ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERDASARKAN METODE BOW, SNI DAN PROYEK (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung Arsip PNB)
Made Sudiarsa dan Wayan Sudiasa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Bukit J imbaran, PO Box 1064 Tuban Badung Bali Abstrak : Salah satu tujuan dari perusahaan konstruksi adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal dari pelaksanaan pembangunan proyek. Dalam hal ini sangat penting adanya pengelolaan manajemen yang baik khususnya berkaitan dengan anggaran biaya, sehingga diperlukan adanya rencana anggaran biayaproyek yang efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.Keuntungan finansial yang diperoleh kontraktor tergantung padakecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor akan mengalamikekalahan sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendahnantinya akan mengalami kesulitan. Pada saat ini, penyedia jasa umumnya membuat harga penawaran berdasarkananalisis yang tidak seluruhnya berpedoman pada analisis BOW maupun analisis SNI.Para penyedia jasa lebih cenderung menghitung harga satuan pekerjaanberdasarkan dengan analisis mereka sendiri-sendiri yang didasarkan ataspengalaman-pengalaman terdahulu dalam menyelesaikan suatu pekerjaankonstruksi, walaupun tidak terlepas dari analisis BOW ataupun analisis SNI. Dengan demikian perlu diadakan analisis untuk mengetahui perbandingan harga satuan pekerjaan beton antarametode BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktorproyek pembangunan gedung Arsip PNB).Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka didapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan (HSP) beton antara metode BOW, SNI dan Proyek adalahHSP adukan beton BOW lebih besar 2,84% dibandingkan SNI dan 30,89% dibandingkan proyek, SNI lebih besar 3,53% dibandingkan proyek. Untuk pembesian HSP BOW lebih besar 38,12% dibandingkan SNI dan 31,01% dibandingkan proyek, SNI lebih besar 10,31% dibandingkan proyek.Untuk pekerjaan bekisting HSP pada BOW lebih besar 66,13% dan 73,82% dibandingkan lapangan, SNI lebih besar 22,70% dibandingkan proyek.Ratio perbandingan HSP adukan beton BOW > SNI dengan ratio 1,386 dan 1,43 dibandingkan proyek,HSPSNI>proyek dengan rasio 1,037.Untuk pekerjaan pembesian HSP pada BOW>SNI dengan ratio 1,616 dan 1,449 dibandingkan proyek,SNI <proyek dengan rasio 0,897.Untuk bekisting HSP BOW >SNI dengan ratio 2,952 dan 3,820 dibandingkan proyek, SNI >proyek dengan ratio 1,294.
Kata Kunci : Harga Satuan Pekerjaan, BOW, SNI, Proyek.
ComparisonAnaliysis on Work Unit Price Concrete basedon method of BOW, SNI and Project
Abstract :One of the aims of constructing company is to gain maximum profit form construction project. In this case, a good management is absolutely required particularly that related to cost budgeting: therefore an efficient and accountable cost budgeting plan is definitely required. The financial advantages the contractors obtained depend on their competence in projecting estimated cost component. In the case of high cost offer, contractor will possibly loose in the bidding. However, winning the bidding with relatively low cost will also harm the contractor itself. Currently, service providers commonly and publish the cost based on analysis which is not totally based on neither BOW nor SNI. They tend to calculate unit of working cost based on their own analysis pursuant to their prior experience in handling a contruction work. However, is not far apart from BOW or SNI analysis. Thus, there should be an analysis to know comparison of concrete work cost unit between BOW and SNI method, and the project (offer from contractor on Politeknik Negeri Bali (PNB) Arsip building construction project).From the analysis result, it was obtained the comparison of concrete work unit cost (WUC) between BOW, SNI and Project, that WUC of BOW is 2,84% higher than SNIs and 30,89% higher than that of project, SNI is 3,53% higher being compared to project. For bekisting work, WUC BOW is 38,12% higher than SNI and 31,01% being compared to the Project, SNI is higher 10,31% that the Project. For the bekisting project WUC in BOW is 66,13% and 73,82% higher that than of the field, SNI is 22,70 % higher than the project. Ration of comparison of WUC of concrete mix BOW>SNI with ratio 1,386 and 1,43 being compared to project, HSP SNI>project with ratio 1,037. In term of bekisting work, WUC BOW> SNI which ratio is 2,952 and 3,820 being compared to project, SNI>project with ratio 1,294.
