Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok

khusus dengan batas-batas geografi yang jelas dengan norma dan nilai yang

telah melembaga (Prima, 2019). Sekelompok masyarakat tersebut dapat terdiri

dari bayi, anak remaja, dewasa dan lansia yang dalam kondisi tertentu

memungkinkan timbulnya masalah kesehatan. Timbulnya masalah kesehatan

pada kelompok tersebut memerlukan berbagai macam intervensi pelayanan

kesehatan yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang timbul. Intervensi

pelayanan kesehatan tersebut salah satunya keperawatan komunitas.

Keperawatan komunitas merangkul remaja dengan cara pemberian

komunikasi, informasi dan edukasi (Permenkes RI No. 25, 2014).

Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa dan

perkembangan terjadi di semua aspek untuk memasuki usia dewasa.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 kategori

remaja adalah usia 10-18 tahun. Kriteria remaja menurut Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN) tahun 2015 adalah usia 10-24 tahun dan

belum menikah. Masa remaja yang penuh dengan gejolak emosi dan

1
2

ketidakseimbangan berdampak pada timbulnya stress dalam usaha mencapai

jati diri yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Wulaningsih dan

Hartini, 2015). Masa ini juga merupakan dimana remaja berkembang menjadi

dewasa yang ditandai dengan perkembangan hormonal, fisik, psikologis dan

sosial.

Kelompok remaja diperkirakan berjumlah 1.2 miliyar atau 18% dari jumlah

penduduk dunia (WHO, 2014). Berdasarkan proyeksi tahun 2013, penduduk

Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan bahwa jumlah remaja usia 10-24 tahun

mencapai lebih dari 66 juta atau 25% dari jumlah penduduk seluruhnya

(Bappenas, BPS, UNFPA 2013). Berdasarkan BPS Provinsi Jawa Tengah

tahun 2018 menunjukkan jumlah remaja diketahui dari kelompok umur 10

tahun ke umur 14 tahun total 2.782.086, kelompok 15 tahun ke 19 tahun total

2.798.538 dan kelompok umur 20 tahun ke umur 24 tahun total 2.726.489

(BPS, 2018). Berdasarkan BPS Kota Semarang tahun 2018 menunjukkan

jumlah remaja diketahui dari kelompok umur 10 tahun ke 14 tahun total

121.824, kelompok umur 15 tahun ke 19 tahun total 128.864 dan kelompok

umur 20 tahun ke umur 24 tahun total 127.475 (BPS, 2018). Tempat penelitian

sebagai data studi pendahuluan, peneliti melakukan survey di SMA PL Don

Bosko Semarang menunjukkan jumlah remaja total 532 siswa.

Marliani (2015) menjelaskan tugas perkembangan masa remaja yang tersulit

adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial di tengah masyarakat. Hal ini


3

berhubungan dengan penyesuaian dengan perilaku sosial, pengelompokan

sosial, nilai-nilai dalam seleksi persahabatan maupun dalam dukungan dan

penolakan sosial. Remaja mulai dituntut untuk dapat mencapai sosialisasi

dewasa sehingga remaja harus membuat banyak penyesuaian baru dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini menyangkut relasi dengan orang banyak secara

otomatis (Sarwono, 2011).

Mubasyiroh, Putri dan Tjandarini (2017) menjelaskan remaja banyak

melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya melalui bentuk sosialisasi

dan menjalin relasi. Tugas perkembangan, tahap ini disebut sebagai tahap

memperoleh kebebasan emosional dan kemampuan bergaul. Pada kedua tahap

ini akan muncul suatu gerakan dimana remaja cenderung melepaskan diri dari

orang tua dan menuju ke arah teman sebayanya. Teman akan menjadi lebih

penting artinya dan lebih menonjol perannya dari pada orang tua dan

cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan teman-

temannya.

Hidayat (2010) menjelaskan konformitas merupakan proses dalam diri anggota

kelompok untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang ada dalam

kelompok. Seorang remaja sudah merasa konform dengan kelompok

sebayanya ketika remaja tersebut sudah mampu menyesuaikan diri dalam

kelompok dan pengaruh kelompok semakin kuat terhadap kegiatan

anggotanya. Pada akhirnya akan timbul perasaan saling memiliki sehingga


4

kepercayaan antar anggota terjalin dengan baik serta didalamnya ada perasaan

tanggung jawab terhadap kelompoknya. Hal ini terlihat dari seringnya remaja

berada di luar rumah bersama teman-temannya dalam satu kelompok bahwa

pengaruh teman pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku

lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya sebagian besar remaja

mengetahui bahwa mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian

anggota kelompok yang populer maka kesempatan baginya untuk diterima oleh

kelompok menjadi lebih besar (Myers, 2012).

