Anda di halaman 1dari 22

BAB 1 Rencana Anggaran Biaya

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Umum

elaksanaan sebuah proyek konstruksi sangat berkaitan dengan proses manajemen


didalamnya. Pada tahapan itu, pengelolaan anggaran biaya untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut, perlu dirancang dan disusun sedimikian rupa berdasarkan sebuah konsep estimasi yang
terstruktur sehungga menghasilkan nilai estimasi rancangan yang tepat dalam arti ekonomis.
Nilai estimasi anggaran yang disusun selanjutnya dikenal dengan istilah Rencana Aanggaran Biaya
(RAB) Proyek, yang mempunyai fungsi dan manfaat lebih lanjut dalam hal mengendalikan
sumberdaya material, tenaga kerja, peralatan dan waktu pelaksanaan proyek sehingga pelaksanaan
kegiatan proyek yang dilakukan akan mempunyai nilai efisiensi dan efektivitas.
Konsep penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek, pada pelaksanaannya didasarkan
pada sebuah analisa masing-masing komponen penyusunnya (material, upah dan peralatan) untuk
tiap-tiap item pekerjaan yang terdapat dalam keseluruhan proyek. Hasil analisa komponen tersebut
pada akhirnya akan menghasilkan Harga Satuan Pekerjaan (HSP) per item yang menjadi dasar dalam
menentukan nilai estimasi biaya pelaksanaan proyek keseluruhan dengan mekonversikannya kedalam
total volume untuk tiap item pekerjaan yang dimaksud.

1.2 Beberapa Pengertian RAB

Secara umum pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek, adalah nilai estimasi biaya yang
harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan proyek. Namun beberapa praktisi
mendefinisikannya secara lebih detail, seperti :
1. Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek merupakan
perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan
diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.
2. Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, dalam bukunya ”Analisa Anggaran Pelaksanaan“,
bahwa Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan
rencana anggaran biaya kasar.
a) Rencana Anggaran Biaya Kasar
Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung tiap ukuran luas.
Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiaran ini
apabila dibandingkan dengan rencana anggaran yang dihitung secara teliti didapat sedikit selisih.
b) Rencana Anggaran Biaya Terperinci
Dilaksanakan dengan menghitung volume dan harga dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakan agar
pekerjaan dapat diselesaikan secara memuaskan. Cara perhitungan pertama adalah dengan harga
satuan, dimana semua harga satuan dan volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Yang kedua adalah
dengan harga seluruhnya, kemudian dikalikan dengan harga serta dijumlahkan seluruhnya. Secara
sistematisnya, dapat dilihat pada Gambar 1.2. dalam menghitung anggaran biaya suatu pekerjaan atau
proyek.
3. J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, 1987 Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perkiraan nilai uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah
memperhitungkan gambar-gambar bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku
analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
4. John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya
Bangunan, 1992, Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek mempunyai pengertian sebagai berikut :
a) Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.
b) Angaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan.
c) Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan
yang ada.
5. Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost, 1993, yang dimaksud Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan
dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut.

1.3 Perkembangan RAB Di Indonesia

Bagi praktisi konstruksi di Indonesia, istilah Analisa BOW dalam penyusunan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) Proyek bukan merupakan hal asing.
Analisa BOW (Burgerlijke Openbare Werken) yang ditetapkan oleh Dir. BOW pada tanggal 28
Februari 1921 oleh pemerintahan penjajahan Belanda, merupakan standar ketetapan umum yang
digunakan untuk mengestimasi nilai sebuah pelaksanaan kontruksi pada waktu itu.
Pada perkembangannya setelah penjajahan Belanda di Indonesia berakhir, analisa BOW menjadi salah
satu peninggalan yang mempunyai manfaat bagi para praktisi konstruksi di Indonesia sampai dengan
era tahun 1980-an dalam hal menyusun estimasi nilai Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek.
Namun demikian seiring dengan perkembangan industri konstruksi di Indonesia, Analisa BOW yang
menggunakan asumsi-asumsi praktis dalam menentukan harga satuan pekerjaan, di nilai sudah tidak
cocok lagi. Jika pada saat dikenalkannya, metode Analis BOW hanya berorientasi pada kegiatan
industri kontruksi yang bersifat padat karya dengan peralatan tradisional, maka pada era sekarang
disaat pelaksanaan kegiatan industri konstruksi banyak yang menggunakan peralatan berat dan
modern dan semakin kompleks, maka kepraktisan analisa BOW akan menghasilkan nilai estimasi
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek yang kurang memuaskan.
Dalam rangka untuk mengembangkan analisa BOW, maka sejak tahun 1987 sampai 1991, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman melakukan penelitian terhadap hal itu. Berbagai metode
pendekatan melalui pengumpulan data skunder analisa biaya yang digunakan beberapa kontaktor
dikumpulkan untuk kemudian dianalisa dan dibandingkan kecocokannya dengan pengamatan
langsung terhadap biaya pelaksanaannya. Hasil kegiatan penelitian itu dituangkan dalam sebuah
produk analisa harga satuan biaya kontruksi dalam Standar Nasional Indonesia pada tahun 1991.
Produk SNI itu kemudian disahkan dalam norma estándar SNI 1991-1992 oleh Badan Standarisasi
Nasional, sebagai metode rujukan terbaru dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Proyek.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini maka pada tahun 2002 sampai dengan saat ini, dilakukan kajian
lebih mendalam terhadap Analisa Harga Satuan Perkiraan (HSP), agar diperoleh kesempurnaan
dengan sasaran pemanfaatan penggunaan metode SNI ini untuk bangunan gedung, perumahan dan
jalan.

