Anda di halaman 1dari 15

Nama : Milla fidyatul Ifadah

Npm : 22001013044

Prodi : PGMI B

Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara

Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal Ki Hajar Dewantara merupakan


salah satu tokoh penting Indonesia yang berjasa untuk memajukan pendidikan di tanah
air. Beliau merupakan tokoh pelopor serta pendiri Taman Siswa dan Menjadi menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pertama Indonesia. Ada banyak jasa yang telah Ia berikan
untuk negeri ini, makanya tak heran jika Ki Hajar Dewantara menjadi pahlawan nasional
yang patut dihormati.

Ki Hajar Dewantara juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.


Untuk menghormati jasanya di dunia pendidikan, pemerintah pun menetapkan Hari
Pendidikan Nasional atau HARDIKNAS setiap tanggal 2 Mei.

Ki Hajar Dewantara memiliki gagasan penting dalam dunia pendidikan yang


diwujudkan dalam taman siswa. Pada tahun 1947 dalam kongresnya beliau mempertegas
gagasannya dengan mengemukakan 5 asas yang dikenal Panca Darma yaitu, Asas
Kemerdekaan, Asas Kodrat Alam, Asas Kebudayaan, Asas Kebangsaan dan Asas
Kemanusiaan.

- Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara umumnya
mengutamakan cinta serta kasih sayang. Dimana pendidik sama seperti orang tua
kepada anaknya sendiri. Adapun berikut ini merupakan 3 konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara yang perlu diketahui, di antaranya yaitu:

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha


Ing Ngarsa Sung Tuladha memiliki arti di depan, maksudnya yaitu seorang pendidik
harus dapat memberi teladan atau contoh. Teladan sendiri menjadi kunci keberhasilan
dalam kegiatan belajar, di mana ketika seorang pendidik memiliki sikap yang baik maka
siswa pun akan mengikuti sikap gurunya. Sehingga saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung ,maka guru harus membimbing serta memberikan arahan kepada siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dipelajari siswa dengan baik. tanpa disadari, selama proses
pembelajaran guru menjadi panutan bagi siswa, baik dari kata ataupun perbuatannya.
Oleh sebab itu, selain menguasai materi pelajaran, guru juga harus memiliki pribadi baik
yang dapat dicontoh.

2. Ing Madya Mangun Karsa


Ing Madya Mangun Karsa artinya di tengah-tengah atau di antara seseorang yang
dapat menciptakan ide atau gagasan, maksudnya guru mempunyai peran penting untuk
menciptakan ide dalam proses pembelajaran. Guru dapat memfasilitasi beragam metode
serta strategi agar tujuan pembelajaran berhasil dicapai. Selain itu, kemampuan atau
potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan baik.

3. Tut Wuri Handayani


Tut Wuri Handayani artinya di belakang, maksudnya yaitu seorang pendidik harus
berada di belakang siswa untuk memberi dorongan atau arah. Dalam hal ini, seseorang
memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya untuk mendorong orang lain dalam
mencapai tujuan secara berkelanjutan.

Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus memberikan dorongan


kepada siswa agar rajin belajar disiplin. Mengingat, guru memiliki peran penting untuk
memajukan suatu bangsa dan bangsa yang besar merupakan bangsa yang terdiri dik
melalui nilai-nilai luhur. Maka jangan heran jika guru dijadikan sebagai "pahlawan tanpa
tanda jasa", Karena jasanya mengabdi pada negara demi kemajuan Indonesia.

Guru merupakan fasilitator, pengajar, dan teladan yang ucapannya didengar dan
perbuatannya ditiru. Guru yang baik merupakan guru yang dapat melahirkan generasi
beradab, bermartabat, berguna bermanfaat bagi masyarakat, berwatak luhur, serta
bertanggungjawab atas hidupnya sendiri dan orang lain.
Ki Hajar Dewantara juga memprioritaskan pendidikan karakter, beliau mengajarkan
kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkarakter, cerdas dan percaya diri serta
mengajarkan bagaimana cara memerdekakan diri sendiri serta merdeka sebagai rakyat,
bangsa dan negara.

