Guru mengoreksi dan menilai pekerjaan siswa selama


proses pembelajaran
12. Guru memberikan pujian kepada siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran
13. Guru tidak mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
14. Guru tidak memberika pujian kepada siswa yang aktif
dalam pembelajaran
15. Guru tidak memberikan arahan ketika siswa kesulitan
dalam memahami pelajaran
16. Guru tidak menilai secara rinci terhadap aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran
17. Guru tidak mengoreksi dan menilai pekerjaan siswa

18. Guru tidak menggunakan media atau alat bantu dalam


menyampaikan materi
19. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran membosankan
dan tidak mudah dipahami
20. Guru marah ketika siswa salah dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
Jumlah
103

Angket Minat Belajar Matematika Siswa

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 25, terdapat pernyataan positif pada nomor 1- 17 dan
pernyataan negatif pada nomor 18-25
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa.
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
a. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
b. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

No Pernyataan Pilihan Jawaban


. SL SR KD TP
1. Saya belajar matematika pada malam hari, sebelum
pelajaran matematika esok hari.
2. Saya membaca bahan pelajaran sebelum
pembelajaran matematika dimulai
3. Saya tidak pernah mencontek ketika ulangan
matematika.
4. Saya suka mengerjakan soal matematika, meskipun
tidak ada tugas dari guru
5. Saya senang mengerjakan tugas matematika yang
diberikan guru
6. Saya belajar matematika sendiri dirumah tanpa ada
yang menyuruh
7. Saya memperhatikan guru ketika menjelaskan
materi pelajaran matematika
8. Saya tidak pernah bolos mengikuti pelajaran
matematika
9. Saya mengulangi pelajaran matematika setelah
pulang dari sekolah
10. Saya senang mengikuti pembelajaran matematika
104

11. Saya mengerjakan tugas matematika tepat waktu

12. Saya bertanya kepada guru ketika mengalami


kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
13. Saya belajar matematika karena mengetahui
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
14. Saya mengikuti pembelajaran matematika dengan
perasaan senang
15. Saya bersemangat belajar matematika karena guru
mengajar dengan menyenangkan.
16. Saya senang mencoba mengerjakan soal
matematika walaupun tidak ada tugas dari sekolah
17. Saya berdiskusi dengan teman kelompok terkait
materi matematika.
18. Saya tidak memerhatikan guru ketika sedang
menjelaskan materi pelajaran.
19. Saya tidak aktif ketika diskusi kelompok mengenai
pembelajaran matematika.
20. Ketika guru sedang menjelaskan materi saya tidak
mencatat materi pembelajaran
21. Saya tidak senang ketika pembelajaran matematika
dimulai.
22. Guru kurang menyenangkan dalam mengajar,
sehingga saya menjadi malas belajar matematika.
23. Saya menunda mengerjakan tugas/PR yang
diberikan guru.
24. Saya hanya belajar matematika ketika akan
menghadapi ujian.
25. Saya lebih senang bermain daripada belajar
matematika.
Jumlah
105

Lampiran 2 Expert Judgement Angket Interaksi Edukatif


106

Lampiran 3 Surat Pernyataan Validasi Varibel ( X) Interaksi Edukatif


107

Lampiran 4 Expert Judgement Minat Belajar Matematika


108

Lampiran 5 Surat Pernyataan Validasi Variabel (Y) Minat Belajar


109

Lampiran 6 Instrumen Uji Coba

Angket Interaksi Edukatif

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 19, terdapat pernyataan positif pada nomor 1-12 dan
pernyataan negatif pada nomor 13-19.
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
c. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
d. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

Pilihan Jawaban
No Penilaian SL SR KD TP
1. Guru bertanya tentang kehadiran siswa

2. Guru bertanya jawab dengan siswa selama proses


pembelajaran
3. Guru menanyakan materi yang diajarkan minggu lalu.

