Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA


PROYEK KONSTRUKSI
(Berdasarkan Literature dan Lapangan)
ABSTRAK
Untuk menghitung anggaran biaya konstruksi, perlu dibuat analisa biaya yang terperinci
mengenai bahan dan upah tenaga kerja. Pada saat ini ada beberapa literature mengenai metode
perhitungan analisa harga satuan, diantaranya analisa BOW, SNI, BINA MARGA, dan Journal of
Material Building Construction & Interior.
Banyaknya metode analisa harga satuan membuat diperlukan adanya penelitian sehingga
dapat diperoleh referensi yang relevan dengan kondisi saat ini dalam hal penyusunan analisa
harga satuan.
Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan analisa harga satuan pekerjaan yang
diperoleh dari literature dengan studi lapangan. Adapun Lingkup dari penelitian ini adalah pada
pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan plesteran, pekerjaan dinding, dan pekerjaan beton.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara garis besar metode BOW
menghasilkan harga satuan bahan maupun upah yang relatif besar bila dibandingkan dengan hasil
studi lapangan yaitu sebesar 47,1% untuk upah dan 10,3% untuk bahan. Sementara metode SNI
menghasilkan harga satuan bahan maupun upah yang relatif paling mendekati dengan hasil studi
lapangan yaitu sebesar 19,1% untuk upah dan 5,4% untuk bahan.
Kata kunci : analisa BOW, metode analisa harga, pekerjaan, harga satuan

i
LAPORAN AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk menghitung anggaran biaya konstruksi, perlu dibuat

analisis/perhitungan terinci tentang banyaknya bahan yang dipakai maupun

upah tenaga kerja. Perhitungan ini biasa dikenal sebagai analisa biaya

konstruksi, yang diperlukan sebagai sarana untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas kegiatan pembangunan gedung dan bangunan di bidang

konstruksi.

Analisa biaya konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuan

pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan

bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar

pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi.

Analisa biaya konstruksi yang selama ini dikenal yaitu analisa BOW.

Namun bila ditinjau dari perkembangan industri konstruksi saat ini,

analisa BOW belum memuat pekerjaan beberapa jenis bahan bangunan yang

ditemukan di pasaran bahan bangunan dan konstruksi dewasa ini.

Disamping itu analisa tersebut hanya dapat dipergunakan untuk pekerjaan

padat karya yang memakai peralatan konvensional. Sedangkan bagi

pekerjaan yang mempergunakan peralatan modern/alat berat, analisa BOW

tidak dapat dipergunakan sama sekali. Ada beberapa analisa BOW yang

tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun

1
LAPORAN AKHIR

upah tenaga kerja. Namun demikian analisa BOW masih dapat

dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya bangunan.

Pada saat ini ada beberapa metode perhitungan analisa harga satuan

yang dapat ditemui, diantaranya analisa BOW, SNI, BINA MARGA,

Journal of Material Building Construction & Interior. Walaupun begitu,

kontraktor pada umumnya membuat harga penawaran berdasarkan analisa

yang tidak seluruhnya berpedoman pada analisa tersebut. Para kontraktor

lebih cenderung menghitung harga satuan pekerjaan berdasarkan dengan

analisa mereka sendiri-sendiri yang didasarkan atas pengalaman-

pengalaman terdahulu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi.

Banyaknya metode analisa harga satuan membuat diperlukan adanya

penelitian dalam hal meningkatkan efisiensi dalam hal pembiayaan

konstruksi sehingga diperoleh metode perhitungan analisa yang paling

relevan dengan kondisi saat ini.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penelitian ini adalah membandingkan antara analisa yang

diperoleh dari literature, yaitu BOW, SNI, AHSP Bina Marga dan Journal

of Material Building Construction & Interior untuk kemudian dibandingkan

aplikasinya dilapangan apakah relevan untuk dipakai dalam dunia

konstruksi saat ini.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persentase selisih harga satuan bahan dan upah pekerjaan

antara metode analisa BOW, SNI, AHSP Bina Marga dan Journal of

2
LAPORAN AKHIR
Material Building Construction & Interior dengan analisa proyek

2. Mengetahui komponen dominan yang menjadi pembeda dalam

penyusunan analisa harga satuan

3. Memperoleh referensi yang lebih sesuai dalam penyusunan analisa

harga satuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEJARAH BOW

Sebagai peninggalan masa-masa pemerintahan belanda, BOW merupakan

metode yang digunakan dalam perhitungan harga satuan pekerjaan. Namun setelah

sekian lama digunakan , ternyata metode tersebut belum memuat pengerjaan beberapa

jenis bahan bangunan yang ditemukan di pasaran bahan bangunan dan konstruksi

dewasa ini. Bahkan ada kecenderungan mengenai ketidaksesuaian antara indeks-indeks

yang tercantum dalam metode BOW dengan kenyataan yang ada di lapangan,

khususnya yaitu indeks upah pekerja. Hal ini membuat banyak estimator untuk lebih

menggunakan intuisi yang berdasarkan pengalamannya masing-masing dalam

menentukan harga satuan pekerjaan, sehingga menimbulkan banyak variasi dalam

menentukan harga satuan pekerjaan itu sendiri.

2.2 SEJARAH SNI

Karena banyaknya variasi-variasi yang cukup berbeda dalam penyusunan

anggaran biaya tersebut, maka pemerintah melalui pusat penelitian dan pengembangan

permukiman pada tahun 1987 sampai tahun 1991 melakukan penelitian untuk

3
LAPORAN AKHIR
mengembangkan analisa BOW dalam menentukan harga satuan pekerjaan tersebut.

Pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu melalui pengumpulan data sekunder

berupa analisa biaya yang dipakai oleh beberapa kontraktor dalam menghitung harga

satuan pekerjaan. Disamping itu dilakukan pula pengumpulan data primer, melalui

penelitian lapangan pada proyek-proyek pembangunan perumahan. Data primer yang

diperoleh digunakan sebagai pembanding / cross check terhadap kesimpulan data

sekunder yang diperoleh. Kegiatan tersebut diatas telah menghasilkan produk analisa

biaya konstruksi yang telah dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) pada

tahun 1991-1992, namun hanya untuk perumahan sederhana.

