Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Dasar

1. Definisi

Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan

yang menyerang jaringan paru-paru yang disebabkan karena adanya virus,

bakteri, parasit, maupun jamur, yang ditandai dengan gejala batuk dan

sesak nafas (Kemenkes, 2018).

2. Etiologi

Menurut Leung dkk., dalam Seyawati dan Marwiati (2018) penyakit

saluran pernfasan dapat diakibatkan, karena adanya virus respiratory

syntical virus, influenza A atau B, human rhinovirus, human

merapneumovirus, adenovirus, parainfluenza virus, fungi(mycoplasma),

aspirasi substansi asing, dan pneumonia dapat disebabkan karena bakteri

streptococcus pneumonia haemophilus influenza, mycoplasma

pneumonia, staphlyococcus aereus.

3. Manifestasi Klinis

Terdapat beberapa gejala pneumonia yaitu demam menggigil yang

termasuk akibat dari proses inflamasi atau peradangan dari tubuh yang

menyebabkan hipotalamus bekerja sehingga mengakibatkan suhu pada

penderita pneumonia meningkat, meningkatnya batuk disertai sekret

mengakibatkan adanya penekanan intra abdomen dan saraf pusat sehingga

dapat menimbulkan gejala tidak nafsu makan disertai mual. Batuk yang
disebabkan dari terdapatnya mikoorganisme bakter maupun virus yang

masuk pada saluran pernafasan paru-paru. Selain itu terdapat gejala yang

muncul pada pasien pneumonia yaitu terdapat penumpukan sekret disertai

ortopnea merupakan kesulitan bernafas pada saat tidur dengan posisi

terlentang yang menyebabkan hambatan bernafas pada saluran pernafasan

paru-paru, pada kapasitas paru-paru yang bekerja secara berlebihan dari

batas normal sehingga energi terkuras habis akibat usaha bernafas

(Mandan, 2019).

4. Patofisiologi

Terdapat patofisiologi dalam penyakit pneumonia yaitu pada pneumonia

merupakan suatu penyakit yang umumnya disebabkan karena adanya

mikoorganisme yang terdapat pada saluran pernafasan paru-paru mulai

dari terhirupnya udara yang mengandung bakteri, virus, jamur, dan lain-

lain membentik tetesan yang sangat kecil yang masuk ke dalam saluran

pernafasan tepatnya paru-paru bagian alveoli. Bakteri, virus,

mengeluarkan racun untuk menginfeksi jaringan paru-paru. Akibat dari

infeksi kemudian terjadi peningkatan produksi sekret. Sekret yang

menumpuk menyebabkan jalan nafas tersumbat oleh adanya sekret,

sehingga batuk tidak efektif dan timbul tanda gejala suara ronchi dan

wheezing pada pernafasan lalu muncul permasalahan bersihan jalan nafas

tidak efektif pada pneumonia (Amelia, oktorina, & Astuti, 2018).

Penyebab dari pneumonia yaitu udara yang mengandung bakteri, virus dan

lain-lain yang terhirup ke dalam saluran pernafasan paru di alveoli


sehingga menginfeksi pada jaringan paru dan kemudian bakteri, virus

mengeluarkan racun lalu menyebabkan terjadinya peradangan. Dari

peradangan tersebut menyebabkan edema paru, dinding paru mengeras dan

suplai oksigen menurun. Pasien pneumonia mempunyai kadar oksigen

yang rendah sehingga menimbulkan gejala mengalami kelemahan dalam

bernafas, dan cepat lelah sehingga terjadilah masalah keperawatan

intoleransi aktivitas (Chang esther, et al., 2010).

Mikoorganisme penyebab pneumonia yaitu bakteri, virus, dan lain-lain

masuk ke dalam saluran pernafasan tepatnya menyerang paru-paru bagian

alveoli kemudian virus dan bakteri mengeluarkan racun hingga

menyebabkan radang pada jaringan paru. Akibat dari adanya peradangan

maka membrane alveolus kapiler menjadi rusak. Cairan yang terdapat di

dalam paru-paru akan keluar masuk alveoli sehingga timbul sekresi dan

edema paru. Selain itu paru-paru menjadi padat sehingga kapasitas paru

menurun mengganggu seseorang untuk mempertahankan kemampuan

pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida menjadi berkurang

sehingga seseorang kesulitan dalam bernafas dan menyebabkan gejala pola

nafas menjadi cepat sehingga, timbul masalah gangguan pertukaran gas

(Somantri, 2012).