1.4 Kegunaan RAB

Sebuah penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek mempunyai beberapa kegunaan, antara
lain:
1. Sebagai bahan dasar usulan pengajuan proposal agar didapatkannya sejumlah alihan dana bagi sebuah
pelaksanaan proyek dari pemerintah pusat ke daerah pada instansi-instansi tertentu.
2. Sebagai standar harga patokan sebuah proyek yang dibuat oleh stakes holder dalam bentuk owner
estimate (OE)
3. Sebagai bahan pembanding harga bagi stakes holder dalam menilai tingkat kewajaran owner estimate
yang dibuatnya dalam bentuk engineering estimate (EE) yang dibuat oleh pihak konsultan.
4. Sebagai rincian item harga penawaran yang dibuat kontraktor dalam menawar pekerjaan proyek.
5. Sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi teknik sebuah investasi proyek sebelum dilaksanakan
pembangunannya.

1.5 Komponen Penyusun RAB

Seperti yang telah disinggung pada bagian diatas, maka jila dirumuskan secara umum Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Proyek merupakan total penjumlahan dari hasil perkalian antara volume
suatu item pekerjaan dengan harga satuannya. Bahasa matematis yang dapat dituliskan adalah
sebagai beriku

RAB = ∑ [(volume) x Harga Satuan Pekerjaan]

Jika merujuk pada sebuah item pekerjaan, maka pada dasarnya untuk melaksanakan sebuah item
pekerjaan membutuhkan upah, material, peralatan yang digunakan (sebagai biaya langsung) dan
overhead, profit dan tax (sebagai biaya tidak langsung).
Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen-komponen penyusun dari Rencana Anggaran
Biaya (RAB) Proyek adalah sebagai berikut :
1. Komponen biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung atau direct cost merupakan seluruh biaya permanen yang melekat pada hasil akhir
konstruksi sebuah proyek. Biaya langsung terdiri dari :
a) Biaya bahan/material
Merupakan harga bahan atau material yang digunakan untuk proses pelaksanaan konstruksi, yang
sudah memasukan biaya angkutan, biaya loading dan unloading, biaya pengepakkan, penyimpanan
sementara di gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi
b) Upah Tenaga Kerja
Biaya yang dibayarkan kepada pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan sesuai
dengan keterampilan dan keahliannya.
c) Biaya Peralatan
Biaya yang diperlukan untuk kegiatan sewa, pengangkutan, pemasangan alat, memindahkan,
membongkar dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah dari operator mesin dan pembantunya.
2. Komponen biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung atau indirect cost adalah biaya yang tidak melekat pada hasil akhir konstruksi
sebuah proyek tapi merupakan nilai yang dipungut karena proses pelaksanaan konstruksi proyek.
Biaya tidak langsung terdiri dari :
a) Overhead umum
Overhead umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan ke suatu jenis pekerjaan dalam proyek itu,
misalnya sewa kantor, peralatan kantor dan alat tulis menulis, air, listrik, telepon, asuransi, pajak,
bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan dan pembelian berbagai macam barang-barang
kecil.
a) Overhead proyek
Overhead proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan
kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga kerja atau biaya alat-alat seperti misalnya; asuransi, telepon
yang dipasang di proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey),
surat-surat ijin dan lain sebagainya. Jumlah overhead dapat berkisar antara 12 sampai 30 %.
b) Profit
Merupakan keuntungan yang didapat oleh pelaksana kegiatan proyek (kontraktor) sebagai nilai imbal
jasa dalam proses pengadaan proyek yang sudah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang yang
diset oleh kontraktor dalam penawarannya berkisar antara 10 % sampai 12 % atau bahkan lebih,
tergantung dari keinginan kontrakor.
c) Pajak
Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi perusahaan.
Pengertian Rencana Anggaran Biaya

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Pengertian : Rencana anggaran biaya adalah suatu rencana yang


disusun untuk mengetahui tentang perkiraan (estimasi) anggaran biaya
yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan suatu bangunan.