4. Guru menyampaikan materi dengan intonasi yang jelas dan


mudah dipahami
5. Guru mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
6. Guru memberikan tugas secara individu atau kelompok

7. Guru menggunakan media yang menarik dalam


menyampaikan materi pelajaran.
8. Guru mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti
pembelajaran
9. Guru disiplin dan tepat waktu dalam menyampaikan materi

10. Guru menyimpulkan materi pembelajaran


110

11. Guru mengoreksi dan menilai pekerjaan siswa selama


proses pembelajaran
12. Guru memberikan pujian kepada siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran
13. Guru tidak mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
14. Guru tidak memberika pujian kepada siswa yang aktif
dalam pembelajaran
15. Guru tidak memberikan arahan ketika siswa kesulitan
dalam memahami pelajaran
16. Guru tidak menilai secara rinci terhadap aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran
17. Guru tidak mengoreksi dan menilai pekerjaan siswa

18. Guru tidak menggunakan media atau alat bantu dalam


menyampaikan materi
19. Guru marah ketika siswa salah dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
Jumlah

Angket Minat Belajar Matematika Siswa


111

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 25, terdapat pernyataan positif pada nomor 1- 17 dan
pernyataan negatif pada nomor 18-25
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa.
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
c. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
d. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

No Pernyataan Pilihan Jawaban


. SL SR KD TP
1. Saya belajar matematika pada malam hari, sebelum
pelajaran matematika esok hari.
2. Saya membaca bahan pelajaran sebelum
pembelajaran matematika dimulai
3. Saya tidak pernah mencontek ketika ulangan
matematika.
4. Saya suka mengerjakan soal matematika, meskipun
tidak ada tugas dari guru
5. Saya senang mengerjakan tugas matematika yang
diberikan guru
6. Saya belajar matematika sendiri dirumah tanpa ada
yang menyuruh
7. Saya memperhatikan guru ketika menjelaskan
materi pelajaran matematika
8. Saya tidak pernah bolos mengikuti pelajaran
matematika
9. Saya mengulangi pelajaran matematika setelah
pulang dari sekolah
10. Saya senang mengikuti pembelajaran matematika

11. Saya mengerjakan tugas matematika tepat waktu

12. Saya bertanya kepada guru ketika mengalami


kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
13. Saya belajar matematika karena mengetahui
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
112

14. Saya menggunakan benda yang ada disekitar dalam


memahami materi pembelajaran matematika.
15. Saya bersemangat belajar matematika karena guru
mengajar dengan menyenangkan.
16. Saya senang mencoba mengerjakan soal
matematika walaupun tidak ada tugas dari sekolah
17. Saya berdiskusi dengan teman kelompok terkait
materi matematika.
18. Saya tidak memerhatikan guru ketika sedang
menjelaskan materi pelajaran.
19. Saya tidak aktif ketika diskusi kelompok mengenai
pembelajaran matematika.
20. Ketika guru sedang menjelaskan materi saya tidak
mencatat materi pembelajaran
21. Saya tidak senang ketika pembelajaran matematika
dimulai.
22. Guru kurang menyenangkan dalam mengajar,
sehingga saya menjadi malas belajar matematika.
23. Saya menunda mengerjakan tugas/PR yang
diberikan guru.
24. Saya hanya belajar matematika ketika akan
menghadapi ujian.
25. Saya lebih senang bermain daripada belajar
matematika.
Jumlah
115

Lampiran 7 Hasil Uji Coba Instrumen Interaksi Edukatif

Res Skor Item skor


1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 14 1 1 17 1 19
0 2 5 6 8
UC-1 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 1 64
UC-2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 2 61
UC-3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 2 4 4 4 2 1 3 60
UC-4 2 2 4 2 4 4 2 3 3 2 4 2 1 2 3 4 1 4 4 53
UC-5 2 2 4 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 1 1 2 4 2 1 36
UC-6 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 46
UC-7 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 3 4 1 47
UC-8 3 3 1 2 3 3 3 2 4 3 2 2 1 2 2 2 2 4 2 46
UC-9 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 52
UC-10 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 1 58
UC-11 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 2 4 50
UC-12 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 2 1 2 1 3 1 4 2 51
UC-13 3 3 3 1 2 1 3 2 4 1 2 3 1 3 4 2 3 1 4 46
UC-14 3 3 2 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 2 3 58
UC-15 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 66
UC-16 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 4 47
UC-17 4 4 4 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 4 4 52
UC-18 4 4 1 2 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 4 2 3 3 4 52
UC-19 4 4 3 2 4 1 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 1 50
UC-20 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 3 2 4 2 4 3 63
116

UC-21 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 3 1 4 4 3 1 61
UC-22 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 2 3 66
UC-23 4 4 4 4 2 4 2 2 2 3 1 4 2 4 4 4 1 2 3 56
UC-24 4 4 3 2 3 4 3 4 1 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 51
UC-25 4 4 4 3 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 3 2 3 2 4 53
117

