Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbelanjaan Cokroaminoto
Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbelanjaan Cokroaminoto
1. Metode BOW
BOW adalah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan Dir. BOW pada
tanggal 28 Februari 1921 nomor 5372 A pada jaman Belanda. Dalam analisa BOW, telah
ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Prinsip yang terdapat
dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan.
Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk harga satuan pekerjaan
bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan
dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta
tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan harga
material dan upahyang berlaku pada saat itu. (Mukomuko,1985)
Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode BOW adalah sebagai berikut
:
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1. Bahan
0,96 m³ kerikil @ Rp 75.000,00 = Rp 72.000,00
8,17 zak semen PC 50 kg @ Rp 56.900,00 = Rp 484.873,00
0,54 m³ Pasir @ Rp 50.000,00 = Rp 27.000,00
+
2. Upah
1,00 tukang batu @ Rp 72.900,00 = Rp 72.900,00
0,10 kepala tukang batu @ Rp 87.500,00 = Rp 8.750,00
6,00 pekerja @ Rp 45.000,00 = Rp 270.000,00
0,30 mandor @ Rp 65.600,00 = Rp 19.680,00 +
Jumlah upah = Rp 371.330,00
3. Peralatan
0,4819 concrete mixer @ Rp 36.480,370 = Rp 17.579,8900
0,0633 water tanker @ Rp 117.765,090 = Rp 7.545,5300
0,4819 concrete vibrator @ Rp 21.740,010 = Rp 10.476,5110
1,0000 alat bantu @ Rp 2.050,000 = Rp 2.050,0000 +
Jumlah alat = Rp 37.560,931
2. Metode SNI
SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken)
1921, dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui.
Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem
penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan sistem
perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI
adalah, daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudah ditetapkan untuk menganalisa harga
atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari
kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan
kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta
tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga
material dan upah yang berlaku di pasaran.
Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan metode SNI 2008 yaitu :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1. Bahan :
0,65 m³ Kerikil @ Rp 75.000,00 = Rp 48.750,00
7,42 kg Semen PC 50 kg @ Rp 56.900,00 = Rp 422.198,00
0,65 m³ Pasir @ Rp 50.000,00 = Rp 32.500,00 +
Jumlah harga bahan = Rp 503.448,00
2. Upah :
0.275 tukang batu @ Rp 72.900,00 = Rp 20.047,5
0,028 kepala tukang batu @ Rp 87.500,00 = Rp 2.450,00
1,65 pekerja @ Rp 45.000,00 = Rp 74.250,00
0,083 mandor @ Rp 65.600,00 = Rp 5.444,8,0 +
Jumlah harga upah = Rp 102.192,3
3. Peralatan :
0,4819 concrete mixer @ Rp 36.480,370 = Rp 17.579,89
0,0633 water tanker @ Rp 117.765,090 = Rp 7.454,53
0,4819 concrete vibrator @ Rp 21.740,010 = Rp 10.476,51
1,0000 alat bantu @ Rp 2.050,000 = Rp 2.050,00 +
Jumlah harga alat = Rp 37.560,93
Daftar Pustaka
1. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan.
2. Mukomoko, J. A. 1987. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW.Gaya
Media Pratama. Jakarta
http://meisyasalsabila.blogspot.co.id/2011/07/mengapa-sni-mengalahkan-bow.html
1. Merupakan produk lama yang belum di update menyesuaikan kondisi sekarang sehingga
ada beberapa pekerjaan yang sudah berubah biaya pelaksanaanya.
2. Adanya koefisien kebutuhan kepala tukang pada setiap pekerjaan, padahal dalam
pelaksaanya belum tentu menggunakan jasa kepala tukang sehingga hasil perhitungan
perkiraan RAB menjadi besar.
3. Beberapa item pekerjaan baru saat ini banyak yang menggunakan bermacam bahan
bangunan tipe baru maka belum ada dalam analisa BOW, jadi untuk menghitungnya harus
melihat SNI RAB atau membuat analisa sendiri hasil penelitian pengamatan pelaksanaan
pekerjaan.
4. Beberapa instansi pemerintah maupun swasta lebih memilih menggunakan sistem harga
satuan standar negara, sehingga kontraktor pemborong harus menyesuaikan dalam
perhitungan.
5. Perkembangan teknologi pelaksanaan konstruksi telah menghasilkan berbagai penemuan
alat-alat proyek baru, seperti analisa berbagai macam alat berat yang belum ada dalam
BOW.
Selain kekurangan tentu saja ada banyak kelebihan, oleh karena itu bagi yang hendak
menambahkan alasan kenapa tidak lagi menggunakan analisa BOW dan apa saja kelebihanya