Dalam menghitung rencana anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua


cara yaitu:
1. Anggaran biaya sementara (kasar)
Cara menghitung anggaran biaya yang hanya didasarkan atas luas lantai
bangunan, kelas bangunan, jumlah lantai serta lokasi bangunan tersebut
berada. Cara ini lazim digunakan oleh BAPPENAS dalam menentukan
besarnya DIPA untuk pengadaan bangunan milik negara.
2. Anggaran biaya teliti
Cara menghitung anggaran biaya dengan menggunakan harga satuan
pekerjaan. Harga satuan pekerjaan diperoleh berdasarkan harga bahan
dan upah kerja yang kemudian dihitung dengan salah satu model analisa
harga satuan (BOW, Mukomoko, A.Soedradjat S, SNI dsb). Dari harga
satuan dan volume pekerjaan akan dapat dihitung harga setiap jenis
pekerjaan. Selanjutnya dengan menjumlahkan harga setiap jenis
pekerjaan akan dapat dihitung anggaran biaya bangunan yang
bersangkutan.
Karena kegiatan ini dilakukan dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan yang sesungguhnya, maka jumlah biaya yang dihitung adalah
merupkan taksiran (estimasi), bukan merupakan biaya pasti (fixed).
Tentang sesuai atau tidak antara biaya taksiran dengan biaya yang
sesungguhnya, sangat tergantung dengan kepandaian dan keputusan
yang diambil penaksir (estimator) berdasarkan pengalaman dan rujukan
yang digunakan.
Jenis- jenis Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan penyusun dan tujuannya, jenis Rencana Anggaran Biaya
dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Owner Estimate (OE)
Rencana anggaran biaya yang disusun oleh pemilik proyek atau orang
yang ditugasi oleh pemilik proyek untuk menaksir tentang jumlah biaya
yang diperlukan untuk pengadaan bangunan beserta biaya lain yang
timbul akibat dari kegiatan tersebut. Owner estimate dapat disusun
secara kasar atau teliti sesuai dengan keperluan dari pembuatan estimasi
tersebut.

2. Engineer Estimate (EE)


Rencana anggaran biaya yang disusun oleh perencana yang ditugasi oleh
pemilik proyek. Estimasi ini digunakan untuk memastikan bahwa dana
yang dialokasikan untuk proyek tersebut dapat digunakan untuk
pengadaan bagunan sesuai dengan yang direncanakan, baik ditinjau dari
kuantitas maupun kualitasnya.
3. Biding Estimate (RAB Penawaran)
Rencana anggaran biaya yang disusun oleh kontraktor untuk mengikuti
lelang pengadaan bangunan. Dalam kegiatan lelang tersebut kontraktor
menawarkan harga pengadaan bangunan kepada pemilik proyek dengan
kuantitas dan kualitas sesuai yang dibuat oleh perencana.
4. Construction Estimate (Rencana Anggaran Pelaksanaan)
Rencana anggaran biaya yang disusun oleh kontraktor atau pihak yang
ditugasi untuk menaksir biaya yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan konstruksi dalam rangka pengadaan bangunan yang telah
dimenangkan dalam lelang (tender)
Syarat penyusunan RAB
Agar RAB yang disusun mendekati anggaran yang sebenarnya maka
seorang estimator harus memenuhi persyaratan sbb:
1. Mampu membaca gambar perancangan
2. Memahami RKS khususnya tentang spesifikasi teknis
3. Memiliki ketelitian dan logika yang cukup baik
4. Familiar dengan aplikasi program komputer khususnya program exel

Prosedur menghitung RAB


1. Mempelajari gambar perancangan dan perubahannya (tertuang dalam
BA Penjelasan Pekerjaan)
2. Mempelajari Dokumen Pelelangan Jasa Pemborongan dan perubahannya
(tertuang dalam BA Penjelasan Pekerjaan)
3. Melakukan peninjauan lapangan untuk melihat karakteristik lokasi
bangunan.
4. Mempelajari metode pelaksanaan konstruksi yang direncanakan.
5. Melakukan survei harga bahan dan upah kerja untuk menyusun daftar
harga bahan dan upah kerja
6. Menyusun item pekerjaaan yang akan dilaksanakan dan
mengelompokkan sesuai dengan jenis pekerjaannya
7. Menghitung volume setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan
8. Menyusun analisa harga satuan setiap item pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan memperhatikan satuan volume dan metode
pelaksanaan yang akan digunakan
9. Mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan yang diperoleh dari
analisa harga satuan
10. Menyusun rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Untuk memperoleh harga penawaran yang realistis, idealnya estimator
dalam menuyusun RAB untuk penawaran harus mengetahui:
1. Rencana anggaran pelaksanaan (contruction estimate) untuk proyek
yang bersangkutan
2. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh bouwheer (owner)
3. Komponen biaya yang harus ditanggung oleh kontraktor dalam
pelaksanaan proyek yang bersangkutan
4. Target keuntungan yang yang ingin diperoleh kontraktor
Penjelasan
Ad 1.
Perkiraan komponen biaya yang secara nyata digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan
Ad 2.
Sistem pembayaran yang biasa dilakukan oleh bouwheer (owner) dalam
pelaksanaan proyek adalah sbb:
a. Pembayaran menurut prosentase kemajuan fisik pekerjaan
b. Pembayaran menurut kemajuan fisik bulanan
c. Pembayaran menurut tahap konstruksi
d. Pembayaran secara pendanaan penuh (full financiering)
Pada beberapa proyek pemerintah, biasanya kontraktor dapat
mengajukan uang muka kerja yang angsurannya dipotong pada saat
kontraktor ybs memperoleh pembayaran secara bertahap dan lunas pada
saat pekerjaan selesai 100%.
Sistem pembayaran ini perlu diketahui oleh estimator karena terkait
dengan modal yang harus disediakan oleh kontraktor, dimana hal tersebut
akan berpengaruh terhadap nominal keuntungan yang ingin diperoleh
kontraktor
AD 3.
Komponen biaya yang harus ditanggung kontraktor pada umumnya
meliputi:
a. Biaya pelaksanaan (real cost)
b. Biaya kantor pusat (operasional kantor dan gaji tetap karyawan)
c. Biaya servis relasi (entertain cost)
d. Pajak penghasilan (corporate tax)
Ad 4.
Dalam menentukan keuntungan yang ingin diperoleh biasanya kontraktor
menetapkan minimal sebesar bunga Bank dari modal kerja yang
digunakan untuk menyelesaikan proyek
Untuk kontraktor besar biasanya selain menetapkan keuntungan bersih
yang ingin diperoleh, juga memperhitungkan nilai inflasi untuk menjamin
bahwa perusahaan masih mempunyai kapasitas yang sama untuk tahun-
tahun yang akan datang
Jadi untuk membuat rencana anggaran biaya penawaran dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Penawaran Biaya pelaksanaan + pengeluaran tambahan (overhead)
= + keuntungan + biaya untuk menutup nilai inflasi +
Pajak (PPN dan PPh)
Dimana:
a. Biaya pelaksanaan meliputi harga bahan + upah kerja + gaji pihak
manajemen di lapangan + sewa alat/alat bantu + biaya tak terduga
b. Pengeluaran tambahan meliputi biaya operasional dan gaji tetap
karyawan kantor pusat + pajak penghasilan perusahaan + biaya servis
relasi (entertain cost)
c. Keuntungan adalah selisih bersih antara pengeluaran dengan
pendapatan
d. Nilai inflasi adalah perkiraan besaran inflasi pada saat proyek berjalan
dikalikan modal kerja

