Manifestasi Obat Pada Rongga Mulut
Manifestasi Obat Pada Rongga Mulut
(Tata Laksana Xerostomia Oleh Karena Efek Penggunaan Amlodipine: Laporan Kasus)
Gingival enlargement
- Mekanisme amplodipine dalam menyebabkan gingival enlargement masih
belum ditentukan secara pasti, namun dapat dijelaskan melalui tiga mekanisme
berbeda: 1) peran fibroblas pada orangorang yang mengalami pembesaran
gingiva memiliki fibroblas dengan kerentanan abnormal terhadap obat,
ditunjukkan dengan kadar fibroblas dari pembesaran gingiva pada pasien
mengalami peningkatan kadar sintesis protein, yang sebagian besar adalah
kolagen; 2) peran sitokin pro-Inflamasi melalui peningkatan interleukin-1β
(IL-1β) dan IL-6 sebagai sitokin pro-inflamasi yang meningkat pada jaringan
gingiva yang meradang akibat respons fibrogenik gingiva terhadap obat-
obatan CCB; 3) sebagian besar jenis agen farmakologis yang terlibat dalam
pembesaran gingiva memiliki efek negatif pada masuknya ion kalsium yang
melintasi membran sel, dipostulatkan bahwa agen tersebut dapat mengganggu
sintesis dan fungsi kolagenase
- Hanya bisa diberikan perawatan fase 1 yaitu eliminasi plak berupa pemberian
DHE dan Scaling, serta instruksi untuk rutin ke dokter gigi.
- Pembesaran gingiva secara klinis tampak sebagai nodula yang padat akibat
pertumbuhan berlebihan gingival dan terlihat pada aspek bukal atau fasial dan
lingual atau palatal dari margin gingival. Kondisi pembesaran gingival
diperparah dengan kondisi kebersihan mulut pasien.
yaitu suatu lesi kronis berupa fissure (celah pada sudut bibir, terasa nyeri karena sampai
ke membran basalis, daerah sekitar eritema, berupa fisure yang dalam) dan seringnya
bilateral. Etiologinya adalah jamur Candida albicans. Faktor predisposisinya antara lain
anemia, usia tua, kebiasaan OH (oral higiene) mulut yang buruk, penggunaan antibiotik
yang luas, merupakan penurunan dimensi vertikal. Terapi yang dilakukan, yaitu
tingkatkan kebersihan oral hygiene, pemberian anti jamur topikal (nistatin, ketekonazol),
pemberian vitamin B, antibiotik jika perlu.
Suatu bercak licin, gundul, lesi berwarna merah tanpa papilla filiformis, berbatas jelas,
dengan tepi irregular. Lokasi paling sering di garis tengah dorsum lidah. Etiologinya
Candida albicans. Predisposisi pada pasien Diabetes mellitus, antibiotik spektrum luas,
supresi imun.
Manifestasi lainnya yaitu lesi putih berupa Oral lichen planus. Ciri khas lesi berbentuk
seperti jala menyilang, dikenal sebagai wickham striae, bersifat kronis dapat terjadi pada
kulit, mukosa atau kulit dan mukosa. Etiologinya belum jelas. Predisposisinya stress
emosi, obat-obatan, gangguan imun, diabetes mellitus. Gambaran oral lichen planus
berupa atrofik, erosif, papuler, bula (jarang), menyebar (retikuler). Keluhan pada pasien
dengan oral lichen planus seperti rasa kasar pada mukosa mulut, sensitivitas terhadap
makanan panas, berbumbu, asam, atau pedas, rasa nyeri yang hilang timbul pada mukosa
mulut, nyeri pada gingival, plak putih/merah pada mukosa mulut, ulserasi pada mukosa
mulut, gingiva kemerahan.
5. Candidiasis
- pengambilan keputusan perawatan kedokteran gigi pada pasien diabetes
berdasarkan nilai glukosa darah di Glukometer yaitu <70 mg/dl berarti tunda
perawatan elektif atau berikan karbohidrat. >200 mg/dl berarti tunda perawatan
elektif dan berikan insulin atau hipoglikemik atau segera konsul ke dokter.
Diabetes melitus perlu dibedakan dalam 3 golongan, yaitu golongan risiko rendah
(KGD < 200 mg/dl), dengan tindakan perawatan gigi: Restorasi dan rehabilitasi
serta tindakan bedah. Golongan kedua yaitu risiko sedang (KGD 200 - 300 mg/dl)
dengan tindakan perawatan gigi: Regulasi KGD dan restorasi dan rehabilitasi,
serta tindakan bedah. Golongan ketiga, risiko tinggi (KGD > 300 mg/dl ) dengan
tindakan perawatan gigi: Regulasi KGD, restorasi dan rehabilitasi, serta tindakan
bedah.