Dwi Kartikawati
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia 6
http://dx.doi.org/10.18415/ ijmmu.v6i2.693
Abstrak
Dalam bidang pendidikan, komunikasi yang efektif merupakan instrumen penting untuk
menanamkan nilai-nilai multikultural. Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai
tersebut ke dalam mata pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di sekolah
dasar. Penelitian ini berfokus pada bagaimana penerapan metode ini di SD Badan Perguruan
Indonesia (BPI) di Bandung, Indonesia dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif
dengan fokus intensif pada bagaimana dan mengapa materi pelajaran itu mendesak dilakukan. Data
penelitian dikumpulkan dengan wawancara, observasi lapangan, studi literatur dan penggunaan
komunikasi pendidikan dan teori kebiasaan Stephen R. Covey sebagai kerangka teoritis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi komunikasi pendidikan multikultural yang terintegrasi
ke dalam PAUD dengan melibatkan unsur-unsur komunikasi pendidikan yaitu guru, materi dan
media pembelajaran serta siswa dapat dicapai dengan mengembangkan karakter dan kebiasaan siswa
agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang baik, disiplin, kesadaran, kemanusiaan dan
kejujuran baik di sekolah maupun di masyarakat.
Pengantar
Komunikasi dalam pendidikan, menurut Yusuf (2010:02), adalah komunikasi yang dirancang
khusus untuk meningkatkan nilai tambah khalayak sasaran yang dalam hal ini adalah literasi mereka
di bidang teknologi, komunikasi dan informasi. Secara spesifik, jenis komunikasi ini mencakup
semua aspek pendidikan (Kartikawati, dkk: 2018: 62). Unsur-unsurnya meliputi komunikator, bahan
pembelajaran, media, komunikan dan efek. Dengan menggunakan komunikasi pendidikan sebagai
kerangka teori, siswa diharapkan menghargai keragaman melalui pembelajaran multikultural yang
pada akhirnya akan mengembangkan sikap positif mereka terhadap keragaman dan menciptakan
harmoni di dalamnya.
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, dan keragaman bangsa.”
Ajaran Islam di Indonesia didasarkan pada latar multikultural karena keragaman etnis dan
dialek (kurang lebih, Indonesia memiliki 300 etnis dan 200 dialek), agama dan kepercayaan (Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu), jenis kelamin serta fisik. dan kemampuan mental.
Berdasarkan pemikiran tersebut, sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan siswa
yang memiliki pemahaman intelektual yang tinggi tentang heterogenitas ini serta mengembangkan
kesadaran dan rasa hormat mereka terhadap perbedaan mereka dengan menerapkan sistem
pendidikan ini.
Kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah dasar dirancang berdasarkan Kurikulum 2013
yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan luas
kepada siswa. Kurikulum ini memiliki empat aspek penilaian, yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap
dan perilaku (Chomaidi & Salamah, 2018:272). Tujuannya adalah untuk mengembangkan manusia
Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu memberikan kontribusi
bagi masyarakat, bangsa, negara, dan peradaban dunia.
Dalam Kurikulum 2013, pendidikan karakter terintegrasi dalam semua mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai perlu dikembangkan, ditonjolkan dan
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Pendidikan Islam telah mengubah
judulnya menjadi Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (ICD). Hal ini sesuai dengan
strategi pendidikan yang mengedepankan kesadaran kepada peserta didik tentang kebhinekaan
melalui tata krama yang humanis, pluralis, demokratis dan berkeadilan. Di sekolah dasar, strategi ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tematik-integratif.
Pendidikan multikultural di sekolah dasar harus dijadikan sebagai instrumen bagi guru untuk
mengajarkan kepada siswanya tentang keragaman di sekitar mereka yang berasal dari budaya, latar
belakang sosial, bahasa, agama, jenis kelamin dan kemampuan yang harus dianggap sebagai aset.
Dalam jenis pendidikan ini, yang terpenting adalah guru tidak hanya harus menguasai bahan
ajarnya tetapi juga mampu mengindoktrinasi nilai-nilai inti pendidikan multikultural. Sehingga dapat
mengembangkan peserta didiknya sebagai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, disiplin,
kesadaran, kemanusiaan dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
257
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
IECD bertujuan untuk mengembangkan individu yang tidak hanya beriman dan bertaqwa,
tetapi juga sebagai Khalifah di Bumi yang mampu menghargai keragaman di sekitar mereka. Guru
mata pelajaran ini memiliki peran utama sebagai fasilitator bagi siswanya untuk mencari informasi
dan membantu mereka dalam menemukan dan meyakini nilai-nilai universal Islam. Artinya, mereka
harus mampu memotivasi dan memacu mereka untuk berinisiatif mencari ilmu tentang materi
pelajaran.