Keywords: Work Unit Cost, BOW, SNI, project JURNAL LOGIC. VOL. 11. NO. 2. JULI 2011 118
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai tahapan yang berkaitandengan manajemen konstruksi.Dalam tahapan manajemen konstruksi tersebut,terdapat berbagai permasalahan mengenai pengelolaan anggaran biayapelaksanaan pekerjaan, sehingga perlu direncanakan suatu rancangan atauestimasi anggaran biaya pelaksanaan pekerjaan.Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelengaraan proyek. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pembangunangedung dan bangunan di bidang konstruksi, diperlukan suatu sarana dasarperhitungan harga satuan yaitu Analisis Biaya Konstruksi disingkat ABK.Analisis biaya konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuanpekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunandan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan pekerja,untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi. Analisis biaya konstruksiyang selama ini dikenal yaitu analisis BOW. Analisis BOW (Burgerlijke Openbare Werken) ialah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan Dir. BOWtanggal 28 Pebruari 1921 Nomor 5372 A pada zaman Pemerintahan Belanda.Namun bila ditinjau dari perkembangan industri konstruksi saat ini, analisisBOW belum memuat pekerjaan beberapa jenis bahan bangunan dan konstruksi yang ditemukandi pasaran dewasa ini. Pada tahun 1987 sampai 1991, Pusat penelitian dan PengembanganPermukiman melakukan penelitian untuk mengembangkan analisis BOW.Pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu melalui pengumpulan data sekunderberupa analisa biaya yang dipakai oleh beberapa kontraktor dalam menghitungharga satuan pekerjaan.Di samping itu dilakukan pula pengumpulan data primer,melalui penelitian lapangan pada proyek-proyek pembangunan perumahan.Dataprimer yang diperoleh dipakai sebagai pembanding / cross-check terhadapkesimpulan data sekunder yang diperoleh. Kegiatan tersebut telah menghasilkanproduk analisa biaya konstruksi yang telah dikukuhkan sebagai Standar NasionalIndonesia / SNI pada tahun 1991 1992 oleh Badan Standarisasi Nasional / BSN,namun hanya untuk perumahan sederhana. Agar lebih luas cakupannya, maka pada tahun 2002 SNI dikaji kembaliuntuk disempurnakan dengan sasaran lebih luas yaitu bangunan gedung danperumahan. Dalam kondisi perekonomian negara sekarang ini yang sedangmengalami krisis ekonomi, secara langsung maupun tidak langsung berdampakpada harga upah pekerja serta harga kebutuhan bahan/material.Untuk mengatasipermasalahan tersebut, maka diperlukan manajemen yang baik dan teratur padapelaksanaan pembangunan proyek konstruksi. Keuntungan finansial yang diperoleh penyedia jasa (kontraktor) tergantung padakecakapannya membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan didalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor akan mengalamikekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah,akan mengalami kesulitan dibelakang hari. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (HSP)dapat dihitng dengan beberapa metodeyaitu : Metode BOW. Dalam analisis BOW, telahditetapkan angka jumlah tenaga kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Prinsip yangterdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan yang telah ditetapkan.Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan untuk membuat hargasatuan pekerjaan bangunan. Dari koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahanyang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi perbandingandan susunan material serta tenaga kerja pada suatu pekerjaan sudah ditetapkan, yangselanjutnya dikalikan harga material dan upahyang berlaku pada saat itu. Metode SNI. SNI merupakan pembaharuan dari analisis BOW 1921, dengan kata lain bahwasanya analisis SNI merupakan analisis BOW yang diperbaharui. Sistem penyusunan biaya dengan menggunakan analisis SNI ini hampir sama dengan sistem perhitungan dengan menggunakan analisis BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar koefisien bahan dan upah tenaga sudahditetapkan untuk menganalisis harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat hargasatu satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasibahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisiperbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudahditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga material dan upah yang berlakudipasaran. Pada saat ini, penyedia jasa umumnya membuat harga penawaran berdasarkananalisis yang tidak seluruhnya berpedoman pada analisis BOW maupun analisisSNI.Para penyedia jasa lebih cenderung menghitung harga satuan pekerjaanberdasarkan dengan analisa mereka sendiri-sendiri yang didasarkan ataspengalaman-pengalaman terdahulu dalam menyelesaikan suatu pekerjaankonstruksi, walaupun tidak terlepas dari analisis BOW ataupun analisis SNI. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya penelitian untuk menganalisis perbandingan harga satuan pekerjaan beton antarametoda BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktor).