Syamsu Yusuf (2011) menjelaskan konformitas terhadap kelompok teman

sebaya adalah suatu hal yang paling banyak terjadi pada masa remaja. Agar

remaja dapat diterima dalam kelompok, acuan dari penampilan fisik

merupakan potensi yang dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang

memuaskan yaitu merasa terlihat menarik atau merasa mudah berteman.

Konformitas terjadi pada remaja karena mereka tidak ingin dipandang berbeda

dengan teman-temannya. Pada remaja tekanan teman sebaya lebih dominan,

hal ini disebabkan oleh besarnya keinginan untuk menjaga harmonisasi dan

penerimaan sosial dalam kelompok. Sarwono (2011) menjelaskan konformitas

muncul pada masa remaja awal ditunjukkan dengan cara menyamakan diri

dengan teman sebaya dalam hal berpakaian, bergaya, berperilaku dan

berkegiatan. Sebagian remaja beranggapan bila mereka berpakaian atau

menggunakan aksesoris yang sama dengan yang sedang diminati kelompok

acuan maka timbul rasa percaya diri dan kesempatan diterima kelompok lebih
5

besar. Penyebab dari penolakan konformitas pada remaja, remaja akan menjadi

depresi akan mengalami kehidupan yang kurang menyenangkan dan

kurangnya percaya diri dalam bersosialisasi dengan orang lain mengakibatkan

individu mempunyai penghargaan yang rendah terhadap dirinya dan

mengembangkan konsep diri yang rendah. Hal tersebut dapat berpengaruh

secara negatif terhadap prestasi belajarnya dan menjadikannya sebagai pelajar

yang berprestasi rendah. Adanya dukungan keluarga, keluarga memberikan

perhatian, saran dan solusi sehingga remaja mengerti dalam menjalin

pertemanan.

Tingkat konformitas ditentukan oleh peran aktif keluarga khususnya orang tua.

Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil yang pertama kali ditemui oleh

remaja mendapatkan pendidikan dan pengalaman interaksi memiliki peran

pembentukan perilaku (Gunarsa, 2012). Martha, Rachmad dan Lita (2012)

menjelaskan hubungan keluarga yang baik dan suasana rumah yang

mendukung perkembangan remaja memperoleh hasil remaja menjadi orang

dewasa yang bertanggung jawab dan terhindar dari perbuatan anti sosial atau

amoral.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarganya yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2010). Dukungan

keluarga terdiri dari empat dukungan yaitu dukungan instrumental, dukungan


6

informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional (Harnilawati,

2013).

Dukungan keluarga mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan

remaja. Bentuk dukungan keluarga dapat berupa dukungan penilaian yaitu

remaja diarahkan untuk mencari sumber masalah dan mengatur strategi untuk

memperbaiki. Dukungan instrumental penyediaan pelayanan, bantuan

finansial dan material dengan memfasilitasi kebutuhan remaja untuk

mengakses pengetahuan dan menggunakan teknologi. Dukungan

informasional yaitu komunikasi dan tanggung jawab dalam memberikan solusi

dari masalah, memberikan nasihat, pengarahan misalnya keluarga

mengarahkan anak tentang pertumbuhan dan perubahan masa remaja.

Dukungan emosional yaitu memberikan individu perasaan nyaman, merasa

dicintai, adanya kepercayaan, perhatian, semangat, empati, mendengarkan dan

di dengarkan misalnya keluarga memberikan dukungan terhadap remaja yang

gagal menghadapi permasalahan yang dihadapi agar remaja merasa dicintai

(Friedman, 2010).

Peningkatan dukungan keluarga pada remaja tidak terlepas dari peran perawat

sebagai seorang edukator. Perawat dapat mengarahkan keluarga dalam proses

mendidik remaja dan memberikan dukungan yang tepat pada remaja.

Kunjungan rumah adalah salah satu strategi yang baik dalam menerapkan

peran perawat komunitas, perawat dapat bertemu langsung dengan keluarga


7

agar dapat melihat kondisi remaja dan memudahkan perawat memberikan

pendidikan, dukungan dan arahan kepada keluarga terkait kondisi anak remaja

(Nies dan McEwen, 2019).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh dukungan keluarga

terhadap remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifa Chairunisa & Rilla

Sovitriana (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan

arah korelasi positif antara dukungan orang tua dengan konsep diri di SMA X

Bekasi (p-value 0,000). Hubungan yang positif memiliki arti bahwa semakin

tinggi dukungan orang tua, maka semakin tinggi konsep diri. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah dukungan orang tua, maka semakin rendah konsep

diri.

Peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan di SMA PL Don Bosko

Semarang dan mendapatkan hasil jumlah remaja tahun ajaran 2017/2018

sebanyak 546 siswa, tahun ajaran 2018/2019 sebanyak 516 siswa dan tahun

ajaran 2019/2020 sebanyak 532 siswa.

Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 27 Januari 2021 berisi 4

pertanyaan tentang dukungan keluarga. Hasil wawancara untuk dukungan

emosional, orang tua mengatakan memberikan kepedulian saat anak remajanya

sedang mengalami sakit dengan merawat secara tulus, orang tua memposisikan

kepada anak remajanya menjadi teman curhat dan bersedia mendengar keluhan
8

anak remajanya dengan penuh perhatian dan kasih sayang saat anak remajanya

mengalami suka maupun duka. Dukungan penilaian yang diberikan oleh orang

tua mengatakan memberikan pujian kepada anak remajanya apabila anak

remajanya membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan. Dukungan

instrumental yang diberikan oleh orang tua mengatakan memberikan

pertolongan pada saat anak remajanya kesulitan dalam menghadapi masalah

dan memberikan kebutuhan sekolah dengan memberikan fasilitas seperti uang

untuk jajan, kendaraan untuk pergi ke sekolah dan alat tulis sekolah. Dukungan

keluarga yang terakhir adalah dukungan informasional, orang tua mengatakan

memberikan pelajaran tentang perilaku yang baik terhadap orang lain secara

sopan santun, tutur kata yang baik dan memberikan informasi yang belum

diketahui oleh remaja tentang perbuatan anti sosial atau amoral. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa 100% dari seluruh orang tua siswa SMA PL Don Bosko

Semarang memberikan dukungan keluarga.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa kebanyakan

siswa SMA berada pada tahap remaja memiliki kecenderungan mengikuti

kelompok. Hasil survey diperoleh informasi bahwa siswa-siswi setelah pulang

sekolah gemar nongkrong, bermain games di handphone seperti pubg dan

mobile legend pada kelompoknya di saat jam istirahat, secara kekompakkan

siswa-siswi mempunyai barang kesamaan seperti handphone dan bentuk

kendaraan yang sama, secara ketaatan teman merokok dan teman lainnya harus

ikut merokok, secara kesepakatan jika teman membolos sekolah di jam


9

pelajaran dan teman lainnya ikut membolos sekolah. Data-data tersebut

menunjukkan bahwa 90% dari seluruh siswa SMA PL Don Bosko Semarang

cenderung mengikuti kelompok.

Berdasarkan uraian dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Analisis Dukungan Keluarga Terhadap

Tingkat Konformitas Remaja”.

B. Rumusan Masalah

Komunitas dalam pelayanan kesehatan, perawat merangkul remaja dengan

cara pemberian komunikasi, informasi dan edukasi tentang konformitas dan

dukungan keluarga. Konformitas menyebabkan perubahan perilaku sosial pada

remaja sesuai dengan norma-norma yang ada di anggota kelompok.

Berdasarkan apa yang telah dibahas di atas sangat diperlukan peran serta

keluarga khususnya orang tua untuk optimalisasi tumbuh kembang remaja.

Orang tua menjadi peran utama sebagai tempat memberikan perhatian, solusi

dan saran sehingga remaja mengerti dalam menjalin pertemanan.

Dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian yang dapat dirumuskan dari

uraian di atas adalah “Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga

terhadap tingkat konformitas remaja pada remaja di SMA PL Don Bosko

Semarang?”
10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan dukungan

keluarga terhadap tingkat konformitas remaja di SMA PL Don Bosko

Semarang.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin dan usia remaja di SMA

PL Don Bosko Semarang.

b. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga di SMA PL Don Bosko

Semarang.

c. Mengidentifikasi gambaran tingkat konformitas remaja di SMA PL

Don Bosko Semarang.

d. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat

konformitas remaja di SMA PL Don Bosko Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

dukungan keluarga terhadap tingkat konformitas pada remaja.


11

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam

membantu pola perilaku remaja yang lebih produktif, kreatif dan

mendapatkan pengoptimalan fungsi keluarga.