Agar lebih memperluas sasaran analisa biaya konstruksi ini, maka SNI tersebut

pada tahun 2001 dikaji kembali untuk disempurnakan dengan sasaran yang lebih luas

yaitu bangunan gedung dan perumahan, sehingga SNI tersebut berjudul Analisa Biaya

Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan 2002.

Standar Nasional Indonesia berjudul Analisa Biaya Konstruksi Bangunan

Gedung dan Perumahan. (SNI, 2002.) Pada tanggal 7 - 8 Desember 2006 dikaji kembali

dan direvisi menjadi SNI 2008. Penelitian ini bermaksud untuk lebih jauh mengkaji

penyusunan harga satuan pekerjaan yang ada dalam SNI 2002 perihal unsur – unsur

bahan dan upah dengan harapan agar dapat diaplikasikan/ digunakan dengan lebih baik

(secara teori), dan menentukan kesesuaiannya dengan harga satuan nyata yang dipakai

dilapangan.

2.3 ESTIMASI BIAYA

Estimasi biaya memiliki sifat yang sangat luas tergantung sudut pandang yang

digunakan. Secara harafiah estimasi biaya terdiri dari kata: 1

- Estimasi: Perkiraan

- Biaya : Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang
4
LAPORAN AKHIR
terjadi atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam konteks konstruksi, estimasi biaya atau dalam hal ini disebut estimasi

biaya pekerjaan konstruksi adalah perkiraan tentang kemungkinan biaya yang akan

1
Dewi Sulistyaningsih, ST.,MT., “Materi Kuliah 2 : Metode Estimasi Biaya”,
(http://kk.mercubuana.ac.id/files/91004-2-968999479762.doc. diakses 28 Juni 2013)

digunakan pada aktivitas konstruksi, umumnya didasarkan pada beberapa data yang

sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima, atau juga disebut sebuah ramalan ilmiah

atau perkiraan biaya atas proyek yang akan dibangun.

Estimasi biaya pada suatu proyek konstruksi harus disiapkan sebelum suatu

proyek dilaksanakan, untuk menetapkan besarnya kemungkinan biaya pada suatu

proyek. Jadi estimasi biaya merupakan suatu perkiraan yang paling mendekat pada

biaya sesungguhnya. Sedangkan biaya sesungguhnya dari suatu proyek tidak akan

diketahui sampai suatu proyek terselesaikan secara lengkap.

Estimasi biaya pekerjaan konstruksi biasanya memberikan indikasi tertentu

terhadap biaya total proyek. Estimasi biaya mempunyai peranan penting dalam suatu

proyek, karena tanpa adanya estimasi biaya suatu proyek tidak akan berhasil.

Kualitas suatu estimasi biaya proyek tergantung pada tersedianya data dan

informasi, teknik atau metode yang digunakan, serta kecakapan dan pengalaman

estimator. Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal

kualitas estimasi biaya proyek yang dihasilkan. Sebagai contoh, pada awal formulasi

lingkup proyek, jika sebagian data atau informasi belum tersedia atau belum ditentukan,

maka estimasi atau perkiraan biaya yang dihasilkan masih berupa perkiraan kasar

dengan akurasi diatas 50%.

Estimasi biaya pekerjaan konstruksi biasanya disajikan dalam bentuk Bill of

Quantity. Dimana di dalam Bill of Quantity terdapat tiga unsur yang terdiri dari :

jenis pekerjaan, kuantitas dan harga satuan pekerjaan.


5
LAPORAN AKHIR

2.4 RENCANA ANGGARAN BIAYA

Pelaksanaan sebuah proyek konstruksi sangat berkaitan dengan proses

manajemen didalamnya. Pada tahapan itu, pengelolaan anggaran biaya untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut, perlu dirancang dan disusun sedimikian rupa

berdasarkan sebuah konsep estimasi yang terstruktur sehingga menghasilkan nilai

estimasi rancangan yang tepat dalam arti ekonomis.

Nilai estimasi anggaran yang disusun selanjutnya dikenal dengan istilah Rencana

Anggaran Biaya (RAB) Proyek, yang mempunyai fungsi dan manfaat lebih lanjut dalam

hal mengendalikan sumberdaya material, tenaga kerja, peralatan dan waktu pelaksanaan

proyek sehingga pelaksanaan kegiatan proyek yang dilakukan akan mempunyai nilai

efisiensi dan efektivitas.

Konsep penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek, pada

pelaksanaannya didasarkan pada sebuah analisa masing-masing komponen

penyusunnya (material, upah dan peralatan) untuk tiap-tiap item pekerjaan yang

terdapat dalam keseluruhan proyek. Hasil analisa komponen tersebut pada akhirnya

akan menghasilkan Harga Satuan Pekerjaan (HSP) per item yang menjadi dasar dalam

menentukan nilai estimasi biaya pelaksanaan proyek keseluruhan dengan

mengkonversikannya ke dalam total volume untuk tiap item pekerjaan yang dimaksud.

2.4.1 Pengertian Rencana Anggaran Biaya

Secara umum pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek, adalah nilai

estimasi biaya yang harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan proyek.

Namun beberapa praktisi mendefinisikannya secara lebih detail, seperti :

6
LAPORAN AKHIR
1. Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek

merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu

proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu proyek.

2. Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, dalam bukunya ”Analisa

Anggaran Pelaksanaan“, bahwa Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibagi menjadi

dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran biaya kasar.2

a. Rencana Anggaran Biaya Kasar

Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung

tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya

secara kasar, hasil dari penafsiran ini apabila dibandingkan dengan rencana

anggaran yang dihitung secara teliti didapat sedikit selisih.

b. Rencana Anggaran Biaya Terperinci

Dilaksanakan dengan menghitung volume dan harga dari seluruh pekerjaan

yang dilaksanakan agar pekerjaan dapat diselesaikan secara memuaskan.

Cara perhitungan pertama adalah dengan harga satuan, dimana semua

harga satuan dan volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Yang kedua adalah

dengan harga seluruhnya, kemudian dikalikan dengan harga serta

dijumlahkan seluruhnya. Secara sistematisnya, dapat dilihat pada

Gambar 2.1. dalam menghitung anggaran biaya suatu pekerjaan atau

proyek.

3. J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan,

1987, Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perkiraan nilai uang dari

suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar bestek

serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan

rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.


7
LAPORAN AKHIR
4. John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan

Rencana Anggaran Biaya Bangunan, 1992, Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Proyek mempunyai pengertian sebagai berikut :

a. Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan

pembuatan sebuah bangunan.

b. Anggaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar

rencana) pada suatu bangunan.

c. Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan

borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada

5. Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost, 1993,

yang dimaksud Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perhitungan

banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain

yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.3

2.4.2 Kegunaan Rencana Anggaran Biaya

Sebuah penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek mempunyai

beberapa kegunaan, antara lain:

1. Sebagai bahan dasar usulan pengajuan proposal agar didapatkannya sejumlah

alihan dana bagi sebuah pelaksanaan proyek dari pemerintah pusat ke daerah

pada instansi-instansi tertentu.

2. Sebagai standar harga patokan sebuah proyek yang dibuat oleh stakes holder

dalam bentuk owner estimate (OE)

3. Sebagai bahan pembanding harga bagi stakes holder dalam menilai tingkat

kewajaran owner estimate yang dibuatnya dalam bentuk engineering estimate

(EE) yang dibuat oleh pihak konsultan.

4. Sebagai rincian item harga penawaran yang dibuat kontraktor dalam menawar
8
LAPORAN AKHIR
pekerjaan proyek.

5. Sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi teknik sebuah investasi proyek

sebelum dilaksanakan pembangunannya

2.4.3 Komponen Penyusun Rencana Anggaran Biaya

Seperti yang telah disinggung pada bagian diatas, maka jika dirumuskan secara

umum Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek merupakan total penjumlahan dari hasil

perkalian antara volume suatu item pekerjaan dengan harga satuannya. Bahasa

matematis yang dapat dituliskan adalah sebagai berikut 4 :

RAB = ∑ [volume x Harga Satuan Pekerjaan]

Jika merujuk pada sebuah item pekerjaan, maka pada dasarnya untuk

melaksanakan sebuah item pekerjaan membutuhkan upah, material, peralatan yang

digunakan (sebagai biaya langsung) dan overhead, profit dan tax (sebagai biaya tidak

langsung).

Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen-komponen penyusun dari

Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah sebagai berikut :

1. Komponen Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung atau direct cost adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan

menjadi komponen permanen hasil akhir bangunan konstruksi. Biaya langsung

terdiri dari :

a. Biaya bahan/material

Merupakan harga bahan atau material yang digunakan untuk proses

pelaksanaan konstruksi, yang sudah memasukan biaya angkutan, biaya loading

dan unloading, biaya pengepakkan, penyimpanan sementara di gudang,

pemeriksaan kualitas dan asuransi

9
LAPORAN AKHIR

b. Upah tenaga kerja

Biaya yang dibayarkan kepada pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis

pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan keahliannya. Biasa dipakai cara

harian sebagai unit waktu dan banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan

dalam satu hari. Porsi tenaga kerja dapat mencapai 25 – 35% dari total biaya

proyek

c. Biaya peralatan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan sewa, pengangkutan, pemasangan alat,

memindahkan, membongkar dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah

dari operator mesin dan pembantunya.

2. Komponen Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung atau indirect cost adalah pengeluaran untuk manajemen,

supervisi serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi

bangunan permanen tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek.

Biaya tidak langsung terdiri dari :

a. Overhead umum

Overhead umum biasanya tidak dapat segera dimasukkan ke suatu jenis

pekerjaan dalam proyek itu, misalnya sewa kantor, peralatan kantor dan alat

tulis menulis, air, listrik, telepon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya

notaris, biaya perjalanan dan pembelian berbagai macam barang-barang kecil.

b. Overhead proyek

Overhead proyek ialah biaya yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi

tidak dapat dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga kerja atau

biaya alat-alat seperti misalnya; asuransi, telepon yang dipasang di proyek,

10
LAPORAN AKHIR
pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey), surat-

11
LAPORAN AKHIR
surat ijin dan lain sebagainya. Jumlah overhead dapat berkisar antara 12

sampai 30 %.

c. Profit

Merupakan keuntungan yang didapat oleh pelaksana kegiatan proyek

(kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam proses pengadaan proyek yang

sudah dikerjakan. Secara umum keuntungan yang yang diset oleh kontraktor

dalam penawarannya berkisar antara 10 % sampai 12 % atau bahkan lebih,

tergantung dari keinginan kontrakor.

d. Pajak

Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya atas hasil operasi

perusahaan.

