Anda di halaman 1dari 33

“KASUS PENGKAJIAN BUDAYA DI SUATU DAERAH”

Disusun oleh :
1. Arfian Eri Armanda (2007111)
2. Agnes Kusuma Ardani (2007110)
3. Cindy Fitria Herawanti (2007109)
4. Devi Novitasari (2007112)
5. Rini Dwi Yanti (2007105)
6. Sri Dwi Lestari (2007106)
 
BAB 1
PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan
yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub
budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan
keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah
laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan
humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu
dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan
transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami
budaya klien.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :

1. Cuture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau


memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.

2. Culture care accommodation/negotiation ,yaitu prisip membantu, memfasilitasi,


atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.

3. Culture care repatterning/restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksi atau


mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
klien kearah lebih baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya
misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan
material dan nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Misalnya ditemukan hasil suatu penggalian arkeologi
yaitu : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata. Sedangkan kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Purwasito (2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa sansekerta
buddayah yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata budaya
bersinonim dengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin ‘cultura’. Kata
kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual manusia, suatu konsep
mencangkup berbagai komponen yang digunakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari.
B. Karateristik Budaya

Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 4 karakteristik budaya :


1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari. Suatu contoh upacara penguburan
placenta pada masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal
tetapi mengikuti prilaku nenek moyangnya.
2. Budaya itu berdasarkan simbol. Contoh beberapa simbol yang
mengkarakteristikkan budaya adalah kalung pada suku dayak, manik-manik, gelang
yang semua itu menandakan simbol pada budaya tertentu.
3. Budaya itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis
dan adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada
sekelompok masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,
pada zaman modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
4. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain.
C. Perilaku Budaya Kesehatan

Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit
yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi
kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan
berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.

D. Definisi Keperawatan Transkultural


Leininger mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universal dalam
keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari
transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan
kultur.
E. Konsep Utama Keperawatan Transkultural

1. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2. Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh.
3. Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan.
4. Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional, kepercayaan
dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology sebagai dasar dari
ilmu keperawatan.
5. Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan
norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi tuntunan dalam
berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi
kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
F. Paradigma Transkultural Nursing

1. Manusia
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-
hari.
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya
G. Proses Keperawatan Transkultural Nursing

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yaitu:
a. Faktor teknologi
b. Faktor agama dan falsafah hidup
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
f. Faktor ekonomi
g. Faktor pendidikan
2. Diagnosa Keperawatan

Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan Dan Pelaksanaan


Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-bIuru saat berinterkasi dengan klien .
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
b. Cultural careaccomodation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien.


2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan.
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultual care repartening/reconstruction


1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok.
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.

H. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat


Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan
social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai
kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat Naturalistik.
Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh
gejala alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang
diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin, supranatural seperti roh, guna-
guna, setan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kasus
Tn. Heri berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya-kalimantan keturunan suku Bakumpai
merupakan Sub suku dayak. Saat ini berada di ruang perawatan interna dengan diagnosa
medis ulkus peptikum. Klien masuk dirumah sakit dengan keluhan nyeri di ulu hati, demam,
hematemesis-melena, mual, dan kurang nafsu makan. Saat ini Tn. Heri di jaga oleh ibunya.
Keluarga Tn. Heri menggunakan daun sawang untuk diusapkan dan di urutkan ke sekujur
tubuh Tn. Heri, mereka percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh

jahat yang bersemayam dalam tubuh Tn. Heri. Klien dan keluarga percaya bahwa sakit
yang didapat dan tidak bisa sembuh merupakan hukuman para dewa. Keluarga Tn. Heri juga
membaca mantra tiap pagi kepada Tn. Heri dan meletakkan beberapa sesajen di dekat
tempat tidur Tn. Heri seperti kemenyam, minyak ikan, mayang pinang, beras kuning, kelapa
tua, kelapa muda, banyu gula, serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam, dan kelapa).
Mereka percaya sesajen ini di sukai oleh dewa kemudian mempercepat penyembuhaN.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka di dapat hasil TD : 90/50 mmHg,
N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 38,50C.
Dari penampilan klien Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik), Rambut: ikal,
Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat
2. Pengkajian

a. Data Demografi b. Data Biologis/variasi biocultural


 Nama lengkap: Tn. Heri  Warna kulit: sawo matang (turgor kulit
 Nama panggilan: Tn. Heri baik)

