Anda di halaman 1dari 13

Studi Banding Kewarganegaraan Perempuan Pasca

Perkawinan dalam Sistem Hukum Berbagai dan Pemahaman Multireligius


Negara

http://ijmmu.com editor@ijmmu.com ISSN 2364-5369 Volume 6, Edisi 2 April, 2019

Jurnal Internasional Multikultural Halaman: 256-267

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata


Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah
Dasar di Indonesia

Dwi Kartikawati
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia 6

http://dx.doi.org/10.18415/ ijmmu.v6i2.693

Abstrak
Dalam bidang pendidikan, komunikasi yang efektif merupakan instrumen penting untuk
menanamkan nilai-nilai multikultural. Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai
tersebut ke dalam mata pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di sekolah
dasar. Penelitian ini berfokus pada bagaimana penerapan metode ini di SD Badan Perguruan
Indonesia (BPI) di Bandung, Indonesia dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif
dengan fokus intensif pada bagaimana dan mengapa materi pelajaran itu mendesak dilakukan. Data
penelitian dikumpulkan dengan wawancara, observasi lapangan, studi literatur dan penggunaan
komunikasi pendidikan dan teori kebiasaan Stephen R. Covey sebagai kerangka teoritis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi komunikasi pendidikan multikultural yang terintegrasi
ke dalam PAUD dengan melibatkan unsur-unsur komunikasi pendidikan yaitu guru, materi dan
media pembelajaran serta siswa dapat dicapai dengan mengembangkan karakter dan kebiasaan siswa
agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang baik, disiplin, kesadaran, kemanusiaan dan
kejujuran baik di sekolah maupun di masyarakat.

Kata kunci: Komunikasi Pendidikan; Nilai Multikultural;IECD

Pengantar

Komunikasi dalam pendidikan, menurut Yusuf (2010:02), adalah komunikasi yang dirancang
khusus untuk meningkatkan nilai tambah khalayak sasaran yang dalam hal ini adalah literasi mereka
di bidang teknologi, komunikasi dan informasi. Secara spesifik, jenis komunikasi ini mencakup
semua aspek pendidikan (Kartikawati, dkk: 2018: 62). Unsur-unsurnya meliputi komunikator, bahan
pembelajaran, media, komunikan dan efek. Dengan menggunakan komunikasi pendidikan sebagai
kerangka teori, siswa diharapkan menghargai keragaman melalui pembelajaran multikultural yang
pada akhirnya akan mengembangkan sikap positif mereka terhadap keragaman dan menciptakan
harmoni di dalamnya.

Sebagaimana kita ketahui, pendidikan merupakan instrumen yang efektif untuk


mengembangkan generasi yang memiliki pandangan konstruktif tentang heterogenitas. Pembelajaran
multikultural ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan progresif melalui transformasi
holistik pendidikan dan budaya masyarakat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi
Penyelenggaraan Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Lingkungan Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah
Dasar di Indonesia 256
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, dan keragaman bangsa.”

Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan,


kesetaraan dan perlindungan hak asasi manusia (Hakim & Utari, 2018:2-3). Pada hakekatnya
bertujuan untuk mempersiapkan seluruh siswa untuk berkontribusi secara aktif dalam menciptakan
kesetaraan struktur organisasi dan institusi di sekolah. Ada empat nilai inti dari pendidikan ini
(Tilaar, 2003), yaitu (1) Apresiasi terhadap keragaman budaya dalam masyarakat; (2) Pengakuan
harkat, nilai, dan hak manusia; (3) Penetapan tanggung jawab masyarakat dunia dan (4) Penetapan
tanggung jawab manusia terhadap planet Bumi. Landasan dari nilai-nilai inti tersebut adalah
pluralisme, humanisme, demokrasi dan keadilan (Aufin, 2014:117). Selain itu, memiliki tujuan yang
berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan pembelajaran (Sapendi, 2015: 98). Ini adalah strategi
pendidikan yang diterapkan untuk semua jenis mata pelajaran dengan menggunakan keragaman di
antara siswa seperti suku, agama, dialek, jenis kelamin, kelas sosial, ras, kemampuan dan usia
sebagai contoh untuk memfasilitasi proses belajar mereka (Ibrahim, 2013:137) .

