Anda di halaman 1dari 6

MANIFESTASI OBAT PADA RONGGA MULUT

1. Metformin HCL 500 mg (golongan Biguanide  penambah sensitivitas insulin)


 Xerostomia
Mekanisme :
- Berperan sebagai antidiabetes dengan aksi menekan glukoneogenesis hati dan
meningkatkan sensitivitas insulin.
- Obat Metformin dapat terakumulasi pada beberapa organ dan jaringan tubuh
salah satunya kelenjar saliva  Metformin akan masuk ke kelenjar saliva
dengan difusi pasif yang diperantarai oleh Organic Cation Transporter3
(OCT3) yaitu transporter elektrogenik yang terletak pada basolateral dan
apikal sel asinus glandula saliva  Konsentrasi Metformin dalam darah dapat
berdifusi pasif melalui OCT3 menuju sel asinus glandula saliva dan akan
meningkatkan toksisitas obat pada sel epitel.
- Penggunaan Metformin dalam jangka waktu lama dapat memicu inflamasi dan
nekrosis pada kelenjar saliva sehingga mampu menyebabkan penurunan
produksi saliva dan menyebabkan xerostomia. Metformin juga dapat
dieksresikan melalui saliva sehingga seringkali pasien yang rutin konsumsi
Metformin akan merasakan perubahan rasa pahit dan rasa logam di rongga
mulutnya.

ALTERNATIF PENGGANTI OBAT :


- Menganti obat antidiabetes yang memiliki lebih sedikit efek samping terhadap
xerostomia, seperti obat glimepiride yang merupakan golongan
sulfonilurea generasi ketiga.
- Terapi obat-obatan juga dapat dipilih untuk menstimulasi produksi saliva
seperti obat
a. Pilocarpine dengan dosis 5- 10 mg tiga kali sehari,
b. Cevimeline 30 mg tiga kali sehari,
c. Bethanechol 25 mg tiga kali sehari,
d. Anethole trithione 25 mg tiga kali sehari.
Namun perlu mempertimbangkan juga interaksi obat dengan obat sistemik
yang rutin dikonsumsi oleh pasien

(Laporan Kasus: Xerostomia pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2)

2. Amlodipine Besilate 5 mg (golongan CCB anti Ht)  lini 1 terapi


 Xerostomia
- Mekanisme kerja amlodipine adalah menghambat masuknya (influks) ion
kalsium ke dalam sel otot jantung dan otot polos pembuluh darah. Dengan
demikian amlodipine memiliki efek relaksasi otot polos sehingga
mengakibatkan penurunan tekanan darah.
- Pada kelenjar saliva, obat ini menekan sekresi air dengan menutup channel
Ca2+ sehingga pintu Cl- tidak dapat terbuka. Pintu Cl- yang tidak terbuka
menyebabkan Cl- dari intraseluler tidak dapat keluar melewati membran
apikal sel asinar dan air juga tidak dapat masuk menuju lumen asinar.
Mekanisme tersebut mempengaruhi whole saliva yang terdiri 99% air
sehingga akhirnya menyebabkan xerostomia.

(Tata Laksana Xerostomia Oleh Karena Efek Penggunaan Amlodipine: Laporan Kasus)

 Gingival enlargement
- Mekanisme amplodipine dalam menyebabkan gingival enlargement masih
belum ditentukan secara pasti, namun dapat dijelaskan melalui tiga mekanisme
berbeda: 1) peran fibroblas pada orangorang yang mengalami pembesaran
gingiva memiliki fibroblas dengan kerentanan abnormal terhadap obat,
ditunjukkan dengan kadar fibroblas dari pembesaran gingiva pada pasien
mengalami peningkatan kadar sintesis protein, yang sebagian besar adalah
kolagen; 2) peran sitokin pro-Inflamasi melalui peningkatan interleukin-1β
(IL-1β) dan IL-6 sebagai sitokin pro-inflamasi yang meningkat pada jaringan
gingiva yang meradang akibat respons fibrogenik gingiva terhadap obat-
obatan CCB; 3) sebagian besar jenis agen farmakologis yang terlibat dalam
pembesaran gingiva memiliki efek negatif pada masuknya ion kalsium yang
melintasi membran sel, dipostulatkan bahwa agen tersebut dapat mengganggu
sintesis dan fungsi kolagenase
- Hanya bisa diberikan perawatan fase 1 yaitu eliminasi plak berupa pemberian
DHE dan Scaling, serta instruksi untuk rutin ke dokter gigi.
- Pembesaran gingiva secara klinis tampak sebagai nodula yang padat akibat
pertumbuhan berlebihan gingival dan terlihat pada aspek bukal atau fasial dan
lingual atau palatal dari margin gingival. Kondisi pembesaran gingival
diperparah dengan kondisi kebersihan mulut pasien.

