INFERTILITAS
DISUSUN OLEH :
1.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan masalah psikososial
pada Infertilitas.
2) Tujuan Khusus
a) Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah
psikososial pada Infertilitas
b) Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
psikososial pada Infertilitas
c) Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan masalah
psikososial pada Infertilitas
d) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
psikososial pada Infertilitas
e) Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah psikososial pada Infertilita
BAB 2
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali
seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali
seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42
minggu)
B. ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. Berbagai gangguan
1. Pada wanita
ke vagina.
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial,
stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat
e. Abrasi genetis
f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
h. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin
melakukan hubungan seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan
turun menjadi 75%.
2. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
c. Abnormalitas ereksi
e. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
g. Abrasi genetic
C. Manifestasi Klinis
1. Pada wanita
Terjadi kelainan system endokrin
Hipomenore dan amenore
Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang dan gonatnya abnormal
Wanita infertile dapat memiliki uterus
Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pada pria
Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alcohol, infeksi)
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu,
riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
D. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
A.)Wanita
1)Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat
untukcoital
a.Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatankadar prolaktin, pemberian tsh .
4)Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
B.)Pria
1)Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitassperma meningkat
5)Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidakmembiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Wanita
a. Analisis Sperma
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka
biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan
yang lebih sehat / nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat
bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi,
tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b. Deteksi Ovulasi :
1) Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
2) Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 – 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
c. Sitologi Vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel
vagina
d. Uji Pasca Senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa menyerbu lender serviks
e. Biopsi endometrium
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
f. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini
dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan
parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan
intra uteri kehamilan.
2. Pria
Analisa Semen :
Parameter
a. Warna putih keruh
b. Bau bunga akasia
c. Ph 7,2 – 7,8
d. Volume 2 – 5 ml
e. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
f. Jumlah sperma 20 juta/ml
g. Sperma motil > 50%
h. Bentuk normal > 60%
i. Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
j. Persentase gerak sperma motil > 60%
k. Aglutinitas tidak ada
l. Sel-sel sedikit tidak ada
m. Uji frukosa 150-650 mg/dl
n. Pemeriksaan endokrin
o. USG
p. Biopsi testis
q. Uji penetrasi sperma
r. Uji hemizona
G. Komplikasi
1. Sindrom hiperstimulasi ovarium
Ovarium dapat membengkak, mengeluarkan cairan berlebih ke dalam tubuh,
dan menghasilkan terlalu banyak folikel, kantung cairan kecil tempat sel telur
berkembang. Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) biasanya hasil dari
minum obat untuk merangsang ovarium, seperti clomifene dan gonadotrophins.
Ini juga dapat berkembang setelah IVF.
Gejalanya meliputi:
a. kembung
b. sembelit sembelit
c. urin gelap
d. diare
e. mual
f. sakit perut
g. muntah
Jarang terjadi namun tetap memiliki kemungkinan timbulnya gumpalan darah
dapat berkembang di arteri atau vena, masalah hati atau ginjal dapat timbul, dan
gangguan pernapasan dapat terjadi. Dalam kasus yang parah, OHSS bisa
berakibat
fatal.
2. Kehamilan ektopik
Ini terjadi ketika sel telur yang dibuahi ditanamkan di luar rahim, biasanya di
saluran tuba. Jika tetap di sana, komplikasi dapat berkembang, seperti pecahnya
tuba fallopi. Kehamilan ini tidak memiliki peluang untuk berlanjut.
Dibutuhkan operasi segera dan, sayangnya, tabung di sisi itu akan hilang. Namun,
kehamilan di masa depan dimungkinkan dengan ovarium dan tuba lainnya.
Wanita yang menerima perawatan kesuburan memiliki risiko kehamilan ektopik
yang sedikit lebih tinggi. Pemindaian ultrasound dapat mendeteksi kehamilan
ektopik.
3. Koping mentalitas
Tidak mungkin untuk mengetahui berapa lama perawatan akan berlangsung dan
seberap seberapa sukses itu akan itu akan terjadi. Mengatasi dan tasi dan bertahan
bisa an bisa membuat stres. Jumlah stres. Jumlah
emosional pada kedua pasangan dapat emosional pada kedua pasangan dapat
memengaruhi hub memengaruhi hubungan mereka. ungan mereka.
