Anda di halaman 1dari 14

TATAPMUKA-03

Energi dan Hukum Pertama

Hukum ini membicarakan “prinsip kekekalan energi” atau yang disebut ”the
conservation of energy principle”. Secara sederhana hukum pertama
termodinamika ini dapat dinyatakan sbb : Selama suatu interaksi antara
suatu sistem dengan lingkungannya, jumlah energy yang di berikan oleh
sistem sama dengan jumlah energy yang diberikan oleh lingkungan
terhadap system. Pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

 Q + W = 0 ………………………………...……(3-1)

 q +  w = 0 ………..…………………………....(3-2)
Contoh :

Keterangan :
B = Boiler
P = Pompa
T = Turbin Uap
C = Condensor

Gbr.3-1. Skema instalasi PLTU

Pada suatu instalasi PLTU, turbin menghasilkan 1000 kW. Panas masuk ke
uap di dalam ketel 2500 kJ/kg. Panas dibuang ke air di dalam condensor
2100 kJ/kg dan pompa air pengisian membutuhkan daya 5 kW.
Hitunglah laju aliran uap.

Solusi : Jika laju aliran massa uap adalah m kg/s, maka :

q = (q 1 + q 2). m = (2500 – 2100) (m) kJ/kg.

= 400 (m) kJ/kg

w = wp + wo = 5 kW – 1000 kW = – 995 kW

 q + w = 0  400.m (kJ/kg) – 995 kW = 0


400.m (kJ/kg) = 995 kW = 995 kJ/s
995 kJ /s
Sehingga : m = = 2,5 kg/s
400 kJ /kg

Catatan : 1 kW = 1 kJ/s

1
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

3.1. Hukum Pertama pada Sistem Tertutup.


Apabila suatu sistem yang kita tinjau tertutup atau tidak mengalir, energi
sebenarnya yang dimiliki sistem dinamakan energi dalam spesifik yang
bergantung pada tekanan dan suhu sistem saja.

Bila : u = Energi dalam spesifik (kJ/kg).


U = Total energi dalam (kJ).
Maka : U = M . u ………. kJ ……………………….. (3-3)
dimana : M = Massa sistem (kg).

Karena energi dalam merupakan karakteristik sistem maka perubahan


energi dalam sistem dari kondisi awal ke kondisi akhir dapat ditulis sebagai

berikut : u2−u 1=q+ w

U 2−U 1=Q+W ………………………………..(3-4)

Dalam bentuk persamaan differensial ditulis :

dQ + dW = dU …………………………………………....(3-5)

dq + dw = du

Persamaan ini disebut “persamaan energi sistem tertutup”.

Contoh 1.

Pada langkah kompressi suatu motor bakar torak, jumlah panas yang
dibuang ke air pendingin 45 kJ/kg dan kerja yang dimasukkan 90 kJ/kg.
Tentukanlah perubahan energi dalam (u) sistemnya.

Solusi : q = – 45 kJ/kg dan w = 90 kJ/kg


u2−u 1=q+ w = – 45 + 90 = 45 kJ/kg

Jadi, perubahan energi dalam sistem 45 kJ/kg.

Contoh 2.

Fluida kerja suatu motor phneumatik mempunyai energi dalam sebesar 420
kJ/kg pada awal expansi dan 200 kJ/kg pada akhir expansi. Hitunglah
aliran panas yang terjadi jika kerja yang dilakukan oleh udara selama
expansi adalah sebesar 100 kJ/kg.

2
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Solusi : u2−u 1=q+ w → w=¿ – 100 kJ/kg

200−420=q−100

q = –120 kJ/kg (aliran panas)

3.2. Hukum Pertama pada Sistem Terbuka.


Sistem terbuka dimaksud di sini adalah fluida kerja yang melewati batas
sistem dan alirannya dianggap aliran steady (tunak). Dalam hal ini sistem
mempunyai energi dalam (u), energi kinetis (C ) dan energi potensial (g. Z )
sehingga total energinya :
c2
u +¿ + g . z ………………………………… (3 – 6)
2

yang besarnya sama pada setiap titik dalam volume atur. Pada gambar
berikut, fluida mengalir dengan kondisi stedi dan laju aliran m, sementara
ada panas masuk dengan laju q serta kerja masuk ke fluida dengan laju w.

