OLEH
MAHARANI 202431035
MUH. AKBAR 202431039
MUSDALIFAH 202431040
NILASARI 202431040
NOVIANTI AINUN RAMADHANI 202431042
NUR SYAFIKA 202431043
TRI IKA PUTRI SUDIRMAN 202431053
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 4
1.1 Latar Belakang............................................................................ 4
1.2 Tujuan......................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan umum........................................................................... 4
1.2.2 Tujuan khusus.......................................................................... 4
1.3 Maanfat....................................................................................... 5
1.3.1 Teoritis..................................................................................... 5
1.3.2 Praktis
3.1 Simpulan.................................................................................... 13
3.2 Saran.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan olehvirus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syokkehilangan protein.(Nelson, 2000 :
1134)
2.2.2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes Aegypti.Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada
siang hari, badannyadatar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari, jarakterbangnya kurang dari 100 M dan senang
menggigit manusia). Aedes Aegypti betinamempunyai kebiasaan berulang (multi
diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantiandalam waktu singkat.
2.2.3. Patofisiologi
·Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dankemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasiakan mengakt,ivasi sistem komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagaifaktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkanplasmamealuiendoteldindingitu.· Terjadinya trombositopenia, men
urunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi(protambin, faktor V,
VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, teutama
perdarahansalurangastrointestinalpadaDHF.· Yang menentukanberatnya penyakit
adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluhdarah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesishemoragik. Renjatan
7
terjadi secara
akut.· Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui en
dotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidakdiatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.
2.2.4.Gambaran Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah
dengue sampai syndromesyok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat
Demam berdarah
dengue. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyerikepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lemb
ab, badan panas,maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis
spontan mungkin tampak, dan mudahmemar serta berdarah pada tempat fungsi
vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan
mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan
suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cmdibawah tepi costa
dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis
atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkanadanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis,
epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
8
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHgatau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasienmenjadi gelisah,
timbul sianosis disekitar mulut.
9
- Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
- Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
- Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensi
meter.
- Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahan
kan sampai 5 menit
- Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
- Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
b. Kriteria :
- Å bila jumlah petekie > 20
- ± bila jumlah petekie 10 – 20
- bila jumlah petekie 10
2. Perdarahan spontan
a. Petekil/ ekimosis
b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis
d. Hematomesis/ melena
2.3.2 Diagnosa
10
Pada pasien 1 dan 2 mengalami risiko ketidakseimbangan cairan karena
kedua pasien mengalami perdarahan dibawah kulit (petechiae) pada area
ekstremitas dan ditunjang dengan hasil tes Rumple leed yang positif. Hal ini
sesuai dengan teori Soegijanto (2012) pada penderita Dengue Haemorrhagic \
sangat beresiko terjadi kebocoran plasma dengan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler. Menurut Ridha (2014), adanya perdarahan dibawah kulit
(petechiae) dan hasil tes Rumple leed muncul pada DHF Grade I dan II adalah
indikasi risiko ketidakseimbangan cairan yang terjadi dalam tubuh anak.
2.3.3 intervensi
Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan dengue
haemorrhagic fever yang mengalami risiko ketidakseimbangan cairan adalah
monitor frekuensi dan kekuatan nadi, napas, tekanan darah, monitor elastisitas
turgor kulit dan CRT pasien, monitor jumlah, berat dan warna urin, identifikasi
tanda-tanda hypovolemia, identifikasi perdarahan sebagai risiko
ketidakseimbangan cairain, monitor input dan output, monitor hasil trombosit,
hemoglobin, hematokrit, hitung kebutuhan cairan, dokumentasi pemantauan, dan
kolaborasi pemberian cairan untuk memenuhi cairan tubuh pasien.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Penelitian ini melakukan 13 tindakan keperawatan pada pasien 1 dan 2,
yang mengarah pada kekurangan cairan (sesuai dengan kondisi pasien). Sebanyak
6 tindakan keperawatan yang telah direncanakan tidak dilakukan karena tindakan
tersebut mengarah pada kelebihan cairan. Nursalam (2013) mengatakan bahwa
implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien
yang telah direncanakan dan mencakup tindakan mandiri maupun
kolaborasi.
2.3.5 Evaluasi
Pada pasien 1 dan 2 risiko ketidakseimbangan cairan tidak terjadi pada
hari ke 3, dengan 6 kriteria hasil yang ditetapkan. Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi
bertujuan untuk melihat kemampuan pasien telah sesuai dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan. Menurut SLKI (2019) kriteria hasil yang dapat dicapai pada
11
anak yang mengalami risiko ketidakseimbangan cairan adalah mampu
meningkatan asupan cairan, haluaran urin, adanya peningkatan kelembaban
membran mukosa dan turgor kulit
BAB III
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
berkembang dan hidup didaerah tropis maupun subtropics. Indonesia merupakan
salah satu Negara dengan rating (tingkat) kasus DBD yang cukup tinggi.
DBD merupakan salah satu penyakit yang sampai pada saat ini belum
ditemukan obat atau vaksinnya, namun dapat dicegah dengan
memperhatikan kebersihan rumah, lingkungan sekitar rumah dan perbiasakan
pola bergizi, istirahat yang cukup atau lakukan tindakan promotif dan
preventif.
3.2 Saran
Lakukan gerakan 3M untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk
Aedes Agypti karena tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif.
Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat mengurangi jumlah
penderita DBD
Biasakan pola hidup sehat
Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti nyamuk
Lakukanlah tindakan promotif kepada masyarakat sedini mungkin agar
masyarakat tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya pe.nanganan terhadap
kasus DBD.
Segeralah membawa pasien ke rumah sakit atau pusat Kesehatan
masyarakat (puskesmas) terdekat, apabila, terdapat tanda-tanda atau gejala DBD
13
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, YulianaR, 2014. Asuhan Keperawatan pada anak ,Edisi SAYA, Penerbit
PT. Fajar Interpratama: Jakarta.
Nelson, 2016, Ilmu Kesehatan anak, BagianII, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Ngastiyah, 2018. Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
http://www.riyawan.com/http://www.smkmuh5babat.info/http://
www.babat.web.id
14