Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

RETERDASI MENTAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERNA NABILKA AGUSTINA

NIM : PO.71.20.3.19.017

KELAS : 3A/SEMESTER 3

DOSEN PEMBIMBING : INDAH DEWI RIDAWATI S.Kep.Ns.M,Kp

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU TAHUN AJARAN 2020/2021

A. Pengertian Retardasi Mental


RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992:
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sbl 18 tahun) ditandai dengan fs.
kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua
area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan
sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.

Sedangkan menurut WHO,retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal,
timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi
sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).

Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi iritelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan.

Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi
kriteria sebagai berikut:

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal

2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi Mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

1. Lemah Pikiran ( feeble-minded)

2. Terbelakang Mental (Mentally Retarded)

3. Bodoh atau Dungu (Idiot)

4. Pandir (Imbecile)

5. Tolol (moron)

6. Oligofrenia (Oligophrenia)

7. Mampu Didik (Educable)

8. Mampu Latih (Trainable)

9. Ketergantungan Penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat

10. Mental Subnormal

11. Defisit Mental

12. Defisit Kognitif

13. Cacat Mental


14. Defisiensi Mental

15. Gangguan Intelektual

Jadi, Retradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi
intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum
orang berusia 18 tahun.

B. Etiologi

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi
mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifaktorial.

Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

1. Organik

a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan Abnormalitas single gene
(penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)

b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogen dan toxin,
disfungsi plasenta)

c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum, Meningitis, Kelainan


metabolik:hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll

d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi, CVA


(Cerebrovascularaccident) – Anoksia, misalnya tenggelam

2. Non organic

a. Kemiskinan dan klg tidak harmonis

b. Sosial kultural

c. Interaksi anak kurang

d. Penelantaran anak

3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ; AAP, 1984)

C. Klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut (dikutip dari
Swaiman 1989):

Nilai IQ :

1. Sangat superior 130 atau lebih


2. Superior 120-129

3. Diatas rata-rata 110-119

4. Rata-rata 90-110

5. Dibawah rata-rata 80-89

6. Retardasi mental borderline 70-79

7. Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

8. Retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51

9. Retardasi mental berat 20-35

10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu
didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat
memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:

1. Tipe klinik

Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun
mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik.

Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada
kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik
ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

2. Tipe sosio budaya

Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu
rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya.

Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe
ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya
atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

Klasifikasi Menurut Page:

1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)

2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)


3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

D. Manifestasi Klinik

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom
penyakit tertentu.

Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu
(Swaiman, 1989):

1. Kelainan pada mata

2. Kejang

3. Kelainan kulit

4. Kelainan rambut

5. Kepala

6. Perawakan pendek

7. Distonia

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:

1. Retradasi Mental Ringan

Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi
saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir
abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.

2. Retradasi Mental Sedang

Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai pada
usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.

3. Retradasi Mental Berat

Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata ada
gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan
bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.

4. Retradasi Mental Sangat Berat

Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi
perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih
membutuhkan perawatan orang lain.
Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan retradasi
mental, yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan efektif , perilaku
motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.

E. Patofisiologi

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini
termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia
18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang).

Retardasi mental juga bisa disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi
adaftif: berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.

Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
F. Penatalaksanaan Medis

Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier.

1. Pencegahan primer adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan
kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan tersebut termasuk pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan
untuk menjaga dan memperbaharui kebijakan kesehatan masyarakat, aturan untuk memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan anak yang optimal, dan eredekasi gangguan yang diketahui disertai kerusakan
system saraf pusat. Konseling keluarga dan genetic dapat membantu.

2. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mempersingkat perjalanan penyakit.


3. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menekan kecacatan yang terjadi. Dalam pelaksanaanya
kedua jenis pencegahan ini dilakuakn bersamaan, yang meliputi pendidikan untuk anak: terapi perilaku,
kognitif dan psikodinamika ; pendidikan keluarga; dan intervensi farmakologi.

Pendidikan untuk anak harus merupakan program yang lengkap dan mencakup latihan
keterampilan adaptif, sosialn, dan kejuruan. Satu hal yang penting dalam mendidik keluarga tentang cara
meningkatkan kopetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan yang realistic.

Untuk mengatasi perilaku agresif dan melukai diri sendiri dapat digunakan naltrekson. Untuk
gerakan motorik stereotopik dapat dipakai antipsikotik seperti haloperidol dan klorpromazin. Perilaku
kemarahan eksplosif dapat diatasi dengan penghambat beta seperti propranolol dan buspiron. Adapun
untuk gangguan deficit atensi atau hiperktivitas dapat digunakan metilpenidat.

