PNEUMONIA
OLEH
NIM: 190402008
KEPERAWATAN VA
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2021
d. Pneumonia Jamur
Pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder, terutama
pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah
(immonocompromised).
2. Berdasarkan area paru yang terkena
a. Pneumonia Lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus baik kanan maupun kiri.
b. Bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai
tempat di paru. Bisa kanan maupu kiri yang disebabkan oleh virus
atau bakteri dan sering terjadi pada orang tua dan bayi
C. Etiologi Pneumonia
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia,
melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter, dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak
tepat. Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:
1. Bakteri
Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
2. Virus
Respiratory Syncytial virus, Adeno virus,
V.Sitomegalitik, V. Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion,
Benda Asing.
6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia
adalah sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C
– 40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa
anak bicara dengan kecepatan tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusui pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap
infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum,
atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit
E. Patofisiologi Pneumonia
Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:
1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang
lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari peralatan
terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi.
5. Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan
atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti
reflek batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag
alveolar. Pada individu yang rentan, pathogen yang masuk kedalam
tubuh memperbanyak diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak
dan menstimulasi respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya
mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan
endotoksin yang melepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak
membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapilar inflamasi
dan edema menyebabkan sel-sel acini dan brokhioventilasi perfusi
(Asih & Effendy, 2014).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia
adalah:
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial dapa juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengindentifikasi
semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose
organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
G. Penatalaksanaan Pneumonia
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit
paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas
mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita
akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara
lain:
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian Untuk
kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
H. Komplikasi Pneumonia
Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia menyebabkan
hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi pleura, delirium,
superinfeksi dan adhesi.
Beberapa kelompok orang yang lebih beresiko mengalami komplikasi,
seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat
terjadi adalah:
1. Infeksi aliran darah.
Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infesi ke organ-organ
lain.
2. Abses paru atau paru bernanah.
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga
membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.
3. Efusi Pleura.
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-
paru.
PENGKAJIAN
BIODATA PASIEN
A. Nama Pasien : An. K
D. Umur : 5 tahun
I. Agama : Islam
1. Keluhan utama
Klien mengalami sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu,
Sejak 3 hari yang lalu klien mengalami sesak nafas, batuk berdahak
dan pilek oleh keluarga klien di bawa ke RSUD Kota Dumai. Pada
1. Prenatal
2. Natal
b) BB lahir : 2,6 kg
c) PB lahir : 48 Cm
keluhan yang sama dengan yang klien rasakan. Keluarga klien tidak
penyakit menular.
A. Pertumbuhan
1. Berat badan : 18 kg
B. Perkembangan
1. Tengkurap : 4 bulan
2. Duduk : 9 bulan
3. Berdiri : 1 tahun
4. Berjalan : 1 tahun
V. Riwayat Nutrisi
Tabel 3.2
Pola Perubahan Nutrisi
A. Pengalaman keluarga
Aktivitas sehari-hari
No Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit
7. Pola personal Sebelum sakit An.K mandi Selama sakit An.K mandi 2
hygiene 2 kali sehari kali sehari namun hanya di
lap saja.
8. Pola aktivitas Sebelum sakit An.K biasa Selama sakit An.K banyak
bermain diam
X. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
1. Tekanan darah :-
3. Suhu : 39° C
4. Pernafasan : 46x/menit
5. SpO2 : 92%
C. Ukuran anthropometric
2. Berat badan : 18 Kg
3. Lingkar kepala : 49 Cm
D. Kepala
1. Kebersihan : Bersih
E. Muka
F. Mata
1. Penglihatan : Normal
4. Pupil : Isokor
5. Konjungtiva : Merah muda
G. Hidung
1. Struktur : Simetris
H. Telinga
1. Struktur : Simetris
2. Fungsi : Normal
I. Mulut
2. Gusi : Merah
3. Lidah : Bersih
J. Tenggorokan
K. Leher
3. Pernafasan
d) Pengguna otot : Ya
f) Batuk : Ya
g) Sputum : Ya
h) Ronki : Ya
M. Jantung
3. BJ I : Negatif
4. BJ II : Negatif
N. Abdomen
5. Warna/bau : Kuning/khas
6. Diare : Tidak
7. Konstipasi : Tidak
P. Ekstremitas
1. Odema : Tidak
2. Kontraktur : Tidak
Q. Integumen
1. Kebersihan : Bersih
2. Turgor : Elastis
R. Status Neurologi
A. IUFD RL 24 tetes/menit
E. Paracetamol sirup 4 x 5 ml
XIV. Data Fokus
A. Data Subjektif
B. Data Objektif
2. Ronki (+)
3. Nadi : 104x/menit
4. Suhu : 39°C
5. Pernapasan: 46x/menit
6. SpO2 : 92%
Tabel 3.4
Analisa Data
Intervensi Keperawatan
Tabel 3.6
Implementasi Keperawatan
Tanggal/ No. Tindakan
Jam DX
06-04-2020 1 1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
09:00 WIB upaya napas
2. Memonitor pola napas
3. Memonitor kemampuan batuk efektif
4. Memonitor adanya sumbatan jalan napas
5. Melakukan Auskultasi bunyi nafas
Tabel 3.7
Evaluasi Keperawatan