(Laporan Kasus: Manifestasi Oral Penderita Hipertensi berupa Ginggival


Enlargement)

Manifestasi dan Tata Laksana Lesi Mulut Terkait Diabetes Mellitus


(Tinjauan Pustaka)
Diabetic retinopathy terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap nonproliferatif dan
tahap proliferatif. Retinopathy nonproliferatif terjadi baik pada diabetes tipe 1
atau 2. Mikroaneurisme kapiler retina, memperlihatkan titik-titik merah kecil,
merupakan tanda klinis paling awal yang dapat dideteksi pada diabetic
retinopathy dan sebagai penyebab paling umum pada kerusakan visual DM
tipe 2. Penyumbatan kapiler dan arteriol menyebabkan iskemi retinal yang
nampak sebagai area kuning kabur dengan batas tidak jelas (bercak kapas atau
eksudat halus). Hemoragi retina dapat juga terjadi, dan vena retina dapat
berkembang menjadi perluasan segmental.8,9Retinopathy dapat berkembang
lebih parah yang dikarakteristikkan dengan proliferasi pembuluh darah baru
(retinopathy proliferatif). Vaskularisasi yang baru lebih cenderung pada tipe 1
daripada tipe 2 dan merupakan penyebab utama kebutaan. Diperkirakan
iskemi retina menstimulasi hormon pertumbuhan, menghasilkan pembuluh
darah baru. Akan tetapi, kapiler-kapiler tersebut abnormal, dan tarikan antara
jaringan fibrovaskular yang baru dan lensa mata dapat menyebabkan hemoragi
lensa mata atau pemisahan selaput retinal, merupakan dua penyebab potensial
kebutaan

LESI RONGGA MULUT YANG SERING DITEMUKAN


1. Angular cheilitis

yaitu suatu lesi kronis berupa fissure (celah pada sudut bibir, terasa nyeri karena sampai
ke membran basalis, daerah sekitar eritema, berupa fisure yang dalam) dan seringnya
bilateral. Etiologinya adalah jamur Candida albicans. Faktor predisposisinya antara lain
anemia, usia tua, kebiasaan OH (oral higiene) mulut yang buruk, penggunaan antibiotik
yang luas, merupakan penurunan dimensi vertikal. Terapi yang dilakukan, yaitu
tingkatkan kebersihan oral hygiene, pemberian anti jamur topikal (nistatin, ketekonazol),
pemberian vitamin B, antibiotik jika perlu.

2. Median Rhomboid Glossitis

Suatu bercak licin, gundul, lesi berwarna merah tanpa papilla filiformis, berbatas jelas,
dengan tepi irregular. Lokasi paling sering di garis tengah dorsum lidah. Etiologinya
Candida albicans. Predisposisi pada pasien Diabetes mellitus, antibiotik spektrum luas,
supresi imun.

3. Burning Mouth Syndrome


Pasien DM juga dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Gejala ini disebut dengan
burning mouth sindrome. Predisposisinya infeksi kronis, aliran balik asam lambung,
obat2an, kelainan darah, defisiensi nutrisi, ketidak seimbangan hormonal, alergi

4. Oral Lichen Planus

Manifestasi lainnya yaitu lesi putih berupa Oral lichen planus. Ciri khas lesi berbentuk
seperti jala menyilang, dikenal sebagai wickham striae, bersifat kronis dapat terjadi pada
kulit, mukosa atau kulit dan mukosa. Etiologinya belum jelas. Predisposisinya stress
emosi, obat-obatan, gangguan imun, diabetes mellitus. Gambaran oral lichen planus
berupa atrofik, erosif, papuler, bula (jarang), menyebar (retikuler). Keluhan pada pasien
dengan oral lichen planus seperti rasa kasar pada mukosa mulut, sensitivitas terhadap
makanan panas, berbumbu, asam, atau pedas, rasa nyeri yang hilang timbul pada mukosa
mulut, nyeri pada gingival, plak putih/merah pada mukosa mulut, ulserasi pada mukosa
mulut, gingiva kemerahan.

5. Candidiasis
- pengambilan keputusan perawatan kedokteran gigi pada pasien diabetes
berdasarkan nilai glukosa darah di Glukometer yaitu <70 mg/dl berarti tunda
perawatan elektif atau berikan karbohidrat. >200 mg/dl berarti tunda perawatan
elektif dan berikan insulin atau hipoglikemik atau segera konsul ke dokter.
Diabetes melitus perlu dibedakan dalam 3 golongan, yaitu golongan risiko rendah
(KGD < 200 mg/dl), dengan tindakan perawatan gigi: Restorasi dan rehabilitasi
serta tindakan bedah. Golongan kedua yaitu risiko sedang (KGD 200 - 300 mg/dl)
dengan tindakan perawatan gigi: Regulasi KGD dan restorasi dan rehabilitasi,
serta tindakan bedah. Golongan ketiga, risiko tinggi (KGD > 300 mg/dl ) dengan
tindakan perawatan gigi: Regulasi KGD, restorasi dan rehabilitasi, serta tindakan
bedah.

Anda mungkin juga menyukai