Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang harus dicapai
dengan beberapa spesifikasi tertentu, memiliki awal dan akhir, dengan keterbatasan
sumber daya baik itu sumber daya manusia, dana, peralatan. Manajemen proyek
merupakan aplikasi dari pengetahuan, keahlian, alat dan teknik dalam pelaksanaan
proyek dalam rangka pencapaian kesuksesan proyek. Pelaksanaan manajemen proyek
yang sukses diukur dari pencapaian pengelolaan proyek, antara lain proyek selesai sesuai
waktu, sesuai anggaran, sesuai dengan spesifikasi teknik, penggunaan sumber daya proyek
secara efektif dan efisien, dan dapat diterima oleh pelanggan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, maka dalam pembangunan suatu proyek
konstruksi pun memiliki target yang sama yaitu penyelesaian proyek sesuai dengan
budget, waktu, dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat
diterima oleh pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Estimasi biaya memegang
peranan penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi. Kegiatan estimasi adalah salah
satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus
disediakan untuk sebuah bangunan. Pada umumnya, sebuah proyek konstruksi
membutuhkan biaya yang cukup besar. Ketidaktepatan yang terjadi dalam penyediaannya
akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Bagi pemilik
proyek (owner), estimasi biaya diperlukan sebagai pegangan dalam menentukan kebijakan
yang dipakai untuk menentukan besarnya investasi yang harus dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan praktik konstruksi dibutuhkan beberapa macam estimasi yang
berbeda didasarkan tujuan penggunaan dan peruntukannya. Pada tahap awal perencanaan
proyek pemeliharaan berkala jalan, seperti pada saat penyusunan anggaran proyek, jelas
estimasi tidak mungkin didasarkan pada perhitungan kuantitas (volume) pekerjaan karena
uraian dan spesifikasi pekerjaan belum tersusun. Akan tetapi bagaimanapun, pemilik proyek
(owner) memerlukan estimasi biaya dalam rangka menyusun anggaran proyek. Dalam
mengestimasi biaya awal proyek pemeliharaan berkala jalan masih menggunakan cara
sederhana. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan estimasi parameter panjang
jalan, yaitu dengan menghitung biaya pemeliharaan berkala jalan untuk setiap 1 km panjang
jalan berdasarkan data proyek sebelumnya. Sehingga dengan anggaran yang tersedia

1
pemilik proyek (owner) dapat memberikan informasi panjang jalan yang akan mendapatkan
kegiatan pemeliharaan berkala. Panjang suatu ruas jalan memperlihatkan karakteristik dan
ukuran fisik dari suatu proyek pemeliharaan berkala jalan yang dalam kepraktisannya
informasi ini bisa tersedia dengan mudah pada tahap awal perencanaan proyek. Hal yang
penting dalam model estimasi biaya pada tahap awal perencanaan proyek adalah harus
cepat, mudah dalam penggunaannya, akurat dan menghasilkan estimasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Karena semua alasan diatas dan peranan pentingnya mengestimasikan biaya dari
suatu proyek, maka mahasiswa dituntut untuk mengerti dan memahami pengerjaan pada
Estimasi Biaya. Estimasi Biaya salah satu matakuliah yang wajib dikuasai oleh para calon
sarjana-sarjana muda yang siap untuk bersaing pada dunia kerja. Oleh karena itu disini kami
mencoba untuk mengestimasikan proyek Perencanaan Geometrik dan Tebal Perkerasan
Simpang Sugiwaras - Desa Panggung Muara Enim STA 4+800-STA 9+345 yang dibahas
pada makalah ini.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mempelajari serta mendapatkan
informasi cara mengestimasikan anggaran biaya suatu proyek secara tepat, sesuai,
serta ekonomis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisa Harga Satuan Pekerjaan


2.1.1 Pengertian Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah
kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan
harga sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi.
Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan
nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun
satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan
atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat
dipasaran, yang kemudiandikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga
satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang
kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga
satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang didalam perhitungannya haruslah
disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan
jarak angkut.
Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material,
upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :

5
Dalam skema diatas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan
maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat harus diketahui
terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga
akan didapatkan perumusan sebagai berikut :
Upah : harga satuan upah x koefisien (analisa upah)
Bahan : harga satuan bahan x koefisien (analisa bahan)
Alat : harga satuan alat x koefisien (analisa alat)
maka didapat :

HARGA SATUAN PEKERJAAN = UPAH + BAHAN + PERALATAN


(Sumber Ibrahim, rencana estimate real of cost,Jakarta 1993)

Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga
satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian
dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan
upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi
alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.