Ajaran Islam di Indonesia didasarkan pada latar multikultural karena keragaman etnis dan
dialek (kurang lebih, Indonesia memiliki 300 etnis dan 200 dialek), agama dan kepercayaan (Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu), jenis kelamin serta fisik. dan kemampuan mental.
Berdasarkan pemikiran tersebut, sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan siswa
yang memiliki pemahaman intelektual yang tinggi tentang heterogenitas ini serta mengembangkan
kesadaran dan rasa hormat mereka terhadap perbedaan mereka dengan menerapkan sistem
pendidikan ini.

Kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah dasar dirancang berdasarkan Kurikulum 2013
yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan luas
kepada siswa. Kurikulum ini memiliki empat aspek penilaian, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap
dan perilaku (Chomaidi & Salamah, 2018:272). Tujuannya adalah untuk mengembangkan manusia
Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu memberikan kontribusi
bagi masyarakat, bangsa, negara, dan peradaban dunia.

Dalam Kurikulum 2013, pendidikan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai perlu dikembangkan, ditonjolkan dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Pendidikan Islam telah mengubah
judulnya menjadi Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (ICD). Hal ini sesuai dengan
strategi pendidikan yang mengedepankan kesadaran kepada peserta didik tentang kebhinekaan
melalui tata krama yang humanis, pluralis, demokratis dan berkeadilan. Di sekolah dasar, strategi ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tematik-integratif.

Pembelajaran multikultural yang terintegrasi dengan PAUD di tingkat pendidikan dasar


dilakukan dengan pengkondisian sebagaimana dikemukakan oleh Stephen R. Covey dalam teorinya
tentang kebiasaan. Dia mendefinisikan kebiasaan sebagai kombinasi dari pengetahuan, keterampilan
dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis yang berkaitan dengan 'apa yang harus
dilakukan' dan 'mengapa'. Sedangkan keterampilan terkait dengan 'bagaimana melakukan' dan
keinginan terkait dengan 'ingin melakukan' (Zubaidi, 2017:376-377).

Pendidikan multikultural di sekolah dasar harus dijadikan sebagai instrumen bagi guru untuk
mengajarkan kepada siswanya tentang keragaman di sekitar mereka yang berasal dari budaya, latar
belakang sosial, bahasa, agama, jenis kelamin dan kemampuan yang harus dianggap sebagai aset.

Dalam jenis pendidikan ini, yang terpenting adalah guru tidak hanya harus menguasai bahan
ajarnya tetapi juga mampu mengindoktrinasi nilai-nilai inti pendidikan multikultural. Sehingga dapat
mengembangkan peserta didiknya sebagai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, disiplin,
kesadaran, kemanusiaan dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
257
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

IECD bertujuan untuk mengembangkan individu yang tidak hanya beriman dan bertaqwa,
tetapi juga sebagai Khalifah di Bumi yang mampu menghargai keragaman di sekitar mereka. Guru
mata pelajaran ini memiliki peran utama sebagai fasilitator bagi siswanya untuk mencari informasi
dan membantu mereka dalam menemukan dan meyakini nilai-nilai universal Islam. Artinya, mereka
harus mampu memotivasi dan memacu mereka untuk berinisiatif mencari ilmu tentang materi
pelajaran.

Penelitian dilakukan di SD BPI yang terletak di Jalan Halimun No. 40, Kelurahan Lingkar
Selatan, Kecamatan Lengkong, Bandung, Indonesia. Sekolah ini didirikan pada tahun 1959 oleh
Badan Perguruan Indonesia (BPI) yang terletak di Jalan Burangrang No. 8, Bandung. Sekolah ini
dirancang sebagai sekolah inklusif yang memungkinkan siswa reguler dan difabel untuk belajar di
kelas yang sama.

Dengan menerapkan komunikasi pendidikan multikultural dalam mata pelajaran PAUD,


peserta didik harus memiliki keluwesan dan ketangguhan dalam menghadapi situasi dan kepentingan
yang sulit yang pada akhirnya akan membentengi persatuan bangsa. Selain itu, mereka harus
memahami dan menganut ajaran Islam yang menjunjung tinggi kasih sayang (Rahmah), perdamaian
(Salam) dan toleransi (Tasamuh) dalam hubungan manusia. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka fokus penelitian terletak pada bagaimana dan mengapa komunikasi pendidikan multikultural
diterapkan dalam IECD di SD BPI Bandung.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang mengkaji
pertanyaan 'bagaimana' dan 'mengapa'. Itu diyakini sebagai strategi yang paling cocok karena
terbatasnya kesempatan untuk mengontrol subjek yang diselidiki sementara fokus penelitian adalah
fenomena dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2004:12).

