Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

KELAS 2B

Disusun Oleh:
Muhammad rifa koswara 211119063

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI


2021
KONSEP DASAR
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa
hamiLMuntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal
yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal
dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan (Vamey, 2006).
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus
menerus, makan sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana
kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2010). Hiperemesis gravidarum merupakan mual
muntah yang berlebihan dan merupakan salah satu gejala paling awal, paling
umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan (Tiran,
2008).
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007).

B. Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi hiperemesis


gravidarum tingkat I, II dan III.

1) Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus-menerus


disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum.

2) Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang


dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.

3) Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan
kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang
berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium sampai
koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan
dalam urin ditemukan bilirubin dan protein (Manuaba, 2010)
C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan - perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan susunan
saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat - zat lain akibat inanisi.
Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan
ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khoriahs dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2007).

D. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton - asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan volume cairan yang
diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khlorida air kemih
turun. Selain itu jug adapt menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah - muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan
pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan
akibat perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif (Wiknjosastro,2007).
E. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan:
1. Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan
mata cekung.
2. Tingkatan II : penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata
menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan
dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin
menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati
werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental,
kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan
temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat,
terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro,2007).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien hiperemesis
gravidarum:
1. Dipstik urin: Ketonuria (Keton +1 atau lebih), keton berdampak
buruk terhadap perkembangan janin
2. Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi penyulis seperti
anemia dan infeksi
3. Ureum dan Kreatinin, dilakukan bila dicurigai ada gangguan ginjal
4. Elektrolit, pada muntah yang hebat bisa terjadi electrolyte imbalance
5. Glukosa darah sewaktu (GDS), karena pasien yang mual-muntah
umumnya sulit makan sehingga bisa mengalami hipoglikemia
6. Fungsi tiroid (TSH, fT4)
7. Fungsi hati (SGOT,SGPT): perlu dibedakan antara peningkatan yang
normal terjadi pada hiperemesis gravidarum dan akibat penyakit
pada hati seperti hepatitis B atau penyebab lainnya
8. Amilase: menentukan ada tidaknya prostatitis
9. Kultur urin: infeksi saluran kemih dapat menyebabkan mual muntah.
Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang lainnya
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan USG untuk memastikan
kesejahteraan janin dan memeriksa kemungkinan adanya kehamilan
multipel atau penyakit tropoblastik

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart (2014) adalah sebagai
berikut:
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama ibu, umur, agama, pendidikan pekerjaan dan alamat ibu semua
data ini untuk mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta status social
ibu di masyarakat. Selain itu juga mencakup data suami yang meliputi nama
suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil muda dengan keluhan mual muntah yang berlebihan
sampai mengganggu aktivitas ibu.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu dengan penyakit gastritis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular,
menurun dan menahun serta tidak ada riwayat Gemelly.
5. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kali menikah : terlalu muda berhubungan dengan kesiapan
untuk hamil, serta kesiapan mengasuh dan mendidik anak.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

7. Riwayat Kehamilan S ekarang


- Trimester I
- Hyperemesis Gravidarum
- Primi muda
- Mola hidatidosa, gemelly
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Dianjurkan banyak istirahat sehubungan dengan keadaan umum lemah
akibat hyperemesis gravidarum.
b. Pola Aktifitas
Aktifitas terganggu karena mual muntah yang berlebihan
c. Pola Eliminasi
- Oliguria
- Konstipasi
- Aseton dapattercium saat BAK
d. Pola Nutrisi
- Asupan gizi kurang
- Ion-ion dalam tubuh berkurang sehingga terjadi dehidrasi
- Mual-muntah.
e. Personal Hygiene
f. Keadaan Psikosial
- Takut terhadap kehamilan dan persalinan
- Takut kehilangan pekerjaan
- Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan
konflik mental sehingga memperberat mual-muntah.
g.Factor Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan yang dianut dan dijalankan
oleh ibu.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : : Pucat
Mata : Cekung, sclera sedikit ikterus
Mulut : Bibir kering, lidah kering dan tampak
Ekstremitas : kotor
Turgor kulit menurun
Wama kulit : : Kuning pada stadium lanjut
b. Palpasi
Perut : - Nyeri epigastrium
Leopald I : : < 3 jari bawah pusat
Leopald II:
Terjadi pada trimester I
Ekstremitas : Turgor menurun
c. Auskultasi
DJJ : Doppler pada umur kehamilan 12
d. Perkusi minggu
Reflek patella
+/+
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
Pasien mengatakan cepat Menelan Makanan
kenyang setelah makan
Pasien mengatakan nafsu
makan menurun
DO:
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah
Membran mukosa pucat
Serum albumin menurun
DS: Kehilangan Cairan Aktif Hipovolemia
Pasien mengeluh lemas
Pasien mengeluh haus
DO:
Frekuensi nadi meningkat
Tekanan darah menurun
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Suhu tubuh meningkat

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai
dengan pasien mengatakan cepat kenyang setelah makan, pasien mengatakan nafsu
makan menurun, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran mukosa
pucat, serum albumin menurun
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan Pasien
mengeluh lemas
Pasien mengeluh haus, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat
D. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan a. Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama ...x - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan menelan 24 jam pasien - Identifikasi alergi dan
makanan ditandai dengan menunjukkan intoleransi makanan
pasien mengatakan cepat  Kekuatan otot - Identifikasi makanan
kenyang setelah makan, pengunyah yang disukai
pasien mengatakan nafsu membaik - Monitor berat badan
makan menurun, otot  Kekuatan otot b. Terapeutik
pengunyah lemah, otot menelan membaik - Lakukan oral hygiene
menelan lemah, membran  Serum albumin sebelum makan
mukosa pucat, serum membaik - Sajikan makanan secara
albumin menurun  Perasaan cepat menarik dan suhu yang

kenyang menurun sesuai

 Membran mukosa c. Edukasi

membaik - Anjurkan posisi duduk


d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(missal pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan a. Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama ...x - Periksa tanda dan gejala
kehilangan cairan aktif 24 jam pasien hipovolemia
ditandai dengan pasien menunjukkan - Monitor intake dan
mengeluh lemas pasien  Kekuatan nadi output cairan
mengeluh haus, frekuensi meningkat b. Terapeutik
nadi meningkat, nadi  Turgor kulit - Hitung kebutuhan cairan
teraba lemah, tekanan meningkat - Berikan posisi modifield
darah menurun, turgor  Perasaan lemah Trendelenburg
kulit menurun, membran menurun - Berikan asupan cairan
mukosa kering, suhu  Keluhan haus oral
tubuh meningkat menurun c. Edukasi
 Frekuensi nadi - Anjurkan
membaik memperbanyak asupan

 Tekanan darah cairan oral

membaik - Anjurkan menghindari

 Membran mukosa perubahan posisi

membaik mendadak

 Suhu tubuh d. Kolaborasi

membaik - Kolaborasi pemberian IV


isotonis (misal NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (missal
albumin, plasmanate)

K. Daftar Pustaka

1. PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

2. PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

3. PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

4. https://www.mitrakesmas.com/2018/08/pengertian-hiperemesiss-
gravidarum.html?m=1
5. https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/hiperemesis-
gravidarum/diagnosis

Anda mungkin juga menyukai