HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh :
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara berlebihan selama hamil.
Mual dan muntah (morning sickness) pada kehamilan trimester awal sebenarnya normal. Namun
pada hiperemesis gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko menimbulkan
dehidrasi.
Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu hamil mengalami
gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis gravidarum perlu segera ditangani untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini sering
kali dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya terus
meningkat sepanjang masa kehamilan.
B. Etiologi
Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG
Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain
Faktor genetik : anak yang lahir dari ibu yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum,
tetapi hanya 3% saja.
C. Tanda dan Gejala
1. Tingkat I
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
2. Tingkat II
b. Kardiovaskuler
c. Liver
d. Ginjal
1. Oliguria
2. Anuria
3. Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
b. Muntah berhenti
1. Nistagmus
2. Diplopia
3. Gangguan mental
g. Gastrointestinal
D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu,
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang
sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).
E. Pathway
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah,
kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
j. Pola aktivitas sehari- hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya
nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
Respon mual
Defisit Nutrisi
DS : - Risiko
Hiperemesis Gravidarum
DO : ketidakseimbangan
- Pasien tampak elektrolit
Risiko mengalami perubahan
muntah
kadar elektrolit serum
Resiko Ketidakseimbangan
Elektrolit
C. Diagnosa
1. Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis ditandai dengan keengganan untuk makan
1. Defisit Nutrisi b.d Faktor Psikologis ditandai dengan keengganan untuk makan
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi,
dengan
Intervensi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makan
Terapeutik
1. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
Rasional
Observasi
1. Untuk mengetahui baik atau buruknya gizi klien
2. Untuk memonitor jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi klien
Terapeutik
1. Untuk memperbaiki fungsi mulut
2. Agar klien tidak bosan melihat penyajian makanan yang biasa
3. Untuk meningkatkan nafsu makan klien
Kolaborasi
1. Mencegah terjadinya infeksi atau gangguan pada pencernaan
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keseibangan elektrolit terpenuhi.
Intervensi
Obsevasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- jelaskan jenis, penyebab ketidakseimbangan elektrolit
Rasional
Obsevasi
1. Mengetahuan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Mengetahui seberapa banyak kehilangan elektrolit akibat muntah
Terapeutik
Memantau perkembangan kondisi pasien
Mengetahui perkembangan pasien setiap pemeriksaan
Edukasi
- Menambah wawasan pasien tentang ketidakseimbangan elektrolit