JURNAL LOGIC. VOL. 11. NO. 2. JULI 2011 119
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut : a. Apakah ada selisih harga satuan bahan, upah dan pekerjaan antarametode BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktor) ? b. Berapa rasio perbandingan harga satuan material, upah dan pekerjaanantara metode BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktor) ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui selisih ( % ) perbandingan harga satuan bahan, upah danpekerjaan antara metoda BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktor) b. Mengetahui rasio perbandingan harga satuan pekerjaan antara metoda BOW, SNI dan proyek (penawaran kontraktor)
II.METODE PENELITIAN Agar penelitian yang dilakukan dapat terarah maka dibutuhkan rancangan penelitian yang jelas dan sistematis sehingga tujuan yang diharapkan dari penelitian ini dapat tercapai. Adapun rancangan dari penelitian ini adalah :
Gambar 1Rancangan Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada proyek Pembangunan Gedung Arsip PNB, di Kabupaten Badung dan pelaksanaannya pada tahun 2010.
2.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian. Data ini berupa gambar, RAB dan RKS. Data ini diambil dari dokumen kontrakkontraktor selaku pelaksana dari proyek Pembangunan Gedung Arsip Poilteknik Negeri Bali (PNB). b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, diperoleh dari instansi terkait. Data yangdikumpulkan meliputi analisis harga satuan dari BOW dan SNI. Data ini diperoleh dari Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Bali, Direktorat J enderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.
2.3 Analisa Data Analisis yang dilakukan sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu perhitungan analisis harga satuan pekerjaan beton bertulang, kemudian dikomparasi untuk mengetahui selisih perbandingan dan rasio harga satuan antara metode BOW, SNI dan lapangan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis yang dilakukan analisis harga satuan bahan, upah dan pekerjaan beton bertulang dengan Analisis Metode BOW, Metode SNI dan Metode Lapangan pada Proyek Pembangunan Gedung Arsip Poilteknik Negeri Bali (PNB) Pada pekerjaan beton bertulangini terdiri dari pekerjaan adukan beton, pembesian dan bekisting. Selanjutnya darihasil perhitungan tersebut kemudian dikomparasikan seperti terlihat pada tabel berikut.
Dari hasil komparasi tersebut maka selanjutnyadihitung selisih harga satuan pekerjaan tiap item pekerjaan, sehingga dapat diketahui mana nilai yang terbesar. Rumus dari selisih harga satuan adalah :
Dari Tabel 1.sampai dengan Tabel 3, maka dapat digambarkan grafik perbandingan analisis harga satuan bahan, upah dan harga satuan pekerjaan untuk beton bertulang yang terdiri dari pekerjaan adukan beton, pembesian dan bekistingdengan menggunakan Analisis Metode BOW, SNI dan Lapangan pada proyek Pembangunan Gedung Arsip Poilteknik Negeri Bali (PNB) sepertiterlihat pada Gambar 2.sampai dengan Gambar 5.
