Anda di halaman 1dari 4

STEPHANIE CLARISSA

115180002 / AX
UTS HUBUNGAN INDUSTRIAL
1. a) Penduduk adalah sekelompok orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah
wilayah atau daerah negara
b) Angkatan Kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Baik yang
sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Menurut
ketentuan pemerintah indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah
berusia minimal 15 tahun sampai 65
c)Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah
bekerja atau aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan
pekerjaan.
d) Sumber daya terampil adalah sumber daya yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu dan juga pengalaman. Sumber daya yang terdidik dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang. Sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
e) Sumber daya tidak terampil adalah sumber daya yang tidak memiliki keterampilan,
pelatihan, atau pendidikan khusus. Mereka rentah terhadap pemecatan, menerima
upah rendah, atau diganti melalui otomatisasi. Ini kontras dengan pekerja terampil
atau profesional yang cenderung lebih produktif.
2) Lingkungan organisasi adalah segala aktifitas atau komponen yang mempengaruhi input,
output, eksistensi, pendapatan, dan keberlangsungan organisasi baik pengaruh dari dalam
organisasi (internal) atau pun pengaruh dari luar organisasi (eksternal) .
Ketidakpastian lingkungan (environment uncertainty) yang ada akan menyulitkan manajer
dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian terhadap operasi perusahaan.
Salah satu potensi perusahaan yang harus memperoleh perhatian dari manajer adalah
informasi. Informasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi aktifitas perusahaan.
Ketidakpastian lingkungan merupakan rasa ketidak mampuan seseorang untuk memprediksi
sesuatu secara akurat dari seluruh faktor sosial dan fisik yang secara langsung mempengaruhi
perilaku pembuatan keputusan orang-orang dalam perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
seorang manajer tersebut dituntut untuk mampu memprediksi hal-hal dimasa yang akan
datang serta memperoleh informasi . informasi yang relevan demi pengambilan keputusan
sebab ketidak mampuan seorang manajer dalam memprediksi faktor-faktor sosial maupun
fisik yang tidak pasti akan berdampak pada kondisi kinerja perusahaan tersebut yang mana
kemampuan bersaingnya dengan perusahaan lain akan kurang efektif yang diakibatkan oleh
ketidak selarasan antara strategi yang dibuat dengan kondisi yang terjadi pada masa yang
akan datang.
3) Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses perjanjian kerjasama

 Pengajuan tertulis dari salah satu pihak


Para pihak adalah serikat pekerja/ serikat buruh/ beberapa serikat pekerja/ serikat buruh dan
pengusaha/ beberapa pengusaha/ perkumpulan pengusaha. Salah satu dari para pihak tersebut
dapat mengusulkan adanya pembuatan perjanjian kerja bersama yang dibuat secara tertulis
dan dilampiri dengan konsep perjanjian. Perlu diketahui bahwa keanggotaan dari serikat
pekerja/buruh adalah 50% dari jumlah pekerja/buruh dalam perusahaan pada saat pertama
kali perjanjian kerja bersama akan dibuat.
 Proses perundingan
Para pihak melakukan proses perundingan yang dimulai paling lambat 30 hari sejak
diajukannya permohonan tertulis. Para pihak yang melakukan perundingan diwakili oleh
pengurus serikat pekerja/buruh dan pimpinan perusahaan berdasarkan surat kuasa yang telah
dibawa masing-masing pihak. Tim perunding dari kedua belah pihak terdiri atas lima orang
dari masing-masing pihak.. Batas waktu pelaksanaan perundingan bipartit tersebut adalah 30
hari terhitung dari hari pertama dimulainya proses perundingan. Selama proses perundingan
dalam 30 hari tersebut, para pihak dapat meminta konsultasi kepada pejabat pada departemen
ketenagakerjaan dan diwajibkan merahasiakan hal yang belum diputuskan/ belum final.
 Laporan kepada departemen ketenagakerjaan (apabila perundingan tidak mencapai
sepakat)
Apabila dalam tenggang waktu 30 hari sejak dari hari perundingan dimulai tidak dicapai kata
sepakat, salah satu pihak wajib melaporkan kepada kantor departemen ketenagakerjaan untuk
mendapat perantara atau dapat diselesaikan melalui arbitrase. Penyelesaian melalui arbitrase
terdapat dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Batas waktu dalam proses penyelesaian baik menggunakan perantara
atau arbitrase adalah 30 hari.
 Laporan kepada Menteri Tenaga Kerja (apabila tetap tidak mencapai kesepakatan)
Apabila setelah melalui proses perundingan dengan perantara tidak mencapai kesepakatan,
maka pegawai perantara harus memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja.
Kemudian, Menteri Tenaga Kerja dapat menempuh segala upaya untuk menetapkan adanya
langkah penyelesaian pembuatan perjanjian kerja bersama dengan batas waktu paling lambat
30 hari.
 Penandatanganan
Setelah perjanjian kerja bersama dibentuk, maka wakil dari kedua belah pihak wajib
menandatangani perjanjian tersebut sebagai tanda kesepakatan. Perjanjian kerja bersama sah
dan berlaku mengikat kedua belah pihak dan anggota-anggotanya sejak perjanjian kerja
bersama ditandatangani kedua belah pihak.
 Pendaftaran
Perjanjian kerja bersama yang telah ditandatangani wajib didaftarkan kepada departemen
ketenagakerjaan
 Penyebarluasan
Setelah melakukan proses pendandatanganan dan pendaftaran, maka perjanjian kerja bersama
tersebut wajib disebarluaskan oleh para pihak di lingkungan kerja agar seluruh anggota
mengetahui isi dan melaksanakan perjanjian kerja bersama tersebut.
Yang dimaksud rentang perjanjian kerjasama adalah batas kerja seseorang dalam mengabdi
atau berkarya yang ditentukan oleh perusahaaan dengan batasan kemampuan sumber daya .
4) “Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