- 6 Inspirasi Pembelajaran dari Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Setelah mengetahui konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang membantu
mengembangkan kualitas pendidikan Indonesia, Anda juga harus mengetahui proses
pembelajaran yang terinspirasi dari konsep beliau. Adapun berikut ini merupakan 6
inspirasi pembelajaran dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, di antaranya
yaitu:

1. Menerapkan Teori TRIKON


Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan
sebagai usaha dalam memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Upaya pendidikan yang
dapat dilakukan dengan sikap dikenal dengan teori trikon yaitu kontinu, konsentris dan
konvergen.

Kontinu artinya pendidikan di Indonesia mesti dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Konsentris artinya untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia harus
sesuai dengan kebudayaan serta nilai luhur bangsa yang ditanam dalam generasi muda.
Konvergen artinya mengembangkan mutu pendidikan Indonesia agar setara dengan
kualitas pendidikan yang maju di dunia barat.

Teori ini sendiri sudah dilakukan sejak menuntut ilmu di Belanda. Beliau berhasil
menyaring ilmu pendidikan ini untuk dimanfaatkan di Indonesia dengan tetap berpijak
pada akar budaya tanah air, sehingga konsep mengenai pendidikan nasional berakar pada
budaya Nusantara

2. Menumbuhkan Daya Cipta (Kognitif), Daya Rasa (Afektif) dan Daya Karsa
(Psikomotor)
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan Harus bisa meningkatkan daya cipta
(kognitif), daya rasa (afektif) dan daya karsa (psikomotor). Ketiga daya tersebut harus
tumbuh secara bersamaan tanpa ada yang dikesampingkan, karena menitikberatkan salah
satu daya dapat menghambat perkembangan manusia.

Dengan menumbuhkan ketiga daya tersebut bersamaan maka proses humanisasi atau
memanusiakan manusia dalam pendidikan dapat tercapai. Artinya mendidik manusia
untuk mencapai kemanusiaan yang luhur tidak akan mudah goyah, pendidik harus
menjadikan dirinya sebagai role model bagi siswa. tanpa adanya teladan yang baik maka
proses humanisasi dalam pendidikan tidak akan tercapai.

3. Metode Sistem Among


Ki Hajar Dewantara, mengajarkan metode pendidikan sistem among, yaitu metode
pengajaran sesuai dengan asih, asah dan asuh. hal ini sesuai dengan pendidikan yang
dilaksanakan langsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan,
yaitu Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam Perguruan (Pendidikan Formal) dan
Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Non Formal).

Pasalnya Tri sentra tersebut menjadi inspirasi pendidikan di Indonesia dan ketiganya
mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan, kepribadian dan tingkah laku anak.
Keluarga, pihak sekolah, pemerintah maupun masyarakat
merupakan stakeholder pendidikan yang memiliki peran penting dalam proses
pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika proses pendidikan dilakukan dengan
optimal dan stakeholder memposisikan dirinya sebagai teladan baik bagi anak atau
peserta didik. Sehingga tercapainya tujuan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama.

4.  Membentuk Pribadi yang Mandiri


Inspirasi pembelajaran dari konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya yaitu pendidikan
dapat membentuk pribadi yang mandiri dengan tiga indikator yaitu bisa berdiri sendiri,
tidak bergantungan dengan orang lain, serta dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan
begitu, seseorang dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri tanpa membawa orang
lain masuk ke dalam permasalahan.

5. Pendidikan Harus Relevan dengan Kehidupan


Secara umum, konsep pendidikan harus relevan dengan garis hidup guna
mencerdaskan rakyat serta mengangkat martabat bangsa. Seseorang yang berpendidikan
harus bisa bekerjasama dengan baik untuk memajukan Indonesia di antara negara-negara
di dunia. Setiap individu harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kecanggihan
teknologi dapat dijadikan sarana memperluas Network serta meningkatkan wawasan
global.

