Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DHF

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

OLEH
MAHARANI 202431035
MUH. AKBAR 202431039
MUSDALIFAH 202431040
NILASARI 202431040
NOVIANTI AINUN RAMADHANI 202431042
NUR SYAFIKA 202431043
TRI IKA PUTRI SUDIRMAN 202431053

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT,


karena berkat limpahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas ini, yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Dengue Hemoragi Fever (DHF) dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi


agung Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang terang benderang yakni agama islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon ma’af yang sebesar-
besarnya atas ketidak sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis
mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya
robbal’alamin

Kolaka, 11 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 4

1.1 Latar Belakang............................................................................ 4
1.2 Tujuan......................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan umum........................................................................... 4
1.2.2 Tujuan khusus.......................................................................... 4
1.3 Maanfat....................................................................................... 5
1.3.1 Teoritis..................................................................................... 5
1.3.2 Praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

2.1 Konsep sistem vaskuler.............................................................. 6


2.2 Konsep penyakit DHF................................................................ 6
2.3 Konsep asuhan keperawatan....................................................... 10
2.3.1 Pengkajian................................................................................ 10
2.3.2 Diagnosa ................................................................................. 11
2.3.3 Intervensi................................................................................. 11
2.3.4 Implementasi............................................................................ 11
2.3.5 Evaluasi.................................................................................... 11

BAB III SIMPULAN DAN SARAN........................................................ 13

3.1 Simpulan.................................................................................... 13
3.2 Saran.......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia
karena tingkat kesakitannya yang tinggi, perjalanan penyakitnya yang cepat dan
dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (Hakim, 2015). Upaya
pencegahan dan pengendalian DBD yang dipandang paling efektif untuk saat ini
adalah pemberantasan vektornya dengan insektisida.
Larvasida merupakan salah satu jenis insektisida yang
membunuh serangga pada stadium larvanya. Larvasida nyamuk Ae. aegypti yang
paling luas digunakan di Indonesia adalah granul temefos (Istiana dkk., 2012).
Sediaan dalam bentuk granul yang akan mengendap di dasar penampungan air
dirasa paling efektif sebagai larvasida karena sesuai dengan pola hidup larva Ae.
aegypti yang bergerak aktif naik ke permukaan untuk mengambil oksigen dan
turun ke dasar untuk mencari makan (bottom feeding). Panghiyangani dkk.,
(2012) menyatakan bahwa penggunaan granul temefos dalam kurun waktu yang
lama menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem karena hilangnya organisme
non target dan resistensi pada nyamuk. Oleh karena itu, diperlukan larvasida
alami dalam bentuk granul yang lebih aman, aktif dan mempunyai potensi
resistensi yang rendah.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Makalah ini adalah untuk mengetahui
Konsep Penyakit Dengue Hemoragi Fever (DHF) dan Konsep
Asuhan Keperawatan DHF
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
a. Menyusun konsep system vaskuler
b. Menyusun konsep penyakit DHF
4
c. Menyusun konsep asuhan keperawatan
1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Konsep Sistem Vaskuler , Konsep Penyakit Dengue
Hemoragi Fever (DHF) dan Asuhan Keperawatan
2.3.1 Praktis
Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu
mempermudah para pembaca dalam mengetahui apa saja system vaskuler,
penyakit DHF dan Asuhan Keperawatan DHF