3. Bagi Remaja

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan perubahan sikap dan masukan

bagi remaja agar bertindak dan berpikir secara dewasa untuk dapat memilih

mana yang baik maupun yang buruk.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi terkait

dengan pengetahuan dan pemikiran dalam bidang keperawatan. Para

peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini menjadi

referensi untuk penelitian yang lebih baik terkait dukungan keluarga

dengan tingkat konformitas remaja.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Penelitian Judul Metode Hasil


Prima Khairunisa Hubungan Antara Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
& Elis Hartati Dukungan adalah penelitian penelitian dapat
(2015) Keluarga Dengan deksriptif korelatif disimpulkan
Perilaku metode cross bahwa terdapat
Maladaptif Siswa sectional hubungan antara
Di SMP N 3 menggunakan uji dukungan keluarga
Kedungwuni Spearman Rank dengan perilaku
12

Kabupaten dengan jumlah maladaptif, dengan


Pekalongan sampel 135 siswa arah hubungan
terbalik, yaitu
semakin baik
dukungan keluarga
maka akan
semakin ringan
perilaku
maladaptif yang
ditunjukkan siswa
di SMP N 3
Kedungwuni
Kabupaten
Pekalongan
dengan nilai
(alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,000
Syarifa Konformitas Dan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Chairunisa & Dukungan Orang merupakan jenis penelitian dapat
Rilla Sovitriana Tua Dengan kuantitatif disimpulkan
(2018) Konsep Diri Pada menggunakan bahwa terdapat
Siswa SMA X Di Product Moment hubungan yang
Bekasi Pearson dengan signifikan antara
jumlah sampel 155 konformitas dan
siswa dukungan orang
tua dengan konsep
diri di SMA X
Bekasi dengan
nilai (alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,549
Martha Kurnia Hubungan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Asih, Rachmad Konformitas merupakan jenis penelitian dapat
Djati Winarno & Teman Sebaya Dan kuantitatif dengan disimpulkan
Lita Widyo Keharmonisan jumlah sampel 66 bahwa terdapat
Hastuti (2012) Keluarga Dengan orang hubungan yang
Kenakalan Remaja signifikan antara
Pada Anak Didik konformitas teman
Lembaga sebaya dan
Pemasyarakatan keharmonisan
Anak Kutoarjo keluarga dengan
kenakalan remaja
di Lembaga
Pemasyarakatan
Anak Kutoarjo
nilai (alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,374
13

Nur Fitriyani, Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil


Presetyo Budi Konformitas merupakan jenis penelitian dapat
Widodo & Nailul Dengan Perilaku kuantitatif metode disimpulkan
Fauziah (2013) Konsumtif Pada random sampling bahwa terdapat
Mahasiswa Di dengan jumlah hubungan yang
Genuk Indah sampel 130 signifikan antara
Semarang mahasiswa konformitas
dengan perilaku
konsumtif dengan
pengaruh 10,9%
dari konformitas
terhadap perilaku
konsumtif di
Genuk Indah
Semarang nilai
(alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,000
Made Indah Hubungan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Yuliantari & Konformitas Dan merupakan jenis penelitian dapat
Yohanes Kartika Harga Diri Dengan kuantitatif metode disimpulkan
Herdiyanto Perilaku Konsumtif random sampling bahwa terdapat
(2015) Pada Remaja Putri dengan jumlah hubungan yang
Di Kota Denpasar sampel 286 remaja signifikan antara
putri konformitas
dengan perilaku
konsumtif pada
remaja putri di
Kota Denpasar
Nadia Franciska Hubungan Penelitian ini Berdasarkan hasil
Sukarno & Konformitas merupakan jenis penelitian dapat
Endang Sri Teman Sebaya kuantitatif metode disimpulkan
Indrawati (2018) Dengan Gaya random sampling bahwa konformitas
Hidup Hedonis dengan jumlah teman sebaya dan
Pada Siswa Di sampel 185 siswa gaya hidup hedonis
SMA PL Don tergolong sedang
Bosko Semarang di SMA PL Don
Bosko Semarang
nilai (alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,000
Awaludin Mufti Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil
Efendi (2013) Konsep Diri Dan merupakan jenis penelitian dapat
Pola Asuh Orang kuantitatif dengan disimpulkan
Tua Dengan jumlah sampel 170 bahwa terdapat
Konformitas Santri santri hubungan yang
signifikan antara
konsep diri dan
pola asuh orang tua
14

