Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelas E – Karyawan
Kelompok 1
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Injeksi.............................................................................................................3
2.1.1 Karakteristik Sediaan Injeksi Yang Baik.............................................3
2.1.2 Komponen dan Fungsi Injeksi..............................................................4
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Injeksi....................................................................9
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi..............................9
2.1.5 Penggolongan Injeksi...........................................................................10
2.1.6 Macam-Macam Metode Pembuatan Injeksi ........................................11
2.2 Fenobarbital....................................................................................................12
2.2.1 Sifat Fisika Dan Kimia Fenobarbital....................................................13
2.2.2 Meknisme Kerja...................................................................................13
2.2.3 Farmakodinamika.................................................................................13
2.2.4 Farmakokinetika...................................................................................13
2.2.5 Efek Samping.......................................................................................14
2.2.6 Interaksi Obat.......................................................................................14
2.2.7 Indikasi.................................................................................................14
2.2.8 Kontra Indikasi.....................................................................................14
2.2.9 Penggunaan dan Dosis..........................................................................14
2.3 Cara Pembuatan Produk Steril Yang Baik.....................................................16
2.3.1 Cara Sterilisasi.....................................................................................16
2.4 Produksi..........................................................................................................17
i
BAB IV PENUTUP..................................................................................................51
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................51
4.2 Saran...............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………... 53
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Phenobarbital merupakan obat sedatif dan hipnotik yang tersedia dalam
bentuk sediaan tablet, eliksir dan injeksi. Kelarutannya dalam air 1: 1000.
Kelarutan phenobarbital yang kecil merupakan masalah dalam pembuatan
sediaan injeksi khususnya untuk pemakaian secara intravena. (FI III,1979)
Phenobarbital Natrium merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf
pusat (SPP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan yaitu
menyebabkan tenang / kantuk, menidurkan hingga yang berat yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anastesi, koma dan mati. Pada dosis terapi, obat sedative
menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi,
sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Phenobarbital Natrium ini selama beberapa waktu telah digunakan secara
ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang selain untuk beberapa
penggunaan yang spesifik, golongan obat ini telah digantikan oleh
benzodiazepin yang lebih aman. Dosis yang digunakan untuk Antikonvulsi,
intramuscular, intravena 1x 200-320 mg, prn diulang/ 6jam; untuk hipnotik
intramuscular, intravena 1x = 130 mg - 200 mg dan untuk sedativ
intramuscular, intravena 1x = 100 mg - 130 mg, prn diulang/6 jam.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
melalui selaput lendir (FI III, 1979).
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang
diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam
kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki
pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran
mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan
bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.
Injeksi phenobarbital berfungsi sebagai manajemen terapi darurat sebagai
manajemen terapi darurat kejang akut, mengatasi epilepsi, memberikan efek
menenangkan sebelum operasi, dan memberikan efek mengantuk, dengan
dosis intravena 50-200 mg. Persyaratan dibuat injeksi yaitu harus aman
dipakai, larutan jernih, steril, bebas pirogen dan tidak boleh berwana.
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat
berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obat yang disesuaikan
dengan karakteristik dari sifat zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan
1
2
1.3 Tujuan
1. Menganalisis dan memahami cara produksi sediaan injeksi phenobarbital yang baik
2. Menganalisis dan memahami komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi
sediaan injeksi phenobarbital
3. Menganalisis dan memahami pengadaan barang dan alurnya
4. Menganalisis dan memahami proses produksi yang baik (alur, proses produksi, evaluasi,
pengemasan, penyimpanan dan distribusi)
5. Menganalisis dan memahami formulasi sediaan injeksi phenobarbital
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan
cara merobek jarigan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender (FI III,
1979). Sedangkan menutut Farmakope Indonesia edisi IV, Injeksi adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang
biasa diberikan secara intravena. Suspensi tidak biasa diberikan karena berbahaya yang
dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (FI IV, 1995).
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki
kapasitas atau volume 0,5 Ml – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau
ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan
volume sebanyak 5 mL atau pun lebih.
a. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
Pelarut dan bahan penolong harus dicoba pada hewan terlebih dahulu, untuk
meyakinkan keamanan pemakaian bagi manusia.
b. Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel padat, kecuali yang
berbentuk suspensi.
c. Sedapat mungkin isohidris yaitu mempunyai pH 7,4 agar tidak terasa sakit dan
penyerapannya optimal.
d. Sedapat mungkin isotonic, yaitu mempunyai tekanan osmose sama dengan
tekanan osmose darah/ cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak tidak
menimbulkan haemolisa. Jika terpaksa dapat dibuat sedikit hipertonis, tetapi
jangan hipotonis.
3
4
e. Harus steril yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang
apatogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun spora.
f. Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 mL atau lebih
sekali penyuntikan.
g. Tidak boleh berwarna kecuali memang zat berkhasiatnya bewarna.
Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik
keluar dari sel, sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat
sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut.
Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan
diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan
menyebabkan pecahnya sel itu dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah
itu sel darah merah, disebut “haemolisa”. Pecahnya sel ini akan dibawa aliran
darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil.
Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, jika terpaksa dapat sedikit
hipertonis, tetapi jangan sampai hipotonis. Cairan tubuh kita masih dapat
menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama nilainya dengan larutan
NaCl 0,6-2,0% b/v.
Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan:
- Subkutan: jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar
penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancer.
- Intralumbal: jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal,
dapat menimbulkan perangsangan pada selaput otak.
- Intravenous, terutama pada infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa.
