Anda di halaman 1dari 3

DRAMATICAL READING PENGGALAN NASKAH DRAMA

DIALOG ANTARA WANITA DAN WANITA


TUMIRAH
Mereka mulai lagi. Di mana sih mereka bertempur?

MINAH
Di bukit-bukit sebelah timur, Mbak. Gerilyawan memancing pasukan pemerintah yang
berpatroli di dalam hutan, sampai bukit-bukit itu mereka dikepung.

TUMIRAH
Kemarin mereka bertempur di bukit-bukit sebelah barat, kan?

MINAH
Kemarin itu gerilyawan yang terpancing Mbak, mereka tidak bisa kembali ke hutan dan
dibantai habs disitu.

TUMIRAH
Heran. Senang sekali sih saling tembak begitu? Mending kalau masih anak-anak. Ini sudah
besar-besar, komandannya saja malah sudah beruban. Yang pasukan pemerintah, yang
gerilyawan, sama saja. Menganggap perang adalah sesuatu yang benar, hebat, wajib, tugas
ksatria taik kucinglah. Bertempur terus hamper setiap hari. Katanya zaman semakin maju,
kok manusia tidak tambah pinter; masih terus saling membunuh seperti orang primitive.
Heran. Kodok saja tidak begitu.

TUMINI
Memangnya Mbak Tumirah mau jadi kodok?

TUMIRAH
Gak mau, nanti digoreng sama kamu

TUMINI
Saya sih mau menggoreng Mbak Tumirah, tapi di tempat tidur.

TUMIRAH
Eh, mau eksperimen kamu? Sudah. Sama laki-laki sajalah.

TUMINI
Ah, laki-laki membosankan. Mau pasukan pemerintah, mau gerilyawan, cepat sekali mereka
keok.

LASTRI
Tapi Mahmud tidak cepat keok. Kadang-kadang begitu lama, sampai waktu pasukan
pemerintah dating, dia baru selesai.

TUMIRAH
Yang sembunyi di kolong tempat tidur itu?

LASTRI
Iya, padahal ada yang begitu masuk langsung naik.
TUMINI
Naik ke tempat tidur?

LASTRI
Iya. Kemana lagi?

TUMINI
Terus?

LASTRI
Ya, begitu.

TUMINI
Begitu bagaimana?

LASTRI
Ya, waktu tentara itu main, Mahmud ada di bawah tempat tidur.

TUMIRAH
Cemburu dong

LASTRI
Hihihi! Katanya hamper saja ia menembak

TUMIRAH
Gawat! Terus, bagaimana Mahmud lolos?

LASTRI
Ya terpaksa dia menunggu sampai selesai

TUMINI
Dia dengar kamu orgasme dong!

LASTRI
Ah, orgasme pura-pura! Mana bisa orgasme sama pasukan pemerintah! Hanya sama Mahmud
aku bisa orgasme.

TUMIRAH
Ih, omongannya! Orgasme..orgasme, kayak seksolog saja.

TUMINI
Oh, Mbak Tumirah, saya piker kita semua lebih pinter ketimbang seksolog

TUMIRAH
Oh, iya?

TUMINI
Kita bukan Cuma tahu. Kita mengerti. Kita merasakan, mengalami dengan seribu satu laki-
laki.
TUMIRAH
Itu bukan jaminan kalian tahu segalanya tentang seks.

LASTRI
Tapi sedikit-sedikit tahulah Mbak. Jelek-jelek juga pekerja seks. Masa tidak tahu apa-apa
tentang seks?

TUMIRAH
Iyalah, kalian pakar. Aku tidak tahu apa-apa tentang seks!

PARA PELACUR
Huuuuuuuu!

MINAH
Tidak tahu apa-apa tentang seks? Mana ada germo yang masih diburu-buru diajak main
seperti Mbak Tumirah?

TUMIRAH
Hahahaha! Hahahahaha!

(Menghadap penonton)

Yeah, Tumirah namaku. Germo pekerjaanku. Mucikari kata Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sudah tua aku sebenarnya. Empat puluh tahun. Cukup layak untuk pension. Dan aku memang
sudah pension sejak beberapa tahun lalu. Badanku tidak kuat lagi rasanya. Melayani lelaki
bernafsu sampai empat atau enam kali sehari. Dulu malah sampai delapan-sepuluh kali.
Sekarang tidak kuat lagi aku. Boyokku pegel linu.
Untung tahu sedikit-sedikit soal pergermoan, tidak ada lagi yang bisa kukerjakan sekarang
selain menjadi germo. Kuajari anak-anakku cara memikat dan mengikat laki-laki sehingga
meskipun sudah punya pacar dan anak istri, akan selalu kembali kemari untuk menghidupi
kami. Yeah, dunia ini selalu membutuhkan pelacur. Profesi yang tertua, kata orang. Aku
bukan ahli sejarah, tapi aku setuju selama manusia lahir dengan alat kelamin, pelacur akan
tetap ada.

Anda mungkin juga menyukai