PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas dengan norma dan nilai yang
dari bayi, anak remaja, dewasa dan lansia yang dalam kondisi tertentu
Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa dan
remaja adalah usia 10-18 tahun. Kriteria remaja menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) tahun 2015 adalah usia 10-24 tahun dan
belum menikah. Masa remaja yang penuh dengan gejolak emosi dan
1
2
Hartini, 2015). Masa ini juga merupakan dimana remaja berkembang menjadi
sosial.
Kelompok remaja diperkirakan berjumlah 1.2 miliyar atau 18% dari jumlah
Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan bahwa jumlah remaja usia 10-24 tahun
mencapai lebih dari 66 juta atau 25% dari jumlah penduduk seluruhnya
umur 20 tahun ke umur 24 tahun total 127.475 (BPS, 2018). Tempat penelitian
kehidupan sehari-hari. Hal ini menyangkut relasi dengan orang banyak secara
dan menjalin relasi. Tugas perkembangan, tahap ini disebut sebagai tahap
ini akan muncul suatu gerakan dimana remaja cenderung melepaskan diri dari
orang tua dan menuju ke arah teman sebayanya. Teman akan menjadi lebih
penting artinya dan lebih menonjol perannya dari pada orang tua dan
temannya.
kepercayaan antar anggota terjalin dengan baik serta didalamnya ada perasaan
tanggung jawab terhadap kelompoknya. Hal ini terlihat dari seringnya remaja
lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya sebagian besar remaja
mengetahui bahwa mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian
anggota kelompok yang populer maka kesempatan baginya untuk diterima oleh
sebaya adalah suatu hal yang paling banyak terjadi pada masa remaja. Agar
Konformitas terjadi pada remaja karena mereka tidak ingin dipandang berbeda
hal ini disebabkan oleh besarnya keinginan untuk menjaga harmonisasi dan
muncul pada masa remaja awal ditunjukkan dengan cara menyamakan diri
acuan maka timbul rasa percaya diri dan kesempatan diterima kelompok lebih
5
besar. Penyebab dari penolakan konformitas pada remaja, remaja akan menjadi
pertemanan.
Tingkat konformitas ditentukan oleh peran aktif keluarga khususnya orang tua.
Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil yang pertama kali ditemui oleh
dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial atau
amoral.
2013).
remaja diarahkan untuk mencari sumber masalah dan mengatur strategi untuk
(Friedman, 2010).
Peningkatan dukungan keluarga pada remaja tidak terlepas dari peran perawat
Kunjungan rumah adalah salah satu strategi yang baik dalam menerapkan
pendidikan, dukungan dan arahan kepada keluarga terkait kondisi anak remaja
terhadap remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifa Chairunisa & Rilla
arah korelasi positif antara dukungan orang tua dengan konsep diri di SMA X
Bekasi (p-value 0,000). Hubungan yang positif memiliki arti bahwa semakin
tinggi dukungan orang tua, maka semakin tinggi konsep diri. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah dukungan orang tua, maka semakin rendah konsep
diri.
sebanyak 546 siswa, tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 516 siswa dan tahun
sedang mengalami sakit dengan merawat secara tulus, orang tua memposisikan
kepada anak remajanya menjadi teman curhat dan bersedia mendengar keluhan
8
anak remajanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang saat anak remajanya
mengalami suka maupun duka. Dukungan penilaian yang diberikan oleh orang
untuk jajan, kendaraan untuk pergi ke sekolah dan alat tulis sekolah. Dukungan
memberikan pelajaran tentang perilaku yang baik terhadap orang lain secara
sopan santun, tutur kata yang baik dan memberikan informasi yang belum
diketahui oleh remaja tentang perbuatan anti sosial atau amoral. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa 100% dari seluruh orang tua siswa SMA PL Don Bosko
kendaraan yang sama, secara ketaatan teman merokok dan teman lainnya harus
menunjukkan bahwa 90% dari seluruh siswa SMA PL Don Bosko Semarang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dibahas di atas sangat diperlukan peran serta
Orang tua menjadi peran utama sebagai tempat memberikan perhatian, solusi
Semarang?”
10
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Semarang.
2. Tujuan khusus
Semarang.
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi Remaja
bagi remaja agar bertindak dan berpikir secara dewasa untuk dapat memilih
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
secara bersama-
sama dengan
konformitas santri
Fadilah Nur Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil
Komariyah Persepsi Gaya merupakan jenis penelitian dapat
(2012) Hidup Fashion kuantitatif metode disimpulkan
Dengan Citra Diri random sampling bahwa kategori
Pada Komunitas citra diri tergolong
Hijabers Di tinggi dan kategori
Surakarta gaya hidup fashion
tergolong sedang
di Surakarta
Dwi Indra Hubungan Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Kurniawati Konformitas adalah penelitian penelitian dapat
(2017) Teman Sebaya deksriptif korelatif disimpulkan
Dengan Identitas metode cross bahwa terdapat
Diri Remaja Di sectional hubungan yang
SMP N 1 Tempel menggunakan uji signifikan antara
Sleman Yogyakarta Kendal Tau konformitas teman
dengan jumlah sebaya dengan
sampel 135 siswa identitas diri
remaja nilai
(alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,000
Afit Mutiarani Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil
(2020) Konformitas merupakan jenis penelitian dapat
Dalam Pergaulan kuantitatif metode disimpulkan
Dengan random sampling bahwa konformitas
Kepercayaan Diri menggunakan pergaulan remaja
Pada Remaja Di Product Moment 15,7% berada
Desa Sudimara Pearson dengan kategori rendah,
Kecamatan jumlah sampel 51 66,7% berada pada
Cilongok remaja kategori sedang
Kabupaten dan 17,7% pada
Banyumas kategori tinggi
sedangkan
kepercayaan diri
pada remaja 15,7%
berada kategori
rendah, 62,74%
berada pada
kategori sedang
dan 21,56% pada
kategori tinggi
Kathy T. Do, Neural Sensitivity Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Ethan M. To Conflicting merupakan jenis penelitian dapat
McCormick & Attitudes Supports kualitatif dengan disimpulkan
Greater jumlah sampel 44 bahwa remaja
15
Tabel 1.2
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti