Anda di halaman 1dari 5

MASALAH AKTUAL TENTANG KEAMANAN NASIONAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Politik Pertahanan

Dosen Pengampu: Dr. Rusnaini,M.Si.

Oleh:

Wahyu Puspitasari
K6420077
Kelas C

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
Tugas: Mengidentifikasi masalah aktual keamanan nasional dan Menganalisis akar
masalah/penyebab terjadinya masalah tersebut.
Jawaban:
1. Konflik Perbatasan Mota Ain (Indonesia) dengan Batugade (Timor Leste)
Masalah: Ancaman dan masalah yang terjadi di perbatasan diidentifikasi sebagai
masalah residual yang menyangkut keamanan dan pertahanan negara serta stabilitas
kawasan yang tidak akan tercipta jika penegasan batas wilayah belum jelas. Ancaman dan
masalah yang terjadi di wilayah perbatasan yang dapat mengganggu hubungan bilateral
kedua negara diantaranya: Pertama, insiden kekerasan yang masih banyak terjadi di
perbatasan kedua negara seperti kasus penembakan yang terjadi di Sungai Malibaka.
Kedua, masalah penyelundupan. TNI Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas
Pamtas) Pos Dilumil menemukan banyak kasus penyelundupan barang seperti Bahan
Bakar Minyak (BBM) dan pangan oleh warga Indonesia ke RDTL, mengingat adanya
permintaan dan kebutuhan BBM dan pangan di RDTL yang tinggi dengan harga jual
yang lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Ketiga, masalah pelintas batas illegal.
Pelintas batas illegal terjadi karena belum terselesaikannya masalah hak ulayat seperti
tanah, kebun dan ternak serta kepentingan adat untuk bertemu dengan keluarga yang
terpisah karena perbedaan negara
Akar masalah/penyebab terjadinya:
Masyarakat di sekitar perbatasan Indonesia dan Timor Leste memiliki hubungan budaya
yang erat. Kedua kelompok masyarakat berasal dari satu kesatuan sosial budaya yaitu
berasal dari suku Tetun, Kemak, dan Mara, sehingga mereka menggunakan berbagai adat
istiadat, nilai-nilai atau norma yang sama untuk pedoman dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Selain hubungan genealogis, diantara kedua kelompok masyarakat sudah
terjadi hubungan ekonomi dan perdagangan sejak lama. Ketika kedua kelompok
masyarakat belum dipisahkan oleh batas-batas negara, mobilitas penduduk antar desa
untuk melakukan kunjungan untuk bertemu keluarga, perdagangan, menggembalakan
ternak, mengambil air, mengambil hasil hutan, dan sebagainya tidak menjadi
permasalahan. Batas-batas yang mereka ketahui waktu itu hanyalah batas-batas tanah atau
batas-batas kepemilikan hak ulayat tanah. Namun sejak batas-batas negara diberlakukan,
khususnya pada masa penjajahan Belanda dan Portugis sampai saat ini ketika Timor Leste
memisahkan diri dari Indonesia, hubungan penduduk antar desa di kedua wilayah mulai
dibatasi dan berbagai peraturan diberlakukan untuk mengatur mobilitas penduduk antar
negara. Dinamika Persoalan yang Muncul Akibat Garis Perbatasan Pasca referendum
tahun 1999, batas wilayah administratif antara Provinsi NTT dan Timor Timur berubah
menjadi batas negara. Perubahan ini memunculkan persoalan tersendiri bagi sebagian
besar masyarakat di wilayah berbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, salah satunya
terkait dengan batas wilayah tradisional (batas adat) yang dilewati oleh garis batas negara
yang sedari awal merujuk pada perjanjian Belanda dan Portugis. Selain itu, terdapat pula
persoalan terkait hubungan ekonomi dan perdagangan yang sudah terjalin sebelumnya.
Salah satunya ditunjukkan oleh penduduk Oecusse yang berada di wilayah enclave, yang
bergantung pada perdagangan lintas batas untuk suplai bahan-bahan pokok. Lebih lanjut,
hadirnya batas negara telah berdampak pada perubahan geo-teritorial yang memisahkan
ikatan-ikatan kultural, kekerabatan dan kekeluargaan yang dipegang kuat oleh masyarakat
Etnik Dawan di Timor bagian barat. Akibatnya, hukum positif yang mengatur perbatasan
mendefinisikan aktifitas lintas batas orang dan barang menjadi dua, yaitu legal dan ilegal.
Hal ini menjadi persoalan kompleks karena pada dasarnya para pelintas batas melintasi
batas negara untuk berbagai urusan. Mulai dari urusan keluarga, seperti kelahiran,
kematian, ritual tradisional, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan lain sebagainya.