Pek. Adukan Beton Pek. Pembesian Pek. Bekisting BOW 518,460.00 123,600.00 892,800.00 SNI 510,865.77 117,450.00 58,000.00 PROYEK 491,450.00 117,450.00 58,000.00 - 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 B i a y a
B a h a n
Gambar2.Grafik Perbandingan Harga Satuan Bahan Dari Gambar 2 di atas, terlihat bahwa harga satuan bahan adukan betonpada BOW (Rp. 518.460,-) >SNI (Rp.510.865,77) >Lapangan (Rp. 491.450,-)Untuk pekerjaan pembesian setiap 10 Kg harga satuan bahan pada BOW (Rp. 123.600,-) >SNI (Rp.117.450,-) = Lapangan (Rp.117.450,-). Demikian juga pekerjaan bekisting untuk setiap 10 mharga satuan bahan pada BOW (Rp.892.800,-) > SNI (Rp.Rp.58.000,-) = Lapangan (Rp.58.000,-). Hal ini disebabkan oleh indeks/koefisien rata-rata bahanpada BOW lebih besar daripada Lapangan dan SNI.
Gambar3. Grafik Perbandingan Harga Satuan Upah Dari Gambar 3, terlihat bahwa harga satuan upah adukan beton pada BOW (Rp. 306.650,-) > SNI (Rp.Rp.84.309,-) >Lapangan (Rp. 82.692,5). Untuk pekerjaan pembesian setiap 10 Kg harga satuan upah pada BOW (Rp. 77.962,-) >Lapangan (Rp.21.615,-)> JURNAL LOGIC. VOL. 11. NO. 2. JULI 2011 121
SNI (Rp.7.271,-).Pada pekerjaan bekisting untuk setiap 10 m harga satuan upah pada BOW (Rp.388.850,-)>SNI (Rp.376.090,-) >Lapangan (Rp.277.530,-). Hasil ini disebabkan oleh indeks/koefisien rata-rata tenaga kerjapada BOW lebih besar daripada Lapangan dan SNI.
Pek. Adukan Beton Pek. Pembesian Pek. Bekisting BOW 824 ,810.00 201,562.50 1,281,650.00 SNI 595 ,175.27 124 ,721.00 434 ,090.0 0 PROYEK 491,450.00 139 ,065.00 58,000.00 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 H a r g a
s a t u a n
Gambar4.Grafik Perbandingan HSP Demikian juga dari dari Gambar 4.terlihat bahwa harga satuan pekerjaan adukan beton pada BOW (Rp. 824.810,-) > SNI (Rp.Rp.595.175,27) >lapangan (Rp.491.450,-) Untuk harga satuan pekerjaan pembesian setiap 10 Kg pada BOW (Rp. 201.562,50) >lapangan (Rp.139.065,-) >SNI (Rp.124.721,-). Untukharga satuan pekerjaan bekisting setiap 10 m pada BOW (Rp. 1.281.650,-) > SNI (Rp.434.090,-) >lapangan (Rp.58.000,-). Hal ini disebabkan oleh indeks/koefisien rata-rata bahan dan upah pada BOW lebih besar daripada Lapangan dan SNI.
Pek. Adukan Beton Pek. Pembesian/ 10 Kg Pek. Bekisting/ 10 m BOWV s SNI 27.84% 38.12% 66.13% BOWV s Proyek 30.39% 31.01% 73.82% SNI V s PROYEK 3.53% 10.31% 22.70% 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 S e l i s i h
H S P Gambar5.Grafik Perbandingan Selisih HSP Dari Gambar 5. di atas, terlihat bahwa untuk harga satuan pekerjaan adukan beton padaBOW lebih besar 2,84% dibandingkan SNI dan 30,89% dibandingkan Lapangan sedangkan harga satuan pekerjaanSNI lebih besar 3,53% dibandingkan Lapangan. Untuk pekerjaan pembesian harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar 38,12%dibandingkan SNI dan 31,01% dibandingkanlapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar 10,31% dibandingkan lapangan. Untuk pekerjaan bekisting harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar 66,13%dan 73,82% dibandingkan Lapangansedangkan HSP SNI lebih besar 22,70% dibandingkan Lapangan.