2.1.2. Analisa Bahan dan Upah


Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah yang menghitung
banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan. sedangkan
Yang diamksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga
yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.
(H.bachtiar,1993).
Sebagai contoh daftar analisa upah dan bahan (SNI) . SNI merupakan pembaharuan
dari analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken) 1921, dengan kata lain bahwa analisa
SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui. Analisa SNI ini dikeluarkan oleh Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman. Sistem penyusunan biaya dengan
menggunakan analisa SNI ini hampir sama dengan sistem perhitungan dengan
menggunakan analisa BOW. Prinsip yang mendasar pada metode SNI adalah, daftar
koefisien bahan, upah dan alat sudah ditetapkan untuk menganalisa harga atau biaya yang
diperlukan dalam membuat harga satu satuan pekerjaan bangunan. Dari ketiga koefisien

6
tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan, kalkulasi upah yang
mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang dibutuhkan. Komposisi perbandingan dan
susunan material, upah tenaga dan peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang
selanjutnya dikalikan dengan harga material, upah dan peralatan yang berlaku dipasaran.
Dari data kegiatan tersebut di atas, menghasilkan produk sebuah analisa yang
dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada tahun 1991- 1992, dan pada
tahun 2001 hingga sekarang, SNI ini disempurnakan dan diperluas sasaran analisa
biayanya. Adapun dalam penelitian ini, penulis didalam perhitungan analisa pekerjaan
menggunakan Standart Nasional Indonesia (SNI) edisi revisi tahun 2002 dengan nomor seri
SK- SNI T – 04 – 2002 – 03.
Berikut ini disampaikan contoh analisa SNI beserta keterangannya dalam bentuk
tabelisasi 3.1 :

Keterangan :
1. Kolom 1 : Menandakan kode analisa
2. Kolom 2 : Menandakan uraian pekerjaan

7
3. Kolom 3 : Menandakan indeks atau koeffisien yang berupa sebuah angka
ketetapan dari SNI, baik untuk bahan, upah tenaga dan alat.
Koefisien / indeks mendeskripsikan seberapa besar alat dan tenaga
yang digunakan di dalam mengerjakan pekerjaan galian tanah
dengan volume 1 m3.
4. Kolom 4 : Menandakan satuan bahan, upah tenaga dan peralatan
5. Kolom 5 : Menandakan harga satuan bahan, upah tenaga, dan peralatan.
6. Kolom 6 : Menandakan jumlah harga yang berarti koeffisien dikalikan dengan
harga satuan