G. Komplikasi

Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah:

1. Serebral palsi

2. Gangguan kejang

3. Gangguan kejiwaan

4. Gangguan konsentrasi / hiperaktif

5. Deficit komunikasi

6. Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang mengkonsumsi makanan
berserat dan cairan).

J. Pencegahan

1. Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan

2. Konseling perkawinan

3. Pemeriksaan kehamilan rutin

4. Nutrisi yang baik

5. Persalinan oleh tenaga kesehatan

6. Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga

7. Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat

8. Program mengentaskan kemiskinan, dll

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Data demografi

Identitas Klien

Identitas Orang tua

2. Riwayat Kesehatan

a. Tanda dan gejala :

1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali

2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM berat biasanya
mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM
sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik
normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah
dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

3) Gangguan neurologis yang progresif

4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)

a) Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)

Karakteristik :

 Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam kemampuan berjalan,
bicara , makan sendiri, dll
 Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik, diarahkan pada kemampuan
aktivitas sosial.
 Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak
dianjurkan memiliki anak.
 Keterampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.

b) Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 – 55; umur mental 3 – 7 tahun)

Karakteristik :

 Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat
belajar dan perawatan diri.
 Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta
ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
 Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat melakukan
perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.

c) Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)


Karakteristik :

 Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit
bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
 Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
 Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan
protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.

d) Sangat Berat ( IQ dibawh 20-25; umur mental seperti bayi)

Karakteristik:

 Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
 Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional
dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi
muda.
 Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan
fisik.

3. Pemeriksaan fisik :

a. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)

b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah

c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll

d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung keatas, dll

e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/ melengkung tinggi

f. Geligi : odontogenesis yang tidak normal

g. Telinga : keduanya letak rendah; dll

h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia

i. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna

j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll

k. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll

l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll

m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil meruncing diujungnya, lebar,
besar, gemuk.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kromosom

b. Pemeriksaanurin, serum atau titer virus

c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak,
injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif

2. Kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa.

3. Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol

4. Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial

5. Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM

6. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian/ berhias, toileting b/d ketidakmampuan fisik dan
mental/ kurangnya kematangan perkembangan.

C. Rencana Intervensi :

1. Dx : Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif

Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan berjalan sesuai tahapan

Intervensi :

a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal.

c. Berikan aktivitas stimulasi yang sesuai dengan usia

d. Pantau pola pertumbuhan (tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan rujuk ke ahli gizi untuk
mendapatkan intervensi nutrisi)

2. Dx : kerusakan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa.

Tujuan : komunikasi terpenuhi sesuai tahap perkembangan anak.

Intervensi :

a. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil

b. Berikan intruksi berulang dan sederhana

c. Beri waktu yang cukup untuk berkomunikasi.

d. Dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar contoh Koran, televises, radio, kalender, jam.
3. Dx : Risiko cedera b/d perilaku agresif/ koordinasi gerak tidak terkontrol

Tujuan : menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor risiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.

Intervensi :

a. Berikan posisi yang aman dan nyaman.

b. Manajemen perilaku anak yang sulit

c. Batasi aktifitas yang berlebihan.

d. Ambulasi dengan bantuan ; berikan kamar mandi khusus.

4. Dx : Gangguan interaksi sosial b/d kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social

Tujuan : meminimalkan gangguan interaksi social

Intervensi :

a. Bantu anak dalam mengidentifikasi kekuatan pribadi

b. Beri pengetahuan terhadap orang terdekat anak mengenai Retardasi Mental

c. Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga lain

d. Dorong anak mempertahankan hubungan dengan teman-teman

e. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

5. Dx : Gangguan proses keluarga b/d memiliki anak RM

Tujuan : keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya

Intervensi :

a. Kaji pemahaman keluarga tentang penyakit anak dan rencana perawatan

b. Tekankan dan jelaskan penjelasan tim kesehatan lain tentang kondisi anak, prosedur dan terapi yang
dianjurkan

c. Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyakit dan terapinya

d. Ulangi informasi sesering mungkin

6. Dx : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan fisik dan mental/ kurangnya kematangan
perkembangan.

Tujuan : melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan anak.

Intervensi :
a. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

b. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri, seperti keterbatasan gerak fisik, penurunan kognitif.

c. Dorong anak melakukan perawatan sendiri

Pendidikan pada orangtua :

a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia

b. Dukung keterlibatan orangtua dalam perawatan anak

c. Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit

d. Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll

D. Evaluasi

1. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya.

2. Dapat berkomunikasi dengan baik sesuai usia.

3. Perilaku dan pola hidup anak jauh dari risiko cidera.

4. Anak berpartisipasi dalam aktivitas bersama anak-anak dan keluarga lain.

5. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit anak dan terapinya.

6. Anak melakukan perawatan diri sesuai tingkat usia dan perkembangan

Anda mungkin juga menyukai