Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DI LUAR KURIKULUM


2013

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Program dan
Perangkat Pembelajaran Kimia

Dosen Mata Kuliah: Dr. Taty Sulastri, M.Si.

KELOMPOK 3

1. Zakiah Rizkah Numan (210016301007)


2. Hilmi Magfirah Bachtiar (210016301011)
3. Muh. Farid Raihan (210016301012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu

Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan berbagai karunia dan nikmat yang tiada

tara kepada seluruh makhluk-Nya terutama manusia. Demikian pula salam dan

shalawat kepada junjungan kita nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam

yang merupakan panutan kita semua sampai akhir zaman. Dengan keyakinan itu

penulis dapat menyelesaikan kewajiban akademik dalam mata kuliah

Pengembangan Program dan Perangkat Pembelajaran Kimia.

Salah satu persyaratan akademik yang dilaksanakan oleh Pascasarjana

Universitas Negeri Makassar untuk mewujudkan guru profesional, dalam mata

kuliah Pengembangan Program dan Perangkat Pembelajaran Kimia, diwajibkan

untuk membuat tugas terkait “Model-Model Pembelajaran di Luar Kurikulum

2013”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu dengan senang hati penulis mengharapkan saran dan kritik

untuk membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat menjadi masukan yang

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala

jerih payah kita bernilai ibadah disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Aamiin.

Makassar, Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 1

C. Tujuan ……………………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 3

A. Pengertian Model Pembelajaran……………………………………………….3

B. Model-Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK)/Kurikulum 2004.………………………………………………………4
C. Model-Model Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)/Kurikulum 2006……………………………………………………. 11

BAB III PENUTUP …………………………………………………………... 27

A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni,


agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar
bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu
komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan
komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model
pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip


atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Dalam makalah ini akan dibahas model-model pembelajaran di luar
kurikulum 2013 yaitu model-model pembelajaran yang digunakan pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)/Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)/Kurikulum 2006.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah:


1. Bagaimana model-model pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)/Kurikulum 2004?
2. Bagaimana model-model pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)/Kurikulum 2006?

1
C. Tujuan

1. Untuk menganalisis model-model pembelajaran pada Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK)/Kurikulum 2004.
3. Untuk menganalisis model-model pembelajaran pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)/Kurikulum 2006.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di


gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan
lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Budiningsih, 2005).
Soekamto dalam Nurulwati (2000) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran
dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3. Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil
4. Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai.
Menurut Khabibah dalam Budiningsih (2005), bahwa untuk melihat
tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan
ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan.

3
Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat
pembelajaaran untuk melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan.
Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat
pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran
yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang
sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga
tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam
proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.

B. Model-Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK)/Kurikulum 2004
1. Self-Directed Learning
a. Pengertian
Self-directed learning (SDL) merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang memungkinkan pelajar dapat mengambil inisiatif sendiri, dalam
mendiagnosis kebutuhan belajarnya, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi
sumber-sumber untuk belajar, memilih dan mengimplementasikan strategi
pembelajaran, dan mengevaluasi output pembelajaran. Self-directed learning
sebagai proses organisasi pembelajaran, terfokus pada otonomi siswa selama
proses pembelajaran.

4
b. Kelebihan dan Kekurangan Self-Directed Learning
➢ Kelebihan self-directed learning
1) Siswa bebas untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri,
sesuai dengan kecepatan belajar mereka dan sesuai dengan arah minat
dan bakat mereka dalam menggunakan kecerdasan majemuk yang
mereka miliki.
2) Menekankan sumber belajar secara lebih luas baik dari guru maupun
sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukasi
3) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
yang dimiliki secara menyeluruh.
4) Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa
untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka dan
memungkinkan siswa untuk membuat pilihanpilihan positif tentang
bagaimana mereka akan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-
hari.
5) Siswa memiliki kebebasan untuk memilih materi yang sesuai dengan
minat dan kebutuhan. Disamping itu, cara belajar yang dilakukan
sendiri juga lebih menyenangkan.
➢ Kekurangan self-directed learning
1) Siswa bodoh akan semakin bodoh dan siswa pintar akan semakin
pintar karena jarang terjadi interaksi satu sama lainnya.
2) Bagi siswa yang malas, maka siswa tersebut untuk mengembangkan
kemampuannya atau pengetahuannya.
3) Ada beberapa siswa yang membutuhkan saran dari seseorang untuk
memilih materi cocok untuknya atau karena siswa yang bersangkutan
tidak mengetahui sampai seberapa kemampuannya.
c. Langkah-langkah
1) Planning
Yang termasuk dalam tahap ini antara lain: menganalisis kebutuhan
peserta didik, institusi dan persoalan kurikulum, melakukan analisis
terhadap skill atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik,