2.2 Produktivitas
Dalam suatu proyek konstruksi, salah satu hal yang menjadi faktor penentu
keberhasilan dalam suatu proyek konstruksi adalah kinerja tenaga kerja yang akan
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Dalam dunia konstruksi, produktivitas diartikan
sebgai efisiensi dikali efektivitas atau output per jam tenaga kerja. Oleh karena tenaga kerja
merupakan salah satu bagian besar dari biaya konstruksi dan jumlah tenaga kerja untuk
menjalankan suatu pekerjaan dalam konstruksi lebih rentan terhadap pengaruh manajemen
dari material atau modal, maka ukuran produktivitas ini sering disebut sebagai produktivitas
tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan unit – unit produksi, misalnya
meter kubik atau meter persegi per jam tenaga kerja.
Selain faktor tenaga kerja, produktivitas berkaitan dengan investasi atas pendidikan
atau pelatihan serta metode pekerjaan masing – masing tenaga kerja itu sendiri. Investasi
bisa dilihat dari pendidikannya atau tingkat pengetahuan dan keterampilannya yang
diperoleh sebagai konsekuensi atas investasi yang dilakukan terhadap suatu program formal
untuk peningkatan pengetahuan atau keterampilan guna mendukung kinerjanya dalam
bekerja, selain juga dari pengalaman kerja serta pendidikan non formal yang didapat
langsung dari lapangan. Sedangkan metode pekerjaan dapat memiliki manfaat peningkatan
produktivitas bila tenaga kerja memiliki kemampuan menterjemahkan gambar rencana
bangunan ke kegiatan kegiatan terstruktur untuk pelaksanaan sesuai dengan metode
konstruksinya. Kemampuan in sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman
kerjanya. keluaran (output) yang berbeda – beda akibat kondisi maupun belum adanya
standar, kembali menjadi kendala untuk angka acuan produktivitas.

8
2.3 Perencanaan Biaya Proyek
2.3.1 Tahapan Perencanaan Biaya Proyek
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang sangat besar
dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut :
1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan
informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya bangunan
berdasarkan harga per kapasitas tertentu.
2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail berdasarkan
volume pekerjaan dan informasi harga satuan.
3. Tahapan pelelangan , biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar didapat
penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja yang cukup
dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.
4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail berdasarkan
kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode pelaksanaan dengan ketelitian
yang lebih tinggi.
Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan proyek,
dilakukan estimasi biaya (Husen, 2009).

2.3.2 Estimasi Biaya


Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan
analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil
seoptimal mungkin. Aspek itu dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan yaitu (Kodoatie,
1995) :
1. Tahapan studi
2. Tahapan perencanaan
3. Tahapan pelaksanaan
4. Tahapan operasi dan pemeliharaan

Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan biaya untuk
membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas bagi masing-
masing organisasi peserta proyek dengan penekanannya yang berbeda-beda. Bagi pemilik,
angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk
menentukan kelanjutan investasi.

9
Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan diperoleh tergantung kepada
seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya, bila penawaran harga yang diajukan
terlalu tinggi kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan,
sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah akan mengalami kesulitan
di belakang hari. Untuk konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan
jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai
derajat tertentu, kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang
diusulkan (Soeharto, 1997).
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang
didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997). Dalam prosesnya,
tiap-tiap kategori estimasi harus secara hati-hati dipersiapkan dari tingkat estimasi
konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh keakuratan estimasi biaya
konstruksi. Keakuratan estimasi biaya konstruksi seharusnya meningkat sesuai dengan
perubahan proyek, dari perencanaan, desain hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian
proyek. Hal ini bisa diprediksi dari estimasi konseptual yang akan membentuk batasan,
dengan tingkat keakuratannya relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena
tidak semua gambaran desain dan detail disebutkan selama perencanaan awal.
Estimasi biaya dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi biaya
detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang
akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga sebagai perkiraan biaya
pendahuluan. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa perkiraan biaya
pendahuluan dikerjakan pada tahap konseptual di mana dalam tahap ini semua aspek yang
berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada
suatu laporan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tahap
berikutnya (Soeharto, 1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana
investasi adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya
tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan
unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 1997) :
a. Tersedianya data dan informasi
b. Teknik atau metode yang digunakan
c. Kecakapan dan pengalaman estimator
d. Tujuan pemakaian perkiraan biaya
Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal kualitas

10
perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan, pengalaman serta
judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode perkiraan biaya yang dipakai.