Lampiran 8 Hasil Uji Coba Instrumen Minat Belajar Matematika

Skor Item Skor


Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
UC-1 1 2 3 1 1 1 2 4 1 3 4 4 1 1 1 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 67
UC-2 1 2 3 1 2 2 4 3 1 4 3 3 1 2 2 4 2 3 1 2 3 4 2 2 3 60
UC-3 2 1 4 2 2 2 2 3 1 2 3 4 1 1 2 2 1 3 3 2 3 2 2 4 3 57
UC-4 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2 3 1 4 3 3 1 2 52
UC-5 2 4 2 2 3 3 4 1 2 4 2 4 3 2 4 3 3 4 4 2 1 1 3 3 2 68
UC-6 2 1 2 1 2 2 4 3 1 3 3 2 4 3 3 3 2 1 4 3 2 4 3 3 4 65
UC-7 1 1 3 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 1 2 3 2 3 4 2 3 4 4 2 4 63
UC-8 2 3 3 2 4 4 4 3 2 4 4 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 4 4 3 70
UC-9 2 3 2 1 4 4 2 3 2 3 3 3 3 1 4 4 2 3 3 2 3 2 4 3 2 68
UC-10 2 2 2 1 4 4 4 2 1 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 71
UC-11 1 2 1 1 2 2 4 4 1 2 3 3 1 2 3 4 4 2 3 1 4 4 1 3 3 61
UC-12 2 1 3 1 2 2 2 4 1 3 2 3 1 1 2 3 2 3 4 1 3 4 4 3 4 61
UC-13 2 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 4 1 1 1 3 3 3 4 1 3 4 3 3 4 59
UC-14 2 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 1 3 2 3 3 2 4 2 75
UC-15 2 1 4 1 2 2 2 3 1 2 1 4 1 2 2 2 2 3 3 1 3 3 1 4 4 56
UC-16 2 2 3 1 4 4 4 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 4 3 3 4 2 69
UC-17 2 4 3 1 2 2 3 4 2 4 4 2 3 2 4 4 3 3 3 1 4 1 3 3 3 70
UC-18 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 4 3 2 2 3 4 4 3 1 4 3 2 3 3 3 70
UC-19 2 1 3 2 4 4 4 3 2 3 2 3 1 4 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 2 74
UC-20 2 1 3 2 4 4 4 2 3 2 3 3 2 2 4 1 3 4 3 4 2 3 4 4 3 72
UC-21 2 1 3 2 4 4 4 4 2 3 2 3 2 2 2 3 3 4 1 4 3 3 4 4 2 71
UC-22 4 4 2 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 83
118

UC-23 4 4 2 4 2 2 3 1 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 73
UC-24 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 4 1 4 4 2 3 4 76
UC-25 4 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 1 3 1 2 80
119

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Instrumen Interaksi Edukatif

Hasil Uji Validitas Instrumen Interaksi Edukatif

Item-Total Statistics
Scale Scale Corrected Cronbach's
Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Item Deleted Correlation Deleted
Deleted
Pernyataan 1 35.96 43.623 .429 .848
Pernyataan 2 35.96 43.623 .429 .848
Pernyataan 4 36.40 37.917 .712 .830
Pernyataan 5 36.36 43.657 .295 .856
Pernyataan 6 36.40 40.833 .457 .848
Pernyataan 7 36.96 44.040 .378 .850
Pernyataan 8 36.20 41.333 .568 .841
Pernyataan 10 36.40 41.583 .515 .843
Pernyataan 11 36.64 40.823 .523 .843
Pernyataan 12 36.64 39.157 .727 .830
Pernyataan 13 37.60 44.583 .287 .855
Pernyataan 14 36.64 39.157 .727 .830
Pernyataan 15 36.56 42.840 .268 .862
Pernyataan 16 36.44 38.423 .727 .829
120

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Instrumen Minat Belajar Matematika

Item-Total Statistics
Scale Scale Corrected Cronbach's
Mean if Variance if Item-Total Alpha if
Item Item Correlation Item
Deleted Deleted Deleted
Pernyataan 1 32.64 47.907 .576 .816
Pernyataan 2 32.64 46.323 .493 .820
Pernyataan 4 32.96 47.623 .548 .817
Pernyataan 5 31.92 46.243 .574 .814
Pernyataan 6 31.92 46.243 .574 .814
Pernyataan 7 31.44 45.507 .686 .807
Pernyataan 9 32.84 46.557 .686 .809
Pernyataan 10 31.76 50.190 .378 .827
Pernyataan 13 32.48 44.427 .648 .808
Pernyataan 14 32.64 46.240 .645 .810
Pernyataan 15 31.96 46.373 .585 .814
Pernyataan 17 31.96 50.040 .399 .826
Pernyataan 20 32.40 47.250 .394 .829
Pernyataan 25 31.80 62.083 -.601 .877
121