2.4.4 Volume / Kubikasi Pekerjaan

Volume suatu pekerjaan ialah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan

dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume

(kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan

jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.5

Dibawah ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut :

a. Volume pondasi batu kali = 25 m3

b. Volume atap = 140 m2

c. Volume lisplank = 28 m

d. Volume angkur besi = 40 kg

e. Volume kunci tanam = 17 buah

5 Bachtiar Ibrahim, Rencana dan Estimate Real Of Cost, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003),
14
LAPORAN AKHIR
Dari contoh di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa satuan masing-masing

volume pekerjaan, seperti volume pondasi batu kali 25 m 3, atap 140 m2, lisplank 28 m,

angker besi beton 40 kg dan kunci tanam 17 buah, bukanlah volume dalam arti

sesungguhnya melainkan volume dalam satuan, kecuali volume pondasi batu kali 25 m3

yang merupakan volume sesungguhnya.

Masing-masing volume di atas mempunyai pengertian sebagai berikut :

- Volume pondasi batu kali dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x luas

penampang yang sama;

- Volume atap dihitung berdasarkan luas, yaitu jumlah luas bidang-bidang atap,

seperti segitiga, persegipanjang, trapezium, dan sebagainya;

- Volume lisplank dihitung berdasarkan panjang atau luas;

- Volume angkur besi dihitung berdasarkan berat, yaitu jumlah panjang angker x

berat/m;

- Volume dikunci dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kunci.

2.4.5 Harga Satuan Pekerjaan

Harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja

berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam

satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan6. Setiap bahan atau material

mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadi harga material tersebut

beragam. Untuk itu sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah bahan

tersebut berasal dan sesuai dengan harga patokan dari pemerintah. Misalnya untuk

harga semen harus berdasarkan kepada harga patokan semen yang ditetapkan.

6
Bachtiar Ibrahim, Rencana dan Estimate Real Of Cost, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), 133

15
LAPORAN AKHIR
Upah tenaga kerja didapatkan dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu

daftar yang dinamakan Harga Satuan Upah. Untuk menentukan upah pekerja dapat

Untuk menentukan upah pekerja dapat diambil standar harga yang berlaku di pasaran

atau daerah tempat proyek dikerjakan yang sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU. Dari

ketiga metoda yang digunakan sudah termasuk peralatan kerja atau setiap pekerja harus

mempunyai peralatan kerja sendiri yang mendukung keahlian masing-masing.

Untuk menentukan harga bangunan dapat diambil standar harga yang berlaku di

pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU

setempat Daftar Harga Satuan Bahan. Pada analisa ini sudah termasuk peralatan kerja

atau setiap pekerja harus mempunyai peralatan kerja sendiri yang mendukung keahlian

masing-masing.

Untuk menentukan harga satuan alat dapat diambil standar harga yang berlaku di

pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU

setempat yang dinamakan Daftar Harga Satuan Alat.

Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

Harga Satuan Pekerjaan = H.S. Bahan + H.S. Upah + H.S. Alat

2.5 ANALISA HARGA SATUAN

Analisa harga satuan pekerjaan merupakan analisa material, upah tenaga kerja,

dan peralatan untuk membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur dalam pasal-

pasal analisa BOW maupun SNI, dari hasilnya ditetapkan koefisien pengali untuk

material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan. Sedangkan analisis

Lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor pelaksana.

16
LAPORAN AKHIR
2.5.1 Analisa Harga Satuan Bahan

2.5.1.1 Pengertian Bahan

Bahan adalah semua material yang diperlukan untuk melakukan sebuah


proses konstruksi untuk menghasilkan sebuah bangunan.
Dalam membuat penawaran harga, seorang estimator biasanya membuat
suatu daftar bahan yang diperlukan dan daftar ini dipakai oleh para pemborong.
Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan ditempat pekerjaan jadi sudah
termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan menurunkan, pengepakan,
penyimpanan sementara digudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi. Harga
bahan diperoleh dari komposisi jumlah bahan untuk item – item pekerjaan.
Proses pembelian bahan lazimnya dimulai dengan adanya usulan dari
pihak pemakai untuk pengadaan bahan dan peralatan tertentu kepada bidang
pembelian dalam suatu organisasi proyek. Kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan sebelum kegiatan pembelian dilaksanakan adalah penelitian atas
kesiapan perusahaan rekanan, evaluasi penawaran, dan perjanjian antara penjual
dan pembeli yang dituangkan dalam surat kontrak pembelian.
Proses pengadaan material dan peralatan mendapat perhatian besar dari
penyelenggara proyek, karena pengeluaran untuk proses ini dapat mencapai 50-
60 persen dari total biaya. Pengadaan material dan peralatan meliputi kegiatan-
kegiatan pembelian, identifikasi kebutuhan, pemeliharaan persediaan, pemantauan
produksi, penerimaan dan penyimpanan barang di lokasi proyek, persiapan dan
penyusunan dokumen yang diperlukan.
Harga satuan bahan adalah harga yang harus dibayar untuk membeli per
satuan jenis bahan bangunan. Harga bahan merupakan harga di tempat
pekerjaan, jadi sudah termasuk memperhitungkan biaya pengangkutan,
menaikkan dan menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan,
penyimpanan di gudang dan sebagainya. Harga bahan tergantung dari
kontraktor, lokasi, kualitas, jumlah dan potongan harga.

2.5.1.2 Indeks Bahan

Indeks bahan adalah indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan

bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan.

17
LAPORAN AKHIR
Pengertian dari indeks adalah faktor pengali / koefisien sebagai dasar

perhitungan biaya bahan dan upah pekerja. Dimana indeks bahan sendiri

memiliki pengertian sebagai indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan

bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan.

Sebagai contoh untuk pekerjaan 1 m 3 pasangan pondasi batu kali dengan

spesi 1 PC : 3 PSR menurut analisa BOW, maka bahan dan indeksnya untuk

pekerjaan ini dapat dirinci sebagai berikut :

1,2 m3 batu belah @ Rp …..

201,98 kg Semen @ Rp …..

0,485 m3 pasir @ Rp …..