2.4. Pengertian, Fungsi dan Jenis Estimasi Biaya


Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau
memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada pengalaman.
Estimasi biaya adalah perhitungan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau kontrak (Norma Puspita,
2009). Dalam melakukan Estimasi biaya diperlukan pengetahuan dan ketrampilan teknis
estimator, seperti membaca gambar, melakukan estimasi (perhitungan), personal judgement
berdasarkan pengalaman estimator.
Estimasi biaya dalam sebuah proyek konstruksi diperlukan untuk :
a. Mendukung keputusan yang baik
b. Menjadwalkan pekerjaan
c. Menentukan berapa lama proyek perlu dilakukan dan berapa biayanya
d. Menentukan apakah proyek layak dikerjakan
e. Mengembangkan kebutuhan arus kas
f. Menentukan seberapa baik kemajuan proyek
g. Menyusun anggaran dan menetapkan baseline proyek
Dalam proses konstruksi, estimasi meliputi banyak hal yang mencakup bermacam
maksud dan kepentingan bagi berbagai strata manajemen dalam organisasi. Pemilik,
menggunakannya sebagai alat bantu untuk menentukan biaya investasi modal yang harus
ditanam. Konsultan, menggunakannya sebagai alat bantu untuk menetapkan kelayakan
rancangan.
Secara umum estimasi dapat dibagi dalam 4 jenis estimasi, yaitu:
a. Estimasi kasar untuk pemilik
Estimasi ini dibutuhkan oleh pemilik untuk memutuskan akan melaksanakan ide
membangun proyek atau tidak. Biasanya dalam hal ini, pemilik dibantu dengan studi
kelayakan.
b. Estimasi pendahuluan oleh konsultan perencana
Estimasi ini dilakukan setelah desain selesai dibuat oleh konsultan perencana.
Estimasi ini lebih teliti daripada estimasi yang sebelumnya, sebab sudah ada gambar
dan RKS yang lengkap.
c. Estimasi detail oleh kontraktor

11
Estimasi ini dibuat oleh kontraktor setelah melihat desain konsultan perencana (bestek
dan gambar bestek), estimasi dibuat lebih terpe-rinci dan teliti karena sudah
memperhitungkan segala kemungkinan (melihat medan, mempertimbangkan metoda
pelaksanaan, mempunyai stok bahan-bahan tertentu).
d. Biaya sesungguhnya setelah proyek selesai.
e. Bagi pemilik sebetulnya fixed price yang tercan-tum dalam kontrak adalah yang
terakhir, kecuali dalam pelaksanaan terjadi pekerjaan tambah dan kurang. Bagi
kontraktor nilai tersebut adalah penerimaan yang fixed, sedangkan pengeluaran yang
sesungguhnya (real cost) yaitu segala yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Besarnya real cost tersebut hanya diketahui oleh kontraktor sendiri.

Estimasi biaya konstruksi biasanya meliputi analisis perhitungan terhadap lima


unsur utamanya, yaitu:
1. Biaya material
Analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang
digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pekerjaan pokok maupun
penunjang. Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku
pada saat dibeli. Harga satuan material merupakan harga di tempat pekerjaan yang di
alamnya sudah termasuk memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan
menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan, penyimpanan di gudang,
dan sebagainya.
2. Biaya Tenaga kerja
Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari keseluruhan
analisis biaya konstruksi. Banyak sekali faktor berpengaruh yang harus
diperhitungkan antara lain: kondisi tempat kerja, keterampilan, lama waktu kerja,
kepadatan penduduk, persaingan, produktivitas, dan indeks biaya hidup setempat. Dari
sekian banyak faktor, yang paling sulit adalah mengukur dan menetapkan tingkat
produktivitas, yaitu prestasi pekerjaan yang dapat dicapai oleh pekerja atau regu kerja
setiap satuan waktu yang ditentukan. Tingkat produktivitas selain tergantung pada
keahlian, ketrampilan, juga terkait dengan sikap mental pekerja yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan setempat dan lingkungannya.
3. Biaya Peralatan
Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi, demobilisasi,
memindahkan, transportasi, memasang, membongkar, dan pengoperasian selama

