Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KESULITAN BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI

Dosen pengampu :
Khofidotur Rofi’ah

Disusun oleh :
Sauca Arsa Dewanta
20010044018
PLB 2020 A

PROGAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020

A. PENDAHULUAN
Pelaksanaan sistem pembelajaran jarak jauh pada anak di Indonesia selama
pandemi di nilai masih belum berjalan optimal. Ada beberapa hal yang dinilai menjadi
kendala terutama mengenai akses internet. Hal tersebut terjadi karena beberapa daerah
nusantara belum memiliki akses internet, bahkan listrik. Kemudian, masalah
kemampuan orangtua dalam mendampingi anak-anak di rumah juga masih kurang
karena banyak Mama dan Papa yang belum mengerti tentang system pendidikan saat
ini.
Permasalahan yang muncul selama belajar dari rumah di era pandemi ini perlu
perhatian dari berbagai pihak agar dapat diatasi sehingga anak-anak mendapatkan
pendidikan secara utuh. Hal ini dikarenakan pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi
memerlukan pendekatan yang berbeda dalam hal perencanaan, pelaksana dan
evaluasinya. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, anak membutuhkan perhatian
khusus, terutama sarana prasarana yang digunakan, jaringan internet yang memadai dan
motivasi diri agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang bersifat mandiri.
Dari sebuah judul tentang Kesulitan Belajar Anak Di Masa Pandemi, dapat
diambil beberapa identifikasi permasalahan yang ada didalamnya, antara lain; apa yang
dimaksud kesulitan belajar anak di masa pandemi, apa ada kaitannya yang
mempengaruhi pekembangan kognitif pada anak, bagaimana proses pembelajaran anak
ditengah pandemi ini, faktor penyebab kesulitan belajar dan bagaimana cara atau solusi
yang dapat dilakukan menanggulangi masalah tersebut agar dapat belajar yang stabil.

B. PEMBAHASAN
Kesulitan belajar anak di masa pandemi adalah anak yang mengalami kesulitan
dalam proses pendidikan jarak jauh diantaranya yaitu kurangnya akses telekomunkasi,
komunikasi jarak jauh tak optimal di banding dilakukan secara langsung, meski
memiliki sejumlah kendala, pembelajaran jarak jauh juga berdampak pada hubungan
anak dan orangtua di rumah selama masa pandemi.
Yang di khawatirkan jika pandemi ini berlangsung lama, dan pembelajaran
jarak jauh dilakukan selama setahun penuh atau mungkin lebih, generasi muda bangsa
ini akan terbiasa dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang tak mendidik dan
mendewasakan. Mereka bisa akan kehilangan setahun penuh dengan pendidikan
karakter yang nilainya sangat b erharga sebagai bekal menjalin kehidupan.
Adapun kaitan yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak yaitu
pasalnya dengan adanya pandemi ini, sistem pembelajaran diganti menggunakan sistem
belajar jarak jauh atau daring. Pasalnya anak yang biasanya tidak di perkenanankan
bersinggungan secara intens dengan perangkat elektronik, kini harus berteman dengan
mereka setiap hari, selama durasi waktu tertentu. Sudah pasti, ada dampak positif dan
negatif dari sistem belajar yang di berlakukan secara daring di rumah. Lalu apa saja
dampak positif dari belajar daring di rumah selama masa pandemi ini. Berikut di
antaranya:
 Pengembangan diri jadi lebih mudah, karena anak juga bisa melakukan
aktivitas lainnya, seperti menggambar, mewarnai, atau membaca
 Karena teknologi akan memudahkan anak mengakses materi dari mana saja
dan kapan saja. Pun, anak tidak perlu menghabiskan waktu untuk menembus
kemacetan ketika berangkat ke sekolah, sehingga belajar lebih efektif

Sementara itu, dampak negatif yang bisa terjadi jika belajar daring di rumah
dilakukan dalam jangka waktu yang lama yaitu:

 Tugas sekolah menumpuk, karena kurangnya waktu bertatap muka seperti


di sekolah, guru akan lebih membebani anak dengan memberikan tugas atau
latihan guna mengisi waktu selama di rumah
 Anak menjadi mudah setres, tertekan dan jenuh karena tidak bisa keluar
rumah dan beraktivitas seperti ketika mereka bersekolah
 Menjadi lebih sering berinteraksi dengan gawai dan perangkat elektronik
lainnya dalam waktu lama setiap hari. Bisa jadi, anak mungkin akan
mengalami kecanduan gawai nantinya.
Seluruh proses pembelajaran anak dilakukan melalui pembelajaran jarak
jauh atau daring selama masa darurat pandemi ini. Memang tidak semua anak
dapat menjalani secara konsisten pembelajaran daring karena berbagai
keterbatasan. Misalnya, ketidaan fasilitas gawai (ponsel, laptop, dan tablet),
rendahnya pemahaman tentang media digital, terbatasnya kemampuan membeli
kuota internet atau pulsa, dan keterbatasan sinyal. Hal tersebut menyebabkan
anak kesulitan dalam belajar.

Ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang di alami anak di masa
pandemi ini antaralain :

1. Jaringan internet yang tidak stabil


Sistem pembelajaran jarak jauh atau daring dapat berjalan efektif jika
jaringan internetnya stabil atau bagus. Sebaliknya, ketika jaringan
internetnya jelek atau buruk, maka secara otomatis proses kegiatan
pembelajaran online pasti terhambat. Belum lagi ada peserta didik yang
membuat alasan yang mengada-ada. Artinya, banyak juga anak yang
mengatasnamakan jaringan jelek lalu mengurung niatnya mengikuti
kegiatamn pembelajaran online. Hal ini sangat mungkin terjadi. Apalagi
kepala sekolah atau guru guru tidak dapat mengontrol secara langsung
keberadaan mereka di rumah.
2. Kuota internet terbatas
Orangtua yang terkena dampak pandemi ini pasti akan kesulitan untuk
membeli kuota internet. Terutama orangtua yang secara ekonomi tidak
memadai. Hal ini perlu dipikirkan secara matang oleh pihak sekolah dan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasihan juga orangtua. Mereka
sudah terbebani karena di-PHK oleh perusahaan, ditimpal lagi oleh beban
keharusan membeli kuota internet.
3. KBM tidak efektif
Sistem pembelajaran jarak jauh atau online tentu tidak seefektif
pembelajaran offline atau tatap muka langsung. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor. Misalnya pengurangan jam biasanya mengajar. Guru-guru
yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah, terpaksa hanya mengajar selama
satu jam. Dampak selanjutnya, anak akan kesulitan memahami materi yang
banyak dalam waktu yang relative singkat. Apalagi berhadapan dengan
mata pelajaran MIPA : Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Pelajaran
ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak
penurunan rumus. Itu artinya, waktu satu jam sangat tidak cukup.

Dari ketiga faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak di masa
pandemi tersebut pasti ada solusinya, baik dari pihak sekolah maupun pemerintah.
Setidaknya ada dua solusinya yaitu:

1. Bantuan pemerintah dan sekolah


Terkaitnya dengan orangtua yang kesulitan mendapat kuota internet, saya
kira pemerintah perlu hadir dan bahkan memberikan suntikan dana.
Maksudnya, pemerintah tidak hanya membuat regulasi dan kebijakan
pembelajaran melalui sistem daring dan luring setiap sekolah. Akan tetapi,
pemerintah mau tidak mau harus menyediakan anggaran khusus untuk
pembelian kuota internet bagi anak yang orangtuanya tidak mampu.
Demikan juga sekolah. Perlu ada bantuan khusus bagi orangtua yang secara
ekonomi tidak mampu. Terlebih lagi untuk peserta didik yang orangtuanya
terkena dampak pandemi.
2. Perihal KBM yang kurang efektif.
Sekolah dan para staffnya perlu menemukan cara tersendiri agar materi yang
di pelajari sebisa mungkin dapat dipahami oleh anak. Entah bagaimanapun
caranya. Tidak harus memaksa anak untuk memahami materi pembelajaran
secara 100%, 50-70% saja sudah cukup. Setidaknya mereka tetap
memahami materi yang sedang dipelajari.

C. KESIMPULAN
Kesulitan belajar yang dialami oleh anak dengan latar belakang di masa
pandemi ini, pada dasarnya berasal dari faktor penyebabnya akan tetapi dampak yang
timbul dari faktor tesebut adalah adanya kesulitan pembelajaran anak dengan sistem
pembelajaran jarak jauh atau daring di masa pandemi ini dan orangtuanya yang terkena
dampak, terutama orangtuanya yang secara ekonominya tidak memadai, yang akan
menjadi penyebab untuk kesulitan untuk membeli kuota internet.
Dari pembelajaran jarak jauh atau daring dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif pada anak dan mempengaruhi proses belajar anak. Proses belajar anak jadi
mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut timbul dari kurangnya pemahaman media
digital dan keterbatasan sinyal. Dari hal tersebut lama kelamaan seoang anak akan
merasa setres atau tertekan akibat dari keterbatasan tersebut.
Penanggulangan dari permasalahan tersebut tentunya datang dari bantuan
pemerintah dan sekolah, dimana semua harus memberikan bantuan dana khusus untuk
anak yang orangtuanya tidak mampu dan memberikan kebijakan khusus melalui sistem
daring dan luring dimana harus menemukan cara sendiri agar materi yang di pelajari
sebisa mungkin dapat di pahami oleh anak tanpa memaksa anak untuk memahami
materi pembelajaran secara utuh. Setidaknya mereka tetap memahami materi yang
sedang di pelajari.
Sebagai penutup dari artikel ini saya berpesan bahwasannya sebuah
permasalahan yang pelik sekalipun pasti ada jalan keluarnya, hanya saja hal tersebut
perlu ada sebuah tekad, usaha, keyakinan dan doa. Sehingga segala bentuk upaya yang
dilakukan memiliki sebuah nilai, terlepas dari tercapai atau tidaknya sebuah tujuan yang
di inginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Popmama.com. (2020, 18 Juni). Masalah Pendidikan Anak Selama Online di Masa


Pandemi Covid-19. Diakses pada 07 Desember 2020, dari
https://www.popmama.com/amp/big-kid/6-9-years-old/amelia-putri/persiapan-dan-
adaptasi-pendidikan-anak-di-masa-pandemi

Kompasiana.com. (2020, 10 Juli). 3 Keseulitan Pembelajaran Daring dan Luring serta


Solusinya. Diaskses pada 07 Desember 2020, dari
https://www.kompasiana.com/suhermanagustinus4195/5f075543097f36162a25bc02/3
-kesulitan-darin-dan-luring-dan-solusinya

Jawapos.com. (2020, 29 April). Pembelajaran Daring untuk Siswa. Diakses pada 08


Desember 2020, dari https://www.jawapos.com/opini/29/04/2020/pembelajaran-
daring-untuk-siswa/

Halodoc.com. (2020, 06 November). Belajar Online di Rumah, Ini Pengaruhnya pada


Perkembangan Kognitif Anak. Diakses pada 08 Desember 2020, dari
https://www.halodoc.com/artikel/belajar-online-di-rumah-ini-pengaruhnya-pada-
perkembangan-kognitif-anak

Anda mungkin juga menyukai