e. Pajak yang meliputi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%


ditambahkan dalam penawaran pada proyek-proyek milik pemerintah dan
Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 2%, merupakan pajak yang harus dibayar
oleh Kontraktor atas penghasilan yang diperoleh dari kontrak pekerjaan
pembangunan proyek konstruksi. Pajak tersebut langsung dipotong pada
saat kontraktor menerima pembayaran baik secara bertaha maupun
secara sekali bayar, yang disebut dengan pajak final
Rencana Anggaran Biaya

BAB I

PENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG

.isnpiratif
Dalam membangun sebuah proyek atau sebuah bangunan,jika tidak ada Rencana
Anggaran Biaya maka akan mengalami banyak kendala,oleh karena itu sebelum
membangun sebuah bangunan atau proyek,harus terlebih dahulu mari kita
menyusun Rencana Anggaran Biayanya,agar ke depan akan membantu kita dalam
menangani berbagai macam kendala.
Dan juga dengan adanya RAB maka kita bisa mengetahui berapa anggaran dan
material yang di perlukan dalam membangun sebuah proyek atau bangunan
tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Akibat dari banyak kendala – kendala yang di hadapi seseorang dalam
membangun sebuah bangunan atau proyek akibat sulit mengetahui berapa jumlah
biaya yang di butuhkan dan berapa harga bahan bangunan di pasaran,maka
dengan adanya Rencana Anggaran Biaya maka semuanya bisa di ketahui dengan
jelas.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Dengan hadir nya makalah ini di harapkan dapat membantu atau menambah
pengetahuan pembaca tentang :

a. Pengertian Rencana Anggaran Biaya


b. Jenis – jenis Rencana Anggaran Biaya
c. Faktor – factor yang mempengaruhi Rencana Anggaran Biaya
d. Fungsi Rencana Anggaran Biaya
e. Langkah – langkah menghitung Rencana Anggaran Biaya
f. Keuntungan yang di dapat dari Rencana Anggaran Biaya
g. Komponen – komponen yang perlu di hitung dalam Rencana Anggaran Biaya

1.4 METODE PENULISAN

Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah Metode Studi
Pustaka.

BAB II

ISI

2.1 Pengertian RAB

Rencana Anggaran Biaya adalah suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah,serta biaya- biaya lain
yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek.
Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama
akan berbeda- beda di masing- masing daerah, disebabkan karena perbedaan
harga bahan dan upah tenaga kerja.
Dalam menyusun Anggaran Biaya dapat dilakukan dengan 2 cara berikut :
1.Angka biaya kasar
Sebagai Pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga satuan
tiap meter persegi (mk2) luas lantai. Anggaran kasar dipakai sebagai pedoman
terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti.
Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m2 luas
lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Dibawah ini diberikan sekedar contoh, untuk dapat menggambarkan penyusunan
anggaran biaya kasar yaitu :
Bangunan Induk 10 X 8 = 80 m2 dikalikan harga satuan yaitu Rp Rp 150.000 =
Rp 12.000.000
Jadi dapat disimpulkan adalah harga perm2 bangunan induk tsb adalah Rp
12.000.000 perm2 nya
2 .Angka biaya teliti
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya Bangunan atau
proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan dan
syarat- syarat penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar
sebagaimana diuraiakan terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga
taksiran setiap luas lantai m2. Taksiran tsb haruslah berdasarkan harga yang
wajar dan tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,didasarkan
atau didukung oleh :
a. Besteks
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat teknis
b. Gambar bestek
Gunanya untuk menetukan/menghitung besarnya masing- masing volume
pekerjaan
c. Harga Satuan pekerjaan
Didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkanperhitungan
analisa BOW
BOW Singkatan dari Bugerlijke Openbare Werken ialah suatu ketentuan dan
ketetapan umum yang ditentukan oleh Dir BOW tanggal 28 Februari 1921 Nomor
5372 A Pada zaman pemerintahan Belanda. Di Zaman sekarang BOW diganti
dengan HSPK, yang tentunya tiap kota maupun kabupaten mengeluarkan HSPK
dan setiap tahun ada pergantian.
Demikian keterangan tentang arti dari Rencana Anggaran Biaya yang mungkin
begitu awam bagi orang yang belum pernah membangun.