Untuk pekerjaan 1 m 3 pasangan pondasi batu kali dengan spesi

1 PC : 3 PSR menurut analisa SNI 2008, maka bahan dan indeksnya untuk

pekerjaan ini dapat dirinci sebagai berikut :

1,2 m3 batu belah @ Rp …..

202 kg Semen @ Rp …..

0,485 m3 pasir @ Rp …..

2.5.1.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan

Dibawah ini adalah tabel 2.1 banyaknya bahan dan hawa (ruang kosong)
serta air yang dibutuhkan untuk pembuatan perekat dan tabel 2.2 Banyaknya
bahan yang dibutuhkan buat tiap 1m³ pasangan dan beton serta tiap – tiap m²
lepa (plesteran) yang digunakan analisa BOW untuk mendapatkan banyaknya
material yang dibutuhkan untuk pasangan dan spesi.

18
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.1 Banyaknya Bahan dan Hawa serta Air yang Dibutuhkan untuk Pembuatan Perekat 7
No. Bahan Bahan Hawa yg Air Bahan air Keterangan
bangunan Sesungguhnya kosong (perekat lain-lain
% % % basah)
%
γ beton = 1250
1. Kapur koral 0,340 0,660 0,180 0,520
kg/m³
PC (Port
2. 0,510 0,490 0,250 0,760
cement)
Semen
3. 0,570 0,430 0,175 0,745
merah (S.M)
4. Pasir 0,600 0,400 0,075 0,675
Batu kricak/
5. 0,520 0,480 - 0,520
kerikil
(Sumber: J.A. Mukomuko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan)

Tabel 2.2 Banyaknya Bahan Yang Dibutuhkan Buat Tiap 1m³ Pasangan Dan Beton Serta Tiap - tiap
m² Lepa (Plesteran)8
Perekat
No. Satuan Pekerjaan Bahan Pokok Keterangan Lain – lain
(Spesi)
1. Buat 1m³ pas.bt. 1,20 m³ 0,45 m³ Banyaknya batu merah
kali pecahan Menurut ukuran bata
2. Buat 1m³ pasir bt. 450-500-600 biji 0,35 m³ Dan jenis pasangan,
Bata merah spesi dan batu kerikil
menurut perbandingan
campuran jenis beton.
3. Buat 1m³ beton 0,80 0,48 m³
PC. Batu kerikil/ kricak
4. Buat 1m² lepa/ plesteran - 0,018 m³
tebal 15mm
5. Buat 1m² lepa/ plesteran - 0,012 m³
tebal 10mm
6. Buat 1m² lepa/ plesteran - 0,008 m³
tebal 10mm
(Sumber: J.A. Mukomuko, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan)

7
Mukomuko. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta : Gaya Media Pratama.
8
Mukomuko. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Jakarta : Gaya Media Pratama
19
LAPORAN AKHIR
Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan

Contoh 1 :
1 m³ Pasangan batu kali, campuran 1PC : 3PP
1 m³ PC dihasilkan : 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³ PC spesi basah
3 m³ Pasir dihasilkan : 3 x 0,675 m³ = 2,025 m³ Pasir spesi basah
Total Spesi Basah = 2,785 m³

Untuk 1 m³ pasangan batu kali diperlukan 0,45 m³ spesi :

x 1 m³ = 0,1616 m³ PC = 202,000 Kg PC

x 3 m³ = 0,485 m³ Pasir

Contoh 2 :

1 m³ Pasangan batu kali, campuran 1PC : 4PP

1 m³ PC dihasilkan : 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³ PC spesi basah

4 m³ Pasir dihasilkan : 4 x 0,675 m³ = 2,70 m³ Pasir spesi basah

Total Spesi Basah = 3,46 m³

Untuk 1 m³ perekat diperlukan masing – masing bahan sebagai berikut :

1 PC = 0,29 m³ PC = 362,500 Kg PC

4 PP = 1,16 m³ PP

Untuk 1 m³ pasangan batu kali diperlukan 0,45 m³ spesi dan batu kali 1,2m³ :

Semen = 0,45 x 362,500 Kg = 163,125 Kg

Pasir = 0,45 x 1,16 m³ = 0,522 m³

20
LAPORAN AKHIR
Contoh 3 :

1 m³ Pasangan batu bata merah ½ batu, campuran 1PC : 2Ps

1 m³ PC dihasilkan : 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³ PC spesi basah

2 m³ Pasir dihasilkan : 2 x 0,675 m³ = 1,35 m³ Pasir spesi basah

Total Spesi Basah = 2,11 m³

Untuk 1 m³ pasangan batu bata merah diperlukan 0,35 m³ spesi :

x 1 m³ = 0,166 m³ PC = 207,5 Kg PC

x 2 m³ = 0,33 m³ Pasir

Untuk 1m² Pasangan batu bata merah :

207,5 x 0,15 = 31,125 Kg PC

0,33 x 0,15 = 0,0495 m³ Pasir

Contoh 4 :

1 m² Plesteran, campuran 1PC : 3Ps, 15mm


1 m³ PC dihasilkan : 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³ PC spesi basah
3 m³ Pasir dihasilkan : 3 x 0,675 m³ = 2,025 m³ Pasir spesi basah
Total Spesi Basah = 2,785 m³

Untuk 1 m³ plesteran diperlukan 0,018 m³ spesi :


x 1 m³ = 0,0065 m³ PC = 8,079 Kg PC

x 3 m³ = 0,019 m³ Pasir

21
LAPORAN AKHIR
Contoh 5 :

1 m³ Beton, campuran 1PC : 2Ps : 3Kr


1 m³ PC dihasilkan : 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³ PC spesi basah
2 m³ Pasir dihasilkan : 2 x 0,675 m³ = 1,35 m³ Pasir spesi basah
3 m³ Kerikil dihasilkan : 3 x 0,52 m³ = 1,56 m³ Kerikil spesi basah
Total Spesi Basah = 3,67 m³