Pek. Adukan Beton Pek. Pembesian/ 10 Kg Pek. Bekisting/ 10 m BOW V s SNI 1.386 1.616 2.952 BOW V s Proyek 1.437 1.44 9 3.820 SNI V s PROYEK 1.037 0 .89 7 1.294 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 R a t i o
H S P
Gambar6. Grafik Ratio HSP Dari Gambar 6, terlihat bahwa untuk harga satuan pekerjaan adukan beton BOW lebih besar dibandingkan SNI dengan rasio 1,386 dan 1,43 dibandingkanLapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar dibandingkan lapangan dengan rasio 1,037. Untuk pekerjaan pembesian harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar dibandingkan SNI dengan rasio 1,616dan 1,449 dibandingkanlapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih kecil dibandingkan lapangan dengan rasio 0,897. Untuk pekerjaan bekistingharga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar SNI dengan rasio 2,952 dan 3,820 dibandingkanLapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar dibandingkan lapangan dengan rasio 1,294.
IV . SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Dari perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperolehbeberapa simpulan sebagai berikut : JURNAL LOGIC. VOL. 11. NO. 2. JULI 2011 122
1. Perbandingan harga satuan pekerjaan antara metode BOW, SNI dan proyek/lapangan : a. Harga satuan pekerjaan adukan beton pada BOW (Rp. 824.810,-) > SNI (Rp. Rp.595.175,27) >lapangan (Rp.491.450,-). b. Harga satuan pekerjaan pembesian setiap 10 Kg pada BOW (Rp. 201.562,50) >lapangan (Rp.139.065,-) >SNI (Rp.124.721,-). c. Harga satuan pekerjaan bekisting setiap 10 m pada BOW (Rp.1.281.650,-) >SNI (Rp.434.090,-) >lapangan (Rp.58.000,-). 2. Selisih perbandingan harga satuan pekerjaan : a. Harga satuan pekerjaan adukan beton pada BOW lebih besar 2,84% dibandingkan SNI dan 30,89% dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar 3,53% dibandingkan lapangan. b. Untuk pekerjaan pembesian harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar 38,12% dibandingkan SNI dan 31,01% dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar 10,31% dibandingkan lapangan. c. Untuk pekerjaan bekisting harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar 66,13% dan 73,82% dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar 22,70% dibandingkan lapangan. 3. Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan : a. Harga satuan pekerjaan adukan beton BOW lebih besar dibandingkan SNI dengan rasio 1,386 dan 1,43 dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaanSNI lebih besar dibandingkan lapangan dengan rasio 1,037. b. Untuk pekerjaan pembesian harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar dibandingkan SNI dengan rasio 1,616 dan 1,449 dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaanSNI lebih kecil dibandingkan lapangan dengan rasio 0,897. c. Untuk pekerjaan bekisting harga satuan pekerjaan pada BOW lebih besar SNI dengan rasio 2,952 dan 3,820 dibandingkan lapangan sedangkan harga satuan pekerjaan SNI lebih besar dibandingkan lapangan dengan rasio 1,294.
4.2 Saran 1. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan membandingkan semua jenis pekerjaan. 2. Dengan segala kekurangan metode BOW maka direkomendasikan agar metode BOW tidak dipakai lagi dalam menghitung RAB proyek karena sudah tidak relevan lagi untuk digunakan sesuai dengan perkembangan industri konstruksi saat ini sehingga kedepannya didalam menghitung RAB proyek khususnya proyek pemerintah hanya digunakan metode SNI dengan pertimbangan efesiensi dan efektivitas kerja.
DAFTAR PUSTAKA [1]. Analisa Upah dan Bahan (Analisis BOW), 2006, Cetakan. 12, PT. Bumi Aksara, J akarta. [2]. Bachtiar Ibrahim, 1993, Rencana dan Estimate Real of Cost, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. [3]. Badan Standarisasi Nasional / BSN, SNI Edisi Revisi, 2001, Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan (SNI). [4]. Iman Soeharto, 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta. [5]. Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan, Penerbit Nova, Bandung. [6]. J .A. Mukomoko, 1985, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. [7]. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971 N.I. 2, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Direktorat J enderal Ciptakarya. [8]. Sugeng Djojowirono, Manajemen Konstruksi, Yogyakarta, 1984. [9]. W. Niron J ohn, 1992, Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan, cetakan kesembilan, CV. Asona, Jakarta.