2.2 Jenis – jenis Rencana Anggaran Biaya

1. Rencana Anggaran Biaya Kasar (Taksiran) untuk Pemilik.

Rencana Anggaran Biaya dibutuhkan oleh pemilik untuk


m e m u t u s k a n a k a n melaksanakan ide / gagasan untuk membangunan
proyek atau tidak ( biasanya masih di bantu dengan Studi Kelayakan Proyek).
Rencana Anggaran Biaya kasar ini juga di pakai sebagai pedoman terhadap
anggaran biaya yang dihitung secara teliti. Rencana Anggaran Biaya ini dibuat
masih kasar / global sekali dan biasanya dihitung berdasarkan harga
satuan tiap meter persegi luas latai atau dengan cara yang lain.

2. Rencana anggaran Biaya Pendahuluan

Oleh Konsultan PerencanaPerhitungan anggaran Biaya ini dilakukan


setelah gambar rencana (desain) selesai dibuat oleh konsultan Perencana.
Perhitungan anggaran biaya ini lebih teliti dan cermat sesuai ketentuan dan syarat-
syarat penyusunan anggaran biaya.Penyusunan anggaran biaya ini di dasarkan pada :

a.Gambar Bestek

Gunanya untuk menentukan / menghitung besarnya volume masing –


masing pekerjaan.

b.Bestek atau Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Gunanya untuk menetukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis.

c.Harga Satuan Pekerjaan

Dihitung dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan
perhitungan analisa BOW.

3. Rencana Anggaran Biaya

Detail oleh Kontraktor Anggaran Biaya ini dibuat oleh kontraktor setelah
melihat desain konsultan perencana(gambar bestek dan RKS), dan
pembuatannya lebih terperinci dan teliti karena sudahmemperhitungkan
segala kemungkinan ( melihat medan, mempertimbangkan metode-met ode
pelaksanaan, dsb ). Rencana Anggaran Biaya ini kemudian dijabarkan
dalam bentuk penawaran oleh kontraktor pada waktu pelelangan, dan menjadi
harga yang pasti(fixed price) bagi pemilik setelah salah satu rekanan ditunjuk
sebagi pemenang dan Surat Perjanjian Kerja (SPK) telah ditanda tangani.

4. Anggaran Biaya sesungguhnya (Real Cost)

setelah proyek selessai Bagi pemilik fixed price yang tercantum dalam kontrak
adalah yang terakhir, kecuali dalam pelaksanaan terjadi tambah dan kurang
(meer & minder werk). Bagi kontraktor nilai tersebut adalah penerimaan yang
fixed, sedangkan pengeluaran yang sesungguhnya(Real cost) yaitu segala yang
kontraktor keluarkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.Besarnya real cost
tersebut hanya diketahui oleh kontraktor sendiri. Penerimaan di atas dikurangi Real
Cost adalah laba diperoleh oleh kontraktor.

2.3 Faktor – factor yang mempengaruhi Rencana Anggaran Biaya

a. Kondisi pasar

Ketika menyiapkan estimasi , tarif dan harga yang dipakai biasanya akan
diperolehdari proyek - proyek sebelum nya atau data biaya histories. Akan tetapi estimasi
pendekatan merupakan perkiraan harga tender pada waktu tertentu di masa
mendatang. Karena nya sangatlah perlu untuk memperbaruhi harga
tersebut dengan menggunakan indeks harga tender sehingga sesuai dengan
tingkat harga sekarang. Selain itu perlu pula untuk memasukkan peningkatan
biaya buruh dan material yang telah diumumkan tetapi belum dilaksanakan.
Kelonggaran juga pasti diberikan untuk memperhitungkan perubahan
kondisi kontrak, tipe ouwner, tersedianya buruh, beban kerja dan sebagainya serta
naik turunnya dunia industri.

b. Desain ekonomi

Bilamana terjadi perubahan desain seperti misalnya perubahan bentuk,


tinggi,ukuran dan sebagainya, maka beberapa penyesuaian terhadap tariff yang
dipakai dalamestimasi pendekatan pasti dilakukan. Keadaan tapak bangunan
dapat juga mempengaruhi desain dan cara membangun bangunan tersebut.
c. Pertimbangan kualitas