12
konstruksi berlangsung. Apabila kontraktor tidak mempunyai alat penting yang
diperlukan untuk menangani proyek, maka harus memutuskan untuk membeli atau
menyewanya. Sedangkan jika kontraktor memiliki alat yang dimaksud biasanya masih
harus mempertimbangkan beberapa hal : apakah alat dalam keadaan menganggur dan
siap pakai, butuh biaya perbaikan dan persiapan, biaya mobilisasi, dan apakah alatnya
layak untuk dioperasikan. Adakalanya, dengan memperhatikan sederetan
permasalahan yang dihadapi mungkin masih akan lebih ekonomis jika diputuskan
untuk membeli alat baru atau menyewa.
4. Biaya Tidak Langsung
Biaya tak langsung dibedakan menjadi dua golongan yaitu biaya umum (overhead
cost) dan biaya proyek. Yang dikelompokkan menjadi sebagai biaya umum adalah :
1) gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan;
2) pengeluaran kantor pusat seperti sewa kantor, telepon, dan sebagainya;
3) perjalanan beserta akomodasi;
4) biaya dokumentasi;
5) bunga bank;
6) biaya notaris; dan
7) peralatan kecil dan material habis pakai.
Sedangkan yang dapat dikelompokkan sebagai biaya proyek, pengeluarannya dapat
dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukkan pada biaya upah tenaga kerja,
material, atau peralatan, yaitu :
1) bangunan kantor lapangan beserta perlengkapannya;
2) biaya telepon kantor lapangan;
3) kebutuhan akomodasi lapangan seperti listrik, air bersih, air minum, sanitasi, dan
sebagainya;
4) jalan kerja dan parkir, batas perlindungan, dan pagar di lapangan;
5) pengukuran lapangan;
6) tanda-tanda untuk pekerjaan dan kebersihan lapangan pada umumnya;
7) pelayanan keamanan dan keselamatan kerja;
8) pajak pertambahan nilai;
9) biaya asuransi;
10) biaya jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, dan jaminan pemeliharaan;
11) asuransi risiko pembangunan dan asuransi kerugian;
12) surat ijin dan lisensi;

13
13) inspeksi, pengujian, dan pengetesan;
14) sewa peralatan besar utama; dan
15) premi pekerjaan bila diperlukan

5. Keuntungan Perusahaan
Nilai keuntungan pada umumnya dinyatakan sebagai persentase dari seluruh
jumlah pembiayaan. Secara umum, biasanya untuk proyek kecil ditetapkan
persentase keuntungan yang semakin besar, demikian pula untuk keadaan yang
sebaliknya. Pada prinsipnya penetapan besarnya keuntungan juga dipengaruhi oleh
besarnya risiko atau kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi, yang seringkali tidak
tampak nyata. Nilainya dapat berkisar antara 8 % – 12 %.

Manfaat estimasi biaya bagi pihak pihak terkait dalam proyek sebagai berikut :
1. Bagi pemilik proyek
a) Sebagai dasar untuk meyediakan biaya untuk mewujutkan keinginanya untuk
membangun.
b) Sebagai dasar untuk menyediakan biaya proyek atau investasi.
c) Sebagai dasar untuk menetapkan besarnya biaya bagi jasa perencanaan.
d) Sebagai dasar dalam menentukan mengevaluasi biaya penawaran calon kontraktor
yang mengajukan penawaran
2. Bagi pihak konsultan
a) Sebagai dasar dalam membuat perencanaan proyek sesuai dengan keinginan pemilik.
b) Sebagai dasar menetapkan perkiraan biaya proyek dalam merealesasikan.
c) Sebagai dasar dalam mengevaluasi biaya penawaran oleh calon kontraktor.
3. Bagi pihak kontraktor
a) Sebagai dasar dalam menetapkan besarnya biaya penawaran dalam pelelangan.
b) Sebagai acuan dalam menetapkan besarnya biaya pelaksanan pekerjaan.
c) Sebagai dasar dalam negosiasi dengan sub kontraktor yang akan ikut serta dalam
pelaksanaan pekerjaan.
d) Sebagai dasar dalam menetapkan keuntungan.