Beberapa orang mendapati bahwa bergabung dengan kelompok pendukung dapat
membantu, karena menawarkan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain
dalam situasi yang sama. Penting untuk memberi tahu dokter jika stres mental dan
emosional yang berlebihan berlebihan berkembang. berkembang. Mereka sering
dapat merekomendasikan merekomendasikan konselor konselor dan orang lain
yang dapat menawarkan dukungan yang sesuai. Dukungan online dari organisasi
seperti Resolve dapat membantu.
BAB 3
TINJAUAN ASKEP
A. PENGKAJIAN
a. Wanita
1) Kaji riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah.
2) Kaji riwayat infeksi genitorurinaria.
3) Kaji ada atau tidak infeksi bakteri dan virus, misal: toksoplasama.
4) Kaji ada atau tidak tumor hipofisis atau prolaktinoma.
5) Kaji riwayat penyakit menular seksual.
6) Kaji riwayat kista.
7) Adakah vaginismus (kejang pada otot vagina)
8) Kaji abnormalitas tuba fallopi, ovarium, uterus dan serviks.
9) Kaji riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetik.
b. Pria
1) Kaji riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
2) Kaji status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu.
3) Kaji riwayat infeksi genitorurinaria.
4) Kaji ada atau tidak tumor hipofisis atau prolaktinoma.
5) Kaji ada atau tidak trauma, kecelakaan sehingga testis rusak.
6) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis.
7) Kaji apakah pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu
organ reproduksi (operasi prostat, operasi tumor saluran kemih)
8) Kaji riwayat vasektomi.
9) Adakah saluran sperma yang tersumbat.
10) Kaji abnormalitas cairan semen.
11) Kaji riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetik.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Wanita
1) Biopsi endometrium terjadwal
Biopsi endometrium dijadwalkan setelah ovulasi selama fase luteum
siklus menstruasi,. Pada tahap lanjut menstruasi, 3-4 hari sebelum
menstruasi selanjutnya, sebuah sampel endometrium diambil untuk
penelitian histologi, sehingga fungsi korpus luteum dan kemampuan
endometrium untuk menerima implantasi dapat dikaji.
2) Histerosalpingografi
Untuk melihat kelainan uterus, seperti defek kongenital atau defek yang
disebabkan mioma submukosa dan polip endometrium. Distorsi rongga
uterus atau tuba uterina, yang merupakan akibat penyakit radang panggul
(PID) terbaru atau terdahulu.
Histerosalpingografi dijadwalkan 2-5 hari setelah menstruasi untuk
menghidari pengeluaran ovum yang berpotensi untuk dibuahi dari tuba
fallopi ke dalam rongga peritoneum.
3) Laparaskopi
Laparaskopi dijadwalkan biasanya pada awal siklus menstruasi. Selama
prosedur tersebut, sebuah teleskop kecil diinsersi melalui insisi kecil di
dinding abdomen anterior. Anastesi umum biasanya diberikan dan wanita
mengambil posisi litotomi
Sebuah jarum diinsersi dan gas karbondioksida dipompakan ke dalam
peritoneum untuk mengangkat dinding abdomen dari organ, sehingga
terbentuk suatu ruang kosong yang memungkinkan visualisasi dan
eksplorasi dengan menggunakan laparakop.
1) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipotalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang
dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormon testosteron, FSH dan LH.
2) Tes pascakoitus
Untuk memeriksa keadekuatan teknik koitus, lendir serviks, sperma, dan
derajat penetrasi sperma melalui lendir serviks. Tes dilakukan dalam 2 jam
setelah ejakulasi semen ke dalam vagina. Suatu spesimen lendir serviks
diambil.
3) Analisa semen
Suatu analisis semen lengkap, yakni penelitian efek lendir serviks untuk
melihat gerakan sperma ke depan dan kemampuan sperma untuk bertahan
hidup, dan pemeriksaan kemampuan sperma untuk mempenetrasi sebuah
ovummemberi informasi dasar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infertilitas merupakan kondisi ketidakmampuan pasangan untuki mendapatkan kehamilan
setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi selama 1
tahun atau lebih, arau jika pada wanita berusia lebih dari 35 tahun selama 6 bulan atau lebih.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kodisi infertil
sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri saja. Penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari setengah kasus infertilitas merupakan kondisi yang dialami perempuan,
sedangkan sisanya disebabkan oleh salah satu gangguan sperma dan faktor lain yang tidak
dikenal.
Infertilitas adalah masalah bersama antara suami istri sehingga sangat dianjurkan untuk
kerjasama dalam pemeriksaan, pengobatan dan tindak lanjutnya.
B. SARAN