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sistem Vaskuler


Pembuluh darah (Vaskuler) adalah bagian dari sistem peredaran yang
mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh manusia. Pembuluh ini
mengedarkan sel-sel darah, nutrisi, dan oksigen ke jaringan tubuh serta
mengangkut limbah dan karbondioksida untuk dikeluarkan dari tubuh. Pembuluh
darah sangat penting bagi kelangsungan hidup karena semua jaringan tubuh
bergantung kepadanya. Terdapat lima jenis pembuluh darah, yaitu arteri, yang
membawa darah dari jantung; arteriol; pembuluh kapiler, tempat terjadinya
pertukaran air dan bahan-bahan kimia antara darah dengan jaringan tubuh;
venula; serta vena, yang membawa darah dari pembuluh kapiler kembali ke
jantung.
Darah mengalir dari jantung di arteri, yang bercabang menjadi pembuluh
yang kecil, akhirnya menjadi arteriol. Arteriol terhubung dengan pembuluh darah
yang lebih kecil yang disebut kapiler. Melalui dinding tipis kapiler, oksigen
dan nutrisi mengalir dari darah ke jaringan, dan produk limbah keluar dari
jaringan ke dalam darah. Dari kapiler, darah masuk ke venula, kemudian ke
vena untuk kembali ke jantung.
Jika pembuluh darah pecah, robek atau terpotong, darah akan bocor
keluar, menyebabkan pendarahan. Darah dapat mengalir keluar dari tubuh
sebagai pendarahan eksternal, atau mungkin mengalir ke ruang disekitar organ
atau langsung ke organ sebagai pendarahan internal.

2.2 Konsep Penyakit DHF


2.2.1. Pengertian
1. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit
yang disebabkan olehvirus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 : 57)

6
2. Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan olehvirus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syokkehilangan protein.(Nelson, 2000 :
1134)
 
2.2.2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes Aegypti.Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada
siang hari, badannyadatar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap
(terhindar dari sinar matahari, jarakterbangnya kurang dari 100 M dan senang
menggigit manusia). Aedes Aegypti betinamempunyai kebiasaan berulang (multi
diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantiandalam waktu singkat.
 
2.2.3. Patofisiologi
·Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dankemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek  virus antibodi, dalam sirkulasiakan mengakt,ivasi sistem komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagaifaktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkanplasmamealuiendoteldindingitu.· Terjadinya trombositopenia, men
urunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi(protambin, faktor V,
VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, teutama
perdarahansalurangastrointestinalpadaDHF.· Yang menentukanberatnya penyakit 
adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluhdarah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesishemoragik. Renjatan

7
terjadi secara
akut.· Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui en
dotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidakdiatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian.

2.2.4.Gambaran Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah
dengue sampai syndromesyok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat
Demam berdarah
dengue. Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise 
muntah, nyerikepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lemb
ab, badan panas,maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-
epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis
spontan mungkin tampak, dan mudahmemar serta berdarah pada tempat fungsi
vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan
mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan
suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cmdibawah tepi costa
dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis
atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus
berdasarkanadanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari
adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis,
epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).

8
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHgatau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),disertai kulit yang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasienmenjadi gelisah,
timbul sianosis disekitar mulut.

2.2.5. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)


Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel 
positi, trombositopenidan hemokonsentrasi.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lem
bab, gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

2.2.6. Pemeriksaan Diagnostik 


· Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
trombositopeni(100.00/mm3 atau kurang).
· Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
· Rongten thorax : effusi pleura.

2.2.7. Penatalaksanaan Terapeutik 


 · Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
 · Antipiretik jika terdapat demam.
· Antikonvulsan jika terdapat kejang.
 · Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat

2.2.9. Tanda-Tanda Perdarahan


1. Karena manipulasi Rumpel leed test
a. Teknik

9
- Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
- Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
- Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensi
meter.
- Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahan
kan sampai 5 menit
- Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
- Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
 b. Kriteria :
- Å bila jumlah petekie > 20
- ± bila jumlah petekie 10 – 20
- bila jumlah petekie 10
2. Perdarahan spontan
a. Petekil/ ekimosis
 b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis 
d. Hematomesis/ melena

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.3.1 .Pengkajian
Pada pasien 1 dan 2 mengalami risiko ketidakseimbangan cairan yang
disebabkan oleh adanya perdarahan karena peningkatan permeabilitas kapiler.
Pada pasien 1 hal ini ditunjukkan oleh adanya bintik-bintik merah pada
ekstremitas bawah dengan hasil tes rumple leed positif berupa 13 petechiae pada
diameter 5 cm. Sedangkan pada pasien 2 hal ini ditunjukkan oleh adanya bintik-
bintik merah pada ekstremitas bawah dengan hasil tes rumple leed positif berupa
18 petechiae pada diameter 5 cm. Data yang didapatkan saat wawancara pada ibu
pasien 1 dan 2 mengatakan bahwa anak kurang minum (hanya ±5 gelasair/24 jam)
saat sakit.