Bakteri, virus dan lain-lain yang masuk melalui udara ke dalam saluran

pernafasan merupakan salah satu penyebab dari penyakit pneumonia.

Udara yang tercampir dengan adanya mikoorganisme menyebabkan


infeksi dan peradangan. Dari hal tersebut menyebabkan penumpukan

cairan pada rongga paru sehingga menimbulkan ekspansi paru dan

pengembangan paru menjadi tidak maksimal mengakibatkan sesak nafas

dan muncul gejala seperti penggunaan otot bantu pernafasan. Pada hal

tersebut kemudian munculah masalah keperawatan ketidakefektifan pola

nafas (Nurarif, 2015).

Udara yang mengandung bakteri, virus, jamur dan lain-lain masuk ke

dalam saluran pernafasan alveoli kemudian terjadi peradangan. Hal ini

ditandai dengan meningkatnya hipotalamus lalu menyebabkan

peningkatan suhu tubuh lebih dari nilai normal. Dalam hal ini sehingga

memicu terjadinya masalah keperawatan hipertermi (Mubarak et.,al 2015).

5. Faktor yang mempengaruhi pneumonia

Faktor yang mempengaruhi pneumonia bisa disebabkan karena

pencemaran udara di dalam rumah yang di pengaruhi oleh bahan

bangunan, misalnya asbes, struktur bangunan misalnya ventilasi, bahan

pelapis untuk furniture, dan interior. Kepadatan hunian kualitas udara

yang di luar rumah serta radiasi, debu, dan kelembaban yang terlalu

berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga di pengaruhi oleh adanya

kegiatan di dalam rumah seperti penggunaan energi yang terlalu

berlebihan, perilaku merokok, dan penggunaan bahan baku kimia.

Sehingga dapat menyebabkan polutan yang bertahan di dalam rumah

dengan jangka waktu yang cukup lama (kemenkes, RI 2011).


6. Pathway

Bakteri, virus, maupun bahan kimia

Masuk ke dalam saluran pernafasan

Menyerang alveoli pada paru-paru

Virus dan bakteri mengeluarkan racun

Menginfeksi jaringan paru-paru

Peningkatan Ederma Membran Pengembangan paru Melepaskan


produksi secret Paru alveolus kapiler tidak maksimal racun

Penumpukan Dinding paru Rusak Kesulitan Hipotalamus


Sekret Mengeras bernafas meningkat
Edema
paru
Obstruksi Penurunan Penggunaan otot Peningkatan
jalan nafas suplai O2 bantu nafas suhu tubuh
Pertukaran Oksigen
dan karbondioksida
Batuk Kelemahan berkurang Pola nafas Kulit
tidak efektif tidak terasa
Sulit bernafas efektif hangat

Wheezing
Dispnea Pola nafas
dan ronkhi
saat abnormal(cepat)
aktivitas
Gangguan Hipertermi
pertukaran
Bersihan
Intoleransi gas
jalan
nafas Aktivitas
tidak
efektif (Ridha, 2014)
Skema 2.1 Pathway Pneumonia
7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ryusuke (2017) Untuk mengetahui adanya penyakit pneumonia

dapat dilakukan pemeriksaan seperti:

a. Pemeriksaan rontgen thorax.

b. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap (terdapatnya peningkatan

leukosit dan laju endap darah).

c. Pemeriksaan mikrobilogi (biakan sputum, kultur).

d. Pemeriksaan analisa gas darah, dan tindakan untuk mengetahui adanya

cairan pada paru-paru yang di sebut dengan pemeriksaan pungsi paru-

paru.

8. Penatalaksanaan

Menurut Digiulio, jakson, dan Keogh (2014) terdapat penatalaksanaan

medis dan keperawatan dalam penyakit pneumonia

a. Penatalaksanaan medis menurut Digiulio, Jakson, dan Keogh (2014)

terdiri dari:

1) Berikan terapi oksigen pada pasien pneumonia yang fungsinya

untuk membantu mengurangi gejala sesak nafas pada pasien.

2) Berikan terapi kolaborasi antibiotik untuk mengurangi terjadinya

infeksi lebih lanjut.