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi di kelas PAUD, wawancara dengan kepala
sekolah SD BPI sebagai informan 1 dan guru PAUD sebagai informan 2, serta studi dokumen.
Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan mengumpulkan data dari lapangan yang
kemudian direduksi dengan memilih, mengelompokkan dan menghilangkan yang tidak relevan dan
tidak mendukung. Terakhir, data akhir disajikan dan ditarik kesimpulan.

Hasil

Profil Sekolah

Visi SD BPI adalah menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, dan berwawasan
global. Rumusan misi mereka adalah sebagai berikut: (1) mengupayakan pelayanan pendidikan yang
bermutu tinggi bagi semua lapisan masyarakat berdasarkan iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta berwawasan global; (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki kecakapan hidup yang dibangun di atas
keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetik; (3) meningkatkan pelayanan pendidikan secara
profesional dengan semangat keteladanan, kekompakan, kemandirian, dan akuntabilitas dalam
rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat; dan (4) meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dengan pola pikir yang berkualitas. Hari sekolah dimulai pukul 07:15 dengan para siswa mengikuti
upacara bendera yang dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran.
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
258
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

Komunikasi Pendidikan Multikultural di IECD


Pendidikan agama telah dimasukkan dalam kurikulum semua lembaga pendidikan mulai dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi untuk melayani tujuan besar bagi generasi muda kita. Dalam
hal ini PAUD merupakan bentuk upaya sadar dan terencana untuk mempersiapkan peserta didik agar
mengenal, memahami, menghayati, dan meyakini ajaran agama Islam serta menghargai pemeluk
agama lain dalam rangka membentengi persatuan dan kesatuan bangsa. , 2008: 76). Dengan kata lain,
IECD adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dan pengetahuan dengan
mengembangkan potensi siswa untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaan dalam semua aspek
kehidupan mereka (SM Ismail, 2009: 36).

Komunikasi pendidikan multikultural melalui pembelajaran IECD dilakukan dengan


melibatkan unsur-unsur terpadu yang meliputi:

1. Komunikator (Guru IECD)

Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dengan informan 1 (kepala sekolah)
menunjukkan bahwa guru sebagai komunikator harus mampu menjadi fasilitator yang berwawasan
multikultural yang dapat diwujudkan dengan:

- Bersikap terbuka dan memperhatikan setiap siswa. Sebagai seorang pendidik, guru PAUD
harus menjadi sosok yang berwibawa atau panutan yang kata-kata dan sikapnya dijadikan
contoh dan diikuti oleh anak didiknya.
- Mau dan mampu mendengarkan siswa. Dalam hal ini, guru harus menunjukkan sosok yang
ramah di depan siswa sehingga mereka tanpa ragu-ragu mengajukan pertanyaan seperti
mengapa mereka harus menjaga kebersihan musala, dll.
- Mau mendengarkan ide atau pendapat mereka.
- Memiliki pola pikir yang konstruktif. Misalnya, seorang guru harus mendidik siswanya dengan
cara yang ramah dan penuh perhatian ketika mereka mengabaikan tugas mereka.
- Memiliki toleransi dan menunjukkan sikap terbaik di depan siswa. Informan 1 menyatakan
bahwa SD BPI selalu mendorong semua individu di sekolah untuk saling memahami dan
menghormati satu sama lain karena kita semua diciptakan oleh Tuhan meskipun kita
memiliki perbedaan.
- Menghargai prestasi siswa sekecil apapun. Hal ini wajib karena di SD BPI, siswa difabel
ditempatkan dalam lingkungan belajar yang sama dengan non difabel. Lebih lanjut informan
2 (IECD kelas VI) menegaskan bahwa seorang guru harus:
- Memiliki kompetensi di bidangnya sendiri serta mampu memahami kondisi siswa secara
keseluruhan.
- Kreatif dalam menentukan metode dan media yang akan digunakan untuk mengembangkan
kompetensi siswa.
- Selalu memperbaharui pengetahuan dan mampu menghubungkan pengalaman masa lalu dengan
kompetensi dan karakter yang dituju.