5
merancang tujuan pembelajaran yang continuum, memilih sumber daya
yang tepat untuk pembelajaran, serta membuat rencana mengenai
aktivitas pembelajaran harian.
2) Implementing
Pendidik mempromosikan kemampuan yang dimiliki peserta didik,
menerapkan pembelajaran sesuai dengan hasil adopsi rencana dan
setting, penyesuaian yang telah dilakukan, serta memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memilih metode yang sesuai dengan
keinginannya.
3) Monitoring
Pada tahap ini pendidik melakukan mind-tas monitoring atau
melakukan pengawasan terhadap pengerjaan tugas yang diberikan, study
balance monitoring atau melakukan pengawasan peserta didik selama
mengerjakan aktivitas-aktivitas lain yang berkaitan dengan tugas utama
pembelajaran, serta awareness monitoring atau mengawasai kesadaran
dan kepekaan peserta didik selama pembelajaran.
4) Evaluating
Pendidik membandingkan hasil peserta didik, menyesuaikan dan
melakukan penilaian peserta didik dengan tujuan yang telah dirancang
sebelumnya, serta meminta pernyataan kepada peserta didik, dengan
mengajukan pertanyaan mengenai proses penyelesaian tugas.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian
Pengertian pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif

6
b. Kelebihan dan Kekurangan
➢ Kelebihan
1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasanya serta menerima
segala perbedaan.
4) Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social.
6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan
balik.
7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan member rangsangan untuk berpikir.
➢ Kekurangan
1) Bagi siswa yang pandai, mereka akan merasa terhambat oleh siswa
yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan yang
seperti ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2) Penilaian dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil
kelompok. Namun yang demikian, guru perlu menyadari bahwa

7
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap
individu siswa.
3) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,
dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-kali penerapan strategi ini.
4) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang didasarkan kepada kemampuan secara individu. Oleh
karena itu idelanya pembelajaran kooperatif selain siswa belajar
bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri.
c. Langkah-langkah
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa
2) Menyampaikan informasi
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4) Membimbing kelompok
5) Evaluasi
3. Collaborative Learning
a. Pengertian Collaborative Learning
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok yang setiap
anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan ketrampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling
meningkatkan pemahaman seluruh anggota, bekerja secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama.

b. Kelebihan dan Kekurangan


➢ Kelebihan
1) Siswa belajar bermusyawarah
2) Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
3) Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
4) Dapat memupuk rasa kerja sama

8
5) Adanya persaingan yang sehat, dalam
➢ Kekurangan
1) Memerlukan pengawasan yang baik dari guru, karena jika tidak
dilakukan pengawasan yang baik, maka proses kolaborasi tidak akan
efektif.
2) Ada kecenderungan untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain.
3) Memakan waktu yang cukup lama, karena itu harus dilakukan dengan
penuh kesabaran.
4) Sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama
c. Langkah-langkah
Berikut ini langkah-langkah model Collaborative Learning:
a. Membagi kelompok
b. Setiap kelompok diberikan bahan materi
c. Menjelaskan materi pembelajaran d. Setiap kelompok di berikan LKS
d. Semua siswa dalam kelompok, membaca, diskusi, dan menulis
e. Kelompok kolaboratif bekerja sama mengidentifikasi, menganalisis,
dan memformulasikan jawaban-jawaban tugasatau masalah yang
terdapat diLKS
f. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah,
dan setiap kelompok menuliskan laporan secara lengkap.
g. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya
diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk
melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya didepan
kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati,
membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan
ini dilakukan selama lebih kurang 20- 30 menit.
h. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif membuat laporan
hasil diskusi yang akan dikumpulkan
i. Laporan siswa dikoreksi dan di komentari, dinilai, dan dikembalikan
kepada pertemuan berikutnya dijelaskan/didiskusikan
j. Menyimpulkan pembelajaran.

9
4. Contextual Teaching and Learning
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran


yang menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dalam konteks yang
terbatas sedikit demi sedikit, dari proses merekontruksi sendiri sebagai bekal
dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masayarakat.

b. Kelebihan dan Kekurangan


➢ Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
1) Pembelajaran lebih bermakna, artinya siswa melakukan sendiri
kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga dapat
memahaminya sendiri.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena pembelajaran CTL menuntut siswa
menemukan sendiri bukan menghapalkan.
3) Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukaan pendapat
tentang materi yang dipelajari.
4) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan
bertanya kepada guru.
5) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerja sama dengan teman yang
lain untuk masalah yang ada.
6) Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan pembelajaran.
➢ Kekurangan
1) Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, tidak
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan teman
lainnya karena siswa tidak mengalaminya sendiri.
2) Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan kelompoknya.