6. Pengembangan Pendidikan Selaras dengan Nilai Budaya


Pengembangan pendidikan harus selaras dengan nilai budaya untuk memperkuat
dinamika pendidikan sebagai penguat bangsa. Ki Hajar Dewantara memandang jika misi
pendidikan nilai budaya masyarakat timur lebih cocok digunakan. Maka taman siswa
dibuat dengan pendekatan Momong, Among dan Ngemong.

Jika sistem pendidikan sesuai dengan nilai budaya lokal, guru dapat berperan kembali
sebagai insan yang membimbing serta memimpin anak didik dengan lembut, untuk
mengembangkan bakat, potensi dan karakteristik peserta didik.

Pendidikan merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan dilakukan melalui


usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang dimiliki anak, baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggitingginya”. Ki Hadjar Dewantara telah mengungkapkan betapa pentingnya
pendidikan. Pendidikan merupakan kunci untuk membangun sebuah bangsa.

Didalam pendidikan ada proses belajar yang menentukan hasil dari tujuan pendidikan,
maka dari itu Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa belajar harus sesuai dengan cipta,
rasa, dan karsa. Untuk menciptakan proses belajar yang baik, maka harus ada perencanaan
pembelajaran. Hal-hal yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan adalah memenuhi unsur-
unsur belajar. Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan Unsur- unsur belajar sebagai berikut.

a. Peserta Didik
Manusia adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi artinya jiwa yang telah melalui
batas kecerdasan yang tertentu, hingga menunjukkan perbedaan yang tegas dengan jiwa yang
dimiliki hewan. Jika hewan hanya berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan dan keinginan,
insting dan kekuatan lain yang semuanya itu tidak cukup berkuasa untuk menentang
kekuatan-kekuatan, baik yang datang dari luar atau dari dalam jiwanya.

Jiwa hewan semata-mata sanggup untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu


untuk memelihara kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang masih sanggat sederhana, misalnya
makan, minum, bersuara, lari dan sebagainya.” Manusia adalah pribadi yang memiliki cipta,
rasa, karsa yang mengerti dan menyadari akan keberadaan dirinya yang dapat mengatur,
menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk
mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan bahwa, setiap manusia yang lahir memiliki sifat bawaan. Hal tersebut juga
terdapat dalam teori psikologi, bahwa setiap individu memiliki sifat bawaan yang nantinya
akan dikembangkan melalui interaksi di lingkunganya.

Tanpa mempertimbangkan aspek umur manusia, karakter peserta didik yang dibawa
ke sekolah merupakan hasil dari pengaruh lingkungan. Hal tersebut cukup berpengaruh pada
keberhasilan dan kegagalan individu pada masa perkembangan selanjutnya.

b. Pendidik
Menurut Ki Hadjar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses
memanusiakan manusia, yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Mendidik harus lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan,
martabat, mentalitas demokratik). Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman
dalam menciptakan kultur positif seorang pendidik.

Semboyan Trilogi pendidikan memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan
atau guru dan peserta didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus
bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat di antara pesetra
didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika guru
berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang
baik.

c. Tujuan Belajar
Pembahasan mengenai tujuan belajar tidak akan terlepas dari tujuan pendidikan, hal
tersebut disebabkan karena belajar merupakan aspek terpenting dalam pendidikan. Oleh
karena itu tujuan belajar sama dengan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan identik
dengan tujuan hidup manusia. Berikut adalah tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara. “Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnja anak-anak. Adapun
maksudnja pendidikan jaitu menuntun segala kekuatan kodrat jang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masjarakat dapatlah mentjapai
keselamatan dan kebahagiaan jang setinggi-tingginya.” Manusia merdeka merupakan tujuan
pendidikan Ki Hadjar Dewantara, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian.

Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama, dan ini
mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi,
kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin. Perlu digaris bawahi bahwa
pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara merupakan sebuah tuntunan. Berdasarkan
pengerian tersebut tersirat bahwa hasil perkembangan peserta didik terletak di luar kehendak
pendidik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah makhluk hidup yang dapat
berkembang melalui kodrat yang telah dimiliki. Pendidik hanya menumbuhkembangkan
kodrat yang telah ada agar peserta didik dapat berkembang dengan baik.

d. Azas Belajar
Konsep belajar yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara memiliki lima asas antara lain,
asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas
kemanusiaan. Asas tersebut pulalah yang mendasari pendidikan di perguruan taman siswa.
Berdasarkan kelima asas tersebut disimpulkan bahwa, belajar menurut ki hadjar dewantara
harus dilandasi dengan kemampuam pribadi, sesuai dengan kodrat, tidak bertentangan
dengan budaya, toleransi, dan menjaga hak-hak orang lain.

Kemerdekaan atau kemampuan pribadi bertujuan agar peserta didik dapat leluasa
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dalam proses belajar. Kodrat alam bertujuan agar
peserta didik tidak melalaikan kewajibanya baik kewajiban terhadap Tuhan, Lingkungan,
masyarakat, maupun diri sendiri. Belajar juga harus sesuai dengan budaya tempat agar hasil
belajar bisa diterima di lingkungan tempat tinggal. Belajar juga harus sesuai dengan
kebangsaan karena peserta didik akan hidup dan berinteraksi dengan masyarakat luas.
Peserta didik juga dituntut untuk tidak melanggar dasar hak asasi manusia.

e. Metode Belajar
Metode belajar yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara adalah metode among. Among
memiliki makna menjaga kelangsungan hidup batin peserta didik dengan mendampingi dan
mengarahkan. Bukan hanya membiarkan perkembangan batin peserta didik namun juga
menjaga agar keadaan batin peserta didik tetap dalam keadaan baik. Berdasarkan pernyataan
tersebut, pendidik berkewajiban mengembangkan peserta didik sesuai dengan karakter
peserta didik dan karakter lingkungan budaya setempat.

Hal tersebut bertujuan agar peserta didik dapat menguasai diri sendiri. Among methode
merupakan pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin
sesuai dengan kodrat.

Ketidakpuasan Terhadap Pendidikan Belanda dari Tokoh Bangsa seperti Ki Hajar


Dewantara

Penyebab ketidakpuasan Ki Hajar Dewantara mengenai sistem pendidikan yang


dilakukan oleh Belanda yaitu :

Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau yang sering disebut Ki Hajar Dewantara
merupakan salah satu pejuang atau aktivis asli pribumi (sebutan bagi masyarakat
Indonesia kala itu) bidang pendidikan. Sebagai pejuang tidak heran bila beliau sering
memberikan kritik-kritik tajam kepada Belanda dan tulisan-tulisan yang bermanfaat
melalui koran. Selain itu, Ki Hajar Dewantara dikenal aktif berpolitik dalam Indische
Partij dan mendirikan Perguruan Taman Siswa.

Oleh karena Ki Hajar Dewantara adalah salah satu aktivis pendidikan, maka hal
yang dikritik pertama adalah sistem pendidikan Belanda pasca berlakunya politik etis.
Pendidikan ini memang sudah terlaksana, namun ada beberapa hal yang masih menjadi
wujud ketidakpuasan dari Ki Hajar Dewantara, yaitu :
- Hanya kaum bangsawan dan pejabat-pejabat pro kolonial yang boleh mengenyam
pendidikan.

Pada pelaksanaannya, politik etis bidang edukasi / pendidikan lebih terfokus ke kaum
bangsawan dan pro Belanda. Hal ini dilakukan agar Belanda tetap mendapatkan tenaga
dari pembangunan sang raja dan memandirikan kerajaan di bawah kuasa Belanda.

- Pendidikan dilakukan menggunakan bahasa Belanda dan tidak sesuai budaya asli
daerah

Digunakannya bahasa Belanda pada sekolah-sekolah negeri milik akan semakin


melunturkan kebudayaan serta nilai-nilai nasionalisme yang dimiliki rakyat.

- Sekolah tinggi yang dilakukan Belanda adalah dengan dibawa ke luar negeri
sehingga menyebabkan kesenjangan sosial.