Gbr.3-2 :

Aliran steady sistem terbuka

Posisi masuk : m ¿ c 12 + z 1 . g+ p1 . v 1 ¿+ q+w


Posisi keluar : m ¿ c 22 + z 2 . g+ p2 . v 2 ¿

Hukum konservasi energi, bahwa energi masuk = energi keluar, maka :

m ¿ c 12 + z 1 . g+ p1 . v 1 ¿+ q+w = m ¿ c 22 + z 2 . g+ p2 . v 2 ¿

Jumlah energi dalam dan energi potensial disebut sebagai enthalpi, ditulis :
h = u + p.v. sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

( 1
) ( 1
m h 1+ g . z 1+ c 12 + q+w = m h 2+ g . z 2+ c22
2 2 )
3
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Persamaan ini disebut persamaan energi aliran steady.

Kapasitas aliran melalui suatu penampang A dengan kecepatan aliran C

adalah C. A, sehingga laju aliran massanya : m = C ( Av )


m = ρ A C (kg/s) …. (3-8)

Dengan menunjuk pada gambar 3–2 terdahulu, maka dapat ditulis :

C1 . A 1 C2 . A 2
m= = ……...…..…….... (3-9)
v1 v2

yang disebut sebagai persamaan kontinuitas aliran massa sistem.

Contoh.1.

Dalam suatu turbin, gas mengalir 17 kg/s dan daya keluaran turbin 14.000
kW. Enthalpi spesifik gas masuk 1200 kJ/kg dan enthalpi spesifik gas
keluar 360 kJ/kg. Kecepatan gas masuk 60 m/s dan keluar dengan
kecepatan 150 m/s. Hitunglah laju aliran panas yang dibuang dari turbin
dan tentukan luas penampang pipa gas
masuk, jika volume spesifik gas 0,5 m3/kg.

Gbr.3-3. Aliran sistem dalam turbin.

Solusi :

Dengan mengabaikan ketinggian dari persamaan energi aliran steady dapat

2 2
kita tulis: m ( h1 + ½ C1 ) + q + W = m ( h2 + ½ C2 )

Disini : m = 17 kg/s C1 = 60 m/s.

C2 = 150 m/s. W = –14000 kW.

h1 = 1200 kJ/kg dan h2 = 360 kJ/kg

4
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

2
60
2
C
Energi kinetik, masuk = ½ . 1 = 2 = 1800 J/kg = 1,8 kJ/kg

C 22 150 2
=
Energi kinetik, keluar = 2 2 = 11250 J/kg = 11,25 kJ/kg.

Jadi : 17 (1200 + 1,8) + q – 14000 = 17 (360 + 11,25)

q = 14000 – 14119,35

= 119,35 kW (tanda minus berarti panas dibuang).

Luas penampang saluran gas masuk dihitung sbb;

17 x 0,5
C1 . A 1 m. v
m =  A1 = 60
v C1 = = 0,142 m2

Contoh 2.

Udara mengalir 0,4 kg/s melalui sebuah kompressor dengan kecepatan 6


m/s pada tekanan 1 bar dan volume spesifik 0,85 m 3/kg. Kecepatan udara
keluar 4,5 m/s dan tekanan 6,9 bar dengan volume spesifik 0,16 m 3/kg
dan energi dalam spesifik 88 kJ/kg lebih besar dari energi dalam spesifik
udara pada saat masuk kompressor. Air pendingin kompressor menyerap
panas dari udara sebesar 59 kW. Hitunglah daya yang diperlukan untuk
menggerakkan kompressor dan hitung pula luas penampang saluran masuk
dan keluar.

Solusi :

Karena dalam soal mengandung tekanan, volume spesifik dan energi dalam,
kita lebih baik menggunakan persamaan energi dengan mengabaikan Z,
C 21
sbb: m ( u1 + 2 + p1.v1 ) + q +
C 22
W = m ( u2 + 2 + p2.v2 )

Lalu kita buat skema/diagram system


tersebut seperti pada gbr.3-4.

5
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Gbr.3-4.Skema sistem contoh-2

Energi kinetis :
2
m kg
Masuk : ½ C 12 = ½ . 62 = 18 x = 18 N.m/kg = 0,018 kJ/kg
s kg
2

Keluar : ½ C 22 = ½ (4,5)2 = 10,1 m2/s2 = 10,1 J/kg = 0,0101 kJ/kg.