3) Untuk mendapatkan larutan isotonis
ion yang sama dengan ion-ion yang terdapat dalam darah, yaitu:K +, Na+, Mg++,
Ca++, Cl-. Isoioni diperlukan pada penyuntikan dalam jumlah besar, misalnya
pada infus intravena.
4) Sebagai zat bakterisida
- Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gan
N2 atau gas CO2.
- Menambah antioksidan untuk mlarutan injeksi yang tidak tahan terhadap
O2 dari udara. Contohnya: penambahan Na-metabisulfit/ Na-pirosulfit
0,1% b/v pada larutan injeksi Vit C, Adrenalin dan Apomorfin.
b) Mencegan terjadinya endapan alkaloid pleh sifat alkalis dari gelas. Untuk
ini dapat dengan menambah chelating agent EDTA (Etilen Diamin Tetra
Asetat) untuk mengikat ion logam yang lepas dari gas/ wadah kaca atau
menambah HCl sehingga bersuasana asam.
c) Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar.
d) Menambah/ menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi luminal
dalam sol.petit, penambahan etilen diamin pada injeksi Thiophyllin.
9
Tujuan obat dibuat steril (seperti injeksi) karena berhubungan langsung dengan
darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana pertahanan terhadap zat asing
tidak selengkap yang berada di saluran cerna/ gastrointestinal, misalnya hati yang
berfungsi untuk metralisir/ menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi). Pada
umumnya injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepatproses penyearapan
(absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik/ injeksi, tablet implant,
tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata/ guttae opthal, cuci mata/
collyrium dan salep mata/ oculenta.
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi
a. Keuntungan:
b. Kerugian:
1) Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan sukar dilakukan
pencegahan.
2) Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
3) Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
4) Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral.
9
Umumnya larutan isotonis, jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 mL.
Disuntikkan ke dalam “alveola”, kulit mula-mula diusap dengan cairan desinfektan
(etanol 70%).
b. Injeksi intrakutan atau intradermal (i.c)
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume yang disuntikkan sedikit
(0,1-0,2 mL). Digunakan untuk tujuan diagnostic. Biasanya yang digunakan adalah
ekstrak alergenik.
c. Injeksi intramuscular (i.m)
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi. Disuntikkan
masuk ke dalam otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 mL.
penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa
sakit, sedapat mungkin tidak lebih dari 4 mL.
d. Injeksi intravena (i.v)
Merupakan larutan dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang
dapat bercampur dengan air, volume 1 mL sampai 10 mL. Larutan injeksi intravena
harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat
kapiler dan menyebabkan kematian.
e. Injeksi intraarterium (i.a)
Injeksi ke dalam spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah
local. Untuk pengobatan penyakit neoplastic seperti leukemia.
9
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini
juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
j. Intra articular
Injeksi yangdigunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi
secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
k. Inrasisternal dan peridual
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya
merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis atau injeksi.
l. Intra tekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan
injeksi ke dalam ruang sub arachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada
mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam
serabut saraf spinal. Volume 1-2 mL biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat
diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai
keadaan tubuh pasien.
2.1.6 Macam-Macam Metode Pembuatan Injeksi
2.2 Fenobarbital
Fenobarbital (asam 5,5 fenil etil barbiturat) merupakan derivat barbiturat yang berdurasi
lama (long acting) karena berada dalam darah lebih dari 6 jam . Fenobarbital merupakan
senyawa organik yang pertama digunakan dalam pengobatan antikonvulsi yang efektif untuk
kejang parsial sederhana kompleks dan kejang tonik-klonik umum (grand mall). Efikasi,
toksisitas yang rendah, serta harga yang murah menjadikan fenobarbital obat yang penting
untuk tipe-tipe epilepsi ini (Harsono, 2001).
Aksi utama fenobarbital terletak pada kemampuannya untuk menurunkan konduktan
natriumm dan kalium. Fenobarbital menurunkan kadar kalsium dan mempunyai efek lansung
terhadap reseptor GABA, aktivitas reseptor barbiturat akan meningkatkan kondukta post-
sinap klorida (Wibowo dan Gofir, 2006).
Berbentuk hablur kecil atau serbuk hablur putih baerkilat, tidak berbau, tidak
berasa, dapat terjadi polimorfisma. Fenobarbital stabil diudara serta dalam pH larutan
jenuh lebih kurang 5. Sifat lainnya adalah sangat sukar larut dalam air, namun
fenobarbital larut dalam etanol, dalam eter, dan larutan alkali hidroksida dan dalam
alkali karbonat. Selain itu agak sukar larut dalam kloroform (FI IV, 1995).
2.2.3 Farmakodinamika
Fenobarbital (asam 5,5 fenil etil barbiturat) secara struktural adalah turunan dari
barbiturat yang berdurasi lama (long acting) karena berada dalam darah antara 2-7
hari. Fenobarbital merupakan senyawa oerganik pertama yang digunakan dalam
9
pengobatan antikonvulsi yang efektif untuk kejang parsial sederhana kompleks dan
kejang tonik-klonik umum (grand mal). Efikasi, dan toksisitas yang rendah
menjadikan fenobarbital obat yang penting untuk tipe-tipe epilepsy ini.
2.2.4 Farmakokinetika
Hang over/ after effects, berupa vertigo, mual, muntah, diare. Kadang timbul
kelainan emosional dan fobia jadi tambah hebat, eksitasi paradoksal, rasa nyeri
(myalgia, neuralgia, artrargia), hipersensitivitas (alergi, dermatitis, erupsi, demam,
delirium/ kerusakan degeneratif hati).
