Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

NAMA : DANA KRISTIANTI


KELAS : II.A ( semester III )
NIM : PO.71.20.3.19.007

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Indah Dewi Ridawati , S.Kep, M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama hamil.
Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya normal. Namun
pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko menimbulkan
dehidrasi.

Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil mengalami
gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu segera ditangani untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering
kali dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya terus
meningkat sepanjang masa kehamilan.

B. Etiologi

 Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG
 Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
 Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
 Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain
 Faktor genetik : anak yang lahir dari ibu yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum,
tetapi hanya 3% saja.
C. Tanda dan Gejala

1. Tingkat I

a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

1. Dehidrasi : turgor kulit turun


2. Nafsu makan berkurang
3. Berat badan turun
4. Mata cekung dan lidah kering

b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun

d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II

a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

1. Turgor kulit makin turun


2. Lidah kering dan kotor
3. Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler

1. Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit


2. Nadi kecil karena volume darah turun
3. Suhu badan meningkat
4. Tekanan darah turun

c. Liver

Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus

d. Ginjal

Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :

1. Oliguria
2. Anuria
3. Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan

e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III

a. Keadaan umum lebih parah

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory Weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

1. Nistagmus
2. Diplopia
3. Gangguan mental

f. Kardiovaskuler Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat

g. Gastrointestinal

1. Ikterus semakin berat


2. Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

D. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu,
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran yang sulit dipatahkan.

Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang
sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

E. Pathway

KONSEP ASUHAN KEPERWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi

d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah,
kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan

h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen

i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll

j. Pola aktivitas sehari- hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

2. Pengkajian Data Objektif

a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya
nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun

c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi

d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria

e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi,


adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik

g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi


berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usia kehamilan)
3. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali per
menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan
Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.

f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma

g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan


abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system
pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di muntahkan, apalagi
kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor
kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.
B. Analisa Data

No Data Interpretasi Masalah Keperawatan


DS : Defisit Nutrisi
Peningkatan hormone (HCG,
- Pasien mengeluh progesterone, estrogen) /
mual defisiensi vit B6/ infeksi bakteri
Helicobacter Pylori
- Pasien mengatakan
tidak nafsu makan
Penurunan motilitas lambung
DO :
- Pasien tampak
Reaksi inflamasi mukosa
muntah-muntah
lambung
lebih dari 10 kali
Rangsangan menuju kendali di
area postrema pd lantai ventrika
ke-4 susunan saraf
(Chemoreseptor triggerzone)

Respon mual

Defisit Nutrisi

DS : - Risiko
Hiperemesis Gravidarum
DO : ketidakseimbangan
- Pasien tampak elektrolit
Risiko mengalami perubahan
muntah
kadar elektrolit serum

Resiko Ketidakseimbangan

Elektrolit

C. Diagnosa

1. Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis ditandai dengan keengganan untuk makan

2. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d muntah


D. Perencanaan

1. Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis ditandai dengan keengganan untuk makan

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi,
dengan

Kriteria hasil : 1. Keinginan makan meningkat

Intervensi

 Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makan

 Terapeutik
1. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu

 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu

Rasional

 Observasi
1. Untuk mengetahui baik atau buruknya gizi klien
2. Untuk memonitor jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi klien

 Terapeutik
1. Untuk memperbaiki fungsi mulut
2. Agar klien tidak bosan melihat penyajian makanan yang biasa
3. Untuk meningkatkan nafsu makan klien

 Kolaborasi
1. Mencegah terjadinya infeksi atau gangguan pada pencernaan

2. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d muntah

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keseibangan elektrolit terpenuhi.

Intervensi

 Obsevasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit

 Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

 Edukasi
- jelaskan jenis, penyebab ketidakseimbangan elektrolit

Rasional

 Obsevasi
1. Mengetahuan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Mengetahui seberapa banyak kehilangan elektrolit akibat muntah

 Terapeutik
 Memantau perkembangan kondisi pasien
 Mengetahui perkembangan pasien setiap pemeriksaan

 Edukasi
- Menambah wawasan pasien tentang ketidakseimbangan elektrolit

Anda mungkin juga menyukai