Anda di halaman 1dari 3

MENGAPA SNI MENGALAHKAN BOW?

Diposting oleh Meylis di 18.54


Salah satu tujuan dari perusahaan konstruksi adalah mendapatkan hasil keuntungan
yang maksimal dari pelaksanaan pembangunan proyek. Dalam hal ini sangat penting adanya
pengelolaan manajemen yang baik khususnya yang berkaitan dengan anggaran biaya,
sehingga diperlu dibuat sebuah rencana anggaran biaya proyek yang efisien dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pada penyusunan anggaran biaya ini terdapat metode perhitungan
di antaranya metode BOW dan SNI. Mengapa selama ini perhitungan rencana anggaran
biaya sering digunakan metode SNI? Ada apa dengan metode BOW? Oleh karena itu, penulis
akan membahas metode-metode tersebut.

Metode Analisa Perhitungan RAB


Rencana Anggaran Biaya pembangunan gedung dapat dihitung dengan dua metode,
yaitu metode BOW dan metode SNI :

1. Metode BOW
BOW adalah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan Dir. BOW pada
tanggal 28 Februari 1921 nomor 5372 A pada jaman Belanda. Dalam analisa BOW, telah
ditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Prinsip yang terdapat
dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan.
Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk harga satuan pekerjaan
bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan
dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta
tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan harga
material dan upahyang berlaku pada saat itu. (Mukomuko,1985)

Contoh dari perhitungan analisa anggaran biaya dengan metode BOW adalah sebagai berikut
:
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1. Bahan
0,96 m³ kerikil @ Rp 75.000,00 = Rp 72.000,00
8,17 zak semen PC 50 kg @ Rp 56.900,00 = Rp 484.873,00
0,54 m³ Pasir @ Rp 50.000,00 = Rp 27.000,00
+

Jumlah harga bahan = Rp 563.873,00

2. Upah
1,00 tukang batu @ Rp 72.900,00 = Rp 72.900,00
0,10 kepala tukang batu @ Rp 87.500,00 = Rp 8.750,00
6,00 pekerja @ Rp 45.000,00 = Rp 270.000,00
0,30 mandor @ Rp 65.600,00 = Rp 19.680,00 +
Jumlah upah = Rp 371.330,00

3. Peralatan
0,4819 concrete mixer @ Rp 36.480,370 = Rp 17.579,8900
0,0633 water tanker @ Rp 117.765,090 = Rp 7.545,5300
0,4819 concrete vibrator @ Rp 21.740,010 = Rp 10.476,5110
1,0000 alat bantu @ Rp 2.050,000 = Rp 2.050,0000 +
Jumlah alat = Rp 37.560,931

Harga satuan 1 m³pekerjaan membuat beton mutu K-225 adalah:


= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 563.873,00 + Rp 371.330,00 + Rp 37.560,93
= Rp 972.763,93

2. Metode SNI
SNI merupakan pembaharuan dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken)
1921, dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui.
Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem
penyusunan biaya dengan menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan sistem
perhitungan dengan menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI
adalah, daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudah ditetapkan untuk menganalisa harga
atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari
kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan
kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingan dan susunan material serta
tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga
material dan upah yang berlaku di pasaran.

Contoh perhitungan rencana anggaran biaya dengan metode SNI 2008 yaitu :
Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K-225 :
1. Bahan :
0,65 m³ Kerikil @ Rp 75.000,00 = Rp 48.750,00
7,42 kg Semen PC 50 kg @ Rp 56.900,00 = Rp 422.198,00
0,65 m³ Pasir @ Rp 50.000,00 = Rp 32.500,00 +
Jumlah harga bahan = Rp 503.448,00

2. Upah :
0.275 tukang batu @ Rp 72.900,00 = Rp 20.047,5
0,028 kepala tukang batu @ Rp 87.500,00 = Rp 2.450,00
1,65 pekerja @ Rp 45.000,00 = Rp 74.250,00
0,083 mandor @ Rp 65.600,00 = Rp 5.444,8,0 +
Jumlah harga upah = Rp 102.192,3

3. Peralatan :
0,4819 concrete mixer @ Rp 36.480,370 = Rp 17.579,89
0,0633 water tanker @ Rp 117.765,090 = Rp 7.454,53
0,4819 concrete vibrator @ Rp 21.740,010 = Rp 10.476,51
1,0000 alat bantu @ Rp 2.050,000 = Rp 2.050,00 +
Jumlah harga alat = Rp 37.560,93

Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 adalah:


= Jumlah harga bahan + Jumlah harga upah + Jumlah harga peralatan
= Rp 503.448,00 + Rp 102.192,3 + Rp 37.560,93
= Rp 643.201,23
Kesimpulan
 Harga satuan 1 m³ pekerjaan membuat beton dengan mutu K–225 dengan metode BOW
diperoleh Rp 972.763,93 sedangkan dengan metode SNI 2008 diperoleh Rp 643.201,23
 Terdapat selisih harga Rp 329.562,70 (perbedaan harga yang cukup besar)
 Analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 28 Februari 1921, perlu diadakan revisi atau
perbaikan. Pedoman tersebut dirasakan sudah tidak relevan lagi karena analisa BOW hanya
dapat digunakan apabila pekerjaannya berupa pekerjaan padat karya yang memakai peralatan
konvensional serta tenaga kerja yang kurang profesional, sehingga apabila analisa tersebut
masih digunakan secara murni mengakibatkan perencanaan biaya menjadi sangat mahal.
 Untuk mengefisiensi dana pembangunan masih ada metode lain yang dapat digunakan dalam
penyusunan anggaran biaya misalkan dengan menggunakan metode SNI.

Daftar Pustaka
1. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan.
2. Mukomoko, J. A. 1987. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW.Gaya
Media Pratama. Jakarta

http://meisyasalsabila.blogspot.co.id/2011/07/mengapa-sni-mengalahkan-bow.html

Kekurangan analisa BOW untuk menghitung RAB

1. Merupakan produk lama yang belum di update menyesuaikan kondisi sekarang sehingga
ada beberapa pekerjaan yang sudah berubah biaya pelaksanaanya.
2. Adanya koefisien kebutuhan kepala tukang pada setiap pekerjaan, padahal dalam
pelaksaanya belum tentu menggunakan jasa kepala tukang sehingga hasil perhitungan
perkiraan RAB menjadi besar.
3. Beberapa item pekerjaan baru saat ini banyak yang menggunakan bermacam bahan
bangunan tipe baru maka belum ada dalam analisa BOW, jadi untuk menghitungnya harus
melihat SNI RAB atau membuat analisa sendiri hasil penelitian pengamatan pelaksanaan
pekerjaan.
4. Beberapa instansi pemerintah maupun swasta lebih memilih menggunakan sistem harga
satuan standar negara, sehingga kontraktor pemborong harus menyesuaikan dalam
perhitungan.
5. Perkembangan teknologi pelaksanaan konstruksi telah menghasilkan berbagai penemuan
alat-alat proyek baru, seperti analisa berbagai macam alat berat yang belum ada dalam
BOW.
Selain kekurangan tentu saja ada banyak kelebihan, oleh karena itu bagi yang hendak
menambahkan alasan kenapa tidak lagi menggunakan analisa BOW dan apa saja kelebihanya

silahkan dituliskan dibawah

Anda mungkin juga menyukai