2. Materi Pembelajaran Materi

pembelajaran IECD harus sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya. Sesuai
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran, setiap
guru wajib menyusun RPP-nya dengan materi yang mengandung nilai-nilai multikultural
sebagaimana ditegaskan oleh informan 2 :

“Menurut Kurikulum 2013, Pendidikan Agama Islam ditransformasikan menjadi Pendidikan


Islam dan Karakter Pengembangan (IECD). Berdasarkan hal tersebut, kita dapat melihat bahwa hal
itu mencerminkan nilai-nilai luhur seperti multikulturalisme. Untuk menjaga integrasi linier
kompetensi dasar antar kelas yang berbeda, kompetensi siswa harus dirancang dengan memenuhi
kompetensi inti yang terdiri
dari Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter di Sekolah Dasar di Indonesia
259
Jurnal Internasional Pemahaman Multikultural dan Multireligius (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019

tentang: Kompetensi Inti-1 (CC-1) untuk sikap spiritual; Kompetensi Inti-2 (CC-2) untuk sikap
sosial; Kompetensi Inti 3 (CC-3) untuk sikap pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (CC-4) untuk
sikap keterampilan. Mengenai IECD, literasi mengacu pada kemampuan membaca Alquran, seperti
Asma Ul Husna, karena merupakan kebutuhan dasar bagi anak-anak Muslim. Siswa biasanya
membaca Asma Ul Husna sebelum guru tiba di kelas. Selain itu, ada tradisi “Bandung Masagi” yang
memperkenalkan budaya Sunda dengan pendekatan religi. Siswa harus antusias membaca kitab
sucinya daripada bermain di gadgetnya dan ini adalah tanggung jawab orang tua untuk
mengontrolnya di rumah. Selain itu, siswa diajarkan untuk peka terhadap lingkungan sekitar dan
berinteraksi satu sama lain secara baik, tidak egois dan individualistis, simpatik dan tidak memihak.
Inilah yang sebelumnya saya sebut multikulturalisme.”

Implementasi nilai-nilai multikultural dalam IECD dapat digambarkan dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 1: Asas Multikulturalisme dengan Manifestasi Perilakunya


No. Multikultural Definisi Manifestasi Perilaku
N
Prinsip

1. 1Pluralisme Mengakui perbedaan agama dan identitas orang Toleransi, saling


lain dengan maksud untuk menghilangkan potensi menghormati, membolehkan
konflik. atau menerima perbedaan
pendirian (pandangan,
pendapat,
keyakinan, kebiasaan, sikap,
dll), jujur, dan berpikiran
terbuka.

2. Humanisme Menghormati dan menjunjung tinggi nilai dan Bersikap altruistik,


martabat manusia. Menganggap keberadaan kita manusiawi, menunjukkan
sebagai hal yang sangat penting di atas hal-hal lain sopan santun, rendah hati dan
di dunia. memperlakukan orang lain
secara adil dan
tidak memihak.

3. Demokrasi Mencerminkan cara berpikir, bersikap dan Menunjukkan sikap


bertindak yang memandang hak dan kewajiban kebebasan dalam memilih
orang lain secara setara serta menunjukkan hobi atau minat tertentu dan
kebebasan dalam batas-batas. bertanggung jawab atas
konsekuensinya.

4. Keadilan Jaminan untuk memperlakukan orang lain dengan Memiliki


adil dan tidak memihak tanpa memandang warna sikap tidak memihak dan tidak
kulit, kelompok, suku, agama, status ekonomi, menghakimi serta kemampuan
jenis kelamin, kemampuan, dll. untuk menyeimbangkan hak
dan kewajiban.

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
260
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

Tabel 2: Nilai Multikultural dalam Materi Pembelajaran IECD Materi


Bab Deskripsi Multikultural Perilaku
(1-9) Nilai Perwujudan

Keluhuran Surah Al-Kafirun 109ke- Pluralisme Toleran dan


Saling Menghargai dalam Al-Qur'an. simpatik terhadap
orang lain.

Saat Bumi Hari Penghakiman, Humanisme Merendahkan


Berhenti Berputar kehancuran alam semesta
beserta isinya.

Indah Mengakui nama-nama Humanisme Menjadi altruistik.


Allah indah Allah SWT.
SWT

Ayo Bayar Zakat Tata cara dan kriteria Humanisme & Menunjukkan
zakat. Keadilan altruisme dan saling
membantu.

Keteladanan Mengambil Nabi Pluralisme & Saling menghormati


Rasulullah SAW Muhammad SAW sebagai Humanisme dan
suri tauladan orang yang taat.
amanah (al-Amin).

Keutamaan Surat Al-Maidah Ayat 2 Pluralisme & Toleran, simpatik,


Gotong Royong yang mengajarkan kita untuk Humanisme waspada, bijaksana
saling tolong menolong dan harmonis.
dalam kebaikan dan
ketakwaan.