Sistem sekolah tinggi Belanda yang membawa pelajar ke luar negeri akan
memunculkan kenjangan sosial dan belum lagi munculnya spekulasi bahwa pemimpin
telah mengkhianati rakyatnya. Padahal, banyak pula pemimpin yang masih memedulikan
rakyatnya

Perjuangan yang Dilakukan Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan

 Latar Belakang Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Dalam Memperjuangkan Pendidikan


Nasional

Di Belanda, Ki Hadjar Dewantara mendalami masalah pendidikan dan pengajaran


sehingga berhasil memperoleh Akte Guru.6 Pada abad ke-17 Indonesia dikuasai oleh
Belanda. Belanda semula datang ke Indonesia untuk berdagang dan mendirikan VOC. VOC
adalah badan milik orang Belanda yang memeluk agama protestan. Untuk keperluan ekonomi
dan perdagangan VOC, maka didirikan sekolahsekolah untuk rakyat Indonesia. Semua
sekolah-sekolah VOC bertujuan mengisi kekurangan tenaga-tenaga pekerja, supaya dapat
lebih memperkuat keuangan VOC dan pengajaran rakyat umum tidak diperhatikan.

Para pemimpin pergerakan nasional dengan sadar ingin mengubah keadaan yang kurang
tepat, bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional harus segera dimasukkan ke
dalam program perjuangannya, maka lahirlah sekolah-sekolah partikelir atas usaha perintis-
perintis kemerdekaan, diantaranya adalah perguruan taman siswa.

Didirikannya perguruan Taman siswa disebabkan karena keadaan pendidikan bagi rakyat
Indonesia yang sangat kurangnya pengajaran yang diberikan oleh Belanda kepada bangsa
Indonesia, pendidikannya sangat tidak sesuai dengan kepentingan hidup bangsa Indonesia
sendiri, dan bahkan meracuni jiwa anak, menanamkan jiwa budak pengabdi kepentingan
colonial sehingga sangat mengecewakan rakyat Indonesia.

Seperti diketahui, ketika Pemerintah Kolonial melaksanakan politik etis, jumlah sekolah
yang didirikan bertambah banyak. Walaupun jumlah sekolah dibandingkan dengan jumlah
anak usia sekolah masih sangat jauh dari cukup. Sekolah-sekolah tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi kepentingan kolonial, baik kepentingan dalam bidang politik, ekonomi maupun
administrasi yang sama sekali tidak ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia.

 Langkah-langkah Yang Dilakukan Ki Hadjar Dewantara Dalam Memperjuangkan

Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara mendirikan taman siswa pada tanggal 3


Juli 1922 di Jogyakarta. Taman siswa diciptakan sebagai perguruan tempat belajar hidup,
tempat memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita hidup. Dalam pelaksanaan
pendidikan taman siswa mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha mendidik
angkatan muda di dalam jiwa kebangsaan. 10 tahun sesudah berdiri taman siswa
berkembang dengan pesat. Menurut catatan pada tahun 1933, jumlah cabang taman siswa
sebanyak 125, jumlah perguruannya 294 buah, jumlah murid 1.764 anak dan jumlah guru
50 orang.

Cara melaksanakan pendidikan kebangsaan di dalam taman siswa adalah


nasionalisme kultural yang selaras dengan kebutuhan masyarakat, maka cara memberikan
pendidikan kebangsaan dilakukan melalui etika, sejarah kebudayaan, pelajaran bahasa,
kesenian termasuk antara lain permainan, nyanyian, tarian dan musik. Pemerintah
kolonial mengarah kepada pergerakan sosial terutama dititik beratkan kegiatannya dalam
bidang pendidikan, maka dibuatlah undang-undang sekolah liar pada 1 Oktober 1932.
Taman siswa akan menghadapi bahaya jika undang-undang sekolah liar dilaksanakan,
maka akan membunuh taman siswa dan usaha kebudayaan bangsa karena sekolah-sekolah
swasta tidak mendapatkan subsidi dari Pemerintah Kolonial.