Penelitian dilakukan di SD BPI yang terletak di Jalan Halimun No. 40, Kelurahan Lingkar
Selatan, Kecamatan Lengkong, Bandung, Indonesia. Sekolah ini didirikan pada tahun 1959 oleh
Badan Perguruan Indonesia (BPI) yang terletak di Jalan Burangrang No. 8, Bandung. Sekolah ini
dirancang sebagai sekolah inklusif yang memungkinkan siswa reguler dan difabel untuk belajar di
kelas yang sama.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang mengkaji
pertanyaan 'bagaimana' dan 'mengapa'. Itu diyakini sebagai strategi yang paling cocok karena
terbatasnya kesempatan untuk mengontrol subjek yang diselidiki sementara fokus penelitian adalah
fenomena dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2004:12).
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi di kelas PAUD, wawancara dengan kepala
sekolah SD BPI sebagai informan 1 dan guru PAUD sebagai informan 2, serta studi dokumen.
Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dengan mengumpulkan data dari lapangan yang
kemudian direduksi dengan memilih, mengelompokkan dan menghilangkan yang tidak relevan dan
tidak mendukung. Terakhir, data akhir disajikan dan ditarik kesimpulan.
Hasil
Profil Sekolah
Visi SD BPI adalah menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, cerdas, dan berwawasan
global. Rumusan misi mereka adalah sebagai berikut: (1) mengupayakan pelayanan pendidikan yang
bermutu tinggi bagi semua lapisan masyarakat berdasarkan iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta berwawasan global; (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga memiliki kecakapan hidup yang dibangun di atas
keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetik; (3) meningkatkan pelayanan pendidikan secara
profesional dengan semangat keteladanan, kekompakan, kemandirian, dan akuntabilitas dalam
rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat; dan (4) meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dengan pola pikir yang berkualitas. Hari sekolah dimulai pukul 07:15 dengan para siswa mengikuti
upacara bendera yang dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al Quran.
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
258
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dengan informan 1 (kepala sekolah)
menunjukkan bahwa guru sebagai komunikator harus mampu menjadi fasilitator yang berwawasan
multikultural yang dapat diwujudkan dengan:
- Bersikap terbuka dan memperhatikan setiap siswa. Sebagai seorang pendidik, guru PAUD
harus menjadi sosok yang berwibawa atau panutan yang kata-kata dan sikapnya dijadikan
contoh dan diikuti oleh anak didiknya.
- Mau dan mampu mendengarkan siswa. Dalam hal ini, guru harus menunjukkan sosok yang
ramah di depan siswa sehingga mereka tanpa ragu-ragu mengajukan pertanyaan seperti
mengapa mereka harus menjaga kebersihan musala, dll.
- Mau mendengarkan ide atau pendapat mereka.
- Memiliki pola pikir yang konstruktif. Misalnya, seorang guru harus mendidik siswanya dengan
cara yang ramah dan penuh perhatian ketika mereka mengabaikan tugas mereka.
- Memiliki toleransi dan menunjukkan sikap terbaik di depan siswa. Informan 1 menyatakan
bahwa SD BPI selalu mendorong semua individu di sekolah untuk saling memahami dan
menghormati satu sama lain karena kita semua diciptakan oleh Tuhan meskipun kita
memiliki perbedaan.
- Menghargai prestasi siswa sekecil apapun. Hal ini wajib karena di SD BPI, siswa difabel
ditempatkan dalam lingkungan belajar yang sama dengan non difabel. Lebih lanjut informan
2 (IECD kelas VI) menegaskan bahwa seorang guru harus:
- Memiliki kompetensi di bidangnya sendiri serta mampu memahami kondisi siswa secara
keseluruhan.
- Kreatif dalam menentukan metode dan media yang akan digunakan untuk mengembangkan
kompetensi siswa.
- Selalu memperbaharui pengetahuan dan mampu menghubungkan pengalaman masa lalu dengan
kompetensi dan karakter yang dituju.
pembelajaran IECD harus sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya. Sesuai
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran, setiap
guru wajib menyusun RPP-nya dengan materi yang mengandung nilai-nilai multikultural
sebagaimana ditegaskan oleh informan 2 :
tentang: Kompetensi Inti-1 (CC-1) untuk sikap spiritual; Kompetensi Inti-2 (CC-2) untuk sikap
sosial; Kompetensi Inti 3 (CC-3) untuk sikap pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (CC-4) untuk
sikap keterampilan. Mengenai IECD, literasi mengacu pada kemampuan membaca Alquran, seperti
Asma Ul Husna, karena merupakan kebutuhan dasar bagi anak-anak Muslim. Siswa biasanya
membaca Asma Ul Husna sebelum guru tiba di kelas. Selain itu, ada tradisi “Bandung Masagi” yang
memperkenalkan budaya Sunda dengan pendekatan religi. Siswa harus antusias membaca kitab
sucinya daripada bermain di gadgetnya dan ini adalah tanggung jawab orang tua untuk
mengontrolnya di rumah. Selain itu, siswa diajarkan untuk peka terhadap lingkungan sekitar dan
berinteraksi satu sama lain secara baik, tidak egois dan individualistis, simpatik dan tidak memihak.