Percaya pada Percaya pada ketetapan Keadilan Menerima hasil jerih


Qada dan Qadar Allah SWT yang tidak dapat payah kita,
diubah di hadapan makhluk- keikhlasan.
Nya.

Senang Berpikir positif tentang Allah Pluralisme & Menunjukkan


Terpuji SWT dan manusia. Humanisme toleransi dan simpati.

Ayo Bayar Infaq Sukarela dan Spontan Humanisme Menunjukkan


dan Sedekah untuk altruisme.
Sedekah Orang Miskin.

Bangga Ikutilah suri tauladan Nabi Keadilan, Menunjukkan


Mengikuti Para Yunus yang mengajak Demokrasi & sikap bertanggung
Nabi dan umatnya untuk beribadah Humanisme jawab dan kasih
Ashabul Kahfi kepada Allah SWT. sayang.
Teladan

Komunikasi edukatif juga mendorong sikap anti diskriminasi khususnya terhadap siswa
difabel di SD BPI Bandung karena kebijakan inklusifnya. Selain itu, juga mengembangkan
heterogenitas inklusif, kepedulian sosial dan rasa hormat terhadap dialek yang beragam. Tujuan ini
diperoleh dengan mengadakan kegiatan belajar di luar ruangan seperti proyek kelas atau sesi praktik.
Selain integrasi materi pelajaran, menurut informan 1, ada metode lain untuk menanamkan nilai-nilai
multikultural seperti: (1) kebiasaan menyanyikan lagu kebangsaan sebelum kelas dimulai. Kegiatan
ini mengajarkan siswa untuk mencintai bangsa dan keragamannya, (2) mengingatkan mereka untuk
selalu menjaga silaturahmi antar sesama, (3) mendorong siswa Muslim untuk sholat Dzuhur
berjamaah untuk memperkuat iman mereka sejak usia dini. Sementara itu, . siswa kelas 6 diwajibkan
memperagakan gerakan-gerakan shalat DhuhaSemua kegiatan tersebut dilakukan dengan
pengkondisian sesuai dengan pernyataan informan 2 sebagai berikut:

“Pembelajaran multikultural melalui pengembangan karakter harus dikelola secara bertahap


melalui banyak pengkondisian. Nanti kemungkinan besar akan berubah menjadi kebiasaan.
Misalnya, siswa secara spontan meminjamkan sarung kepada orang lain yang lupa membawanya
sendiri. Selain itu, mereka perlahan mengerti bahwa mereka tidak boleh mengganggu orang yang
sedang berdoa. Contoh lain, mereka selalu diajari tentang sikap saling menghormati, dalam hal ini
selalu ada dalam benak mereka untuk menjaga kebersihan musala untuk salat jamaah berikutnya.
Nah, ini yang kita sebut conditioning, dimulai dari hal yang paling kecil dan paling sederhana.”

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
261
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019

Dari pernyataan di atas, pengkondisian diyakini sebagai faktor terpenting dalam


menanamkan nilai-nilai multikultural dalam ajaran Islam.

3. Media

Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan sekolah adalah buku-buku wajib dan
penunjang seperti LKS, buku pelajaran dari pemerintah serta lingkungan dan pengalaman hidup
nyata siswa. Ada juga media yang membutuhkan kreativitas guru seperti media proyeksi visual
dinamis, yaitu film, televisi, video, focus group, dll. Selain itu, ada spanduk slogan di sekitar sekolah
seperti “Selama kita memiliki tekad dan semangat , tidak ada kata terlambat untuk sebuah awal yang
baru”, “Kita bersaudara walaupun kita berbeda”, dll.

4. Komunikator (Siswa)

Berdasarkan wawancara dengan informan 1 dan informan 2, siswa menunjukkan


kemampuan, seperti: (1) kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, (2) menunjukkan keinginan untuk
sukses, (3) menghargai dan menghormati setiap individu di sekolah mulai dari guru hingga petugas
kebersihan, (4) mampu beradaptasi dengan baik dalam setiap perubahan ilmu pengetahuan.
perkembangan teknologi dan dalam hal ini guru selalu mengingatkan untuk menggunakannya secara
positif, dan (5) merasa nyaman untuk bertanya dan memberikan pendapat kritis terhadap
pembelajaran IECD. Untuk menyimpulkan, pengkondisian, pembelajaran dan enkulturasi sangat
penting untuk berhasil mendidik siswa sekolah dasar. Secara jelas dapat digambarkan dengan

diagram berikut:
KEBIASAAN

Gambar 1. Kebiasaan Efektif (Prinsip dan Pola Perilaku yang Terinternalisasi)

