Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan dan

homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi

fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung

partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh

mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan

positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).Elektrolit sangat penting pada banyak

fungsi tubuh termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi

neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan tranmisi impuls

saraf.

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam

memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air

yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi tubuh manusia yang terdiri atas

cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan rata-rata orang dewasa

adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat maka volume ini relatif konstan dan

berat badan individu bervariasi kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan

jumlah cairan yang dikonsumsi. Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi

air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu 70% sampai 80% dari

berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring dengan pertambahan usia.

Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air tubuh menurun sampai sekitar 50%.

Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara jaringan tanpa lemak mengandung

sejumlah air secara bermakna. Air memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh

orang kurus dibandingkan orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki

lebih banyak lemak dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah.

Namun demikian, besar kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin,dan

kandungan lemak.
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,

elektrolit,dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan,

distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponenkomponen tersebut

oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan,

salah satunya adalah karena penyakit. Oleh karena itu asuhan keperawatan untuk

beragam klien meliputi pengkajian dan perbaikan ketidakseimbangan atau upaya

mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.

2. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,

kulit,paru, dan gastrointerstinal.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur

kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai

pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan

asam-basa dara, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses

pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,

seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah

mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui glumerulus, 10 persennya

disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir

melalui tubuli renalis yang selselnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan.

Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron

dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan

proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi

oleh vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan

cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya

darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas

lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi

(yaitu, pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,pengaliran


udara panas ke permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif

dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar

keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,

kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan

dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh

yang panas. Disebut juga isensible water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.

c. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan insensible water

loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons

akibat perubahan upaya kemampuan bernafas. Meningkatnya cairan yang hilang

sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat

pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal.

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam

mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam

kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.

Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24jam dengan

kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti istem

hormonal (anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin, glukokortikoid, dan

mekanisme rasa haus.

a. Antiduretik hormon (ADH)

Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophispofisis pada

hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan

osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsopsi air

pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume

cairan ekstrasel. Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air

sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH juga disebut

sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor pada arteriol yang

dapat meningkatkan tekanan darah.


b. Aldosteron

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk

meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.

Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium

serum, dan sistem rennin angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan

hiperkalemia.

c. Prostagladin

Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan

berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,

dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostagladin berperan mengatur

sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.

d. Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. Perubahan

kadar glukokortoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

e. Mekanisme rasa haus

Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan, rasa haus

biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Bila

osmolaritas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul

akibat kondisi dehidrasi.

3. Pengaturan volume cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah

cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

a. Asupan cairan

Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah dari makanan lain.

Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakana mekanisme haus.

Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah

hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana

asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.


b. Pengeluaran cairan

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan

asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan

pernafasan, demam, keringat, diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara

berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil pengeluaran cairan adalah:

1) Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika

urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan

tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring di glomerolus dan dalam

tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil

ekskresi terakhir proses ini disebut urine. Dalam kondisi normal output urine

sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30 – 50 ml per jam.

Tabel 1.1 Volume pengeluaran urine

Usia Volume urine (ml/kg/BB/jam)


Bayi Lahir 10-90
Bayi 80-90
Anak-anak 50
Sumber : Wong.Donna L (2008)

2) Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu panas.

Keringat banyak mengandung garam,urea,asam laktat, dan ion kalium.

Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar natrium

dalam plasma.

3) Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.

Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling

sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,

maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran

cairan melalui feses antara 100-200 ml perhari, yang diatur melalui mekanisme

reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (Kolon).


4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektroli

Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor

a. Usia

Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan yang besar di diimbangi dengan

haluaran yang besar pula, metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul

akibat imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal ,

paru-paru , dan proses penguapan.

b. Temperatur

Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan

seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan

700-2000 ml air/jam dan 15-30gr garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu

beresiko mengalami keletihan akibat panas atau mengalami heatstroke.

c. Diet

Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak

adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum

menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga menjadi

edema.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsenrasi darah,dan

glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini

dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

e. Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki

sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan

yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan hormonal, yang

dapat ,menganggu kesesimbangan kebutuhan cairan.

Menurut Insersible Water Loss (IWL)

- Anak 60-70%BB

- Bayi 75-80% BB
Tabel 1.2 Kebutuhan IWL

Usia Besaran IWL (mg/kg/BB/hari)


Bayi Lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Sumber : Wong.Donna L (2008)

Rumus IWL untuk anak-anak

IWL = (30-Usia Anak dalam Tahun) x kgBB/24 jam

Jika ada kenaikan suhu

IWL = Nilai IWL Normal + 200 (Suhu badan sekarang-36,8℃)

5. Gangguan keseimbangan cairan

Hal ini terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu

mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit

volume cairan atau sebaliknya.

a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit {FVD}).

Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai

dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ektrasel, namun proporsi antara

cairan dan elektrolit mendekati normal. Kondidi ini dikenal juga dengan

hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotic mengalami perubahan

sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang

intersitial sehingga menganggu kehidupan sel. Secara umum, kondsi defist volume

cairan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding

dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145

mEq/l.

2) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar

dari pada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150

mEq/l.

3) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih

sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma

adalah 130 mEq/l.


Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya menjadi:

1) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat

tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang lebih dapat berlangsung

melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh

darah.

2) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai

510% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Salah satu gejalanya adalah mata

cekung.

3) Dehidrasi berat, kondisi ini terjadi apabilaa kehilangan cairan mencapai

1015% dari berat tubuh atau sekitar 4-6 liter. Pada kondisi ini penderita dapat

mengalami hipotensi. Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung

dari penurunan berat badan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.3 Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh

Penurunan berat badan Keparahan defisit cairan tubuh

2-5% Ringan
5-10% Sedang
10-15% Berat
15-20% Fatal
Sumber: home dan sweringen 2001

Kedua tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada

klien, penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.4 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada

klien

Penilaian A B C
Lihat keadaan Baik, sadar Gelisah dan rewel Lesu, lunglai, atau
umum tidak sadar.

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan


kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada


Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, Haus dan ingin Malas minum dan
tidak haus minum banyak tidak bisa minum
Periksa turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat

Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat. Bila


pemeriksaan Dehidrasi ringan/sedang. Bila ada1 tanda , ditambah
ada 1 tanda 1 atau lebih tanda lain
ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Sumber : Manjoer dkk,2003

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Untuk mengidentifikasi masalah kekurangan volume cairan serta mengumpulkan

data guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian

keperawatan. Menurut Tarwoto & wartonah (2016), hal-hal yang perlu dikaji adalah

sebagai berikut:

a. Riwayat Keperawatan

1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral).

2) Tanda kekurangan cairan

3) Tanda umum masalah elektrolit

4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan

elektrolit.

5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.

6) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial.

7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu

pengobatan.

b. Pengukuran Klinik

1) Berat badan

Kehilangan/bertambahnya berat badan dapat menunjukan adanya

masalah keseimbangan cairan. Masalah keseimbangan cairan akibat


kehilangan/bertambahnya berat badan dikategorikan kedalam tiga

kelompok yaitu:

a) ± 2%: ringan

b) ± 5%; sedang

c) ± 10%: berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

2) Keadaan umum

Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,

pernafasan dan tingkat kesadaran.

3) Pengukuran masukan cairan

a) Cairan oral: NGT dan oral

b) Cairan Parenteral termasuk obat-obatan intravena

c) Makanan yang cenderung mengandung air

d) Irigasi kateter atau NGT

e) Pengukuran keluaran cairan

f) Urine: Volume, kejernihan/kepekatan

g) Feses. Jumlah dan konnsistensi

h) Muntah

i) Tube drainase

j) IWL

k) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: Normalnya sekitar ± 200

cc.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:

1) Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot sensasi

rasa.

2) Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah,hemoglobin, dan

bunyi jantung.

3) Mata: Cekung, air mata kering.

4) Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkatkesadaran.


5) Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah

dan bising usus.

2. Rumusan Masalah

a. Aktual/ resiko defisit volume cairan

Defenisi: Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan volumecairan

pada ekstraseluler dan vaskuler. Kemungkinan berhubungan dengan:

1) Kehilangan cairan secara berlebihan.

2) Berkeringat secara berlebihan.

3) Menurunnya intake oral.

4) Penggunaan diuretik.

5) Pendarahan.

Kemungkinan ditemukan data:

1) Hipotensi

2) Takhikardia

3) Pucat

4) Kelemahan

5) Konsentrasi urin pekat.

Kondisi Klinik:

1) Penyakit Addison

2) Koma.

3) Ketoadisosis pada diabetik.

4) Anoreksia nervosa.

5) Pendarahan gastrointestinal.

6) Muntah, diare.

7) Intake cairan tidak adekuat.

8) AIDS.

9) Ulcer kolon.

10) Pendarahan.
3. Perencanaan Keperawatan

a. Tujuan

Tujuan yang diharapkan yaitu:

1) Mempertahankan keseimbangan cairan

2) Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat,

tekanan darah stabil, membrane mukosa mulul lembab, turgor kulit baik.

3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat

teratasi.

b. Intervensi Keperawatan

No Intervensi Rasional

1. Ukur dan catat setiap 4 jam 1. Menentukan kehilangan dan


a. Intake dan output cairan kebutuhan cairan
b. Warna muntahan, urin, dan
feses
c. Monitor turgor kulit
d. Tanda vital
e. Monitor IV infuse
f. CVP
g. Elektrolit, BUN, hematocrit,
dan hemoglobin
h. Status mental
2. i. Berat badan 2. Memenuhi kebutuhan makanan dan
Berikan makanan dan cairan cairan

3 3. Menurunkan pergerakan usus dan


Berikan pengobatan seperti muntah
4. antidiare dan anti muntah
Berikan support herbal dan 4. Meningkatkan konsumsi yang lebih
pemberian cairan
5. 5. Meningkatkan nafsu makan
Lakukan kebersihan mulut
6. sebelum makan 6. Meningkatkan sirkulasi
Ubah posisi pasien setiap 4 jam
7. 7. Meningkatkan informasi dan
Berikan pendidikan kesehatan kerjasama
tentang
a. Tanda dan gejala dehidrasi
b. Intake dan output cairan
c. Terapi

Anda mungkin juga menyukai