2. Pandemi Covid 19
Masalah: pandemi COVID-19 menjadikan kesehatan sebagai isu keamanan yang dapat
menggangu stabilitas nasional suatu negara. Keamanan kesehatan global telah menjadi
ancaman yang serius bagi sistem kesehatan nasional dan masalah ini dapat
mengakibatkan kerusakan besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Bencana merupakan salah satu ancaman nirmiliter terhadap keamanan nasional yang
sangat mungkin terjadi untuk menghancurkan semua sendi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Indonesia menyatakan bahwa pandemi Covid-19 sebagai bencana non
alam yang bersifat nasional pada 13 April 2020.
Akar masalah/penyebab terjadinya: Dalam kasus COVID-19, terdapat dua aspek yang
dianggap menjadi faktor penyebab cepatnya penyebaran COVID-19 di seluruh dunia
yaitu nilai kebaruan dari COVID-19 dan tidak tersedianya secara cepat alat deteksi virus
tersebut. Kebaruan dari COVID-19 menyebabkan informasi mengenai virus Sars-CoV-2
menjadi terbatas sehingga banyak negara yang abai dan terlambat dalam menerapkan
kebijakan yang bersifat pencegahan secara dini dan tepat terhadap wabah ini. Selain itu,
kurangnya jumlah tes terkait dengan keterbatasan lab dan juga test-kit menyebabkan
informasi mengenai tingkat infeksi dan persebaran COVID-19 menjadi tidak lengkap.
Kedua hal ini berimplikasi serius terhadap pemahaman situasi penyebaran COVID-19.
Dalam situasi pandemi yang menyebar cepat, informasi, terutama yang terkait dengan
karakteristik epidemiologis dari penyakit, adalah kunci bagi intervensi kesehatan
nonmedis. Kemampuan deteksi Indonesia terhadap virus SAR.S-CoV-2 dianggap sangat
kurang akibat kurangnya informasi mengenai virus tersebut dan minimnya peralatan
deteksi yang memadai yaitu hanya memanfaatkan thermal scanner dan thermometer
untuk petugas di lapangan. Padahal karakteristik virus ini baru menimbulkan gejala
ratarata 5-6 hari bahkan mencapai 14 hari setelah terinfeksi.