Untuk 1 m³ Beton diperlukan bahan :


x 1 m³ = 0,27 m³ PC

x 2 m³ = 0,54 m³ Pasir

x 3 m³ = 0,82 m³ Kerikil

2.5.2 Analisa Harga Satuan Upah

2.5.2.1 Pengertian Upah

Keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja

proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang dibagi dengan kurun

waktu pelaksanaan. Oleh karena itu untuk menentukan tenaga kerja proyek perlu

diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah

sebagai berikut :

a. produktivitas tenaga kerja

b. tenaga kerja puncak

c. jumlah tenaga kerja

d. perkiraan jumlah tenaga kerja

e. meratakan jumlah tenaga kerja

Upah pekerjaan merupakan suatu imbalan jasa yang diberikan untuk

pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka dalam suatu jenis

22
LAPORAN AKHIR
pekerjaan. Upah pekerjaan terdiri dari dua jenis upah yaitu upah borongan dan

upah berdasarkan produktivitas pekerja.

Upah borongan merupakan jenis upah yang diborongkan untuk suatu

jenis unit pekerjaan. (m1 , m2 , m3).

Sedangkan untuk upah berdasarkan produktivitas, bergantung pada

tingkat kesulitan pekerjaan, lokasi, jam kerja, serta keterampilan dan keahlian

pekerja yang diurutkan sebagai berikut : mandor, kepala tukang, tukang, pekerja.

Biasanya produktivitas pekerja dinyatakan dalam man hour. man hour adalah

satu orang pekerja yang bekerja dalam satu jam. Penentuan jam kerja yang

digunakan pada masing-masing proyek konstruksi dapat berbeda-beda

tergantung pada keadaan tempat dan peraturan-peraturan yang berlaku.

2.5.2.2 Indeks Upah

Indeks tenaga kerja adalah indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan

waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis pekerjaan.

2.5.2.3 Perhitungan Upah

Sebagai contoh untuk pekerjaan pondasi batu kali, 1m³ pasangan pondasi

batu kali dengan spesifikasi (1Pc : 5PP) menurut SNI 2008, maka tenaga kerja

dan indeksnya untuk pekerjaan ini dapat dirinci sebagai berikut :

Pekerja 1,500 OH @Rp………

Tukang batu 0,750 OH @Rp………

Kepala tukang 0,075 OH @Rp………

Mandor 0,075 OH @Rp………

(OH = Orang Hari)

23
LAPORAN AKHIR

Penjelasan :

1,5 Pekerja : Bekerja dalam 1hari dapat menyelesaikan 1m³ pondasi batu kali.

0,75 Tukang batu

0,075 Kepala tukang

0,075 Mandor

Upah borongan merupakan upah yang dibayarkan berdasarkan intuisi

atau perhitungan kasar yang didasarkan atas pengalaman. Banyak kontraktor

yang menggunakan cara ini karena tidak adanya acuan yang pasti dalam

menentukan harga satuan upah pekerjaan.

Contoh 1 :

1 m³ galian, tidak lebih 1m dalamnya, tanahnya disebarkan disekitarnya atau

tidak lebih jauh dari 3m jaraknya diangkat atau dimuat. (Analisa BOW)

0.75 Pekerja

0.025 Mandor

Angka – angka diatas berarti bahwa 0.75 pekerja dan 0.025 mandor bekerja

bersama-sama dalam 1 hari dapat menyelesaian 1 m3 galian tanah.

Pecahan persepuluhan di atas dapat dikalikan dengan angka 1,000 agar

mendapatkan angka yang genap :

1 m³ x 1,000 = 1,000 m³

0.75 x 1,000 = 750 Pekerja

0.025 x 1,000 = 25 Mandor

24
LAPORAN AKHIR
Artinya 750 pekerja dan 25 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari

dapat menyelesaian 1,000 m3 galian tanah.

Kemudian angka-angka ini dibagi dengan 25 dan akhirnya mendapatkan :


1,000 m³ : 25 = 40 m³
750 Pekerja : 25 = 30 Pekerja
25 Mandor : 25 = 1 Mandor
Artinya 30 pekerja dan 1 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari dapat
menyelesaian 40 m3 galian tanah.
Apabila angka-angka diatas kembali dibagi dengan 40 maka mendapatkan :
40 m³ : 40 = 1 m³
30 Pekerja : 40 = 0.75 Pekerja
1 Mandor : 40 = 0.025 Mandor
Artinya 0.75 pekerja dan 0.025 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari

dapat menyelesaian 1 m3 galian tanah.

2.5.3 Analisa Harga Satuan Alat

Harga satuan dasar alat terdiri dari :

- Biaya pasti (initial cost atau capital cost)

- Biaya operasional dan pemeliharaan (direct operational and maintenance

cost).

1) Biaya pasti

Biaya pasti (pengembalian modal dan bunga) setiap bulan dihitung sebagai

berikut :

G = (B – C) x D + F / (W)

Dimana;

G = biaya pasti

25
LAPORAN AKHIR
B = harga alat setempat

- bila pengadaan alat tidak melalui dealer, yang dimaksud harga

setempat adalah harga dari CIF ditambah biaya masuk, biaya sewa

gudang, ongkos angkut, dan lain-lain sampai ke gudang pembeli.

- bila membeli setempat artinya lewat dealer/agen adalah harga

sampai ke gudang pembeli.

C = Nilai sisa (salvage value) yaitu nilai/harga dari peralatan yang

bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir. Biasanya nilai ini

diambil 10% dari initial cost (harga pokok setempat).

D = Faktor angsuran / pengembalian modal.

A = Umur ekonomis peralatan (economics life years) dalam tahun yang

lamanya tergantung dari tingkat penggunaan dan standar dari pabrik

pembuatnya.