 Nama keluarga: Tn. Heri  Rambut: ikal


 Alamat: Barito raya  Struktur tubuh: kurus
 Jenis kelamin: laki-laki  Bentuk wajah: bulat
 Tempat lahir : Barito raya  TTV:
 Dignosis medis : Ulkus peptikum • TD : 90/50 mmHg
• N : 72 x/menit
• P : 20 x/menit
• S : 38,50C
Beberapa komponen yang spesifik pada pengkajian transkultural.

•FAKTOR TEKNOLOGI

 Keluarga Tn. Heri menggunakan fasilitas perahu kayu untuk menyeberangi desa
kemudian menggunakan transportasi darat untuk sampai ke RS.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat dan kadang juga
 

menggunakan bahasa Indonesia.


 Keluarga klien kurang meyakini tindakan kesehatan yang diberikan kepada klien
yang tidak sesuai dengan keyakinannya.
•FAKTOR AGAMA DAN FILOSOFI
 Keluarga tn. Heri mempercayai tentang adanya Tuhan yang maha kuasa yang
dianggap sebagai para dewa.
 Pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita karena merupakan
hukuman dari para dewa.

Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk berusaha menyembuhkan klien adalah
membaca mantra, menyajikan sesajen, dan menggunakan daun sawang.
• FAKTOR SOSIAL DAN IKATAN KEKERABATAN

 Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya: Buruk.



Status perkawinan: Belum pernah menikah.
 Klien dirumah tinggal dengan: Orang tua.
 Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit:
mengusapkan daun sawang pada tubuh yang sakit.
•NILAI BUDAYA, KEPERCAYAAN DAN PANDANGAN HIDUP

 Masyarakat suku bakumpai-dayak dibariton apabila ada keluarga yang sakit dan
tidak dapat disembuhkan menurut keluarga klien mangatakan bahwa sakit tersebut
merupakan hukuman dari dewa. Sehingga biasanya dilakukan upacara badewa
yang dilakukan secara alternative pengobatan sebagaimana lazimnya para penganut
animism dalam melakukan pemujaan para dewa dengan membuat sesajen untuk
dipersembahkan kepada dewa yang dimaksud. Untuk mempercepat datangnya roh
gaib, diperlukan sarana penunjang berupa seperangkat gamelan. Upacara ini
biasanya dilakukan oleh seorang dalang atau pembaca mantra.
• FAKTOR KEBIJAKAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU
 Tn.Heri biasanya di tunggu dengan kedua orang tua atau keluarga yang lain.
•FAKTOR EKONOMI

 Tn.Heri berkerja serabutan( tidak tentu), biaya pengobatan dari tabungan keluarga dan bantuan dar
pemerintahan atau bantuan dari tempat Tn.Heri tinggal, Tn.Heri tidak memeliki asuransi Kesehatan.
•FAKTOR PENDIDIKAN

 Klien hanya sampai pada tingkat sekolah menengah, sementara orang tua klien tidak sekolah.

 Sehat menurut klien dan keluarga jika seseorang mampu bekerja dan beraktivitas seperti biasa tanpa
hambatan.

 Sakit menurut klien dan keluarga jika mendapat hukuman dari yang maha kuasa sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas seperti biasa.

 Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga klien adalah nyeri pada ulu hati.

    Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang mendapat hukuman dari dewa sehingga
klien perlu memberikan sesajen dan didalam tubuh klien terdapat roh jahat yang hanya mampu diusir dengan
mengusap daun sawang pada tubuh klien.

 Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu memberikan pertolongan dalam membantu
penyembuhan klien.
3. Analisa Data

Data Objektif Data Subjektif


1) keluarga mengatakan bahwa daun tersebut 1) keluarga pasien membawa daun sawang untuk
dapat mengusir roh-roh jahat diusapkan ketubuh klien
2) Keluarga mengatakan bahwa sesajen tersebut 2) Keluarga klien membawa sesajen dan kemenyam
mempercepat kesembuhan di kamar pasien
3) Tn. Heri dan keluarga mengatakan dengan 3) pada saat klien dan keluarga diberikan
mengusap tubuh klien dengan daun sawang pendidikan kesehatan masih terlihat bingung
kemudian membaca mantra dapat mengusir roh
jahat 4) Ekspresi wajah tampak meringis

4) Klien mengeluh sakit ulu hati, mual, demam, 5) Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas,
mual, kurang nafsu makan. daerah di bawah processus xifoideus
6) Tanda-tanda vital :
v  T : 90/50 mmHg
v  N : 72 x/menit
v  P : 20 x/menit
v  S : 38,50C

 
4. Diagnosa Keperawatan

 Gangguan rasa nyaman nyeri ber-hubungan dengan adanya perada-ngan pada lambung.
Ditandai dengan :
• DO : Gelisah
• DS : Mengeluh tidak nyaman
 Nutrisi kurang untuk kebutuhan Metabolisme dikarenakan tidak nafsu makan.ditandai
dengan :
• DO : berat badan menurun minimal 10% dibawah ideal
• DS : Nafsu makan menurun
 Distres spiritual/gangguan spiritual berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik
ritual keagamaan atau budaya di RS.ditandai dengan
• DO : Merasa menderita/tidak berdaya
• DS : Tidak berminat pada alam / literature spiritual
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi
Kesehatan.ditandai dengan
• DO : menyatakan masalah yang dihadapi
• DS : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
5. Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Gangguan rasa nyaman Setelah dikakukan Tindakan Terapi Relaksasi :


nyeri berhubungan keperawatan 1x24 jam Observasi :
dengan adanya perada- diharapkan Status a. Identifikasi
ngan pada lambung. Kenyamanan meningkat. penurunan tingkat
Kriteria Hasil : energy,
• Kesejahteraan fisik ketidakmampuan
meningkat (5) berkonsentrasi, atau
• Kesejahteraan psikologis gejala lain yang
meningkat (5) mengganggu
• Rileks meningkat (5) kemampuan kognitif.
• Keluhantidaknyaman b. Identifikasi Teknik
menurun (5) relaksasi yang pernah
efektif digunakan.
c. Identifikasi
kesediaan,
kemampuan dan
penggunaan Teknik
sebelumnya.
d. Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah
Latihan.
e. Monitor respon
terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik :
a. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
tanpa gangguan
dengan pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan.
b. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur Teknik
relaksasi.
c. Gunakan pakaian
longgar.
d. Gunakan nada lembut
dengan irama lambat dan
berirama.
e. Guanakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
nalgesik atau Tindakan
medislain, jika sesuai.
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan
manfaat, batasan,
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Music,
meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif).
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih.
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman.
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sesasi
relaksasi.
e. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih.
f. Demonstrasikan dan
latih Teknik relaksasi (mis.
Napas dalam, peregangan,
atau imajinasi
terbimbing).