3. Imigran illegal di Sulawesi Selatan


Masalah: Imigran ilegal perlu penanganan serius, karena imigran ilegal merupakan
ancaman terhadap kedaulatan bangsa, dan berdampak ancaman keamanan, kehidupan
sosial dan ekonomi dan ancaman idiologi suatu bangsa. Potensi ancaman dari keberadaan
imigran illegal sangat mungkin terjadi, tindakan kejahatan, kriminalitas yang dilakukan
oleh WNA illegal dapat membahayakan keamanan nasional dan bahkan berpotensi
membahayakan kedaulatan bangsa dan negara.
Akar masalah/penyebab terjadinya: Imigran ilegal terbanyak di Indonesia ada di
provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi ini merupakan daerah transit favorit para imigran
ilegal sebelum menuju negara ketiga. Menurut data yang ada di Keimigrasian Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Selatan yang berada di
Kota Makassar, faktor keamanan dan kenyamanan menjadikan Sulawesi Selatan sebagai
surga transit para imigran ilegal, khususnya Kota Makassar dianggap imigran ilegal
sebagai daerah paling aman dan tenang.
4. Gerakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di papua
Masalah: Gerakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di papua seperti halnya yang
dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka merupakan gangguan terhadap stabilitas
keamanan Nasional yang dapat mengancam integritas NKRI. Upaya yang dilakukan oleh
simpatisan organisasi papua merdeka bukan hanya melalui tindakan kekerasan dan
provokasi di dalam negeri, tetapi juga melaksanakan diplomasi ke dunia Internasional
untuk mencari dukungan. Aksi diplomasi dalam mencari dukungan internasional dan
sentimen geografi dengan mengangkat isu solidaritas rumpun Melanesia menyebabkan
adanya dukungan dari beberapa negara di kawasan Pasifik Selatan salah satunya oleh
Vanuatu yang selalu mengangkat isu Pelanggaran HAM di Papua dalam forum-forum
Internasional. Dalam mencapai tujuannya mereka melakukan aksi kriminal bersenjata,
berbagai tindakan kekerasan dimulai dari penculikan, perusakan fasilitas hingga
pembunuhan terhadap sipil maupun militer dilakukan melalui Tentara Pembebasan
Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM).
Akar masalah/penyebab terjadinya: Meskipun sesuai dengan hasil Penentuan Pendapat
Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969 warga Papua memilih untuk bergabung dengan
Indonesia dan keputusan tersebut sebagaimana telah ditetapkan oleh PBB dalam resolusi
nomor 2524 (Pratomo, 2019), akan tetapi hingga saat ini masih sering terjadi upaya baik
dari dalam maupun luar negeri yang secara terus menerus mendorong kemerdekaan
Papua. Gerakan ini dibentuk atas dasar prinsip ingin memerdekakan Papua dari Indonesia
ini terjadi sebagai akibat pernyataan Belanda pada masa setelah kemerdekaan dan
berpengaruh hingga pada ketidakpuasan terhadap PEPERA yang dibuat dimana ada
sebagian masyarakat Papua yang merasa tidak diikutsertakan dalam perumusan dan
penetapan perjanjian tersebut.

Referensi:
Hartati, A. Y., Martin, A., & Soares, M. P. R. (2022). Penguatan Strategi Keamanan Manusia
Di Perbatasan Mota Ain (Indonesia) Dengan Batugade (Timor Leste). KEMUDI:
Jurnal Ilmu Pemerintahan, 6(02), 98-110.
Kristha, K. C., Widodo, P., & Santosa, A. I. (2019). STRATEGI DENINTELDAM
XIV/HSN DALAM MENDETEKSI POTENSI ANCAMAN KEAMANAN
NASIONAL DARI KEBERADAAN IMIGRAN ILEGAL (STUDI KASUS DI
SULAWESI SELATAN). Strategi Pertahanan Darat, 5(2).
Kurniawan, H., Riono, R., & Wira, I. M. (2022). DIPLOMASI TNI AL DI KAWASAN
PASIFIK SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERKAIT ISU INTERNASIONALISASI PERMASALAHAN
PAPUA. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9(3), 728-741.
Pedrason, R. (2022). Optimalisasi Peran Medical Intelegence dalam Menghadapi Ancaman
Bidang Kesehatan Studi Kasus Covid 19 di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7(4), 3589-3602.
Yulianto, S., Apriyadi, R. K., Aprilyanto, A., Winugroho, T., Ponangsera, I. S., & Wilopo,
W. (2021). Histori Bencana dan Penanggulangannya di Indonesia Ditinjau Dari
Perspektif Keamanan Nasional. PENDIPA Journal of Science Education, 5(2), 180-
187.

Anda mungkin juga menyukai