2.5 Hambatan-Hambatan Dalam Estimasi Biaya


Dengan pendeknya waktu yang dimiliki oleh para quantity surveyor di dalam
melaksanakan estimasi biaya, maka akan mungkin muncul hambatan-hambatan di dalam

14
estimasi tersebut. Victor G. Hajek (1994) menyampaikan beberapa hambatan yang
mungkin muncul dalam pelaksanaan estimasi, yaitu :
1. Adanya hal-hal yang terlewatkan. Apakah ada unsur biaya penting yang
terlupakan, misalnya apakah telah direncanakan adanya pemeriksaan dan apakah
taksiran telah memperhitungkan biaya perekayasaan, bahan, dan lain-lain bagi upaya
demikian.
2. Rincian pekerjaan yang tak memadai. Apakah struktur rincian pekerjaan yang
sedang digunakan telah memperhatikan secara cukup segenap sub sistem serta
upaya yang diperlukan bagi proyek tersebut.
3. Salah tafsir tentang fungsi atau data proyek. Tepatkah penafsiran kerumitan disain
tersebut, salah tafsir akan mengakibatkan taksiran yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
4. Penggunaan teknik penaksiran yang salah. Bagi disain yang dipermasalahkan harus
diterapkan teknik penaksiran yang benar, misalnya penggunaan statistik biaya yang
diperoleh dari jalan produksi suatu sub sistem yang serupa bagi suatu alat
prototipe yang memerlukan pekerjaan perekayasaan dan/atau pengembangan pasti
akan menghasilkan taksiran yang sangat terlampau rendah.
5. Kegagalan mengidentifikasi dan berkonsentrasi pada unsur-unsur biaya utama.
Telah ditetapkan secara statistik bahwa setiap proyek, 20 persen dari sub sistem-
subsistem akan menyebabkan 80 persen biaya total, seperti terlukis dalam Gambar 2.2
(halaman 11). Dengan demikian para quantity surveyor seyogyanya memusatkan
waktu serta upayanya pada subsistem-subsistem serta golongan-golongan upaya
biaya tinggi guna meningkatkan peluaang mereka memperoleh taksiran biaya yang
tepat.

2.6 Dampak Sistem Estimasi Biaya yang Buruk terhadap Suatu Proyek
Kualitas estimasi berkaitan erat dengan keakuratan estimasi. Kualitas estimasi
dapat dilihat dari kelengkapan data, informasi, teknik dan metode estimasi yang
digunakan, kecakapan, dan pengendalian estimator, serta tujuan. Tahap awal dalam
prosedur estimasi adalah mengetahui persyaratan kualitas yang diminta. Oleh karena itu,
gambar proyek dan data lainnya yang berkaitan harus dipelajari lebih dalam. Hal-hal yang
disebutkan diatas dapat membantu proses penyusunan estimasi biaya dengan tingkat
kepastian yang tinggi. Berikut ini adalah beberapa dampak dari estimasi yang buruk:
1. Terjadi Cost Overrun (pembengkakan biaya) terhadap nilai estimasi awal

15
2. Terjadi hasil yang tidak konsisten
3. Estimasi biaya yang dihasilkan kurang detail
4. Dokumentasi yang buruk atau lemah
5. Tidak dapat diandalkan untuk alokasi dana
6. Tidak dapat diandalkan untuk mengontrol biaya pada saat pelaksanaan
proyek

Hal yang menyebabkan buruknya estimasi biaya adalah:


1. Estimator yang tidak atau kurang qualified
2. Estimator yang belum terbiasa dengan obyek bangunan
3. Data yang kurang lengkap dan metode yang buruk

Peran seorang estimator dalam menyusun estimasi biaya merupakan kunci dari
suatu pekerjaan atau proyek yang mengendalikan biaya. Berikut ini adalah hal-hal yang
harus dikuasai oleh seorang estimator, antara lain :
1. Dapat membaca dan memperkirakan rencana-rencana
2. Mengetahui pengetahuan matematika untuk volume
3. Mengetahui pengetahuan matematika untuk biaya material
4. Dapat memvisualisasikan suatu gambar kerja serta dapat memberikan solusi untuk
beberapa masalah
5. Mempunyai pengalaman kerja pada bidang konstruksi sehingga dapat
menggambarkan proyek yang sesungguhnya
6. Mengetahui tentang kinerja tenaga kerja dan operasionalnya
7. Mengetahui pengetahuan tentang harga-harga yang berkaitan dengan proyek

2.7 Faktor Penyebab Cost Overrun (Pembengkakan Biaya) Karena Kegagalan


Pengelolaan dan Perencanaan Estimasi Biaya
Proyek konstruksi merupakan proses dimana rencana atau desain dan spesifikasi
para perencana dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Proses ini melibatkan
organisasi dan koordinasi dari semua sumber daya proyek seperti tenaga kerja, peralatan
konstruksi, material-material permanen dan sementara, suplai dan fasilitas, dana,
teknologi, metode dan waktu untuk menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai anggaran,
standar kualitas serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh
perencana. Semakin besar ukuran suatu proyek berarti semakin banyak masalah yang harus

16
dihadapi. Apabila masalah tersebut tidak ditangani dengan benar maka akan mengakibatkan
dampak yang salah satunya berupa pembengkakan biaya (cost overrun).
Pada pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami
pembengkakak biaya (cost overrun) maupun keterlambatan waktu. Cost overrun merupakan
kelebihan dalam pengeluaran biaya pada tahap pelaksanaan dibandingkan dengan anggaran
yang telah direncanakan.Faktor yang menyebabkan adanya cost overrun dalam suatu
pelaksanaan konstruksi antara lain :
1. Manajer proyek yang kurang cakap dalam mengatur dan menjalankan aktivitas yang
mengakibatkan turunnya produktifitas pekerjaan.
2. Kurangnya ketrampilan dan keahlian pekerja, akan mempengaruhi produktifitas
kerja yang dihasilkan. Akibat dari turunnya produktifitas akan membuat waktu
pelaksanaan menjadi lebih lama dan biaya yang lebih besar dari yang telah direncanakan.
3. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi.
4. Pengulangan pekerjaan karena mutu jelek.
5. Tidak adanya Project Statistic Report. Laporan dari berbagai hal yang ada dalam
proyek dapat digunakan sebagai acuan dan dasar pertimbangan bagi pimpinan
proyek yang sedang berlangsung, sehingga apabila terlihat ada indikasi terjadinya
pembengkakan biaya dan waktu proyek, maka dapat diantisipasi sedini mungkin.
6. Estimasi biaya, akibat data dan informasi proyek yang kurang lengkap
7. Pelaksanaan dan hubungan kerja dalam tim proyek, menyangkut kompetensi manajer
proyek
8. Adanya kenaikan harga material
9. Kualitas tenaga kerja yang buruk
10. Tingginya harga/sewa peralatan
11. Adanya kebijaksanaan keuangan dari pemerintah

2.8 Solusi Mengatasi Buruknya Estimasi Biaya dan Cost Overrun


Setiap permasalahan yang terjadi pasti ada penanganan untuk memperbaikinya,
seperti halnya pengelolaan system estimasi yang kurang baik akan berdampak buruk
pada sebuah proyek, selain itu buruknya pengelolaan estimasi yang kurang baik akan
berakibat pada keadaan cost overrun, untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya solusi-
solusi yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. Solusi-solusi tersebut merupakan
sebuah kiat agar kita bisa melakukan estimasi biaya konstruksi yang baik.Solusi- solusi
tersebut antara lain :