Pada tahun 1935 sampai 1937, taman siswa dihadapkan masalah-masalah baru yaitu
masalah tunjangan anak dan pajak upah. Dan para guru berpendapat bahwa tidak
seharusnya membayar pajak upah dan hanya membayar pajak penghasilan saja, sebab
taman siswa sebagai lembaga pendidikan bersifat kekeluargaan yang tidak mengenal
buruh dan majikan. Ki Hadjar Dewantara membawa masalah undang-undang sekolah liar
ke Dewan Rakyat.

Pada tanggal 10 Januari 1933 oleh Wiranatakusumah dan kawankawan mengusulkan


untuk membuat undang-undang baru, usulan tersebut diterima dan dimufakati oleh
Pemerintah, maka undang-undang sekolah liar ditunda selama satu tahun. Ki Hadjar
Dewantara mengirimkan telegram tantangan untuk menggerakkan seluruh tenaga bangsa
dan bangkit serentak berdiri dibelakang Ki Hadjar Dewantara bersama-sama melawan
undang-undang kolonial dengan gagah berani, akhirnya ordonansi sekolah liar dibekukan,
delapan bulan kemudian dicabut dan dibatalkan.

Tujuan didirikannya taman siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng


golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat anti penjajahan.
Taman siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi taman siswa tidak
mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, para guru taman siswa tetap
melaksanakan proses pendidikan dengan tiga semboyan, yaitu : Ing Ngarso Sung
Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Di kalangan para
pemimpin terdapat dua pendapat atau aliran.
Aliran yang pertama menginginkan taman siswa terlepas dari sistem pendidikan
pemerintah dan aliran pemikiran yang kedua berpendapat bahwa perkembangan
masyarakat Indonesia baru sangat berbeda dengan keadaan zaman kolonial, oleh karena
perubahan itu perlu di hadapi dengan pemikiran baru. Taman siswa dapat
menyumbangkan pengalaman dan keahlian untuk Menteri Pendidikan dalam usahanya
mengembangkan kebijaksanaan politik pendidikan nasional.

Kebijakan orde baru mendirikan SD Inpres secara aktif di semua daerah turut
memundurkan peran perguruan taman siswa. Beberapa SD taman siswa yang berdekatan
dengan SD Inpres tutup. Demikian pula kecenderungan masyarakat untuk memilih
sekolah sesuai dengan agama yang dianutnya, berkontribusi pada tidak lakunya sekolah di
lingkungan taman siswa karena muncul wacana bahwa sekolah di taman siswa itu
sekuler. Reformasi politik di Indonesia pada tahun 1997 ternyata tidak membawa dampak
perbaikan bagi perguruan taman siswa. Sebaliknya, kebijakan pendidikan nasional makin
jauh dari ajaran taman siswa, seperti tercermin dalam UU Sisdiknas yang tidak memiliki
roh kebangsaan. RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) dan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (RPP PPP) yang sangat
kapitalistik juga ditolak majelis luhur taman siswa karena keduanya itu bertentangan
dengan dasar taman siswa panca dharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan,
kebangsaan, dan kemanusiaan.
REFERENSI

Djumhur dan Danasuparta, Sejarah Pendidikan (Bandung:CV. Ilmu), hlm. 118.

Darsiti Soeratman, Ki Hajar Dewantara (Jakarta:Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1985), hlm. 72-73.

Ibid., hlm. 149.

Moch. Tauchid, Perdjuangan dan Adjaran Hidup Ki Hadjar Dewantara


(Jogjakarta:Madjelis Luhur Taman Siswa, 1963), hlm. 29-30

Moch. Tauchid, op. cit., hlm. 31

https://blog.kejarcita.id/6-inspirasi-pembelajaran-dari-konsep-pendidikan-ki-hajar-
dewantara/
https://edukasi.kompas.com/read/2018/04/09/08000081/kritik-ki-hajar-dewantara-
terhadap-sistem-pendidikan-barat?
amp=1&page=2&jxconn=1*1ptf633*other_jxampid*d3l5WnBLMzZySnRWbXM0bjI5T
zhyUEVLNlhvZEV0X1ZrNTlleFFPdjhBd000TzBSa1R3NlJaQXNLVDZRenlXWQ

Anda mungkin juga menyukai