Inilah yang sebelumnya saya sebut multikulturalisme.”
Implementasi nilai-nilai multikultural dalam IECD dapat digambarkan dalam tabel-tabel berikut:
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
260
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
Ayo Bayar Zakat Tata cara dan kriteria Humanisme & Menunjukkan
zakat. Keadilan altruisme dan saling
membantu.
Komunikasi edukatif juga mendorong sikap anti diskriminasi khususnya terhadap siswa
difabel di SD BPI Bandung karena kebijakan inklusifnya. Selain itu, juga mengembangkan
heterogenitas inklusif, kepedulian sosial dan rasa hormat terhadap dialek yang beragam. Tujuan ini
diperoleh dengan mengadakan kegiatan belajar di luar ruangan seperti proyek kelas atau sesi praktik.
Selain integrasi materi pelajaran, menurut informan 1, ada metode lain untuk menanamkan nilai-nilai
multikultural seperti: (1) kebiasaan menyanyikan lagu kebangsaan sebelum kelas dimulai. Kegiatan
ini mengajarkan siswa untuk mencintai bangsa dan keragamannya, (2) mengingatkan mereka untuk
selalu menjaga silaturahmi antar sesama, (3) mendorong siswa Muslim untuk sholat Dzuhur
berjamaah untuk memperkuat iman mereka sejak usia dini. Sementara itu, . siswa kelas 6 diwajibkan
memperagakan gerakan-gerakan shalat DhuhaSemua kegiatan tersebut dilakukan dengan
pengkondisian sesuai dengan pernyataan informan 2 sebagai berikut:
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
261
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019
3. Media
Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan sekolah adalah buku-buku wajib dan
penunjang seperti LKS, buku pelajaran dari pemerintah serta lingkungan dan pengalaman hidup
nyata siswa. Ada juga media yang membutuhkan kreativitas guru seperti media proyeksi visual
dinamis, yaitu film, televisi, video, focus group, dll. Selain itu, ada spanduk slogan di sekitar sekolah
seperti “Selama kita memiliki tekad dan semangat , tidak ada kata terlambat untuk sebuah awal yang
baru”, “Kita bersaudara walaupun kita berbeda”, dll.
4. Komunikator (Siswa)
diagram berikut:
KEBIASAAN
Pengkondisian siswa yang terus menerus pada akhirnya akan membawa pada transformasi
kebiasaan dan pola pikir mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Integrasi kebiasaan ke dalam
subjek IECD ini dapat dijelaskan lebih lanjut oleh Teori Tujuh Kebiasaan Stephen Covey. Dia
mengklaim bahwa kebiasaan adalah persimpangan pengetahuan (apa yang harus dilakukan),
keterampilan (bagaimana melakukan) dan keinginan (ingin melakukan). Pengetahuan adalah
paradigma teoretis tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukannya, dan keterampilan
berarti bagaimana melakukannya. Sedangkan keinginan menjadi motivasi untuk melakukan
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
262
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
sesuatu. Ketiga komponen ini merupakan fondasi dari kebiasaan seseorang. Implementasi teori ini
dalam pembelajaran multikultural dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Proaktif
Mengakui bahwa setiap orang bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi dalam hidup
mereka dan itu berarti bahwa kita tidak boleh menyalahkan faktor eksternal. Orang proaktif memiliki
kemampuan yang melekat untuk membuat keputusan mereka sendiri dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai multikultural ke dalam PAUD secara tidak
langsung akan membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan proaktif sejak dini. Misalnya,
mereka selalu diingatkan untuk menjaga kebersihan kelas.
Mulailah dengan tujuan yang jelas dalam pikiran. Siswa diajarkan untuk menyadari bahwa
akan ada kehidupan setelah kematian. Akibatnya, mereka diajarkan untuk selalu bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang mereka lakukan, untuk selalu menggunakan waktu dengan bijak, belajar
keras, dll sebagai bekal untuk akhirat.
C.Hal Pertama
D. Think Win/Win
Pola pikir yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam setiap interaksi manusia.
Ini adalah kepercayaan pada Alternatif Ketiga daripada alternatif pertama dan kedua.