2.2.7 Indikasi
Fenobarbital digunakan untuk semua jenis epilepsi kecuali petit mal. Untuk
pengobatan epilepsi terutama untuk terapi penderita serangan grand mal atau berbagai
serangan kortikal lainnya, juga terhadap status epileptikus.
Pasien alergi barbiturat, penyakit hati dan ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson,
pasien psikoneuritik tertentu.
16
Fenobarbital secara umum digunakan oral, sediaan yang umum digunakan tablet,
suspense, dan injeksi. Dosis untuk fenobarbital peroral 5-8 mh/ hari. Untuk injeksi i.m
dan i.v 50-200 mg, ulangi setelah 6 jam bila perlu, maksimal 600 mg/ hari. Encerkan
dalam air 1:10 untuk intravena status epileptikus dengan kecepatan injeksi intravena
tak lebih dari 100 mh/ menit, sampai bangkitan teratasi atau sampai maksimal 15 mg/
hari tercapai (BPOM, 2017).
Menurut CPOB produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan
tujuan memperkecil resiko kontaminasi mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat
tergantung dari keterampilan, pelatihan dan sikap personel yang terlibat. Pemastian mutu
sangatlah penting dan pembuatan steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode
pembuatan dan proedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi. Secara garis besar,
proses pembuatan obat steril dibagi menjadi 2 kategori:
a. Produk disterilkan dalam wadah akhir (sterilisasi akhir-post sterilization)
b. Produk di proses secara aseptis, pada sebagian atau semua tahap (Aseptic Prosessing)
16
a. Sterilisasi Akhir
Tiap siklus sterilisasi panas hendaklah dicatat pada suatu lembar pencatat waktu/
suhu dengan skala yang cukup besar atau dengan alat perekam yang mempunyai
akurasi dan presisi yang dapat diandalkan. Posisi probe pengukur suhu yang
dipakai untuk memantau dan/ atau mencatat hendaklah sudah ditentukan saat
melakukan validasi dan bilamana sesuai, juga dibandingkan terhadap suatu probe
pengukur suhu lain yang independen dan ditempatkan pada posisi yang sama.
c. Sterilisasi cara basah
Sterilisasi cara panas kering cocok untuk cairan non air atau serbuk kering. Proses
ini hendaklah dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan
menjaga tekanan positif untuk mencegah udara nonsteril masuk. Udara
17
yang masuk hendaklah melalui filter HEPA. Bila proses ini juga digunakan untuk
menghilangkan pirogen, uji tantang menggunakan endotoksin hendaklah
dilakukan sebagian dari validasi.
Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk yang
peka terhadap panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi,
sehingga metode ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yamg
dibukikan melalui eksperimen. Biasanya radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai
metode sterilisasi.
Metode sterilisasi ini hendaklah hanya digunakan bila cara lain tidak dapat
diterapkan selama proses validasi hendaklah dibuktikan bahwa tidak ada akibat
yang merusak produk. Kondisi dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan
gas hendaklah ditentukan untuk mengurangi gas residu dan zat hasil reaksi sampai
pada batas yang dapat diterima yang sudah ditetapkan untuk tiap produk atau
bahan.
2.4 Produksi
a. Pembelian/ procurement
1) Pembelian bahan awal adalah satu aktifitas pentinb dan oleh karena itu
hendaklah melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan
menyeluruh perihal pemasok.
2) Harus dilakukan kualifikasi pemasok (Vendor qualification).
3) Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung
dari produsen.
18
b. Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal
dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi
dan pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan penanganan,
pemberian label dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan
penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan pemasok.
5) Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan
terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok.
6) Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai diseyujui dan
diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.
d. Penandaan Bahan Baku
2) Label yang menunjukkan satus bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh
personil yang ditunjuk oleh kepala bagian pengawasan mutu. Untuk mencegah
kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda
dengan label yang digunakan oleh pemasok (missal dengan mencantumkan
nama atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami perubahan.
e. Penyerahan/ Distribusi Bahan/ Material
1) Pencampuran
Pencampuran dalam skala kecil, dilakukan dibawah LAF dan massa yang telah
halus dimasukkan ke dalam countainer stainless steel, kemudian diaduk dengan
mixer salam 1 jam dengan suhu sama berkisar 40-50̊C. pada tahap ini
dilakukan IPC berupa pemerian, homogenitas, kadar zat aktif, dan viskositas
seta diberi label.
Pencampuran pada skala industry, bahan aktif dan pelarut menggunakan alat
khusus untuk menjaga kesterilannya. Maka perlu suatu alat yang mempunyai
kemampuan menjaga atau mempertahankan keadaan steril. Salah satu alat yang
bisa digunakan alah mixing cair karena saat proses pencampuran berada pada
ryang yang sangat tertutup. Sehingga kesterilan bahan aktif dan tambahan bisa
terjamin.
- Perlu diingat atau diperhitungkan jumlah pelarut yang tersedia atau
konsentrasi zat yang akan dilarutkan, apakah dapat membentuk larutan yang
sempurna.
- Pelarut kadang-kadang dipakai aqua bebas O2 dan CO2 dididihkan air untuk
injeksi lebih kurang 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara luar
sesempurna mungkin, dinginkan dan segera digunakan. Cara melarutkan
akan menentukan hasil kelarutan.