3) Berikan terapi kolaborasi antipiretik untuk mengatasi atau

menurunkan suhu tubuh yang mengalami demam.

b. Menurut Digiulio, jakson, dan Keogh (2014) Terdapat penatalaksanaan

keperawatan terdiri dari:

1) Berikan oksigen pada pasien.


2) Jika sekret kental dan banyak, maka dapat diatasi dengan inhalasi

uap untuk memperbaiki saluran transport mukosilier.

3) Penanganan dengan tindakan mandiri seperti melakukan fisioterapi

dada, memberikan edukasi mengenai batuk efektif untuk

memudahkan mengeluarkan sekret pada paru-paru, dan

memberikan posisi semifowler untuk mengurangi gejala sesak

nafas.

9. Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pneumonia

seperti sepsis, abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernafas. Apabila

terdapat bakteri yang menginfeksi saluran pernafasan paru-paru masuk

dalam darah dan menyebar menginfeksi ke bagian organ lain sangat

berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Kemudian terdapat komplikasi

ektrapulmoner seperti endokarditus, perikarditis, peritonitis dan empiema.

Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi pleura yang disebut efusi

pleura. Jika terjadi empiema maka cairan di dalam rongga paru-paru perlu

di drainage dengan chest tube atau di lakukan dengan pembedahan

(Ryusuke, 2017).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Nur arif (2015) terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

dalam penyusunan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia yaitu:


1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu di dapat dari data dari pasien maupun

keluarga dengan menggunakan metode anamnesa dan menggunakan

data hasil oberservasi maupun pengukuran. Pengkajian yang terdiri

dari:

a. Pengkajian identitas pasien seperti nama, tanggal lahir, jenis

kelamin, alamat, dan lain-lain.

b. Keluhan utama yang di alami oleh pasien.

c. Riwayat penyakit sekarang merupakan riwayat kesehatan yang

sekarang di alami pasien dari mulai di rumah sampai kejadian di

bawa ke rumah sakit.

d. Riwayat penyakit dahulu yaitu riwayat yang di alami pasien

sebelum mengalami sakit.

e. Riwayat penyakit keluarga merupakan sebuah riwayat keturunan

yang turun temurun di lingkungan keluarga, dan dilakukan

pengkajian seperti adanya penyakit keturunan yang menular seperti

TBC, hipertensi, dan lain-lain.

f. Riwayat alergi, yang perlu di kaji adalah apakah pasien

mempunyai riwayat alergi dalam obat-obatan, dan lain-lain.


Menurut Nur Arif (2015) pengkajian pola Gordon yaitu terdiri dari:

a. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan

Pola ini yang dapat dilakukan ialah seperti kebersihan lingkungan,

apakah pasien pernah mempunyai riwayat perokok.

b. Pola nutrisi

Pada pola nutrisi yang perlu dikaji yaitu biasanya muncul adanya

tanda anoreksia, mual, muntah, karena terjadi peningkatan

rangsangan yang terjadi pada gester dampak dari racun

mikroorganisme.

c. Pola eliminasi

Dalam pola ini yang perlu dikaji ialah apakah pasien mengalami

penurunan produksi dalam urin.

d. Pola istirahat atau tidur

Pada pola ini yang perlu dikaji ialah apakah pasien mengalami

gangguan ataupun kesulitan dalam istirahat tidurnya yang di

sebabkan karena terjadinya sesak nafas.

e. Pola aktivitas dan latihan

Pada pola ini yang perlu dikaji dalam pola aktivitas dan latihan ini

adalah adakah penurunan aktivitas pasien dalam menjalankan

kegiatan sehari-hari.

f. Pola persepsi dan kognitif

Dalam pola ini yang perlu dikaji ialah seperti menggambarkan

tentang masalah dalam kesehatan yang dialami pasien. Apakah

disaat sakit selalu konsultasi ke dokter


g. Pola persepsi dan konsep diri

Dalam pola ini menggambarkan gambaran diri, identitas diri, peran

diri, dan harga diri pasien.

h. Pola peran dan hubungan

Dalam pola ini menggambarkan hubungan yang dialami pasien

bersama anggota keluarga, masyarakat, hubungan dengan pasien

lain, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.

i. Pola reproduksi seksual dan reproduksi

Dalam pola ini menggambarkan ada tidaknya masalah dalam

sistem reproduksinya.

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

Dalam pola ini menggambarkan cara penanganan stress dalam

menyelesaikan sebuah masalah yang dialami pasien.

k. Pola sistem nilai kepercayaan

Dalam pola ini menggambarkan nilai spiritual pasien yang

dianggap penting dalam kehidupan.