10
3) Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan
yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi
siswa yang lain dalam kelompoknya.
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
a. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
b. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
c. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
d. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
e. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
f. Melakukan penilaian yang sebenarnya.
C. Model-Model Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)/Kurikulum 2006
1. Model Pembelajaran Examples Non-Examples
a. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non-Examples
Example non-example adalah model pembelajaran yang memberikan
contoh berupa gambar yang bermuatan masalah untuk dianalisis kemudian
dideskripsikan hingga disimpulkan oleh peserta didik. Seperti yang
diungkapkan oleh Komalasari (2017) bahwa example non
example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap
permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa
gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Examples Non-Examples
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Examples Non-Examples
adalah sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajara
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

11
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik unti
memperhatikan/menganalisis gambar
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7) Kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Examples Non-
Examples
➢ Kelebihan
1) Siswa memiliki pemahaman dari sebuah definisi dan siswa dapat
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan
lengkap.
2) Terlibat dalam sebuah penemuan dan mendorong siswa untuk
membangun konsep secara cepat melalui pengalaman dari mengamati
gambar yang ada.
3) Siswa menjadi lebih kritis dalam menganalisis gambar dan siswa
mendapatkan pengetahuan yang nyata dari materi berupa contoh
gambar.
4) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
pribadinya mengenai gambar-gambar yang mereka lihat.
➢ Kekurangan
1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Berpotensi memakan terlalu banyak waktu

2. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


a. Pengertian Model Pembelajaran NHT
Number Head Together (NHT) pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1992. Number Head Together (NHT) adalah suatu model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam

12
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari model
pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur
Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT
Adapun langkah-langkah model pembelajaran NHT adalah sebagai
berikut:
1) Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam
setiap kelompok mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya
4) Guru memanggil salah satu nor-nor peserta didik dan peserta didik
yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama diskusi
kelompoknya.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain, dst.
6) Kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT
➢ Kelebihan:
1) Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2) Mampu memperdalam pemahaman peserta didik.
3) Melatih tanggung jawab peserta didik.
4) Menyenangkan peserta didik dalam belajar.
5) Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
6) Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik.
7) Mengembangkan rasa saling memiliki dan bekerja sama.
8) Setiap peserta didik termotivasi untuk menguasai materi.

13
9) Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dan yang tidak
pintar.
10) Terciptanya suasana gembira dalam belajar.
➢ Kekurangan:
1) Ada peserta didik yang akan takut atau merasa terintimidasi bila
memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya peserta
didik lain kurang mampu menguasai materi).
2) Terdapat peserta didik yang mengambil jalan pintas dengan meminta
tolong pada temannya untuk mencarikan jawabannya. Solusinya
mengurangi poin pada peserta didik yang membantu dan dibantu.
3) Apabila pada suatu nomor kurang maksimal mengerjakan tugasnya,
tentu saja memengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor
selanjutnya.
3. Model Pembelajaran Cooperative Script
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script
Cooperative Script dikenal juga dengan nama Skrip Kooperatif. Brosseau
(Hadi dalam Maryani, Lihawa dan Nurfaika, 2013: 4) mengatakan
“Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara-cara berkolaborasi.” Penggunaan
model ini, siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri tidak hanya mengandalkan
satu siswa saja dalam kelompoknya. Karena setiap siswa dituntut untuk
mengintisarikan materi dan mengungkapkan pendapatnya secara langsung
dengan patnernya.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Script adalah
sebagai berikut:
1) Guru membagi peserta didik untuk berpasangan
2) Guru membagikan wacana/materi untuk dibaca dan dibuat
ringkasannya Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar

14
3) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Peserta didik yang
lain:
- Menyimak/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
- Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
4) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar
dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
5) Kesimpulan peserta didik bersama-sama dengan Guru
6) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script
➢ Kelebihan:
1) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
2) Setiap siswa mendapat peran.
3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
➢ Kekurangan:
1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga
koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

4. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)/Tim


Siswa Kelompok Prestasi
a. Pengertian Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kepompok kecil
dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama
untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini pertama
kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya di Johns Hopkins
University yang menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi antar peserta

15
didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD)
Adapun langkah-langkah model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
(prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2) Guru menyajikan pelajaran
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5) Memberi evaluasi
6) Kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD)
➢ Kelebihan:
1) Peserta didik bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok
2) Peserta didik aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok
4) Interaksi antar peserta didik seiring dengan peningkatan kemampuan
mereka dalam berpendapat
5) Meningkatkan kecakapan individu dan kelompok
➢ Kekurangan:
1) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulum.