2) Penambahan bahan-bahan
3) Pengadukan dan pemanasan harus hati-hati terhadap stabilitas obat
4) pH larutan dan penambahan dapar
5) filtering
setelah proses proses pencampuran selesai, maka dilanjutkan pada tahap
penyaringan. Akhir yang didapat benar-benar bebas dari partikel-partikel kasar.
Bisa 1 kali atau lebih. Menyaring bisa dengan kertas saring atau sintered Glass
Filter.
- Vial dan botol dapat diisi langsung. Tutup dengan tutup karet atau aluminium.
- Persyaratan wadah sediaan injeksi
Wadah termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik secara
fisik maupun kimia. Sehingga akan mengubah kekuatan dan efektifitasnya. Bila
wadah terbuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau
berwarna kekuningan, untuk memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis wadah
gelas yang digunakan untuk tiap sediaan biasanya dinyatakan dalam masing-
masing monograf. Sediaan injeksi ditempatkan pada wadah dosis tunggal atau
dosis ganda.
h. Sterilisasi sediaan
Etiket industri: biru, berisi: nama paten, steril, jumlah obat, komposisi, nomor
bets, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa
a. Kelas A
18
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, missal zona pengisian, wadah tutup karet.
Ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini
dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) ditempat
kerja. Sistem udara laminar hendaklah menglirkan udara dengan kecepatan merata
berkisar 0,36-0,54 m/ detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih
terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan divalidasi.
Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator
tertutup dan kotak bersarung tangan.
b. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, kelas ini adalh lingkungan latar
belakang untuk zona kelas A.
c. Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung resiko
lebih rendah.
23
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO
14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan lingkungan
pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk
tiap kelas kebersihan adalah sebagai berikut
Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan srea bersih selama kegiatan berlangsung
adalah:
28
2.4.4 Personalia
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam
proses pembuatan produk steril, terutama dengan teknik pembuatan secara aseptis
adalah faktor personalia. Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait
dengan personalia yang bekerja diruang steril:
a. Hanya personel dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area
bersih, hal ini penting khususnya pada proses aseptis. Inspeksi dan pengawasan
hendaklah dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
b. Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara seksama
untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh
disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang
dapat menimbulkan bahaya kontaminasi dari luar area bersih.
c. Standar hygiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personel
yang terlibat dalam pembuatan produk steril hendaklah di instruksikan untuk
melaporkan semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran
kontaminan yang tidak normal jumlah dan jenisnya, pemeriksaan kesehatan secara
berkala perlu dilakukan. Tindakan yang diambil terhadap personel yang dapat
menimbulkan bahaya kontaminasi mikrobiologis hendaklah diputuskan oleh
personel kompeten yang ditunjuk.
d. Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler tidak boleh dibawa masuk ke dalam
kamar ganti pakaian yang berhubugan dengan kelas B dan C, untuk tiap personel
yang bekerja di kelas A/B, Pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi dengan
memadai) hendaklah disediakan untuk tiap sesi kerja. Sarung tangan hendaklah
secara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung tangan hendaklah
diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja
e. Arloji, kosmetika dan perhiasan tidak boleh dipakai di area bersih.
f. Personel yang memasuki area bersih atau area steril hendaklah mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kelapa dan kaki.
Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah
mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh. Pakaian ini hendaklah
nyaman dipakai dan agak longgar untuk mengurangi gesekan. Pakaian ini hanya
boleh dipakai di area bersih atau area steril yang relevan
g. Pakaian dan mulutnya hendaklah disesuaikan dengan proses dan kelas kebersihan
area kerja. Pakaian tersebut hendaklah dipakai sesuai dengan tujuannya untuk
melindungi produk dari kontaminasi
Deskripsi pakaian kerja yang dipersyaratkan untuk tipe kelas menurut CPOB adalah
sebagai berikut:
1. Kelas D
28
Rambut dan jika relevan janggut hendaklah ditutup. Pakaian pelindung reguler,
sepatu yang sesuai atau penutup sepatu hendaklah dikenakan. Perlu diambil
tindakan pencegahan yang sesuai untuk menghindarkan kontaminasi yang berasal
dari bagian luar area bersih.
2. Kelas C
Rambut dan jika relevan jangaut dan kumis hendaklah ditutup, pakaian model
terusan atau model celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat diikat,
memiliki leher tinggi dan sepatu atau penutup sepatu yang sesuai hendaklah
dikenakan. Pakaian kerja ini hendaklah tidak melepaskan serat atau bahan
partikulat.
3. Kelas A/B
Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut serta jika relevan janggut dan
kumis, penutup kepala hendaklah diselipkan kedalam leher baju, penutup muka
hendaklah dipakai untuk mencegah penyebaran peracikan. Model terusan atau
model celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat diikat dan memiliki
leher tinggi, hendaklah dikenakan. Hendaklah dipakai sarung tangan plastik atau
karet steril yang bebas serbuk dan penutup kaki steril atau didisinfeksi.
Ujung celana hendaklah diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung lengan baju
diselipkan ke dalam sarung tangan. Pakaian pelindung ini hendaklah tidak
melepaskan serat atau bahan partikulat dan mampu partikel yang dilepaskan dari
tubuh.