Menurut Arif Muttaqim (2012) pemeriksaan fisik pneumonia yang

terdiri dari:

a. Keadaan umum pasien dilakukan dengan menilai keadaan fisik,

kesadaran pasien yang terdiri dari composmentis, apatis, somnolen,

sopor, soporocoma atau koma, dan pengukuran GCS pasien.

b. Pemantauan tanda-tanda vital yang terdiri dari tekanan darah, suhu,

nadi dan pernafasan.


c. B1 (Breathing)

Breathing ini merupakan pengkajian fokus pada penyakit

pneumonia yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

1) Inspeksi: pemeriksaan dengan cara ini yaitu mulai dari bentuk

dada serta pergerakan pada nafas. Tanda yang sering dijumpai

pada pasien pneumonia yaitu frekuensi pernafasan meningkat,

cepat, dangkal disertai dengan adanya retraksi sternum dan

intercostal space atau ICS. Terdapat nafas cuping hidung, dan

disertai produksi sputum yang meningkat.

2) Palpasi: pada pasien pneumonia palpasi ini yang perlu dikaji

ialah gerakan dada saat bernafas. Apakah dada kanan dan dada

kiri seimbang.

3) Perkusi: pada pemeriksaan dengan cara ini pasien pneumonia

biasanya dijumpai bunyi parunya resonan atau sonor.

4) Auskultasi

Bunyi nafas yang didapatkan pada pasien pneumonia yaitu

lemah, ronchi basah pada bagian yang sakit.

d. B2 (Blood)

Pada pasien pneumonia pengkajian ini terdiri dari:

Inspeksi: pemeriksaan dengan cara ini pasien pneumonia sering di

dapatkan mengalami kelemahan fisik secara umum.

1) Palpasi: pemeriksaan dengan cara ini pasien pneumonia di

dapatkan adanya denyut nadi perifer yang melemah.


2) Perkusi: pada pemeriksaan dengan cara ini pasien pneumonia

di dapatkan tidak mengalami pergeseran pada batas jantung.

3) Auskultasi: pemeriksaan ini biasanya tidak di dapatkan bunyi

jantung tambahan pada pasien pneumonia.

e. B3 (Brain)

Pada pneumonia berat sering terjadi penurunan kesadaran dan

sianosis perifer apabila mengalami gangguan perfusi jaringan yang

berat. Ekspresi wajah meringis, menangis, merintih kesakitan di

dapatkan pada pengkajian obyektif pasien pneumonia.

f. B4 (Bladder)

Memonitor pasien apakah terdapat oliguria, yang merupakan tanda

awal dari syok

g. B5 (Bowel)

Pada pasien pneumonia biasanya mengalami gejala mual, muntah,

nafsu makan menurun dan berat badan menurun.

h. B6 (Bone)

Pada pasien pneumonia yang sering dijumpai yaitu mengalami

kelemahan, dan lelah fisik yang menyebabkan pasien

ketergantungan terhadap orang lain dalam beraktivitas sehari-hari.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017).

3. Intervensi keperawatan

Menurut Standar Intervensi keperawatan (SLKI, 2018) untuk

menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien pneumonia

diantaranya adalah:
DAFTAR PUSTAKA

Amelia., Oktorina.,Astuti.,(2018). Artikel Ilmiah perawatan pada klien yang


mengalami pneumonia Dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di
RSUD Bangil Pasuruan

Digiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah,
Ed. I, Yogyakarta: Rapha publishing

Djojodibroto, Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta : EGC, hal. 151.


Hidayat, Alimul Aziz(2021). Proses Keperawatan pendekatan NANDA, NIC,
NOC, SDKI. Surabaya:Health books publishing

Mandan, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita


Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.Nanda
International. (2018). Diagnosa Keperawatan

Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan . Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2014. “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan” .Jakarta : Salemba Medika

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
mediaction.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Ryusuke, A. A. A. K. D. & O. (2017). Tugas Responsi Pneumonia.

Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

WHO, Pneumonia, 2017: http://www.who.int/news-room/fact


sheets/detail/pneumonia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018
LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERNAPASAN DENGAN PNEUMONIA

Disusun Oleh:

Eni Wulandari

(520034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2021/2022

Anda mungkin juga menyukai