Pengkondisian siswa yang terus menerus pada akhirnya akan membawa pada transformasi
kebiasaan dan pola pikir mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Integrasi kebiasaan ke dalam
subjek IECD ini dapat dijelaskan lebih lanjut oleh Teori Tujuh Kebiasaan Stephen Covey. Dia
mengklaim bahwa kebiasaan adalah persimpangan pengetahuan (apa yang harus dilakukan),
keterampilan (bagaimana melakukan) dan keinginan (ingin melakukan). Pengetahuan adalah
paradigma teoretis tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukannya, dan keterampilan
berarti bagaimana melakukannya. Sedangkan keinginan menjadi motivasi untuk melakukan

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
262
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

sesuatu. Ketiga komponen ini merupakan fondasi dari kebiasaan seseorang. Implementasi teori ini
dalam pembelajaran multikultural dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Proaktif

Mengakui bahwa setiap orang bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi dalam hidup
mereka dan itu berarti bahwa kita tidak boleh menyalahkan faktor eksternal. Orang proaktif memiliki
kemampuan yang melekat untuk membuat keputusan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai multikultural ke dalam PAUD secara tidak
langsung akan membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan proaktif sejak dini. Misalnya,
mereka selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan kelas.

B. Mulailah dengan Tujuan Akhir dalam Pikiran

Mulailah dengan tujuan yang jelas dalam pikiran. Siswa diajarkan untuk menyadari bahwa
akan ada kehidupan setelah kematian. Akibatnya, mereka diajarkan untuk selalu bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang mereka lakukan, untuk selalu menggunakan waktu dengan bijak, belajar
keras, dll sebagai bekal untuk akhirat.

C.Hal Pertama

Memprioritaskan hal terpenting yang membutuhkan integritas, disiplin dan komitmen.


Misalnya, siswa diajarkan untuk menempatkan tanggung jawab mereka di atas hak pribadi mereka.
Selain itu, mereka selalu diingatkan untuk belajar terlebih dahulu sebelum bermain. Lebih penting
lagi, mereka diajari untuk segera berdoa setelah mendengar Adzan.

D. Think Win/Win

Pola pikir yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam setiap interaksi manusia.
Ini adalah kepercayaan pada Alternatif Ketiga daripada alternatif pertama dan kedua.
Menang/menang memandang hidup sebagai arena kooperatif dan bukan kompetisi. Mentalitas ini
dapat dikembangkan dengan, misalnya, toleransi, saling menghormati dan altruisme.
e. Berusaha Memahami Dulu Baru Dipahami

Kebiasaan yang bekerja berdasarkan prinsip komunikasi empatik. Inilah kunci komunikasi
interpersonal yang efektif. Dalam hal ini, siswa didorong untuk mengembangkan toleransi, altruisme,
tidak menghakimi, keterbukaan pikiran, kasih sayang dan ketidakberpihakan. Dalam konteks ini,
kemanusiaan sangat dijunjung tinggi.

F. Sinergi

Memahami dan menghargai perbedaan cara pandang, gagasan, dan kesediaan orang lain
untuk berbagi. Bersinergi berarti menempatkan kebutuhan orang lain di atas diri kita sendiri, berpikir
menang/menang dan tidak ada yang kalah. Misalnya, siswa didorong untuk bekerja sama dan saling
bergantung dalam kebenaran seperti yang diungkapkan dalam ajaran Islam.

G. Mengasah Gergaji

Ini berarti memiliki pembaruan diri yang terus menerus dalam empat bidang kehidupan Anda
—fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional. Tiga dimensi pertama terkait dengan kebiasaan 1-3
(proaktif, memulai dengan tujuan akhir dan mengutamakan hal pertama) yang berfokus pada prinsip
visi, kepemimpinan, dan manajemen pribadi. Terakhir, dimensi sosial dan emosional berfokus pada
kebiasaan 4-6 (think win/win, seek first

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
263
International Journal of Multicultural and Multireligious Pemahaman (IJMMU) Vol.6, No.2, April 2019

untuk memahami kemudian dipahami dan bersinergi) mengenai kepemimpinan, komunikasi empatik
dan kerjasama kreatif interpersonal. Oleh karena itu, siswa didorong untuk memiliki kepemimpinan
yang baik disertai dengan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain serta menunjukkan
komunikasi empatik dengan mereka. Semoga ketujuh kebiasaan ini pada akhirnya akan
mengembangkan pribadi yang menyenangkan, bertanggung jawab dan empatik yang akan berfungsi
dengan baik baik di keluarga, sekolah atau masyarakat saat mereka tumbuh dewasa.