Lampiran 11 Instrumen Setelah Uji Coba

Angket Interaksi Edukatif

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 19, terdapat pernyataan positif pada nomor 1-10 dan
pernyataan negatif pada nomor 11-14.
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
e. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
f. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

Pilihan Jawaban
No Penilaian SL SR KD TP
1. Guru bertanya tentang kehadiran siswa

2. Guru bertanya jawab dengan siswa selama proses


pembelajaran
3. Guru menyampaikan materi dengan intonasi yang jelas dan
mudah dipahami
4. Guru mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
5. Guru memberikan tugas secara individu atau kelompok

6. Guru menggunakan media yang menarik dalam


menyampaikan materi pelajaran.
7. Guru mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti
pembelajaran
8. Guru menyimpulkan materi pembelajaran

9. Guru mengoreksi dan menilai pekerjaan siswa selama


proses pembelajaran
10. Guru memberikan pujian kepada siswa yang aktif dalam
122

proses pembelajaran
11. Guru tidak mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan
12. Guru tidak memberika pujian kepada siswa yang aktif
dalam pembelajaran
13. Guru tidak memberikan arahan ketika siswa kesulitan
dalam memahami pelajaran
14. Guru tidak menilai secara rinci terhadap aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran
Jumlah

Angket Minat Belajar Matematika Siswa


123

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Bacalah dengan teliti dan seksama!
2. Tulislah nama lengkap, kelas, dan nomor absen pada lembar jawab!
3. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberikan tanda (√) sesuai dengan jawaban!
4. Jumlah pernyataan ada 25, terdapat pernyataan positif pada nomor 1- 12 dan
pernyataan negatif pada nomor 13-14
5. Pernyataan negatif ini tidak menyatakan tentang kejelekan siswa.
6. Untuk menjawab soal pada pernyataan pilihlah empat alternatif di bawah ini
dengan menggunakan tanda ceklis (√).
e. Selalu ( SL) c. Kadang-kadang (KD)
f. Sering (SR) d. Tidak Pernah (TP)

No Pernyataan Pilihan Jawaban


. SL SR KD TP
1. Saya belajar matematika pada malam hari, sebelum
pelajaran matematika esok hari.
2. Saya membaca bahan pelajaran sebelum
pembelajaran matematika dimulai
3. Saya suka mengerjakan soal matematika, meskipun
tidak ada tugas dari guru
4. Saya senang mengerjakan tugas matematika yang
diberikan guru
5. Saya belajar matematika sendiri dirumah tanpa ada
yang menyuruh
6. Saya memperhatikan guru ketika menjelaskan
materi pelajaran matematika
7. Saya mengulangi pelajaran matematika setelah
pulang dari sekolah
8. Saya senang mengikuti pembelajaran matematika

9. Saya belajar matematika karena mengetahui


kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
10. Saya menggunakan benda yang ada disekitar dalam
memahami materi pembelajaran matematika.
11. Saya bersemangat belajar matematika karena guru
mengajar dengan menyenangkan.
12. Saya berdiskusi dengan teman kelompok terkait
materi matematika.
13. Ketika guru sedang menjelaskan materi saya tidak
124

mencatat materi pembelajaran


14. Saya lebih senang bermain daripada belajar
matematika.
Jumlah
125

Lampiran 12 Data Hasil Sebar Angket Interaksi Edukatif


Data hasil sebar angket interaksi edukatif

Re Interaksi Edukatif Skor


s
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14
2
1 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 47
2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 47
3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 38
4 3 4 3 4 3 2 2 4 4 1 4 3 4 4 45
5 3 2 1 3 3 3 1 4 2 3 3 4 4 4 40
6 4 4 4 3 1 4 3 3 3 3 4 1 3 2 42
7 4 4 3 4 4 2 4 2 4 1 1 4 1 4 42
8 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 51
9 3 2 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 4 4 45
10 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 2 1 3 1 43
11 4 4 4 4 2 3 4 2 4 3 4 3 4 3 48
12 4 4 4 3 2 1 4 3 1 4 4 3 4 2 43
13 4 3 2 3 4 4 3 2 4 1 4 4 3 3 44
14 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 52
15 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 49
16 2 2 3 3 4 4 3 4 4 1 4 1 3 2 40
17 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 46
18 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 2 3 1 4 44
19 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 1 2 1 2 41
20 3 4 2 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 4 42
21 4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 4 4 3 1 44
22 3 2 2 4 2 4 2 4 4 2 3 3 1 4 40
23 2 2 3 4 4 3 2 1 4 4 2 2 3 2 38
24 4 4 3 2 3 4 3 2 3 2 4 3 4 1 42
25 3 4 3 4 2 1 3 2 3 4 2 1 2 4 38
85 81 8 84 74 7 79 75 84 73 78 7 76 77 1091
1 4 0
126