16
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
4) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
5) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

5. Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli)


a. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang betanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Fathurrohman,
2015). Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai
berikut:
1) Peserta didik dikelompokkan ke dalam ± 4 anggota tim
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh

17
6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7) Guru memberi evaluasi
8) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Jigsaw
➢ Kelebihan:
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-
rekannya
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
➢ Kekurangan:
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi.
2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk
sebagai tenaga ahli.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk
mengikuti proses pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Make - A Match (Mencari Pasangan)


a. Pengertian Model Pembelajaran Make - A Match
Model pembelajaran Make - a Match adalah model di mana guru akan
mempersiapkan kartu yang berisi soal dan jawaban berupa gambar/kartu
mengenai suatu konsep, yang nantinya akan dipasangkan siswa. Gambar/kartu
nantinya akan di acak oleh guru yang selanjutnya dicari pasangannya oleh
siswa. Sehingga siswa dalam pembelajaran ini bisa melakukan analisis,
membaca, bergaul, mendengar dan bertanya kepada siswa lain untuk
menuntaskan tugas mencocokan gambar/kartu.

18
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make - A Match
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Make - A Match adalah
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban
2) Setiap peserta didik mendapat satu kartu
3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban)
4) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya.
6) Demikian seterusnya
7) Kesimpulan/penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Make - A Match
➢ Kelebihan:
1) Membuat siswa berkembang dalam aktivitas belajar dari segi kognitif
dan juga motorik.
2) Teknik ini bisa membuat siswa merasa nyaman dan asyik sebab
terdapat komponen permainan.
3) Mengembangkan siswa dalam pemahaman setiap materi belajar.
4) Setiap siswa akan termotivasi dalam belajar karena menyadari bahwa
ilmu pengetahuan itu sangat lezat.
5) Keberanian siswa akan terbangun karena model pembelajaran ini
merupakan sarana berlatih untuk tampil di depan kelas.
6) Siswa mampu untuk menghormati waktu belajar dan bisa bersikap
disiplin.
➢ Kekurangan:

19
1) Bila metode pembelajaran ini tidak disiapkan secara matang, maka
akan ada waktu yang terbuang mubazir.
2) Pelaksanaan metode ini akan memakan energi mental yang tinggi
karena siswa bisa berpasangan dengan orang lain yang tidak akrab.
Berpasangan dengan lawan jenis misalnya.
3) Bila Guru dalam pengutaraan kurang jelas, maka akan menyebabkan
siswa kebingungan saat pelaksanaan metode ini.
4) Dalam prosesnya guru dituntut untuk bisa memperhingungkan segala
kemungkinan saat melaksanakan hukuman pada siswa sebab siswa
bisa terkena imbas mental karena malu. Maka bijaksanalah.
5) Bila guru sering menggunakan teknik ini, bisa membuat siswa merasa
jenuh.
7. Model Pembelajaran Debate
a. Pengertian Model Pembelajaran Debate
Debat adalah adalah satu metode pembelajaran yang sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan
disusun menjadi paket pro dan kontra. Dalam model pembelajaran debat, siswa
dilatih bagaimana mengeluarkan pendapat dengan sengaja dibuat 2 kelompok
yang berseberangan (pro dan kontra). Siswa dilatih mengutarakan
pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan penda patnya dengan
alasan-alasan yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti
siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana
menghargai adanya perbedaan.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Debate
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Debate adalah sebagai
berikut:
1) Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok di atas

20
3) Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya şampai sebagian beşar peserta
didik bisa mengemukakan pendapatnya.
4) Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru menulis
inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide
yang diharapkan.
5) Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6) Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak peserta
didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik
yang ingin dicapai.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Debate
➢ Kelebihan:
1) Memacu siswa aktif dalam pembelajaran
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara baik
3) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat disertai alasannya
4) Mengajarkan siswa cara menghargai pendapat orang lain
5) Tidak membutuhkan banyak media
➢ Kekurangan:
1) Tidak bisa digunakan untuk semua mata pelajaran (mata pelajaran
tertentu saja)
2) Pembelajaran kurang menarik (cukup monoton) karena hanya adu
pendapat dan menggunakan banyak media
3) Membutuhkan waktu yang cukup lama, karena siswa harus memahami
materi terlebih dahulu sebelum melakukan debat
4) Siswa menjadi takut dan tertekan karena harus bisa berkomunikasi
secara langsung untuk mengungkapkan pendapatnya
5) Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
6) Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak
menengahi

21
7) Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang
pandai berargumen hanya diam dan pasif.