Tarif dari proyek lama adalah ditetapkan berdasarkan standart kualitas tertentu.
Jikastandart ini akan dinaikkan atau diturunkan maka diperlukan adanya
perubahan dalam tarif estimasi yang diajukan. Mungkin perlu pula
mlakukan penyesuaian berdasarkan p e r k i r a a n a t a s p e n i n g k a t a n
standart kualitas, dengan menunjukkan
k e s e l u r u h a n perubahan. Alternatifnya, penyesuaian ini dapat pula
l e b i h t e p a t , m i s a l n y a d e n g a n memilih kualitas lapisan luar dinding bata
yang lebih baik, maka tarif estimasinya dapat di sesuaikan lebih obyektif.

d. Sarana-sarana teknis

Masalah ini menimbulkan suatu peningkatan proporsi proyek bangunan.


Pentingnya b i a y a i n i m e n g h e n d a k i a g a r p e n i n j a u a n y a t e r p i s a h d a r i
k o m p o n e n b i a y a b a n g u n a n lainnya. Pada rencana proyek yang besar,
Quantity Surveyor ahli pasti dipakai untuk memberikan pedoman terutama pada
tahap estimasi perkiraan. Sebagai contoh penyediaan alat pendingin udara (AC) dapat
meningkatkan biaya proyek yang cukup besar.

e. Pekerjaan eksternal

Akibat sering terjadinya perbedaan yang cukup besar antara tapak-tapak


bangunan,maka terdapat hubungan biaya antara elemen pekerjaan
eksternal dengan bangunans e s u n g g u h n y a . K a r e n a n y a u m u m n y a
perlulah mencakup biaya-biaya ibi sebagai

komponen tersendiri dalam estimasi. Ukuran tapak atau lokasi dan pekerjaan
yang harus dilaksanakan merupakan factor penting yang harus dipertimbangkan.

f. Kealpaan

Usulan estimasi biaya harus secara jelas memperlihatkan apa saja


y a n g t e l a h dicakup, melaui spesifikasi, dan apa saja yang tidak tercakup.
Ouwner mungkin dapatm e m a k l u m i a t a s p e n g a s u m s i a n b a h w a
e s t i m a s i s a t u j u t a t e l a h m e n c a k u p s e m u a pengeluarannya bagi
proyek tersebut. Ia tampaknya kurang dapat memaklumi
b i l a kemudian ia mengetahui bahwa beberapa kelompok pengeluarannya
luput ditinjau.Contoh nyata dari kealpaan ini antara lain : fee professional dan ongkos-
ongkos lain, VAT( Value Added Tax, pajak pertambahan nilai), biaya lahan, tagihan
bunga, perabot kecil-k e c i l d a n k o m p o n e n - k o m p o n e n p e r a l a t a n k h u s u s
y a n g m u n g k i n d i b u t u h k a n u n t u k bengkel atau laboratorium.

g. Harga dan resiko desain

Estimasi disusun berdasarkan kombinasi tiga factor yaitu : kualitas, kuantitas


danh a r g a . d u a h a l p e r t a m a d a r i k o m p o n e n i n i m e n y a n g k u t t e n t a n g
desain, yang selalu m e n g a l a m i p e r u b a h a n h i n g g a p e n a n d a
t a n g a n k o n t r a k . D e s a i n s e l a n j u t n y a a k a n mempengaruhi metode
konstruksi yang dipakai oleh kontraktor. Pada permulaan skemasuatu desain
akan digambarkan oleh sketsa denah dan elevasi, dan karena
kebutuhan,sketsa-sketsa ini akan lebih diperinci selama proses desain.proses ini
dapat berdampak penting terhadap biaya konstruksi. Resiko biaya yang berkaitan
dengan desain akan lebih banyak terjadi pada tahap permulaan dari pada tahap
tender. Oleh karenanya persentase yang lebih besar harus ditambahkan untuk
menutup resiko desain pada tahap permulaan,dari pada dalam tahap selanjutnya
selama proses desain terjadi.

2.4 FUNGSI RENCANA ANGGARAN BIAYA

Secara Umum ada 4 Fungsi Utama dari Rancanga Anggaran Biaya (RAB) :

1. Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masing masing item
pekerjaan yang akan dibangun. RAB harus menguraikan jumlah semua biaya
upah kerja, material dan peralatan termasuk biaya lainnya yang diperlukan
misalanya perizinan, kantor atau gudang sementara, fasilitas pendukung misalnya
air dan listrik sementara.

2. Menetapkan Daftar dan Jumlah Material yang dibutuhkan. Dalam RAB harus
dipastikan jumlah masing masing material disetiap komponen pekerjaan. Jumlah
material didasarkan dari volume pekerjaan , sehingga kesalahan perhitungan
volume setiap komponen pekerjaan akan mempengaruhi jumlah material yang
dibutuhkan. Daftar dan Jenis material yang tertuang dalam RAB menjadi dasar
pembelian material ke Supplier.