5. Efek dan Umpan Balik

Untuk mengetahui efek pembelajaran, ada 3 bidang yang memerlukan penilaian:

a. Area Kognitif Area

ini meliputi aktivitas otak dalam memproses pengetahuan. Penilaian dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut ini:

- Pembacaan Al-Qur'an
- Mengidentifikasi, menggeneralisasi dan menyimpulkan. Misalnya, siswa diminta untuk
memberikan contoh perilaku mulia para Nabi.
- Menyebutkan dan menguraikan materi pelajaran seperti perbedaan shadaqah dan

zakat, dll. b. Area Afektif Area

ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Hal itu dapat digambarkan dari penerapan norma dan
nilai etika dan estetika dalam kehidupan sehari-hari seperti menunjukkan gerakan-gerakan salat yang
benar.

C. Area Psikomotor Area

ini berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini merupakan perpanjangan dari
hasil belajar kognitif (pemahaman) dan afektif. Secara keseluruhan kompetensi belajar siswa SD
dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan


Dimensi Kualifikasi

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual


berdasarkan rasa ingin tahunya terhadap ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya ditinjau
dari kemanusiaan , nasionalisme, patriotisme, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian di rumah,
sekolah, dan taman bermain.

Attitudes Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap


seorang mukmin yang berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri dan bertanggung jawab agar mampu
berinteraksi secara efektif dengan orang lain di
lingkungan sosial dan alam, rumah, sekolah dan
tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan berpikir dan bertindak secara


produktif dan kreatif dalam aspek abstrak dan
konkrit sesuai dengan tugasnya.

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
264
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

6. Hambatan Komunikasi

Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan komunikasi pendidikan multikultural di SD


BPI Bandung khususnya pada pembelajaran IECD seperti: (1) Hambatan bahasa dan komunikasi.
Tidak mudah hanya memberikan penjelasan verbal di kelas tentang materi. Siswa-siswa ini
membutuhkan keteladanan dan pengkondisian, dan (2) Mispersepsi yang datang dari orang tua.
Mereka merasa agak tidak nyaman dengan kurikulum saat ini karena perbedaannya dengan yang
sebelumnya. Secara keseluruhan, hasil penelitian dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Stephen Covey tentang


Teori

Guru IECD Siswa Pembelajaran Siswa


IECD Pembelajaran (Komunikator) Tujuan Kemajuan
Pembelajaran Materi Media (Komunikasi)

Nilai Multikultural (Pluralisme,


Humanisme, Demokrasi dan Keadilan)
Komunikasi
Hambatan

Umpan Balik:
Kognitif, Afektif, Psikomotor atau Keterampilan

Hasil Penelitian

Pembahasan

Komunikasi pendidikan multikultural yang diterapkan di sekolah dasar melalui pembelajaran


terpadu Pendidikan Agama Islam dan Pengembangan Karakter (KIPI) menjadi hal yang urgen untuk
diimplementasikan dalam kehidupan nyata sebagai respon atas keragaman yang kita lihat di tengah
masyarakat kita. dimulai dari keseluruhan unsur komunikasi pendidikan itu sendiri, yaitu
komunikator, materi pembelajaran, media, komunikan dan efek (pengembangan perilaku). Dimulai
dengan implementasi dan penerapan pembelajaran dan pengetahuan melalui pengajaran IECD yang
bertujuan tidak hanya untuk membentengi keimanan siswa terhadap agamanya tetapi juga
mewujudkannya ke dalam heterogenitas di sekitar mereka sehingga mereka mengembangkan
toleransi, simpati, empati serta saling menghormati dan menghargai. . Dengan demikian, kegiatan
belajar mengajar tidak semata-mata dimaksudkan agar siswa menguasai ilmu sebanyak-banyaknya
tetapi lebih kepada bagaimana mereka tumbuh dalam proses

. pembelajaranIndonesia 265
Jurnal Internasional Pemahaman Multikultural dan Multireligius (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019

itu sendiri baik di kelas mereka maupun di sekolah pada umumnya. Upaya ini akan berhasil dicapai
jika siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tersebut hingga menjadi kebiasaan dan rutinitas mereka. Ini
dimulai dengan mengubah sikap seseorang secara positif terhadap keragaman. Transformasi juga
harus terjadi di tingkat sekolah sebagai entitas yang melibatkan seluruh elemennya dan didukung
oleh pemerintah.

Kesimpulan

Komunikasi pendidikan multikultural harus dikembangkan di sekolah dasar karena


merupakan landasan pertama anak-anak dalam persiapan untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Pengajaran multikultural ini bertujuan untuk mengembangkan rasa saling menghargai dan
menghormati siswa terhadap keragaman budaya. Dalam konteks ini, nilai-nilai multikultural
diintegrasikan melalui IECD di SD BPI Bandung dengan melibatkan unsur-unsur komunikasi
pendidikan, yaitu: 1) guru sebagai komunikator yang berwawasan multikultural; 2) bahan ajar
pendidikan Islam yang berbasis kurikulum yang mengandung nilai-nilai multikultural seperti
pluralisme, humanisme, demokrasi dan keadilan; 3) Berbagai media pembelajaran yang memberikan
kesempatan yang sama dan tidak memihak kepada semua siswa untuk menyuarakan pendapatnya,
berpikir kritis, dan karenanya, menghargai perbedaan pendapat dan menciptakan hubungan yang
harmonis di antara mereka; 4) Para komunikan (siswa) didorong untuk mampu beradaptasi dengan
situasi dan kondisi yang beragam. Secara keseluruhan, proses implementasi ini harus sesuai dengan
teori kebiasaan Covey. Pendidikan Islam juga harus mampu menginternalisasikan kesadaran peserta
didik pada tataran yang paling dalam. Dengan kata lain, strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan
untuk membentengi keyakinan seseorang terhadap agamanya, tetapi juga mengembangkan rasa
empati, simpati dan solidaritas dengan orang lain, menjadikan mereka bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari mereka dalam budaya yang heterogen.
Referensi

Aufin, Mohammad. (2014). Sintesa Pendidikan Karakter dan Multikultural bagi


Lingkungan Pendidikan Tinggi. Jurnal Psikologi. September, Jilid II No 2: 110-125.

Chomaidi dan Salamah. (2018). Strategi Pendidikan dan Pengajaran Pembelajaran


Sekolah, Jakarta: Grasindo.

Hakim, Al dan Sri Untari. (2018). Pendidikan Multikultural: Strategi Inovatif


Pembelajaran Dalam Pluralitas Masyarakat Indonesia. Malang: Madani Media.

Ibrahim, Rustam. (2013). Pendidikan Multikutural: Pengertian, Prinsip, dan


Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal Addin Vol 7 No 1: 129-154.

Jiyanto, Amiroel Eko Effendy. (2016). Implementasi Pendidikan Multikultural


di Madrasah Inklusi Madrasah Aliyah Negeri Maguwoharjo
Yogyakarta. Jurnal Penelitian V 10, P: 25-43.

Kartikawati, Dwi; Radjagukguk, Djudjur Luciana dan Sriwartini, Yayu (2018).


Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Melalui Komunikasi Pendidikan Di
Sekolah Dasar Inklusi Di Yogyakarta Dan Surakarta. Widya Komunika, [SL],
V.8, N.2, P.58-75, Okt 2018. ISSN 0216-7239.

Marwan, Saridjo. (1996). Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Amissco: 37-63.

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
266
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019

Muhaimin dkk(2008). Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruben, Brent D dan Stewart, Lea P. (2008). Komunikasi dan


Perilaku Manusia, AS: Alyn dan Bacon.

Sapendi, Sapendi. (2015). Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Pendidikan Tanpa
Kekerasan).

Raheema: Pusat Studi gender dan Anak, Vol 2 No 1: 88-110.

SM, Ismail. (2009). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM:


Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan. Semarang:
Rasail Media Group.

Tilaar, HAR (2003). Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif
Studi Budaya. Magelang: Indonesia Tera.

Yusuf, M Pawit. (2010). Komunikasi Instruksional: Teori dan Praktek. Jakarta:


Bumi Aksara.

Yin, Robert K. (2004). Studi Kasus : Desain & Metode. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Zubaidi. (2017). Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk PAUD dan Sekolah),
Depok: Radja Grafindo Persada.

Hak

cipta untuk artikel ini dipegang oleh penulis, dengan hak publikasi pertama diberikan kepada jurnal.

Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan lisensi Creative
Commons Attribution (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
267

Anda mungkin juga menyukai