F = Biaya asuransi pajak dan lain-lain per tahun

Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar 2 per mil dari initial cost

atau 2% dari nilai sisa alat.

= 0,002 x B

= 0,003 x c

W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

- Bagi peralatan yang bertugas berat (memungkinkan bekerja secara

terus menerus sepanjang tahun) dianggap bekerja 8 jam hari dan

250 hari/tahun, maka ;

W = 8 x 250 x 1 = 2000 jam/tahun.

- Bagi peralatan yang bertugas sedang, dianggap bekerja 8 jam/hari

dan 200 hari/tahun, maka ;

26
LAPORAN AKHIR
W = 8 x 200 x 1 = 1600 jam/tahun

2) Biaya operasional dan pemeliharaan cara teoritis

Besarnya biaya operasi dan pemeliharaan tiap-tiap unit peralatan yang

dipergunakan dihitung sebagai berikut :

a. Biaya bahan bakar (H)

Kebutuhan bahan baker tiap jam diambil dari manual peralatan yang

bersangkutan. Kebutuhan bahan baker merupakan kebutuhan bahan bakar

untuk mesin penggeraknya, berikut bahan baker yang digunakan untuk

proses produksi (misalnya AMP termasuk bahan baker untuk pemanasan dan

pengeringan agregat).

b. Pelumas (I)

Bahan pelumas yang meliputi bahan pelumas mesin, pelumas hidrolik,

pelumas transmisi, pelumas power steering, grease, dan lain sebagainya.

Kebutuhan pelumas per jam dapat dihitung berdasarkan kebutuhan jumlah

oli yang dibutuhkan dibagi beberapa jam oli tersebut harus diganti (sesuai

dengan jenis oli dan manual dari peralatan yang bersangkutan).

c. Biaya perawatan meliputi biaya penggantian saringan pelumas,

saringan/filter udara dan lain sebagainya..

d. Biaya perbaikan / Spareparts (K)

Biaya ini meliputi biaya penggantian ban, biaya penggantian bagian-bagian

yang aus (bukan spareparts) seperti konveyer belt, saringan agregat untuk

stone crusher / AMP, penggantian batere / accu dan perbaikan alat.

27
LAPORAN AKHIR
e. Biaya Operator (M)

Upah di dalam biaya operasi biasanya dibedakan antara upah untuk

operator/driver dan upah pembantu operator. Adapun besarnya upah untuk

operator/driver dan pembantunya tersebut diperhitungkan sesuai dengan

besar perhitungan upah kerja per jam diperhitungkan upah 1 jam kerja

efektif.

2.6 METODE PERHITUNGAN

Sebelum menghitung harga satuan pekerjaan, maka harus mampu menguasai cara

pemakaian analisa BOW, SNI. Dalam analisa BOW, telah ditetapkan angka jumlah tenaga

kerja dan bahan untuk suatu pekerjaan. Sedangkan SNI merupakan pembaharuan dari analisa

BOW dengan kata lain bahwasanya analisa SNI merupakan analisa BOW yang diperbaharui.

Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan bahan

yang telah ditetapkan. Dari kedua koefisien tersebut akan didapatkan kalkulasi bahan-bahan

yang diperlukan dan kalkulasi upah yang mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan susunan

material serta tenaga kerja pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan

dengan harga satuan upah yang berlaku saat itu.

Analisa dengan metode SNI, untuk kebutuhan bahan atau material dan kebutuhan upah

sama dengan metode BOW, akan tetapi besarnya nilai koefisien bahan dan upah tenaga kerja

berbeda dengan analisa BOW.

Sedangkan dengan metode Lapangan digunakan perhitungan harga satuan pekerjaan

dari kontraktor pelaksana proyek konstruksi.

28
LAPORAN AKHIR
2.6.1 Analisa Harga Satuan Metode BOW

Menurut John. W. Niron dalam buku yang berjudul Pedoman Praktis Anggaran

dan Borongan ( Rencana Anggaran Biaya Bangunan), 1990 analisis BOW merupakan

suatu rumusan penentuan harga satuan tiap jenis pekerjaan.

Satuannya ialah Rp...../m3, Rp. …/m2, Rp. …/m1. Tiap jenis pekerjaan tercantum

indeks analisis yang paten. Ada 2 (dua) kelompok angka / koefisien dalam analisa.

1. Pecahan / angka satuan untuk bahan (indeks satuan bahan)

2. Pecahan / angka satuan untuk tenaga kerja (indeks satuan tenaga kerja).

Kegunaannya :

1. Kalkulasi bahan yang dibutuhkan.

2. Kalkulasi upah yang mengerjakan.

Berdasarkan metode percobaan jumlah bahan pembentuk untuk satu satuan

bahan pekerjaan, cara penggunaan : angka analisis / koefisien dikalikan dengan bahan /

upah setempat.

Prinsip yang terdapat dalam metode BOW mencakup daftar koefisien upah dan

bahan yang telah ditetapkan. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan

untuk membuat harga satuan pekerjaan bangunan. Dari kedua koefisien tersebut akan

didapatkan kalkulasi bahan-bahan yang diperlukan dan kalkulasi upah yang

mengerjakan. Komposisi, perbandingan dan susunan material serta tenaga kerja pada

satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan harga satuan

material dan harga satuan upah yang berlaku pada daerah setempat.

2.6.2 Analisa Harga Satuan Metode SNI

Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk

seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja dan harga

29
LAPORAN AKHIR
satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis

pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan.

Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada

gambar teknis dan rencana kerja serta syarat-syarat yang berlaku (RKS ). Perhitungan

indeks bahan telah ditambahkan toleransi sebesar 15 % - 20 %, dimana didalamnya

termasuk angka susut, yang besarnya tergantung dari jenis bahan dan komposisi. Jam

kerja efektif untuk para pekerja diperhitungkan 5 jam per hari. Prinsip perhitungan harga

satuan pekerjaan dengan metode SNI hampir sama dengan perhitungan dengan metode

BOW, akan tetapi terdapat perbedaan dengan metode BOW yaitu besarnya nilai

koefisien bahan dan upah tenaga kerja.