2.3.2 Diagnosa

10
Pada pasien 1 dan 2 mengalami risiko ketidakseimbangan cairan karena
kedua pasien mengalami perdarahan dibawah kulit (petechiae) pada area
ekstremitas dan ditunjang dengan hasil tes Rumple leed yang positif. Hal ini
sesuai dengan teori Soegijanto (2012) pada penderita Dengue Haemorrhagic \
sangat beresiko terjadi kebocoran plasma dengan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler. Menurut Ridha (2014), adanya perdarahan dibawah kulit
(petechiae) dan hasil tes Rumple leed muncul pada DHF Grade I dan II adalah
indikasi risiko ketidakseimbangan cairan yang terjadi dalam tubuh anak.
2.3.3 intervensi
Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan dengue
haemorrhagic fever yang mengalami risiko ketidakseimbangan cairan adalah
monitor frekuensi dan kekuatan nadi, napas, tekanan darah, monitor elastisitas
turgor kulit dan CRT pasien, monitor jumlah, berat dan warna urin, identifikasi
tanda-tanda hypovolemia, identifikasi perdarahan sebagai risiko
ketidakseimbangan cairain, monitor input dan output, monitor hasil trombosit,
hemoglobin, hematokrit, hitung kebutuhan cairan, dokumentasi pemantauan, dan
kolaborasi pemberian cairan untuk memenuhi cairan tubuh pasien.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Penelitian ini melakukan 13 tindakan keperawatan pada pasien 1 dan 2,
yang mengarah pada kekurangan cairan (sesuai dengan kondisi pasien). Sebanyak
6 tindakan keperawatan yang telah direncanakan tidak dilakukan karena tindakan
tersebut mengarah pada kelebihan cairan. Nursalam (2013) mengatakan bahwa
implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien
yang telah direncanakan dan mencakup tindakan mandiri maupun
kolaborasi.
2.3.5 Evaluasi
Pada pasien 1 dan 2 risiko ketidakseimbangan cairan tidak terjadi pada
hari ke 3, dengan 6 kriteria hasil yang ditetapkan. Evaluasi merupakan proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi
bertujuan untuk melihat kemampuan pasien telah sesuai dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan. Menurut SLKI (2019) kriteria hasil yang dapat dicapai pada

11
anak yang mengalami risiko ketidakseimbangan cairan adalah mampu
meningkatan asupan cairan, haluaran urin, adanya peningkatan kelembaban
membran mukosa dan turgor kulit

BAB III

12
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang
berkembang dan hidup didaerah tropis maupun subtropics. Indonesia merupakan
salah satu Negara dengan rating (tingkat) kasus DBD yang cukup tinggi.
DBD merupakan salah satu penyakit yang sampai pada saat ini belum
ditemukan obat atau vaksinnya, namun dapat dicegah dengan
memperhatikan kebersihan rumah, lingkungan sekitar rumah dan perbiasakan
pola bergizi, istirahat yang cukup atau lakukan tindakan promotif dan
preventif.

3.2 Saran
 Lakukan gerakan 3M untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk
Aedes Agypti karena tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif.
 Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat mengurangi jumlah
penderita DBD
 Biasakan pola hidup sehat
 Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti nyamuk
 Lakukanlah tindakan promotif kepada masyarakat sedini mungkin agar
masyarakat tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya pe.nanganan terhadap
kasus DBD.
 Segeralah membawa pasien ke rumah sakit atau pusat Kesehatan
masyarakat (puskesmas) terdekat, apabila, terdapat tanda-tanda atau gejala DBD

13
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, YulianaR, 2014. Asuhan Keperawatan pada anak ,Edisi SAYA, Penerbit
PT. Fajar Interpratama: Jakarta.
Nelson, 2016, Ilmu Kesehatan anak, BagianII, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Ngastiyah, 2018. Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
http://www.riyawan.com/http://www.smkmuh5babat.info/http://
www.babat.web.id

14

Anda mungkin juga menyukai