8. Model Pembelajaran Group Investigation


a. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Arifin dan Afandi (2015) mengungkapkan bahwa Group
Investigation (GI) merupakan model pembelajaran dimana siswa dilibatkan
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik/ sub topik maupun cara untuk
pembelajaran secara investigasi dan model ini menuntut para siswa memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik dalam arti bahwa pembelajaran
investigasi kelompok itu metode yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informan) pelajaran yang akan di
pelajari melalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran,
masyarakat, internet.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigation
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation
adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif yang bersifat penemuan
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7) Evaluasi
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation
➢ Kelebihan:
1) Peningkatan belajar tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran
dan aktivitas siswa.

22
2) Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis
siswa menjadi terangsang dan lebih aktif.
3) Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi aktif, lebih
bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
4) Pembelajaran kooperatif ini juga dapat meningkatkan kerja keras
siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.
5) Penerapan model pembelajaran ini dapat membantu siswa
mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari
pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka sendiri.
6) Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan
kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk
terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam
pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain,
tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam.
7) Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk
meyelesaikan tugas
➢ Kekurangan:
1) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa
yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini
disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
2) Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih
tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah.
3) Untuk menyelesaikan materi pelajaran, akan memakan waktu yang
lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan
dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum
yang ada apabila guru belum berpengalaman.
4) Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang
lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif model Group
Investigation (GI) dengan baik.

23
9. Model Pembelajaran Talking Stick
a. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran talking stick adalah pembelajaran yang mana dalam
aktivitasnya menggunakan media stick (tongkat). Pada implementasinya
tongkat akan berputar dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh siswa secara
bersama-sama hingga berhenti, kemudian siswa yang mendapatkan tongkat
saat lagu berhenti harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi.
3) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya
peserta didik menutup bukunya.
4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah
itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Evaluasi
7) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick
➢ Kelebihan:
1) Bisa membuat kondisi ruang kelas ceria dan bersemangat. Dengan
kondisi tersebut siswa lebih bisa mencerna materi dengan baik dan
rasa bosan terhadap suatu materi pelajaran dapat teratasi.

24
2) Dalam penerapannya siswa bisa mempelajari dua pelajaran sekaligus
yakni menyanyikan lagu dan mata pelajaran. Tentu guru bisa memilih
lagu yang bisa meningkatkan motivasi dan cinta tanah air.
3) Siswa bisa terdorong untuk lebih inovatif dan variatif dalam
menyanyikan berbagai lagu.
➢ Kekurangan:
1) Talking stick akan tidak lancar bila siswa kurang bisa bernyanyi.
2) Bila hukuman kepada siswa kurang sesuai maka aktivitas
pembelajaran bisa terganggu.
3) Aktivitas model pembelajaran ini relatif memakan banyak waktu.
10. Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
a. Pengertian Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model pembelajaran bertukar pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan
pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya.
Model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme
karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri
melalui berpikir rasional

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Bertukar Pasangan


Adapun langkah-langkah model pembelajaran Bertukar Pasangan adalah
sebagai berikut:

1) Setiap peserta didik mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk


pasangannya atau peserta didik memilih sendiri pasangannya).
2) Guru memberikan tugas dan peserta didik mengerjakan tugas dengal
pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang
lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan baru
ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.

25
5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
6) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Bertukar Pasangan
➢ Kelebihan:
1) Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi
2) Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak
pintar.
3) Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik
kelompok lamanya
4) Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian
meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun, siswa
tetap antusias belajar.
➢ Kekurangan:
1) Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek
kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang
kurang mampu menguasai materi)
2) Ada siswa yang mengambil jalan pintas, dengan meminta
tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang secara


khas disajikan oleh guru guna menciptakan iklim belajar yang lebih kondusif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang
dikelompokan menjadi empat model pembelajaran.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Arifin dan Afandi. (2015). “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok (Group Investigation) dan Strategi Student Team Achievement
Division (STAD) Terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar
Akuntansi Siswa SMK di Kota Kediri”. Nusantara of Research. ISSN 2355-
7249.
Budiningsih (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Fathurrohman, Muhammad. (2015). Model-model Pembelajaran Inovatif.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran
kooperatif. Surabaya: University Press.

Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Pt.


Refika Aditama.
Maryani, Lihawa, & Nurfaika. (2013). Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Vol. 01. N0. 01.
ISSN: 2774-8596.
Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta:
TERAS
Nurulwati. (2000). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model
Pembelajaran. Dipetik April 13 Maret, 2022, dari http://tricepti
4042.blogspot.com.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta

28

Anda mungkin juga menyukai