Anda di halaman 1dari 7

KD.3.

8 Memahami metode estimasi biaya

1. Metode BOW
Metode BOW atau Burgerlijke Openbare Werken adalah
sebuah metode analisis yang dibuat oleh Dir BoW pada tahun
1921 lalu. Metode ini ditemukan Dir Bow saat masa
pemerintahan Belanda.
Metode analisis BOW berisi daftar koefisien upah dan
bahan yang sudah ditetapkan. Menurut berbagai sumber,
metode analisa ini hanya dapat digunakan untuk menghitung
RAB proyek-proyek padat karya yang menggunakan peralatan
konvensional seperti proyek bangunan sederhana.

Kelemahan analisa BOW

 Merupakan produk lama yang belum diupdate sehingga


sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang.
 Analisa BOW mengharuskan adanya koefisien kebutuhan
kepala tukang pada setiap pekerjaan, kenyataannya dalam
pelaksanaan pekerjaan belum tentu menggunakan jasa
kepala tukang yang akhirnya membuat hasil perhitungan
RAB menjadi jauh lebih besar.
 Munculnya jenis item pekerjaan baru yang tidak tercantum
di dalam analisa BOW, seperti adanya bahan bangunan tipe
baru maka belum ada dalam analisa BOW.
 Perkembangan teknologi khususnya dalam dunia konstruksi
telah menghasilkan berbagai penemuan alat-alat proyek
baru, contohnya alat berat yang belum ada di dalam analisa
BOW.

2. Metode SNI
Metode SNI adalah singkatan dari (Standar Nasional
Indonesia). Hadirnya metode ini adalah bentuk dari
penyempurnaan metode BOW. Jika metode BOW hanya dapat
diaplikasikan untuk konstruksi sederhana, SNI cukup banyak
mengalami perkembangan. Metode ini mulai dijajah sejak tahun
1988 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
(Puslitbang Permukiman). Hasil penelitian dan penjajakan
tersebut selanjutnya menjadi dasar penyusunan SNI yang
pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 kemudian terus
diperbaharui di tahun-tahun selanjutnya.

Metode Analisa BOW dan SNI dalam Penyusunan RAB

Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan konstruksi dapat


dihitung dengan dua metode analisa, yaitu analisa BOW dan analisa
SNI. Berikut ini adalah contoh perhitungan analisa anggaran biaya
dengan jenis pekerjaan 1 m³ pembangunan beton dengan mutu K-225

a) Metode BOW
Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode
BOW adalah sebagai berikut :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :

1. Bahan
0,96 m³ kerikil @ Rp 100.000,00 = Rp 96.000,00
8,17 zak semen PC 50 kg @ Rp 60.000,00 = Rp 490.200,00
0,54 m³ Pasir@ Rp 75.000,00 = Rp 40.500,00
Jumlah total harga bahan = Rp 626.700,00

2. Upah
1,00 tukang batu @ Rp 80.000,00 = Rp 80.000,00
0,10 kepala tukang batu @ Rp 100.000,00 = Rp 10.000,00
6,00 pekerja @ Rp 60.000,00 = Rp 360.000,00
0,30 mandor @ Rp 90.000,00 = Rp 27.000,00
Jumlah total upah = Rp 477.000,003.

3. Peralatan
0,4819 concrete mixer @ Rp 40.000,00 = Rp 19.276,00
0,0633 water tanker @ Rp 120.000,00 = Rp 7.596,00
0,4819 concrete vibrator @ Rp 22.000,00 = Rp 10.601,80
1,0000 alat bantu @ Rp 2.100,00 = Rp 2.100,00
Jumlah total alat = Rp 39.573,80
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton mutu K-225
adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga
peralatan
= Rp 626.700,00 + Rp 477.000,00 + Rp 39.573,80
= Rp 1.143.273,80

2. Metode SNI

Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan


metode SNI 2008 yaitu :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu
K-225 :

1. Bahan
0,65 m³ kerikil @ Rp 100.000,00 = Rp 65.000,00
7,42 zak semen PC 50 kg @ Rp 60.000,00 = Rp 445.200,00
0,65 m³ Pasir @ Rp 75.000,00 = Rp 48.750,00
Jumlah total harga bahan = Rp 558.950,00
2. Upah
0.275 tukang batu @ Rp 80.000,00 = Rp 22.000,00
0,028 kepala tukang batu @ Rp 100.000,00 = Rp
2.800,00
1,65 pekerja @ Rp 60.000,00 = Rp 99.000,00
0,083 mandor @ Rp 90.000,00 = Rp 7.470,00
Jumlah total upah = Rp 131.270,003. Peralatan
0,4819 concrete mixer @ Rp 40.000,00 = Rp 19.276,00
0,0633 water tanker @ Rp 120.000,00 = Rp 7.596,00
0,4819 concrete vibrator @ Rp 22.000,00 = Rp 10.601,80
1,0000 alat bantu @ Rp 2.100,00 = Rp 2.100,00
Jumlah total alat = Rp 39.573,80
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu
K–225 adalah:
= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga
peralatan
= Rp 558.950,00 + Rp 131.270,00 + Rp 39.573,00
= Rp 729.793,8
Dari perbedaan jumlah harga satuan untuk pekerjaan
pembuatan beton 1 m³ (mutu K-225) yang menggunakan
metode BOW dengan metode SNI di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dana pembangunan lebih efisien jika
dilakukan dengan metode SNI daripada metode BOW.

Analisa harga satuan BOW memang perlu dilakukan


perbaikan, mengingat metode analisa tersebut sudah tidak
relevan lagi karena analisa BOW hanya dapat digunakan apabila
pekerjaannya berupa pekerjaan padat karya yang memakai
peralatan konvensional serta tenaga kerja yang kurang
profesional, sehingga apabila analisa tersebut masih digunakan
secara murni mengakibatkan perencanaan biaya menjadi sangat
mahal.

4. Metode Kontraktor atau Lapangan


Metode kontraktor atau metode lapangan sangat berbeda
dibandingkan kedua jenis metode sebelumnya. Dalam
penerapannya, metode kontraktor menentukan koefisien
berdasarkan hitungan manual jumlah bahan dan upah yang
digunakan. Dari hasil perhitungan tersebut, selanjutnya
kontraktor akan membandingkan dengan koefisien yang ada
pada metode BOW, SNI, dan membandingkan dengan
pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek-proyek
sebelumnya. Pada metode kontraktor ini, nilai koefisien yang
dihasilkan ditentukan dari tingkat produktivitas bahan, alat, dan
tenaga yang digunakan.

5. Metode Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)


Metode Analisa Harga Satuan pekerja adalah salah satu
cara penghitungan dalam pengerjaan konstruksi yang dijabarkan
secara detail dalam bentuk perkalian kebutuhan bahan
bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bangunan,
standar pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan
demi mendapatkan harga per satuan pekerjaan konstruksi.
Besarnya harga per satuan pekerjaan tersebut tergantung
dari besarnya harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga
satuan alat. Harga satuan upah sendiri tergantung dari tingkat
produktivitas pekerja dalam menyelesaikan target pekerjaan
mereka,
Penentuan harga satuan bahan dalam AHSP bergantung
dari ketelitian dalam menghitung kebutuhan spesifikasi bahan
material untuk masing-masing pekerjaan. Untuk penentuan
harga satuan peralatan, baik sewa atau investasi tergantung dari
keadaan lapangan, efisiensi, metode pelaksanaan, jarak tempuh,
dan pemeliharaan alat tersebut.
AHSP sering digunakan oleh kontraktor dalam membuat
estimasi biaya bangun rumah.

Anda mungkin juga menyukai