Nim : 1910122220042
Kelas : Reg A2/2019
Assalamualaikum wr.wb disini saya akan menceritakan pengalaman saya jadi disini saya
mnegrjakan tugas nomor 2 dahulu dan tugas nomor 1 untuk 3 file ada dibawah sudah saya
gabung menjadi 1.
2. Pada saya kelas 3 SMA saya mengikuti turnamen Futsal, turnamen ini menjadi
turnamen terakhir saya di SMA karena sebentar lagi waktu itu saya akan mengikuti
semester akhir jadi anak kelas 3 dilarang mengikuti kegiatan lagi. Ini terjadi saat
pertandingan final pada malam hari, jadi saya terjatuh saat ingin merebut bola dari
lawan dan posisi jatuhh saat itu badan saya menindih tangan kanan saya (tangan posisi
terlipat) lalu saya dibawa ke uks dalam keadaan tangan saya tidak bisa diluruskan, tidak
ada tindakan apa – apa dari tim uks tersebut mereka hanya mengira tangan saya keseleo.
Sampai dirumah tangan saya diurut dan setelah itu tangan saya diurut agar bisa
diluruskan kembali selama proses diurut tangan saya ditangkir sampai 3 kali urut dan
tangkiran dari tangan saya dilepas malah tangan saya tidak bisa dilipat kembali. Lalu
saya dibawa ke tukang urut yang lain beliau bilang kalau tangan saya ini engsel di siku
nya terlepas dan tulang nya retak, jadi saya diurut kembali agar tangan saya bisa dilipat
lagi, tangan saya susah untuk diurut karena keterlambata saya membawa ke tukang urut
jadi selama tangan saya hanya bisa lurus itu sudah tumbuh daging jadi saat saya diurut
lagi harus mengahncuran daging itu dulu. Beliau menyarankan saya untuk mengurut
tangan sampai 5 kali tapi saya hanya mampu 3 kali karena sudah tidak kuat lagi, tapi
alhamdulillah tangan saya sudah kembali normal lagi meskipun tidak kuat seperti dulu,
meskipun tidak kembali sepetti dulu stidaknya masih bisa melakukan aktivitas
meskipun tangannya cepat lelah.
A. Kejadian yang saya alami yaitu terlepasnya engsel pada siku bagian kanan, dan
terjadinya keretakan tulang. Terjadi karena terjatuh saat pertandingan futsal
B. Tindakan yang diambil saat itu ialah pengobatan secara tradisional, proses pengobatan
yang cukup lama, kejadian dari November sampai April sampai tangan saya bisa
http://repository.8unimus.ac.id
digunakan kembali seperti awal.
C. Menurut saya cidera yaang saya alami itu masuk kategori Dislokasi. Menurut saya
tindakan yang seharusnya saat awal kejadian itu sambil seharusnya pihak uks
mengompres tangan saya,, dan untuk tindakan pengobatan tradisionl menurut saya tepat
saja asal kita benar – benar membawa ke orang yang tepat karena jika tidak proses
sembuh akan lama dan bisa saja tambah parah, tapi alangkah baiknya lagi jika kita
membawa ke RS agar lebih tau apa yang terjadi dan bisa mendaptkan pertolongan yang
tepat.
http://repository.8unimus.ac.id
Materi 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cedera
1. Pengertian
Cedera merupakan rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal
diakibatkan karena keadaan patologis (Potter & Perry, 2005). Cedera adalah
kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami
penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi
fisiologis atau akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti
oksigen (WHO, 2014). Cedera pada anak dapat berupa cedera yang tidak
disengaja (unintentional injury) dan cedera yang disengaja (intentional injury)
(European Child Safety Alliance, 2014; California Injury Prevention network,
2012). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
trauma atau tekanan fisik maupun kimiawi.