Menang/menang memandang hidup sebagai arena kooperatif dan bukan kompetisi. Mentalitas ini
dapat dikembangkan dengan, misalnya, toleransi, saling menghormati dan altruisme.
e. Berusaha Memahami Dulu Baru Dipahami
Kebiasaan yang bekerja berdasarkan prinsip komunikasi empatik. Inilah kunci komunikasi
interpersonal yang efektif. Dalam hal ini, siswa didorong untuk mengembangkan toleransi, altruisme,
tidak menghakimi, keterbukaan pikiran, kasih sayang dan ketidakberpihakan. Dalam konteks ini,
kemanusiaan sangat dijunjung tinggi.
F. Sinergi
Memahami dan menghargai perbedaan cara pandang, gagasan, dan kesediaan orang lain
untuk berbagi. Bersinergi berarti menempatkan kebutuhan orang lain di atas diri kita sendiri, berpikir
menang/menang dan tidak ada yang kalah. Misalnya, siswa didorong untuk bekerja sama dan saling
bergantung dalam kebenaran seperti yang diungkapkan dalam ajaran Islam.
G. Mengasah Gergaji
Ini berarti memiliki pembaruan diri yang terus menerus dalam empat bidang kehidupan Anda
—fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional. Tiga dimensi pertama terkait dengan kebiasaan 1-3
(proaktif, memulai dengan tujuan akhir dan mengutamakan hal pertama) yang berfokus pada prinsip
visi, kepemimpinan, dan manajemen pribadi. Terakhir, dimensi sosial dan emosional berfokus pada
kebiasaan 4-6 (think win/win, seek first
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
263
International Journal of Multicultural and Multireligious Pemahaman (IJMMU) Vol.6, No.2, April 2019
untuk memahami kemudian dipahami dan bersinergi) mengenai kepemimpinan, komunikasi empatik
dan kerjasama kreatif interpersonal. Oleh karena itu, siswa didorong untuk memiliki kepemimpinan
yang baik disertai dengan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain serta menunjukkan
komunikasi empatik dengan mereka. Semoga ketujuh kebiasaan ini pada akhirnya akan
mengembangkan pribadi yang menyenangkan, bertanggung jawab dan empatik yang akan berfungsi
dengan baik baik di keluarga, sekolah atau masyarakat saat mereka tumbuh dewasa.
ini meliputi aktivitas otak dalam memproses pengetahuan. Penilaian dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut ini:
- Pembacaan Al-Qur'an
- Mengidentifikasi, menggeneralisasi dan menyimpulkan. Misalnya, siswa diminta untuk
memberikan contoh perilaku mulia para Nabi.
- Menyebutkan dan menguraikan materi pelajaran seperti perbedaan shadaqah dan
ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Hal itu dapat digambarkan dari penerapan norma dan
nilai etika dan estetika dalam kehidupan sehari-hari seperti menunjukkan gerakan-gerakan salat yang
benar.
ini berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan seseorang untuk bertindak setelah
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini merupakan perpanjangan dari
hasil belajar kognitif (pemahaman) dan afektif. Secara keseluruhan kompetensi belajar siswa SD
dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
264
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
6. Hambatan Komunikasi
Umpan Balik:
Kognitif, Afektif, Psikomotor atau Keterampilan
Hasil Penelitian
Pembahasan
. pembelajaranIndonesia 265
Jurnal Internasional Pemahaman Multikultural dan Multireligius (IJMMU) Vol. 6, No. 2 April 2019
itu sendiri baik di kelas mereka maupun di sekolah pada umumnya. Upaya ini akan berhasil dicapai
jika siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tersebut hingga menjadi kebiasaan dan rutinitas mereka. Ini
dimulai dengan mengubah sikap seseorang secara positif terhadap keragaman. Transformasi juga
harus terjadi di tingkat sekolah sebagai entitas yang melibatkan seluruh elemennya dan didukung
oleh pemerintah.
Kesimpulan
Marwan, Saridjo. (1996). Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Amissco: 37-63.
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) Sekolah Dasar di Indonesia
266
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU) Vol. 6, No. 2, April 2019
Tilaar, HAR (2003). Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif
Studi Budaya. Magelang: Indonesia Tera.
Yin, Robert K. (2004). Studi Kasus : Desain & Metode. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Zubaidi. (2017). Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk PAUD dan Sekolah),
Depok: Radja Grafindo Persada.
Hak
cipta untuk artikel ini dipegang oleh penulis, dengan hak publikasi pertama diberikan kepada jurnal.
Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan lisensi Creative
Commons Attribution (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
Implementasi Komunikasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran Pendidikan Islam dan Pengembangan Karakter (KIE) di Sekolah Dasar di Indonesia
267