Lampiran 13 Data Hasil Sebar Angket Minat Belajar Matematika


Data hasil sebar angket minat belajar matematika
Re Minat Belajar Matematika Skor
s

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14
0
1 2 4 4 2 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 42
2 2 3 1 3 1 4 3 2 4 1 4 2 1 1 32
3 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 4 3 1 1 34
4 2 4 1 3 2 4 1 3 4 2 3 2 4 4 39
5 1 2 2 2 4 2 3 2 2 1 3 1 4 2 31
6 2 4 1 2 3 4 2 4 2 2 4 4 3 1 38
7 1 4 1 4 2 2 2 2 1 1 4 1 4 3 32
8 1 2 4 4 4 4 2 4 2 3 4 3 4 4 45
9 3 4 2 3 4 3 2 4 4 3 4 2 4 4 46
10 4 3 4 1 3 2 2 3 4 3 4 3 2 1 39
11 2 2 2 4 2 4 2 4 2 2 4 2 4 2 38
12 4 1 1 3 4 1 4 3 4 3 4 3 1 3 39
13 3 1 3 2 1 4 2 1 2 4 3 1 3 1 31
14 4 4 3 4 4 3 2 4 4 2 4 2 3 4 47
15 4 3 2 3 3 4 1 3 3 2 4 2 4 2 40
16 2 3 2 4 4 2 2 3 3 4 3 2 4 1 39
17 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 2 3 3 4 29
18 2 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 1 2 1 40
19 1 3 3 2 3 2 3 1 3 4 1 2 4 3 35
20 3 1 1 4 1 4 1 2 3 2 2 3 4 3 34
21 1 2 1 4 4 4 2 4 4 1 4 2 4 4 41
22 3 4 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 3 1 28
23 2 3 1 2 3 1 2 1 3 1 1 4 3 3 30
24 1 2 4 3 3 4 1 3 1 4 1 4 2 1 34
25 2 3 2 4 2 3 1 3 2 1 3 3 3 4 36
56 71 53 74 68 75 49 67 69 6 77 61 77 62 919
0
127

Lampiran 14 Nilai r Tabel

Lampiran 15 Nilai t Tabel

Lampiran 16 Surat Izin Penelitian


128

Lampiran 17 Surat Balasan Penelitian


129

Lampiran 18 Dokumentasi Uji Coba Instrumen Penelitian

Kegiatan mengsisi selebaran kuesioner berupa angket interaksi edukatif kepada


siswa kelas 6

Kegiatan mengsisi selebaran kuesioner berupa angket minat belajar matematika


kepada siswa kelas 6
130

Lampiran 19 Dokumentasi Hasil Penelitian

Kegiatan mengsisi selebaran kuesioner berupa angket interaksi edukatif kepada


siswa kelas 5

Kegiatan mengsisi selebaran kuesioner berupa angket minat belajar matematika


kepada siswa kelas 5
131

Lampiran 20 Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Yuni Rahayu, lahir di Sukabumi pada tanggal 04

Agustus 1999. Putri dari bapak Sahroni dan ibu Suparmi

Rahayu anak 1 (Tunggal). Domisili di Kp. Tegal Sereh

RT 09 RW 03 Desa Caringin Kecamatan Gegerbitung

Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Adapun

pendiidkan formal yang pernah ditempuh peneliti di SDN Cimonteng pada tahun

2006 lulus tahun 2011, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 1 Gegerbitung

lulus pada tahun 2014, selanjutnya peneliti melanjutkan Pendidikan ke SMAN 1

Sukaraja lulus pada tahun 2017. Kemudian peneliti melanjutkan Pendidikan

kejenjang Perguruan Tinggi Swasta S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor. Hobi

peneliti yaitu menulis, mendengarkan musik dan memasak. Cita-cita peneliti

menjadi seorang guru untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.

Anda mungkin juga menyukai