Anda di halaman 1dari 2

Nama : Adnan Muhamad Nur

NIM: 21344158
Lokal : E

Tugas Farmasi Komunitas

1.Sebutkan regulasi yang mengatur perizinan suatu apotek ?

2.Apa saja faktor yang menyebabkan izin apotek di cabut ?

3. Jelaskan alur pembuatan dan pencabutan surat izin apoteker (SIPA) ?

4. Uraikan alur perizinan apotek menurut regulasi terbaru?

Jawab

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata


Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum. Dan sekarang berlaku
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG
APOTEK.

2. Kepala Kantor Wilayah dapat mencabut Surat Izin Apotik apabila. a. Apoteker sudah tidak
lagi tnemenuhi ketentuan yang dimaksud Pasal 5, dan atau b. Apoteker tidak memenuhi
kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat (2), dan atau c. Apoteker Pengelola
Apotik terkena ketentuan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5), dan atau d. Terjadi pelanggaran
temadap ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud dalam Pasal 31 dan atau e.
Surat izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut, dan atau f. Pemilik Sarana Apotik terbukti
terlibat dalam pelanggaran perundangundangan dibidang obat, dan atau g. Apotik tidak lagi
memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 6 ( 1993 Permenkes No 922 Menkes Per X
1993 Izin Apotik_)

3. Pencabutaan SIPA
Nama : Adnan Muhamad Nur
NIM: 21344158
Lokal : E
Pembuatan sipa
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 terlampir. (2) Permohonan
SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. surat
pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas
pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c.
surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2
(dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; www.djpp.kemenkumham.go.id 11 2011,
No.322 (3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA
atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 7
atau Formulir 8 terlampir. (Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011)

4. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. (2) Menteri melimpahkan
kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA. (4) SIA
berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
(PMK_9_2017_ttg_Apotek)

Permohonan izin Apotik diajukan Apoteker kepada Kepala Kantor Wilayah MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dengan
menggunakan contoh Formulir Model AP-1. (2) Dengan menggunakan Formulir Model AP-2,
Kepala Kantor Wilayah selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan, wajib menugaskan Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotik untuk melakukan kegiatan. (3)
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja
setelah penugasan dari Kepala Kantor Wilayah wajib melaporkan hasil pemeriksaan kepada
Kepala Kantor Wilayah dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-3. (4) Dalam hal
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat tidak dilaksanakan, apoteker
Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor
Wilayah dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan, dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-4. (5) Dalam jangka waktu 12
(dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
ayat (3) atau pernyataan dimaksud ayat (4), Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan Surat Izin
Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-5. (6) Dalam hal hasil pemeriksaan
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi
syarat, Kepala Kantor Wilayah dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat
Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-6. (7) Terhadap Surat
Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Permenkes No 922 Menkes Per X 1993 Izin
Apotik

Anda mungkin juga menyukai