2. Nutrisi kurang untuk Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi :


kebutuhan keperawatan 1x24 jam Observasi :
Metabolisme diharapkan Status Nutrisi a. Identifikasi status
dikarenakan tidak nafsu membaik. Kriteria Haasil : nutrisi.
makan. • Meningkatnya b. Identifikasi alergi dan
pengetahuan tentang intoleransi makanan.
pilihan makanan yang c. Identifikasi makanan
sehat (5) yang disukai.
• Pengetahuan tentang d. Identifikasi kebutuhan
standar Asupan nutrisi kalori dan jenis nutrisi.
yang tepat (5) e. Identifikasi perlunya
• Verbalisasi keinginan penggunaan selang
untuk meningkatkan nasogastric.
nutrisi (5) f. Monitor asupan
• Sikap terhadap makanan Monitor berat
makanan / minuman badan.
sesuai dengan tujuan g. Monitor hasil
kesehatan(5) pemeriksaan
laboratorium.
Terapeutik :
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu.
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan).
c. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai.
d. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi.
e. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein.
Edukasi :
a. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu.
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi :
c. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu.
d. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhka jika perlu.
3. Distres Setelah dikakukan Tindakan Dukungan Spiritual
spiritual/gangguan keperawatan 1x24 jam Observasi :
spiritual berhubungan diharapkanStatus Spiritual a. Identifikasi perasaan
dengan Batasan atau membaik. Kriteria Hasil : khawatir,
pencegahan praktik • Verbalisasi makna dan kesepiandan
ritual keagamaan atau tujuan hidup meningkat ketidakberdayaan.
budaya di RS. (5) b. Identifikasi
• Verbalisasi kepuasan pandangan tentang
terhadap makna hidup hubungan antara
meningkat (5) spiritual dan
• Verbalisasi perasaan Kesehatan.
keberdayaan meningkat c. Identifikasi harapan
(5) dan Kekuatan pasien.
• Perilaku marah pada d. Identifikasi ketaatan
tuhan menurun (5) dalam Beragama.
Terapeutik :
a. Berikan kesempatan
mengekspresikan
perasaan tentang
penyakit dan
kematian.
b. Berikan kesempatan
Mengekspresikan dan
meredakan marah
secara tepat.
c. Yakinkah bahwa
perawatbersediamen
dukung selama masa
ketidakberdayaan.
d. Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas.
e. Diskusikan keyakinan
tentang makna dan
tujuan hidup, jika perlu.
f. Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah.
Edukasi :
a. Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga,
teman, dan/atau
orang lain.
b. Anjurkan
berpartisipasi dalam
kelompok
pendukung.
c. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi,
dan imajinasi
terbimbing.
Kolaborasi :
d. Atur kunjungan
dengan rohaniawan
(mis. Ustadz,pendeta,
romo, biksu).
4. Kurang pengetahuan Setelah dikakukan Tindakan Promosi dukungan
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam sepiritual
kepercayaan tentange diharapkan Tingkat Observasi :
fektifitas perilaku Pengetahuan meningkat. a. Identifikasi keyakinan
promosi Kesehatan. KriteriaHasil : tentang makna atau
• Perilaku sesuai anjuran tujuan hidup, sesuai
meningkat (5) kebutuhan.
• Verbalisasi minat dalam b. Identifikasi perspektif
belajar meningkat (5) spiritual, sesuai
• Kemampuan kebutuhan.
menjelaskan Terapeutik :
pengetahuan tentang c. Perlakukan pasien
suatu topik meningkat dengan bermartabat
(5) dan terhormat.
• Kemampuan d. Tunjukkan
menggambarkan keterbukaan, empati
pengalaman sebelumnya dan kesediaan
yang sesuai dengan mendengarkan
topik meningkat (5) perasaan pasien.
• Perilaku sesuai dengan e. Yakinkan bahwa
pengetahuan meningkat perawat selalu ada
(5) dan mendukung
• Pertanyaan tentang d. Gunakan teknik
masalah yang dihadapi klarifikasi untuk
menurun (5) membantu menilai
• Persepsi yang keliru keyakinan, jika perlu.
terhadap masalah e. Fasilitasi
menurun (5) mengekspresiakan dan
meredakan amarah
secara tepat.
f. Motivasi menijau
kehidupan masa lalu dan
focus pada hal yang
memberikan kekuatan
sepiritual.
g. Motivasi berinteraksi
dengan anggota keluarga,
teman dan lainya.
h. Dorong privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas sepiritual.
i. Motivasi partisipasi
dalam kelompok
pendukung
j. Motivasi
mengekspresikan
perasaan (mis.kesepian,
tidak berdaya, asietas)
k. Motivasi penggunaan
sumber sepiritual,jika
perlu.
l. Jatwalkan kunjungan
pembimbing spiritual,jika
perlu.
Edukasi :
a. Anjurkan untuk
mengingat kenangan
hidup.
b. Anjurkan untuk
berdoa.
c. Anjurkan penggunaan
media
spiritual(mis.televisi,
buku)
6. Perencanaan

 Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga.


 Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan mendoakan dari rumah.
 Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami klien.
 Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya pada pengobatan dan
hasil-hasil diharapkan.
 Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
 Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan pengobatan yang
dianjurkan.

Kesimpulan

•Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai