B
ab V Kriteria
Perencanaan
Standar – standar di bawah ini disusun khusus untuk jalan desa, dengan
keadaan tanah, topografi, dan iklim yang sering menghambat pembuatan
jalan yang baik. Standar ini tidak dimaksud sebagai “peraturan mati”, tetapi
diharapkan bermanfaat bagi para perancang dan
pengawas. Pengalaman dan penilaian mereka selalu harus diterapkan pada
setiap desain yang dibuatnya, karena setiap jalan mempunyai keadaan yang
unik.
Pembangunan jalan di daerah pedesaan, selain perlu memperhatikan aspek
teknis konstruksi jalan, juga perlu mempertimbangkan aspek konservasi
tanah mengingat kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan
dengan tanah yang peka erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan
bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari
jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan.
5.1.1.1. Jalur rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu system jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah
salah satu jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur
banyak.
5.1.1.2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak
jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau
dianggap perlu untuk di beri lapis permukaan yang baru.
5.1.1.3. Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk
menyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang
bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
5.1.1.4. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas
kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk
kedua jurusan.
5.1.1.5. Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka
yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yamg ditimbulkan oleh suatu lintasan
beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakaan yang
ditimbulkan oleh suatu lintasan
beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).
5.1.1.6. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintasan ekivalen harian
rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur yang
diduga terjadi pada
permulaan umur rencana.
5.1.1.7. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata
dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yamg
diduga terjadi pada akhir umur rencana.
5.1.1.8. Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-
rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana
pada pertengahan umur rencana.
5.1.1.9. Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam
penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen
Laporan Antara
sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana.
5.1.1.10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan
dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya.
5.1.1.11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar.
5.1.1.12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila
tidak menggunakan lapis pondasi
bawah).
5.1.1.21. Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dari
lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 9,6 mm atau
3/8 inch.
5.1.1.22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam. Tebal maksimum 20 mm.
5.1.1.23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan.
Tebal maksimum 35 mm.
5.1.1.24. Lapis Aspal Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah pondasi perkerasan
yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
5.1.1.25. Lapis Aspal Beton Pondasi bawah (LASTON BAWAH) adalah pada
umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi
dan tanah dasar jalan yang
Penentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan hanya berlaku
untuk konstruksi perkerasan yang menggunakan material berbutir (granular
material, batu pecah) dan tidak berlaku untuk konstruksi yang menggunakan
batu-batu besar (cara Telford atau Pak laag)
Cara-cara perhitungan jalan, selain yang diuraikan disini dapat juga
digunakan, asal saja dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil test
oleh seorang ahli.
Laporan Antara
5.1.3. Penggunaan
D2
D3
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda
batas jalur maka
jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar dibawah
Air adalah musuh jalan yang paling kuat. Jalan menjadi jelek jika badan
jalan tidak cepat kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air
dibiarkan merintangi permukaan
Laporan Antara
jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan.
Jalan menjadi
bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini
dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu pra
survey. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Ditempat lain,
jalan hamper pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling
sederhana adalah sebagai berikut :
Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit tidak akan mengalami drainase,
karena air tidak perlu melintang
jalan.
BUKIT
1 0 M e t e r
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan
saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat
menunggu kendaraan
berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang
sebelumnya.
BUKIT
D a p a t d i l ih a t
Tempat2
D a p a t d i li h a t
Tempat1
JALAN
3,00m 3 1,50
minimal
6
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta
membuat jalan lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit
untuk dipadatkan dengan mesin gilas, dan permukaan jalan dan saluran air
lebih sering harus dipelihara dan diperbaiki.
Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus “ jumlah meter naik per setiap
seratus meter horizontal” (10 meter naik per 100 meter horizontal sama
dengan tanjakan 10 %).
7
100
Panjang tidak dibatasi
20
100
jadi 4 + meter
Pembangunan air dari saluran pinggir jalan supaya air tidak melintangi jalan
dan mengganggu kendaraan :
• Saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari
jalan.
• Saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah
tikungan).
Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk
jalan dibuat seperti gambar yang ada di bawah ini. Pada daerah yang
relative datar, badan jalan dibuat dengan bentuk “punggung sapi”.
Ukuran Minimal
4 , 00
1 3 , 00
0 , 50
1
Kemiringan 4 - 5 %
Saluran Pinggir
Perkerasan dengan lebar 3 meter adalah perkerasan standar pada proyek ini.
Tetapi dapat dibuat perkerasan yang lebih sempit (2,50 m) jika kebutuhan
tersebut hanya untuk melewatkan kendaraan-kendaraan kecil, sedangkan
kebutuhan panjang jalannya lebih diutamakan.
Laporan Antara
Jika situasi mengijinkan, jalan dibuat dengan ukuran lebih besar daripada
ukuran minimal. Perkerasan dipasang selebar 4,00 meter untuk
memudahkan arus lalu lintas dua arah. Bahu
jalan dibuat selebar 1,00 meter kiri kanan jalan, maka lebar badan jalan
menjadi 6,00 meter.
Permukaan jalan dan bahu dibuat miring ke saluran pingir jalan. Di daerah
yang relatif datar, dibentuk seperti punggung sapi (lebih tinggi ± 6-8 cm di
tengah; jika punggung sapi kelihatan dengan mata telanjang berarti sudah
cukup miring untuk drainase). Pada tikungan, jalan dibuat miring ke dalam
demi kenyamanan dan keselamatan. Pada jurang,
permukaan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, demi keselamatan dan
drainase.
Ukuran saluran dan perlindungan saluran akan dibahas pada Sub bab 5.3.
Ukuran minimal adalah 50 (dalam) x 30 (lebar dasar) dengan bentuk
trapezium atau persegi panjang. Saluran tidak diperlukan apabila terdapat
kemiringan asli lebih dari 1% yang membawa air ke arah luar dari jalan.
1
1,5
4 meter 1
maksimal 2
1
2
Laporan Antara
Kemiringan tebing maksimal 2:1, dan dilindungi dengan cara yang efektif.
Galian atau keprasan maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah yang digali
harus dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor.
Lereng asli dengan kemiringan lebih dari 1:1,5 (33,7°, atau 67%) tidak
dapat dibuat sesuai dua standar yang terakhir (seperti yang digambar di atas:
lebar badan jalan 3 meter, dua
bahu, satu saluran, galian maksimal 4 meter dengan tebing 1:1 dan
timbunan 1,5 meter dengan tebing 2:1).
Lapisan batu dapat diganti dengan lapisan sirtu (pasir campur batu, tebal 20
cm), terutama di daerah yang kesulitan batu dan mempunyai tanah dasar
yang tidak stabil.
Lapis pondasi dibuat dari batu belah/pecah hitam atau batu belah/pecah
putih yang bersifat keras serta mempunyai minimal tiga bidang pecah.
0,50 1,50
Tanah+pasir
Batu kunci 0,015
Rumput
minimal
Kemiringan 4 5%
Laporan Antara