28
2.4.5 Peralatan
diperlukan. Area kelas A dan B hendaklah didesain sehingga semua kegiatan dapat
diamati dari luar.
b. Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan
tidak retak untuk mengurangi pelepasan atau akumulasi partikel atau mikroba dan
untuk memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan
disinfektan.
c. Untuk mengurangi akumulasi debu dan memudahkan pembersihan tidak boleh ada
bagian yang sukar dibersihkan dan lis yang menonjol, rak, lemari serta peralatan
hendaklah dalam jumlah terbatas. Pintu hendaklah didesain untuk menghindarkan
bagian yang tersembunyi dan sukar dibersihkan, pintu sorong hendklah dihindarkan
karena alasan tersebut.
d. Pintu-pintu ruang penyangga udara tidak boleh dibuka secara bersamaan. Sistem
interlock atau sistem peringatan visual dan/ atau audio hendaklah dioperasikan
untuk mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang bersamaan.
2.4.7 Sanitasi
2.4.8 Air
a. Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan sistem
distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa spesifikasi
yang sesuai dicapai tiap pengoperasian.
b. Air untuk injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan atau cara
lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
c. Air untuk injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan dengan
cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi dengan konstan
pada suhu diatas 70̊C.
d. Air untuk injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih, steril, non
reaktif, non absorptive, non aditif dan terlindung dari kontaminasi.
e. Alat perekam hendaklah digunakan untuk memantau suhu penyimpanan.
29
f. Persyaratan WFI:
2.4.9 Pengolahan
a. Pembuatan produk yang berasal dari sumber mikrobiologis tidak boleh diproses
atau diisi di area yang digunakan untuk pembuatan produk lain, namun, vaksin
yang mengandung organisme mati atau ekstrak bacterial dapat diisikan kedalam
wadah-wadah, didalam bangunan-fasilitasyang sama dengan produk steril lain,
setelah diproses inaktivasi yang tervalidasi dan pembersihan menurut prosedur
yang tervalidasi.
b. Validasi proses aseptis hendaklah mencakup uji simulasi proses menggunakan
media pertumbuhan (media fill). Pemilihan media pertumbuhan hendaklah
dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan selektifitas, kejernihan, konsentrasi dan
cara sterilisasi yang sesuai untuk media tersebut.
c. Jumlah wadah yang digunakan untuk media fill hendaklah cukup memungkinkan
evaluasi absah. Untuk bets ukuran kecil, jumlah wadah untuk media fill hendaklah
minimal sama dengan ukuran bets produk. Target hendaklah dengan pertumbuhan
nol dan ketentuan berikut hendaklah diterapkan:
30
1. bila mengisi kurang dari 5.000 unit, tidak boleh ditemukan unit tercemar.
2. Bila mengisi 5.000 sampai dengan 10.000 unit:
Dilakuan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket dan dikemas.
a. Evaluasi Fisika
4) Uji keseragaman bobot dan keseragaman volume (FI III hal 19)
- Pada pembuatan kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi untuk
produksi skala besar hal ini tidak mungkin dikerjakan
- Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilen 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan biru metilen akan dimasukkan kedalamnya karena
perbedaan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut. Cara ini tidak dapat
dilakukan untuk larutan-larutan yang sudah berwarna.
- Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada kebocoran maka
larutan ini akan keluar dari dalam wadah. Wadah-wadah tang tidak dapat
disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah
tersebut ke dalam eksikator yang divakumkan. Jika ada kebocoran akan diserap
keluar.
2.6 Pengemasan dan Penandaan Sediaan Injeksi
2.6.1 Pengemasan
a. Wadah
- Wadah dosis ganda (multiple dose) adalah wadah yang memungkinkan dapat
diambilnya isinya beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan,
mutu atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut. Wadah untuk beberapa
kali penyuntikan. Wadah dosis ganda disebut dengan vial (flacon), terdiri dari
botol kaca dengan penutup sumbat karet yang dilapisi dengan alumunium
seal.
1) Wadah Kaca
Syarat wadah kaca :
- Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat
- Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.
- Tidak boleh memberikan zarah/partikel kecil ke dalam larutan injeksi.
- Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah.
- Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.
- Harus memenuhi syarat "Uji Wadah kaca untuk injeksi"
2) Wadah plastik
Wadah dari plastik contoh polietilen, polipropilen.Wadah plastik disterilkan
dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida.
Keuntungan : netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat
hingga mudah diangkut, tidak diperlukan penutup karet.
Kerugian : dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air,
juga dapat ditembus gas CO2.
33
b. Tutup Karet
Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas/ kaca. Tutup karet
dibuat dari karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup
harus dibuat dari bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang
cocok. Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka :
Karet tidak lengket atau lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak
melepaskan pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut.
Setelah dingin tidak boleh keruh. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat.
2.6.2 Penandaan
Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah
zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal
kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau bets yang
menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi
tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi,
pengisian, pengemasan, dan penandaan.
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat aktif dalam sediaan parenteral
volume besar, maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum
misalnya injeksi dekstrosa 5% atau injeksi dekstrosa (5%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, Penandaan
mencakup informasi berikut :
1. Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume
tertentu, kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk
membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan nama dan efek bahan tersebut.
34
2.7 Penyimpanan
Distribusi merupakan kegiatan penting yang teritegrasi dengan manajemen rantai pasok
sediaan farmasi. Dalam prakteknya perlu dilakukan penjaminan mutu pada semua aspek di
setiap proses distribusi, mulai dari pengadaan, penyimpanan, peraturan dan registrasi
distribusi hingga diberikan kepada pasien. Lemahnya sistem distribusi dapat membuka jalan
untuk penyebaran sediaan farmasi palsu dan penjualan yang ilegal.