2.6.3 Analisa Harga Satuan Metode Lapangan

Menurut A. Soedradjat Sastraatmadja dalam buku Anggaran Biaya Pelaksanaan

menjelaskan penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan,

harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu

konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka jumlah

ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya sebenarnya (actual cost).

Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya dengan biaya yang sebenarnya

sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil penaksir berdasarkan

pengalamannya. Sehingga analisis yang diperoleh langsung diambil dari kenyataan yang

ada di lapangan berikut dengan perhitungan koefisien / indeks lapangannya.

Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode

Lapangan/Kontraktor adalah sebagai berikut :

1. Membuat Daftar Harga Satuan Material dan Daftar Harga Satuan Upah,

30
LAPORAN AKHIR
2. Menghitung harga satuan bahan dengan cara ; perkalian antara harga satuan

bahan dengan nilai koefisien bahan,

3. Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara ; perkalian antara harga satuan

upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja,

4. Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + jumlah upah tenaga kerja).

2.7 HIPOTESA

Dengan melakukan perbandingan analisa BOW, SNI, Jurnal Material dan Bina

Marga diharapkan mendapatkan suatu nilai yang bisa dipakai untuk meningkatkan

kinerja proyek konstruksi.

31
LAPORAN AKHIR

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat studi literature dan studi lapangan.

Penelitian dilakukan yaitu dengan membandingkan analisa harga satuan

pekerjaan yang dihasilkan dari studi literature menurut analisa SNI (Standar

Nasional Indonesia) 2008, BOW, AHSP Bina Marga, dan AHSP

berdasarkan Journal of Material Building Construction & Interior, dengan

studi lapangan dimana yang dibandingkan adalah kebutuhan material dan

upah pekerjaan.

3.2 BAHAN PENELITIAN

Bahan penelitian diperoleh dengan cara studi literature dan survey

lapangan. Literature yang digunakan adalah SNI (Standar Nasional

Indonesia) 2008, BOW, AHSP Bina Marga, dan AHSP berdasarkan Journal

of Material Building Construction & Interior. Sedangkan bahan penelitian

berdasarkan metode lapangan diperoleh dari konsultan perencana maupun

kontraktor pelaksana untuk mendapatkan harga borongan pekerjaan.

3.3 LINGKUP PENELITIAN

Lingkup dari penelitian ini adalah pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi,

pekerjaan plesteran, pekerjaan dinding, pekerjaan beton

32
LAPORAN AKHIR

3.4 PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data diambil dari SNI (Standar Nasional Indonesia) 2008,

BOW, AHSP Bina Marga, dan AHSP berdasarkan Journal of Material Building

Construction & Interior,. Data yang dikumpulkan tersebut adalah kebutuhan

material dalam bentuk indeks dan upah pekerjaan. Sedangkan untuk upah

ditambah data dari harga upah borongan kontraktor konstruksi di sekitar wilayah

Jakarta.

3.5 PENGOLAHAN DATA

Tahapan pengolahan data :

1. Studi pustaka dari berbagai buku-buku literature,

2. Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa,

3. Menghitung harga satuan bahan dan upah pekerjaan,

4. Menganalisa harga satuan pekerjaan tiap jenis pekerjaan yang diteliti, dan

5. Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis pekerjaan yang

diteliti.

Dalam perkembangannya analisa harga satuan metode SNI dianggap paling

relevan dengan perkembangan saat ini dan dirasa lebih cocok digunakan sebagai

acuan dasar. Data yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

3.6 ANALISA DATA

Data yang sudah diperoleh akan dicari perbedaannya, baik upah maupun

materialnya. Dalam penelitian ini, upah pekerjaan dapat dibandingkan secara

langsung tanpa perlu meneliti dasar pemikiran dari indeks-indeks yang telah

33
LAPORAN AKHIR

didapat. Untuk kebutuhan materialnya akan diteliti dasar pemikiran yang

menghasilkan indeks-indeks kebutuhan bahan untuk berbagai jenis pekerjaan.

Dari data-data yang memiliki perbedaan tersebut, akan dicari letak perbedaannya

untuk mengetahui seberapa besar tingkat perbedaannya

3.7 HASIL ANALISA DATA

Hasil akhir dari analisa data yang telah dilakukan akan berupa perbedaan

banyaknya kebutuhan bahan dan upah pekerjaan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan, sebagai berikut :

 Analisa metode BOW menghasilkan selisih harga satuan bahan yang

paling besar dengan persentase sebesar 10,3% bila dibandingkan

dengan analisa lapangan. Sementara analisa metode SNI menghasilkan

selisih harga satuan bahan yang paling kecil dengan persentase sebesar

5,4% bila dibandingkan dengan analisa lapangan.

 Analisa metode BOW menghasilkan selisih harga satuan upah yang

paling besar dengan persentase sebesar 47,1% bila dibandingkan

dengan analisa lapangan. Sementara analisa metode SNI menghasilkan

selisih harga satuan upah yang paling kecil dengan persentase sebesar

19,1% bila dibandingkan dengan analisa lapangan.

34
LAPORAN AKHIR

5.2 Saran

Adapun saran untuk perhitungan analisa harga satuan bahan dan upah

berdasarkan penelitian ini, adalah :

 Dalam hal menghitung analisa harga satuan bahan dan upah lebih baik

menggunakan analisa SNI karena dengan menggunakan analisa ini

hasilnya cukup mendekati hasil perhitungan berdasarkan studi

lapangan.

35

Anda mungkin juga menyukai