setiap usaha baik usaha kecil atau besar, selalu menyangkut kepentingan banyak
orang yaitu: Pengusaha atau pemilik atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili
oleh manajemen, pekerja, dengan atau tanpa serikat pekerja, masyarakat pemasok
bahan, masyarakat konsumen, perusahaan pengguna, masyarakat sekitar. Pemerintah
dan berbagai pelaku lainnya seperti mediator, konsultan, pengacara, arbitrator,
konsiliator, dan para hakim di Pengadilan Hubungan Industrial, dosen dan para
pemerhati lainnya.

Dalam waktu yang sangat lama, memang terdapat persepsi yang keliru yang
menganggap perusahaan hanya kepentingan pengusaha atau kepentingan pemilik
perusahaan. Masyarakat ternyata mempunyai kepentingan atas setiap perusahaan, baik
karena masyarakat dapat memasok berbagai macam bahan baku, barang setengah jadi
dan tenaga kerja kepada perusahaan, maupun karena perusahaan menyediakan
barang-barang konsumsi dan barang setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, serta karena perusahaan menciptakan kesempatan kerja untuk menyerap
pencari kerja. Di lain pihak, masyarakat mempunyai kepentingan atas perusahaan
karena perusahaan dapat menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat
seperti polusi atau pencemaran lingkungan.

5) Lks Bipartit merupakan forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan Hubungan Industrial di Perusahaan yang anggotanya terdiri dari
Pengusaha dan Serikat Pekerja yang sudah tercatat di Instansi Ketenagakerjaan atau
unsur Pekerja /Buruh.
LKS Tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah
ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi pengusaha, dan
serikat pekerja/serikat buruh.
Tata cara pembentukan LKS Bipartit dilaksanakan sebagai berikut :
a. pengusaha dan wakil serikat pekerja/serikat buruh dan/atau wakil pekerja/buruh
mengadakan
musyawarah untuk membentuk, menunjuk, dan menetapkan anggota LKS Bipartit di
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6;
b. anggota LKS Bipartit sebagaimana dimaksud dalam huruf a menyepakati dan menetapkan
susunan pengurus LKS Bipartit;
c. pembentukan dan susunan pengurus LKS Bipartit dituangkan dalam berita acara yang
ditandatangani oleh pengusaha dan wakil serikat pekerja/serikat buruh atau wakil
pekerja/buruh di perusahaan.
Susunan keanggotaan LKS Tripartit Propinsi terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota, dijabat oleh Gubernur.
b. 3 (tiga) Wakil Ketua merangkap anggota, masing-masing dijabat oleh anggota
yang mewakili unsur Pemerintah yang berasal dari satuan organisasi perangkat
daerah Propinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, organisasi
pengusaha, dan serikat pekerja/serikat buruh.
c. Sekretaris merangkap anggota, dijabat oleh anggota yang mewakili unsur
Pemerintah yang berasal dari satuan organisasi perangkat daerah Propinsi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; dan
d. beberapa orang anggota sesuai dengan kebutuhan.

6. fungsi dari serikat pekerja?


Sesuai dengan pasal 102 UU Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan hubungan
industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi
secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Sedangkan menurut UU No.21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat Pekerja,
Fungsi serikat mencakup pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), penyelesaian
perselisihan industrial, mewakili pekerja di dewan atau lembaga yang terkait dengan urusan
perburuhan, serta membela hak dan kepentingan anggota serikat.
Manfaat serikat pekerja bagi buruh :
 Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian
perselisihan industrial;
 Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan
sesuai dengan tingkatannya;
 Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya;
 Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokkan pekerja/buruh
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku;
 Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham dalam
perusahaan; dan
 Mewakili buruh dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

Anda mungkin juga menyukai