Energi Potensial :

Masuk : p1 v 1 = 1 x 105 x 0,85

= 85000 J/kg

= 85 kJ/kg

Keluar : p2 v 2 = 6,9 x 105 x 0,16

= 110400 J/kg

= 110,4 kJ/kg

Energi dalam : u2−u 1 = 88 kJ/kg

Kalor dibuang : q = – 59 kW

{ ( )}
2 2
C C
Sekarang : q+ w=m ( u2−u1 ) + ( p2 v 2− p1 v 1 ) + 2 − 1
2 2

– 59 + w = 0,4 { (88)+(110 ,4−85)+(0,0101−0,018) }

w = 104,4 kW (Daya yang dibutuhkan)

C.A
Untuk menghitung penampang saluran gunakan → m =
v

( )
v1 0,85
Jadi A1 = m . ¿ 0,4 = 0,057 m2
C1 6

A2 = 11 ( 0,16
4,5 )
= 0,014 m 2

3.3. Kalor Spesifik. (Specific Heat Capacity)


6
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Kalor spesifik suatu zat didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur satu satuan massa zat tersebut satu derajat lebih
tinggi. Jadi perbandingan kalor dengan kenaikan temperatur disebut kalor
spesifik suatu system dan secara matematis ditulis sebagai berikut :

∂Q
]
Cx = ∂T X …………... (3-10)

Di mana x menunjukkan suatu proses reversibel berjalur tertentu, sehingga


untuk proses tekanan konstan x = p dan proses volume konstan x = v.
Dengan demikian rumus diatas dapat ditulis sbb:

∂Q
]
Cp = ∂ T → kalor spesifik tekanan konstan
p

∂Q
]
Cv = ∂ T → kalor spesifik volume konstan.
v

Definisi di atas terbatas hanya untuk proses tak mengalir reversibel. Hukum
Pertama Termodinamika yang menerangkan tentang konservasi energi dapat
juga di tulis sebagai: dq – dw = du . Jika prosesnya berlangsung pada
volume konstan dimana dw = 0, maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai : dq = du, sehingga menurut definisi di atas, pers........... (3–10),
dapat kita tuliskan sbb :

du = Cv . dT …………………………………………………. (3-11)

dan dengan cara yang sama kita dapatkan

dh = Cp . dT …………………………………………………. (3-12)

atau dengan pernyataan lain :

7
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

∂U
]
Cv = ∂T V ..……………………………………………...…. (3-13)
.

∂h
]
Cp = ∂T p ………………………………………………...…. (3-14)
Disini : h = enthalpi spesifik sistem yang secara matematis didefinisikan
sebagai : h = u + p.v …….……………………… (3-15)

Dan bila terjadi perubahan pada sistem, maka :

dh = du + d (p.v) = du + p dv + v dp.

Dari persamaan (3–10) juga dapat ditulis persamaan sebagai berikut :

dq = Cv . dT  dQ = M. Cv . dT .……………. (3-17)

dq = Cp . dT  dQ = M. Cp . dT .…………… (3-18).

Harga Cp dan Cv untuk setiap gas pada setiap temperatur dan tekanan
masing-masing adalah konstan dan sudah disediakan dalam tabel masing-
masing gas.

Bila : Q = M. q dan H = M .h serta U= M.u

Maka : H = U + p.V → dH = dU + d(p. V)

U = M .Cv . dT = M . Cv .(T2 – T1)

dQ = M . Cp . (T2 – T1) ……………………………………(3-19)

dQ = M .Cv . (T2 – T1) …………………………………… (3-20).

3.4. Hukum Joule.

Energi dalam suatu gas ideal adalah merupakan fungsi suhu absolut saja
ditulis sebagai U =f ( T ) atau u=f ( T ) .

Hukum Termodinamika Pertama: dq + dw = du atau dq = du – dw

Untuk proses volume konstan : dw = 0

8
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Sehingga : dq = du ………………………1 kg massa

dQ = dU ……………………… M kg. massa

lalu : dq = du = Cv . dT.

Setelah diintegralkan didapat : q = u = Cv . T + C.

Jelaslah bahwa : u = f(T) atau U = f(T)

Bila, T = 0, maka u = 0 lalu juga C = 0

Dpl energi dalam spesifik suatu gas ideal adalah : u = Cv . T

Untuk kondisi 1 dan 2 : u2 – u1 = Cv . (T2 – T1) atau

U2 – U1 = M. Cv. (T2 – T1)

Persamaan ini berlaku untuk setiap gas ideal dalam setiap proses reversibel
dan irreversibel diantara dua keadaan.