Setiap aspek dalam proses distribusi sediaan farmasi harus dapat bertanggung jawab
terhadap kualitas dan keamanan dari produk. Dalam pelaksanaannya, sistem yang memadai
harus tersedia untuk memastikan produk dapat ditelusuri. Prosedur pengadaan dan perilisan
harus dikeluarkan secara resmi, guna memastikan bahwa produk farmasi yang akan
didistribusikan bersumber dari pemasok yang legal.
Semua identitas dalam proses rantai pasok harus dapat terlacak berdasarkan jenis
produk farmasi tersebut dan harus dilengkapi prosedur dan catatan tertulis yang dapat
menjamin ketelusuran produk. Kegiatan penjaminan mutu dalam proses distribusi meliputi
managemen mutu, manajemen resiko mutu, kajian dan pemantauan manajemen serta
34
pengelolaan kegiatan distribusi berdasarkan kontrak. Sertifikat kesesuaian sistem mutu yang
berlaku baik nasional
35
Jika tidak memiliki sertifikat tersebut, dapat digantikan dengan guidelines pelaksanaan
prinsip GMP terkait produk farmasi. SOP resmi untuk setiap kegiatan operasional harus tersedia.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengiriman:
a. Kondisi khusus yang diperlukan produk selama proses pengiriman harus dipantau dan
dicatat.
b. Proses pengiriman tidak boleh memberikan efek negative terhadap integritas dan
kualitas dari sediaan farmasi
c. Prosedur tertulis harus disertai selama proses untuk dilakukan investigasi terhadap
segala penyimpangan terkait kondisi penyimpanan, contohnya jika suhu tempat
penyimpanan produk saat proses pengiriman tidak sesuai.
e. Semua produk farmasi harus disimpan dan didistribusikan dalam wadah yang tidak
memberikan efek buruk terhadap kualitas produk, dan memberikan perlindungan
memadai dari pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi mikroba. Label yang
ditempelkan di wadah harus jelas, tidak ambigu, secara permanen tertuju pada wadah
dan tidak mudah terhapuskan. Informasi tentang label harus sesuai dengan produk.
Produk yang mengandung dari bahan aktif dan radioaktif obat dan bahan berbahaya
lainnya yang memberikan risiko penyalahgunaan, kebakaran, atau ledakan (misalnya,
cairan yang mudah terbakar, padatan dan gas bertekanan) harus disimpan dan diangkut
di dalam wadah yang aman.
Produk farmasi hanya boleh dijual dan didistribusikan kepada pihak yang berhak. Bukti
otoritas tertulis harus diperoleh sebelum dilakukan pengiriman ke pihak tersebut. Pemasok
produk farmasi harus dipastikan sebelum dilakukan pengiriman, dipastikan personil yang
menyetujui kontrak terkait pengiriman dan penyimpanan produk. Pengiriman dan
pengantaran produk farmasi dilakukan setelah diterimanya permintaan pengiriman
material, jika ada rencana penambahan harus terdokumentasi.
36
Rekap data pengiriman produk farmasi harus memuat informasi sebagai berikut:
a. Waktu pengiriman
b. Nama dan alamat yang bertanggung jawab untuk pengiriman
c. Nama, alamat, status instansi seperti retail farmasi, rumah sakit dan komunitas
klinik
d. Deskripsi produk meliputi nama, bentuk dan kekuatan sediaan
e. Jumlah produk, seperti jumlah container dan jumlah produk per container
f. No batch dan tanggal kadaluarsa
g. Kondisi transportasi dan penyimpanan
h. Nomor unik untuk memungkinkan identifikasi pesanan pengiriman.
Sistem dan prosedur tertulis diperlukan untuk mendeteksi secara cepat dan efektif
produk farmasi yang diketahui atau diduga cacat, dengan personil yang bertanggung jawab
untuk melakukan recall.
Pihak manufaktur juga harus diberi tahu jika dilakukan recall. Jika penarikan kembali
dilakukan oleh entitas selain produsen asli dan/atau pemegang otorisasi pemasaran,
konsultasi dengan produsen asli dan/atau pemegang otorisasi pemasaran harus dilakukan,
jika memungkinkan, dilakukan sebelum dilaksanakan recall. Semua pelanggan dan otoritas
terkait harus segera diberitahu jika dilakukan recall mengingat mutu dari produk tersebut.
Semua produk farmasi yang ditarik harus disimpan di area terpisah yang aman untuk
menunggu tindakan yang tepat. Kondisi penyimpanan yang sesuai untuk produk farmasi
yang ditarik kembali harus dipertahankan selama penyimpanan sampai saat keputusan
telah dibuat terkait produk tersebut.
Dokumentasi harus tersedia untuk personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penarikan kembali. Dokumen harus memuat informasi yang cukup tentang produk farmasi
yang diberikan kepada pelanggan (termasuk jika produk diekspor). Proses recall harus
dicatat dan laporan akhir dikeluarkan, mencakup rekonsiliasi antara jumlah produk yang
dikirim dan yang diperoleh kembali.
37
Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C12H11N1NAO3
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Parameter Data
Pemerian Hablur berlapis, atau hablur berbentuk granul,
putih atau serbuk putih higriskopis, tidak
berbau,
rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap
fenolftalein dan terurai bila dibiarkan.
Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
Kelarutan etanol,
praktis tidak larut dalam eter dan kloroform
Sterilisasi Otoklaf
BM 254,22
Parameter Data
Serbuk hablur,putih tidak berbau,rasa agak
Pemerian asam
Kelarutan Larut dalam 11 bagian air,sukar larut dalam
etanol 95% p,praktis tidak larut dalam
kloroform
dan dalam eter p
pH Antara 4,0 dan 6,0
Pengkhelat dan agen pengkompleks konsentrasi
Khasiat 0,005 – 0,1 %w/v.