secara bersama-
sama dengan
konformitas santri
Fadilah Nur Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil
Komariyah Persepsi Gaya merupakan jenis penelitian dapat
(2012) Hidup Fashion kuantitatif metode disimpulkan
Dengan Citra Diri random sampling bahwa kategori
Pada Komunitas citra diri tergolong
Hijabers Di tinggi dan kategori
Surakarta gaya hidup fashion
tergolong sedang
di Surakarta
Dwi Indra Hubungan Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Kurniawati Konformitas adalah penelitian penelitian dapat
(2017) Teman Sebaya deksriptif korelatif disimpulkan
Dengan Identitas metode cross bahwa terdapat
Diri Remaja Di sectional hubungan yang
SMP N 1 Tempel menggunakan uji signifikan antara
Sleman Yogyakarta Kendal Tau konformitas teman
dengan jumlah sebaya dengan
sampel 135 siswa identitas diri
remaja nilai
(alpha) 0,005
diperoleh (p-value)
0,000
Afit Mutiarani Hubungan Antara Penelitian ini Berdasarkan hasil
(2020) Konformitas merupakan jenis penelitian dapat
Dalam Pergaulan kuantitatif metode disimpulkan
Dengan random sampling bahwa konformitas
Kepercayaan Diri menggunakan pergaulan remaja
Pada Remaja Di Product Moment 15,7% berada
Desa Sudimara Pearson dengan kategori rendah,
Kecamatan jumlah sampel 51 66,7% berada pada
Cilongok remaja kategori sedang
Kabupaten dan 17,7% pada
Banyumas kategori tinggi
sedangkan
kepercayaan diri
pada remaja 15,7%
berada kategori
rendah, 62,74%
berada pada
kategori sedang
dan 21,56% pada
kategori tinggi
Kathy T. Do, Neural Sensitivity Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Ethan M. To Conflicting merupakan jenis penelitian dapat
McCormick & Attitudes Supports kualitatif dengan disimpulkan
Greater jumlah sampel 44 bahwa remaja
15

Eva H. Telzer Conformity Toward remaja beserta kemampuan untuk


(2020) Positive Over orang tua tetap berpegang
Negative Influence pada pendapatnya
In Early sendiri ketika
Adolescence dihadapkan pada
sikap yang
berlawanan dan
menyesuaikan diri
secara selektif
berdasarkan
konteks sosial

F. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti

Tabel 1.2
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Peneliti

Analisa Penelitian Terkait Penelitian Peneliti


Persamaan :
1. Rancangan Rancangan penelitian ini Rancangan penelitian ini
penelitian menggunakan cross menggunakan cross
sectional (Prima sectional
Khairunisa & Elis Hartati
(2015), Dwi Indra
Kurniawati (2017))
2. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif penelitian kuantitatif
(Syarifa Chairunisa &
Rilla Sovitriana (2018),
Martha Kurnia Asih,
Rachmad Djati Winarno
dan Lita Widyo Hastuti
(2012), Nur Fitriyani,
Presetyo Budi Widodo &
Nailul Fauziah (2013),
Made Indah Yuliantari &
Yohanes Kartika
Herdiyanto (2015), Nadia
Franciska Sukarno &
Endang Sri Indrawati
(2018), Awaludin Mufti
Efendi (2013), Fadilah
Nur Komariyah (2012),
Afit Mutiarani (2020))
16

3. Responden Remaja (Prima Remaja


Khairunisa & Elis Hartati
(2015), Syarifa
Chairunisa & Rilla
Sovitriana (2018), Nur
Fitriyani, Presetyo Budi
Widodo & Nailul Fauziah
(2013), Made Indah
Yuliantari & Yohanes
Kartika Herdiyanto
(2015), Nadia Franciska
Sukarno & Endang Sri
Indrawati (2018), Fadilah
Nur Komariyah (2012),
Dwi Indra Kurniawati
(2017), Afit Mutiarani
(2020), Kathy T. Do,
Ethan M. McCormick &
Eva H. Telzer (2020))
4. Alat ukur Skala dukungan keluarga Skala dukungan keluarga
(Prima Khairunisa & Elis dan skala konformitas
Hartati (2015), Syarifa teman sebaya
Chairunisa & Rilla
Sovitriana (2018), Martha
Kurnia Asih, Rachmad
Djati Winarno dan Lita
Widyo Hastuti (2012),
Awaludin Mufti Efendi
(2013)) dan skala
konformitas teman sebaya
(Nur Fitriyani, Presetyo
Budi Widodo & Nailul
Fauziah (2013), Made
Indah Yuliantari &
Yohanes Kartika
Herdiyanto (2015), Nadia
Franciska Sukarno &
Endang Sri Indrawati
(2018), Awaludin Mufti
Efendi (2013), Dwi Indra
Kurniawati (2017), Afit
Mutiarani (2020))
Perbedaan :
1. Desain penelitian Random sampling (Nur Purposive sampling
Fitriyani, Presetyo Budi
Widodo & Nailul Fauziah
(2013), Made Indah
Yuliantari & Yohanes
Kartika Herdiyanto
17

(2015), Nadia Franciska


Sukarno & Endang Sri
Indrawati (2018), Fadilah
Nur Komariyah (2012),
Afit Mutiarani (2020))

Anda mungkin juga menyukai