3.5. Hubungan Antara Cp dan Cv


Misalkan suatu gas ideal dipanaskan dari T1 ke T2 pada tekanan konstan.
Dari kedua persamaan……….. Q + W = U2 – U1

dan …………………………………………..U2 – U1 = M. Cv . (T2 – T1)

dapat kita tulis bahwa : Q + W = M. Cv (T2 – T1) …….……. (*)

Untuk tekanan konstan pada proses tidak mengalir berlaku hubungan :

W = –p ( V2 – V1 ) ..……………………………… (**)

Sedangkan : p . V = M. R .T artinya :

p1 . v1 = M .R .T1  p2. v2 = M. R. T2

M .R.T 1 M .R .T 2
V1 = p dan V2 = p

Sehingga persamaan ….. (**) dapat ditulis menjadi

W =  M. R .( T2 – T1 ) ………………...………………………….. (***)

9
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

Dengan substitusi antara persamaan ….. (*) dan ….. (***) didapat :

Q = M .R. ( T2 – T1 ) + M .Cv .( T2 – T1 )

atau Q = M ( Cv + R ) ( T2 – T1 ) ………………… ini untuk volume konstan,

sedangkan untuk p = konstan.

Q = M. Cp. ( T2 – T1 )

Dari kedua persamaan ini kita dapat menulis :

M .Cp. ( T2 – T1 ) = M. ( Cv + R ) ( T2 – T1 )

Cp. ( T2 – T1 ) = ( Cv + R ) ( T2 – T1 )

Cp = ( Cv + R )

Cp = Cv + R ………………………………………..…(3 ‒ 21)

3.6. Enthalpi Spesifik


Kita telah mengetahui bahwa : h = u + p .v

Juga p . v = R. T dan u = Cv .T

Lalu kita adakan subtitusi sebagai berikut :

h = Cv . T + R .T = Cv . T + ( Cp – Cv ) .T

h = Cp .T = (Cv + R). T …………………… (3 – 22)

atau H = M .Cp . T = M .(Cv + R ).T …………………………(3 – 23)

Hubungan Cp dan Cv juga dapat ditarik dari persamaan di atas, sebagai


berikut : h = u + p . vatau h = u + R .T lalu kita differensialkan
sehingga di dapat : dh = du + R . dT

sedangkan dh = Cp . dT dan du = Cv . dT

sehingga Cp . dT = Cv . dT + R .dT dan setelah dibagi dT

Akhirnya kita dapat : Cp = Cv + R

Bila panas spesifik diberikan dalam basis molar, maka R dalam persamaan
di atas harus diganti dengan Ru sehingga hubungannya adalah :

C p=C v+Ru (kJ/kmol.K)

10
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

3.7. Ratio Kalor Spesifik (k )


Yang dimaksud disini adalah perbandingan panas spesifik tekanan tetap
dan panas spesifik volume tetap :
Cp
k = Cv …………………………………………………….. (3-24)

Harga k untuk berbagai jenis gas berbeda satu sama lainnya akan tetapi
secara umum dapat diklasifikasi sbb :

Hubungan antara Cp, Cv, k dan R yang sangat berguna dapat kita turunkan
dari persamaan : Cp – Cv = R dengan cara membaginya dengan Cv sehingga
Cp R
−1=
didapat : Cv Cv .

Cp R
Karena k = Cv maka , k – 1 = Cv atau Cv ( k – 1 ) = R

k disebut juga sebagai indeks adiabatis.

Contoh soal :

1. Suatu gas ideal mempunyai Cp = 0,846 kJ/kg.K dan Cv = 0,657


kJ/kg.K. Tentukan massa molekul gas tersebut.
Jawab :

Cp – Cv = R  R = 0,846 kJ/kg – 0,657 kJ/kg

R = 0,189 kJ/kg.K

Ru 8,3145
=
Ru =  . R  = R 0,189 = 44 kg/k.mol.

2. Suatu gas ideal mempunyai massa molekul 26 kg/kmol dan k = 1,26.


Hitunglah panas yang dibuang , bila ;

a. gas tersebut ada di dalam satu tangki pada suhu 315 0


C dan
tekanan 3 bar, lalu didinginkan hingga tekanannya menjadi 1,5
bar.
11
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

b. aliran massa gas memasuki pipa pada 280 0C dan mengalir rata ke
ujung pipa sehingga suhunya menjadi 20 C. Dalam hal ini
0

perubahan kecepatan dalam pipa diabaikan.