3. Menjadi dasar untuk penunjukan/ pemilihan kontraktor pelaksana. Berdasarkan


RAB yang ada , maka akan diketahui jenis dan besarnya pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan pekerja dan kecakapan apa saja
yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB tersebut akan diketahui apakah cukup
diperlukan satu kontraktor pelaksana saja atau apakah diperlukan untuk
memberikan suatu pekerjaan kepada subkontraktor untuk menangani pekerjaan
yang dianggap perlu dengan spesialis khusus.

4. Peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan


diuraikan dalam estiamsi biaya yang ada. Seorang estimator harus memikirkan
bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus dengan menentukan peralatan
apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Dari RAB juga dapat
diputuskan peralatan yang dibutuhkan apakah perlu dibeli langsung atau hanya
perlu dengan sistim sewa.. Kebutuhan peralatan dispesifikasikan berdasarkan
jenis, jumlah dan lama pemakaian sehingga dapat diketahui berapa biaya yang
diperlukan.

2.5 LANGKAH – LANGKAH MENGHITUNG RENCANA ANGGARAN BIAYA

1. Persiapan dan Pengecekan Gambar Kerja


Gambar Kerja adalah dasar untuk menentukan pekerjaan apa saja yang ada
dalam komponen bangunan yang akan dikerjakan. Dari gambar akan didapatkan
ukuran , bentuk dan spesifikasi pekerjaan. Pastikan gambar mengandung semua
ukuran dan spesifikasi material yang akan digunakan untuk mempermudah
perhitungan volume pekerjaan. Dari gambar yang ada anda disini sudah memulai
coretan coretan item pekerjaan apa saja yang akan dihitung dalam pembuatan
RAB nya. Dalam tahap persiapan ini perlua juga dilakukan pengecekan harga
harga material dan upah yang ada disekitar atau lokasi paling dekat dengan
tempat bangunan rumah akan dikerjakan.

2. Perhitungan Volume.
Langkah awal untuk menghitung volume pekerjaan, yang perlu dilakukan adalah
mengurutkan seluruh item dan komponen pekerjaan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan gambar kerja yang ada. Sebagai contoh pembangunan rumah
tinggal anda dapat lihat dibawah ini.

Jika anda merasa seluruh item pekerjaan sudah tertuang , selanjutnya anda
memluai menghitung volume masing masing volume pekerjaan tersebut. Untuk
format sederhana dan memudahkan perhitungan , anda dapat melakukannya
dalam format excel. Suatu hal yang perlu diperhitungkan adalah satuan pekerjaan
yang dihitung harus sama dengan analisa harga satuan pekerjaan.

Contoh perhitungan volume pekerjaan dalam format excel anda dapat lihat
dibawah ini :

Jika perhitungan sudah selesai, tidak salah jika anda melakukan pengecekan
kembali bilamana ada kemungkinan kesalahan perhitungan ukuran.

3. Membuat Harga Satuan Pekerjaan

Untuk menghitung Harga Satuan Pekerjaan, yang perlu dipersiapakan adalah :


- Indeks (koefisien) analisa pekerjaan
- Harga Material/ Bahan sesuai satuan
- Harga upah kerja per hari termasuk mandor, kepala tukang, tukang dan pekerja
Indeks (koefisien) analisa pekerjaan mungkin sedikit agak rumit dan
membingungkan , jika anda kurang paham darimana (indeks) koefisien tersebut,
anda dapat menggunakan indeks resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah (anda
dapat melihatnya dari SNI yang sudah ada saat ini untuk masing masing item
pekerjaan).
Untuk harga material dan upah kerja , anda tinggal memasukkan harga
berdsarkan harga yang ada didaerah anda. Anda juga perlu mengantisipasi nilai
harga yang dimasukkan bilamana kemungkinan akan ada kenaikan harga jika
pekerjaan masih lama untuk dimulai.

Contoh Harga Satuan Pekerjaan dapat anda lihat dibawah ini :

Perhitungan Analisa Harga Satuan saat ini semakin berkembang, dimana banyak
terdapat method perhitungannya. Bila anda mencheck beberapa Analisa Harga
Satuan dari beberapa RAB yang ada, kemungkinan anda akan menjumpai ada
beberapa perbedaan harga dalam suatu item pekerjaan yang sama. Mengapa
terjadi ? Untuk pembahasan hal ini anda dapat lihat dalam artikel ini.

4. Perhitungan Jumlah Biaya Pekerjaan


Setelah didapatkan volume dan harga satuan pekerjaan , kemudian kita tinggal
mengalikannya sehingga didapat harga biaya pekerjaan dari masing masing item
pekerjaan.
Untuk memisahkan biaya antara Upah kerja dan Jumlah Biaya Material, anda
dapat memisahkan kolom perhitungan seperti dibawah ini. Ini dapat anda
pergunakan jika misalnya kontrak upah terpisah dengan pembelian material.

5. RekapitulasiRekapitulasi adalah jumlah masing masing sub item pekerjaan dan


kemudian di totalkan sehinggan didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Dalam
rekapitulasi ini bilamana diperlukan juga ditambahkan biaya overhead dan biaya
pajak.