17
1. Identifikasi secara jelas terhadap tugas
Seorang estimator harus mengetahui tentang aturan dasar, asumsi, dan karakteristik
teknik dari sebuah data proyek. Estimator harus memahami batasan dan kondisi
yang ada untuk menyiapkan suatu dokumen estimasi yang baik.
2. Partisipasi dalam menyiapkan estimasi
Perlu melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut untuk
memahami misi dan kebutuhan dari proyek. Data sebaiknya diverifikasi untuk
keakuratan, kelengkapan dan keandalannya.
3. Ketersediaan data yang valid
Perlu mengetahui sumber yang dibutuhkan dalam mengestimasi, baik itu data historikal
yang memiliki kemiripan dengan proyek yang baru, maupun yang memiliki hubungan.
4. Standarisasi dalam struktur estimasi
Sebuah standard WBS (Work Breakdown Structure) harus digunakan dalam
penyusunan estimasi. WBS membantu agar dalam suatu proses estimasi tidak
terdapat item yang terlupakan dan juga membantu untuk membuat perbandingan
dengan beberapa proyek. Tentunya hal ini disesuaikan dengan jenis tau tipe proyek
yang akan dikerjakan.
5. Ketentuan-ketentuan dalam mengatasi ketidakpastian
Sebuah ketidakpastian harus dapat diidentifikasi dan harus diperhitungkan dalam
membuat estimasi biaya.
6. Pemahaman tentang inflasi
Estimator harus memastikan perubahan ekonomi seperti inflasi yang akan
berpengaruh terhadap life cyle estimasi biaya.
7. Pemahaman tentang biaya-biaya yang tidak termasuk dalam estimasi bila
terdapat biaya yang tidak dimasukkan harus dapat dijelaskan dalam kondisi estimasi
serta diberikan alasan yang rasional.
8. Mereview estimasi oleh pihak lain secara independen
Dengan mereview estimasi secara independen dapat memberikan rasa percaya terhadap
hasil estimasi. Pihak independen akan memverifikasi, modifikasi, dan mengkoreksi
sebuah estimasi untuk memastikan bahwa estimasi tersebut realistik, lengkap dan
konsisten.
Adapun solusi memperbaiki atau mengurangi terjadinya pembengkakan biaya pada
sebuah proyek antara lain sebagai berikut :
1. Menyesuaikan estimasi

18
2. Dana kontingensi dan penyangga waktu
3. Mengubah anggaran dan baseline
4. Negosiasi Pengurangan Scope
Orientasi manajemen proyek adalah bagaimana menyelesaikan proyek secepat mungkin
sehingga kerugian akibat pembengkakan biaya operasional proyek dapat ditekan. Untuk
itu, mau tidak mau, project manager harus mempersiapkan seorang negosiator ulung
agar dapat melobi pihak pemilik proyek untuk menurunkan / mengurangi scope
pekerjaan yang ada, dengan harapan kualitas dapat dipertahankan. Hal ini
memungkinkan manajemen proyek untuk mendapatkan “injection cost” secara tidak
langsung dengan menempatkan scope proyek yang dikurangi pada proyek selanjutnya,
tentunya dengan project cost yang baru.
5. Menambah kerugian untuk mempertahankan image baik
Alternatif lain adalah menyelesaikan proyek tersebut sesuai dengan scope yang
disepakati semaksimal mungkin, dengan mengambil resiko meningkatnya operasional
cost. Strategi ini digunakan apabila orientasi manajemen perusahaan adalah
mempertahankan citra baik di depan pelanggannya, atau jika pemilik proyek merupakan
pelanggan potensial perusahaan.Sehingga, walaupun perusahaan menderita kerugian
dari sisi biaya proyek (tangible lost), namun perusahaan tetap berusaha untuk
mempertahankan nama baik di depan pelanggannya (intangible benefit) dengan harapan
kerjasama masih dapat terjalin di masa yang akan datang.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada BAB III PEMBAHASAN, diperoleh nilai proyek
untuk Perencanaan Geometrik dan Tebal Perkerasan Simpang Sugiwaras - Desa Panggung
Muara Enim STA 4+800 - STA 9+345 sebesar Rp68.552.542.000,- . Dimana untuk
pekerjaan umum sebesar Rp41.298.693.884,-. Pekerjaan tanah sebesar Rp3.155.824.807,-.
Pekerjaan badan jalan Rp21.523.885.043,-. Pekerjaan bangunan pelengkap
Rp2.556.138.136,-, serta pekerjaan finishing sebesar Rp18.000.000,-

20

Anda mungkin juga menyukai