OTT Pengoksidasi kuat, basa kuat, ion logam
polivalen seperti besi, nikel
Parameter Data
Cairan berminyak kering, tiak berwarna dengan
sedikit bau aromatic dapat memberikan sensani
terbakar yang tajam pada lidah. Pada suhu di
bawah 17 derajat akan terlihat jernih dan tidak
Pemerian berwarna
Wadah tertutup rapat hindarai paparan panass
Penyimpanan yang berlebihan
Kegunaan Pengawet antimikroba (maksimal 2,0 % v/v)
f. Propylen glikol
Parameter Data
Cairan bening tidak berwarna, kental praktis
tidak berbau dengan rasa manis, sedikit tajam
Pemerian dengan menyerupai gliserin
Stabil dalam wadah tertutup terlindung darui
Penyimpanan cahaya matahari
Digunakan sebagai pelarut dengan konsentrasi
Kegunaan sediaan parenteral 10 – 60 %
Parameter Data
Sterilisasi Sterilisasi A
Sterilisasi C
40
Indikasi pelarut
BAB III
PEMBAHASAN
41
42
3. Evaluasi Kimia
- Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan
masing-masing.
- Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan
masing-masing.
46
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada F1 diperoleh larutan jernih, tidak
berbau, rasa pahit dan pH larutan 10,2. Pada F2 diperoleh larutan jernih, tidak berbau,
dan pH 10, dan pada F3 diperoleh larutan jernih, tidak berbau dengan pH 9,6. Dilihat
dari hasil yang diperoleh menggunakan formulasi F1, F2, dan F3 yang didapatkan hasil
larutan jernih, tidak berbau dan pH yang sedikit berbeda. Hal ini berarti bahwa larutan
yang dihasilkan sudah menunjukkan kestabilan yang baik dan bisa disimpan dalam
waktu lebih lama.
3.3 Alur Sarana Prasarana, Pengadaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengadaan barang di industri farmasi tidak dilakukan oleh bagian PPIC (Production
Planning and Inventory Control). Karena proses pembelian bahan baku harus
didasarkan pada rencana produksi, kapan produksi akan dilakukan, kapasitas produksi,
dan lain-lain. Mutu suatu obat ditentukan oleh bahan baku yang akan digunakan.
Setiap bahan baku yang masuk akan di kontrol kualifikasinya, karena bahan baku yang
tidak sesuai dengan prosedur akan mempengaruhi mutu obat yang akan diproduksi.
Bahan baku yang diterima adalah bahan yang sudah dipemeriksa oleh bagian Quality
Control. Bahan yang tidak masuk spesifikasi akan dikembalikan pada supplier dan
bahan baku yang bagus akan dirubah labelnya dari karantina menjadi release dan bisa
dilanjutkan tahap produksi.
48
.
3.3.3 Alur Sumber Daya Manusia (SDM)
Alur kerja personalia dalam proses produksi injeksi Phenobarbital ini dimulai dari
manufacturing dengan melihat permintaan marketing dan stock oleh bagian QA,
kemudian dilakukan proses rencana produksi dan control persediaan, kemudian oleh
QA dilakukan proses rencana produksi untuk dilakukan pembelian bahan baku oleh
QC dalam proses control. Setelah pesanan yang dibeli datang diterima oleh bagian QC
dan dimasukkan dalam penyimpanan ruang bahan baku lalu dikarantina oleh bagian
produksi. Karantina dilakukan untuk pemeriksaan secara umum, keutuhan wadah dan
segelnya, adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label
pemasok. Setelah selesai dikarantina dan diseleksi maka bahan baku ditimbang untuk
pencampuran, lalu dilakukan karantina kembali.
Produk antara dilakukan pengisisan dalam kapsul dengan jumlah besar dan
dilakukan karantina oleh QC dan bagian produksi, kemudian dilakukan pengemasan
yang selanjutnya dimasukkan kedalam penyimpanan produk jadi dan dikarantina
kembali sehingga produk siap diedarkan.
3.4 Alur Produksi Sediaan Injeksi Phenobarbital
3. dilakukan secara aseptif dibawah LAF. Menimbang bahan-bahan apa saja yang
dibutuhkan saat proses produksi.
4. Pencampuran saat proses dilakukan pada ruang yang tertutup dengan alat mixing steril.
Agar kesterilan bahan aktif tetap terjamin. Dilakukan selama 1 jam oleh personil yang
bekerja harus dipilih dengan seksama agar tidak menimbulkan bahaya bagi produk.
5. Penyaringan dolakukan agar sediaan akhir yang didapat benar-benar bebas dari partikel
kasar. Bisa 1 kali atau lebih menggunakan penyaring sintered glass filter.
6. Pengisian larutan steril dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin pengisi.
Tutup karet pada vial harus cocok dengan mulut wadah kemudian di seal dengan
aluminium.
7. Pengamatan visual dilakukan dengan indera penglihatan untuk mengamati produk jadi
dari suati sediaan. Yang diamati secara visual yaitu kelarutan, kejernihan serta warna.
8. Pelabelan dan pengemasan untuk dapat menandakan suatu produk agar tidak tertukar dan
memudahkan dalam proses dokumentasi suatu produk. Kemudian memberikan informasi
tentang riwayat pembuatan lengkap dan pengemasan produk harus steril agar mencegah
terjadinya kontaminasi.