8,3145
Ru
Solusi : R = μ = 26 = 0,320 kJ/kg.K.

R 0,320
=
Cv = k−1 1,26−1 = 1,229 kJ/kg.K.

Cp = k .Cv = 1,26 x 1,229 = 1,548 kJ/kg.K.

p1 . v 1 = R . T 1 dan p 2 . v 2 = R T2

untuk volume konstan maka v1 = v2

T1 T2 T 1 . p 2 315 . 1,5
= =
Sehingga : p1 p2 T2 = p1 3 = 157,5 0C

Jadi panas yang dibuang :

q = Cv .(T2 – T1 )

= 1,229 (430,5 – 588) = –193,5 kJ/kg.

b. Dari persamaan energi aliran merata diketahui bahwa :

m¿+ q+ w = m¿

Sesuai ketentuan soal bahwa perubahan energi kecepatan diabaikan


dan tidak ada kerja yang dilakukan, sehingga persamaan di atas
menjadi :

m . h1 + q = m . h2 → q = m (h2 – h1)

sedangkan h = Cp . T,

jadi : q = m . Cp (T2 – T1) untuk m = 1 kg/s

maka q = 1 kg/s x 1,548 kJ/kg.K (193 – 553) K

q = – 557,3 kJ/s = – 557,3 kW

12
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

a. Suatu proses disebut irreversible jika sistem dan semua


bagian dari lingkungannya tidak dapat dikembalikan ke
tingkat keadaan awal masing-masing setelah proses terjadi.
b. Suatu proses disebut reversible jika sistem dan semua
bagian dari lingkungannya dapat dikembalikan ke tingkat
keadaan awal masing-masing setelah proses terjadi.
-Tipe proses ini adalah tipe proses yang benar-benar
diidealkan.
Demikian kuliah kita kali ini,………………….terimakasih.

PR/TUGAS-03.

1. Sebanyak 0,3 kg gas Nitrogen pada 100 kPa dan 40 oC berada dalam
silinder dibelakang piston. Kemudian piston bergerak menekan gas
hingga tekanannya menjadi 1 MPa dan suhunya menjadi 160 oC.
Kerja yang dilakukan selama kompressi berlangsung 30 kJ. Hitunglah
panas yang mengalir dari gas nitrogen ke lingkungannya jika Cv
Nitrogen 0,75 kJ/kg.K

2. Kondisi awal suatu gas didalam silinder adalah 0,4 m 3 dan 0,105
MPa. Kemudian Piston menekan gas tersebut pada tekanan konstan
tanpa gesekan sehingga keadaan akhirnya menjadi 0,20 m 3 dan 0,105
MPa. Selama proses kompressi tersebut terjadi aliran panas dari gas
sebesar 42,5 kJ. Hitunglah perubahan energi dalam gas tersebut.

3. Udara masuk kompressor pada tekanan 1 bar, 25 oC mempunyai


volumen 1,8 m3/kg. Kemudian udara ditekan secara isotermal
menjadi 5 bar. Tentukanlah :
a. Kerja yang dilakukan.
b. Perubahan energi dalam
c. Panas yang mengalir.

4. Suatu silinder berisi udara sebagai sistem. Siklus dilengkapi sbb;


a. Selama langkah kompressi piston melakukan kerja pada piston
sebesar 82.000 N.m dan 45 kJ panas dibuang kelingkungannya.
b. Selama langkah ekspansi udara melakukan kerja pada piston
sebesar 100.000 N.m.
Hitunglah jumlah panas yang ditambahkan kepada sistem.

13
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004
TATAPMUKA-03

5. Daya yang dibangkitkan oleh turbin uap pada suatu PLTU 1.200 kW
sedangkan jumlah panas yang diterima oleh uap didalam Boiler 3360
kJ/kg. Panas yang dibuang oleh uap ke air pendingin 2520 kJ/kg
dan pompa air membutuhkan daya sebesar 6 kW.
Hitunglah laju aliran uap.

SELAMAT MENGERJAKAN.
Jawaban dikirim ke jpdamanik16@gmail.com

Terima Kasih
Dosen yang bersangkutan
Ir J P Damanik, M.Si
Lektor , NUPN.9904010667

14
By : Ir J P Damanik, M.Si - FT UNKRIS 2004

Anda mungkin juga menyukai