Contoh Rekapitulasi biaya pekerjaan dapat dilihat dibawah ini :

2.6 KEUNTUNGAN YANG DI DAPAT DARI RENCANA ANGGARAN


BIAYA

Berdasarkan pengalaman yang ada , ketika seseorang melaksanakan


pembangunan rumah ataupun proyek proyek lainnya, mereka merasa terbantu
dengan adanya Rencana Anggaran Biaya . Sesorang akan terbantu dengan adanya
RAB dimana akan menjadi dasar dan pelaksanaan pekerjaan baik saat pembelian
material dan pemilihan kontraktor dan bialamana ada perubahan jenis material
saat pekerjaan sedang berlangsung. Kesulitan kesulitan pembiayaan juga dapat
terbantu dan disederhanakan jika kita mempunyai detail RAB. Berikut adalah
beberapa catatan yang dapat membantu anda untuk mengerti apa pentingnya
Rancangan Anggaran Biaya tersebut :

 Saat pelaksanaan pembangunan sedang berlangsung, tanpa disadari uang


yang kita keluarkan cukup besar mengalir. Dengan adanya RAB yang kita
miliki, maka kita akan mengatur penyediaan dan pengeluaran berdasarkan
schedule pekerjaan. Kita dapat menghitung jumlah pengeluaran berkala
dari RAB yang ada untuk pembayaran upah tukang, pembelian materian
dan pembelian peralatan . Jika pekerjaan dilakukan oleh suatu kontraktor
dimana upah dan material langsung ditangani oleh kontraktor, maka kita
dapat mengatur pengeluaran berdasarkan termin (jumlah prosentrase
pekerjaan)

 Dari detail-detail yang tertuang dalam RAB maka akan didapatkan


informasi semua tipe kebutuhan material yang diperlukan untuk masing
masing bagian pekerjaan, dan juga akan didaptkan jumlah actual material
yang diperlukan. Bedasarkan jenis dan jumlah material yang ada dalam
RAB maka kita dapat mempelajarinya dan membuatkan suatu kerja sama
dengan pihak supplier untuk mengatasi atau menjaga bilamana terjadi
fluktuasi harga. Sebagai contoh kita dapat terlebih dahulu menempatkan
uang kita ke suatu toko/ supplier untuk pemesanan jenis dan jumlah
material yang sudah ada tertera di RAB.

 Dengan detail RAB yang ada, anda dapat mengatur jenis dan jumlah
material yang akan dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya dilapangan.
Ini akan membantu penyimpanan material yang tidak diperlukan digudang
dimana akan mejaga bertumpuknya material dan juga menjaga perputaran
uang anda. Juga akan mengamankan barang barang anda tertumpuk lama
sehingga akan bisa mengakibatkan material tidak bisa terpakai.

 Dengan pengaturan jumlah material yang dibutuhkan sesuai dengan


kebutuhan pemakaian maka akan memperlancar jalannya pekerjaan dan
juga akan menghindari terbuangnya material oleh pekerja.

 RAB juga memberikan spesifikasi masing masing material yang dibutuhkan


dalam tahapan konstruksi, dimana hal ini juga membantu untuk
memeriksa apakah standard dan kwalitas bahan yang masuk sudah sesuai
dengan kebutuhan bangunan anda.

 Jika semua material dan gudang dapat di sesuaikan dengan kebutuhannya


maka juga akan membantu waktu penyelesaian dari pembangunan rumah
yang juga akan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan misalanya biaya
penjaga gudang.

 Jika anda kurang mahir dalam menghitung RAB terhadap rumah yang ingin
anda bangun, anda dapat meminta kepada sebuah konsultan yang biasa
dalam membuat RAB, atau dapat juga anda lakukan dengan meminta
kepada kontraktor yang akan mengerjakan untuk membuat RAB terhadap
pekerjaan yang akan dibangun. Dengan RAB yang ada anda dapat
membandingkan harga antara harga yang dibuat oleh sikonsultan dengan
harga yang dibuat oleh calon kontraktor.

 Jika anda mempunyai dana yang terbatas, maka anda dapat menggunakan
RAB ini sebagai dasar perhitungan untuk meminjam besar dana yang akan
anda pinjam.
 RAB akan membantu kecepatan pekerjaan , dimana pemilik dan pekerja
akan mempunyai acuan untuk kemulusan berlangsungnya pekerjaan.
Semakin cepat rumah anda selesai dibangun maka anda akan semakin
cepat dapat menempatinya

2.7 KOMPONEN – KOMPONEN YANG PERLU DI HITUNG DALAM RENCANA


ANGGRAN BIAYA

inspiratif
Dalam suatu konstruksi bangunanrumah ada dua bagian segi pembiayaan yang
perlu diperhitungkan, yaitu :
a. biaya pokok yang berhubungan dengan material , upah kerja dan perlatan.
b. biaya operasional termasuk biaya perijinan, fasilitas atau sarana (air, listrik
sementara, gudang dll), dan juga perlu diperhitungkan biaya tidak terduga.
Dalam perhitungan RAB suatu bangunan rumah , semua bagian komponen yang
diperlukan dalam pekerjaan hingga selesai harus betul betul diperhitungkan,
dimulai dari awal pekerjaan sampai selesai nya tahap konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

http://debiqncay.blogspot.com/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://www.scribd.com/doc/49859507/MATERI-RAB

Anda mungkin juga menyukai