9. Produk akhir didaptkan produk akhir sediaan injeksi phenobarbital.
49
N
o Parameter Formula 1 Formula 2 Formula 3
yang
diperiksa
warna)
3.4.2 Penyimpanan
3.4.3 Distribusi
4.1 Kesimpulan
1. Produksi sediaan injeksi phenobarbital yang baik dimulai dari tahap formulasi
dengan merancang formula sediaan, menentukan metode pembuatan, evaluasi
dan merancang etiket serta kemasan dari produk yang dipimpin oleh Apoteker
pada departemen Research and Development (R&D) . Kemudian departemen
PPIC membuat Jadwal Produksi. Produksi dimulai dari proses sejak bahan baku
mulai ditimbang hingga pengemasan produk yang kemudian disimpan ke
gudang sebagai finished good akan dipimpin oleh Apoteker departemen
produksi dengan dilakukan evaluasi selama proses dan setelah proses yang
dilakukan oleh apoteker Departemen QC dengan penanggung jawab seorang
apoteker melakukan kontrol atau pengawasan mutu pada setiap proses produksi
sediaan injeksi phenobarbital.Departemen QA dengan penanggung jawab
seorang apoteker akan memastikan quality (kualitas),efficacy (efektivitas) dan
safety (keamanan) dari produk yang telah di buat oleh bagian produksi dengan
menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan CPOB.
2. Komponen injeksi phenobarbital yaitu bahan aktif (phenobarbital) yang
diinginkan dalam formula dan dilarutkan dalam larutan NaOH sampai pH 10-
11, kemudian tambahkan (Propilen glikol), untuk mencegah terbentuknya
endapan alkaloid akibat sifat alkalis wadah kaca, lalu tambahkan (Benalkonium
klorid) sebagai antimikrobial, lalu cek pH jika belum memenuhi maka bisa
ditambahkan (NaOH) sebagai pengatur pH, kemudian ditambahkan bahan
pengawet (Benzil alcohol), ditambahkan pelarut (aqua pro injectio).
3. Pengadaan barang dan alur pada produksi sediaan injeksi phenobarbital
meliputi alur sarana dan prasarana pada proses menerimaan bahan awal.
Pada Alur pengadaan untuk bahan baku dilakukan oleh bagian PPIC
(Prodauction Planning and Inventory Control). Alur sumber daya manusia
dikelola departemen QA dan QC Alur kerja personalia dalam proses produksi
injeksi Phenobarbital ini dimulai dari manufacturing dengan melihat
permintaan marketing dan stock oleh bagian QA, kemudian dilakukan proses
rencana produksi dan control persediaan, kemudian oleh QA dilakukan proses
rencana produksi untuk dilakukan pembelian bahan baku oleh QC dalam proses
control. Setelah pesanan yang dibeli datang diterima oleh bagian QC dan
dimasukkan dalam penyimpanan ruang bahan baku lalu dikarantina oleh bagian
produksi. Karantina dilakukan untuk pemeriksaan secara umum, keutuhan
wadah dan segelnya, adanya kerusakan bahan dan kesesuaian catatan
51
pengiriman dengan
label pemasok. Setelah selesai dikarantina dan diseleksi maka bahan baku
ditimbang untuk pencampuran, lalu dilakukan karantina kembali.
4. Pada sediaan steril perlu adanya proses produksi berupa alur produksi dimulai
dari identifikasi, penimbangan, mixing Filtering, filling sterilisasi, Leaking test,
IPC, Visual Inspection, Warshing, Drying, printing/Lebeling yang terakhir
Finish product. Evaluasi sediaan injeksi Phenobarbital dilakukan Uji
Organnoleptik, Penetapan Ph (9,2 – 10,2), Keseragaman Volume, Uji
kejernihan Larutan, Uji Sterilisasi, Pengemasan injeksi phenobarbital wadah
dan penutupnya tidak boleh berinteraksi baik secara fisik maupun kimiawi
dengan sediaan. Penyimpanan hendaklah memperhatikan suhu, kelembapan
serta cahaya diruangan penyimpanan.
5. Formulasi dalam pembuatan injeksi phenobarbital yang dirancang terdiri
dari bahan bahan aktif Phenobarbital 13%, pengkhelat Natrium EDTA 0,005%,
pengatur pH NaOH 10%, Pengawet Benzil alcohol 1,5%, Benalkonium sebagai
antimikrobial 0,01%, Pelarut Propilen Glikol 90% dan Aqua Pro Injectio 10%.
Metode yang digunakan metode sterilisasi panas basah dengan alat autoklaf,
tahap selanjutnya melakukan evaluasi sediaan meliputi uji organoleptik, uji
penetapan pH, uji kejernihan, uji sterilisasi, uji keseragaman volume dan uji
kebocoran. Karakteristik sediaan larutan jernih, tidak berbau, dengan pH 10,
steril, dan tidak bocor.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan sediaan injeksi proses sterilisasi tetap dipertahankan agar
mutu obat tetap terjaga dan tujuan dari penggunaan obat tercapai.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ikasari, E. dkk. 2009. Optimasi Pelarut Campur (Propilen Glikol : air) terhadap
kestabilan fenobarbital dalam sediaan injeksi setelah proses sterilisasi. Jurnal Media
Farmasi Indonesia Vol 4 No 2.
Farmakope Indonesia Edisi Keempat. 1995. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Farmakope Indonesia Edisi Keenam. 2020. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Harsono. 2001. Epilepsi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
51
52
DISKUSI KELOMPOK 1
PRODUKSI SEDIAAN INJEKSI PHENOBARBITAL YANG BAIK
38