2. Klasifikasi
Menurut Hardianto (2005), klasifikasi cedera sebagai berikut:
a. Berdasar berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Cedera Ringan
Cedera yang tidak diikuti kerusakaan yang berarti pada jaringan tubuh
kita, misalnya kekakuan otot dan kelelahan. Pada cedera ringan
biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun, dan cedera akan sembuh
dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
2) Cedera Berat
Cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan
jaringan tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah
tulang. Kriteria cedera berat :
a) Kehilangan substansi atau kontinuitas
b) Rusaknya atau robeknya pembuluh darah
http://repository.8unimus.ac.id
9
http://repository.unimus.ac.id
10
http://repository.unimus.ac.id
11
4. Penanganan
a. Cedera Pada Kulit
1) Luka Lecet (ekskoriasi)
Menurut Potter & Perry (2005) pembersihan luka yang dianjurkan
dapat menggunakan cairan pembersih normal salin (NaCl). Normal
salin merupakan cairan fisiologis yang tidak akan membahayakan
jaringan luka. Penggunaan normal salin juga bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel. Setelah
dibersihkan dengan normal salin, tutup luka menggunakan kassa
steril dan fiksasi.
2) Luka Robek (laserasi)
Menurut Junaidi (2011) luka robek pada umumnya memerlukan
jahitan. Oleh karena itu, tindakan pertolongan pertamanya ialah
melakukan desinfeksi kemudian menutupnya dengan plester atau
kassa steril lalu membawa korban ke rumah sakit atau pelayanan
kesehatan terdekat. Jika diperlukan dapat diberikan antibiotika dan
antitetanus untuk mencegah infeksi atau serangan tetanus.
3) Luka Tusuk (punctum)
Menurut Junaidi (2011) apabila tusukan mengenai pembuluh darah
yang besar, terlebih dahulu lakukan tindakan untuk menghentikan
perdarahan itu. Tutup lukanya menggunakan kain / kassa steril dan
balut dengan baik kemudian segera membawa korban ke rumah
sakit.
b. Cedera pada tendon ( sprain dan strain)
Menurut Millar (2014) salah satu cara menangani cedera pada kasus
sprain dan strain adalah dengan PRICES (Protection, Rest, Ice,
Compression, Elevation, Support), yaitu :
1) Protect (Proteksi)
Proteksi bertujuan untuk mencegah cedera bertambah parah
dengan mengurangi pergerakan bagian otot yang cedera. Proteksi
dapat menggunakan air splint dan ankle brace.
http://repository.unimus.ac.id
12
2) Rest (Istirahat)
Istirahatkan bagian tubuh yang cedera selama 2-3 hari untuk
mencegah cedera bertambah parah dan memberikan waktu jaringan
untuk sembuh.
3) Ice (Pemberian Es)
Pemberian kompres es bertujuan untuk mengurangi peradangan.
Kompres es akan menyebabkan menyempitnya pembuluh darah
pada daerah yang dikompres sehingga mengurangi aliran darah ke
tempat tersebut dan meredakan peradangan. Berikut adalah cara
penggunaan kompres es: es ditempatkan dalam kantong dan
dibungkus sebelum dipakai. Tidak boleh ada kontak langsung
antara es dan kulit. Kompres es pada daerah luka selama 20 menit
setiap 2 jam, selama 1-2 hari. Kompres es dihentikan ketika
peradangan berkurang. Ciri-ciri adanya peradangan: kemerahan,
bengkak, panas, rasa nyeri, dan tidak bisa digerakkan.
4) Compression (Kompresi)
Kompresi bertujuan untuk mencegah pergerakan otot dan juga
dapat mengurangi pembengkakkan. Kompresi dilakukan dengan
menggunakan elastic bandage atau ankle taping. Dalam melakukan
kompresi, harus diperhatikan jangan sampai kompresi terlalu ketat.
5) Elevation (Elevasi)
Elevasi dilakukan dengan menopang bagian yang cedera dengan
suatu benda agar daerah yang cedera lebih tinggi dari permukaan
jantung. Elevasi bertujuan untuk mengurangi tekanan dan aliran
darah ke daerah cedera serta mengurangi pembengkakkan.
6) Support
Support bertujuan untuk mencegah pergerakan otot yang
berlebihan dan pencegahan cedera berulang.
http://repository.unimus.ac.id
13
c. Fraktur
Menurut Mansjoer (2000) penatalaksanaan fraktur telah banyak
mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi
dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena
waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan
non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini
banyak dilakukan pada orang dewasa. Bila keadaan penderita stabil dan
luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi dengan salah satu cara
dibawah ini:
1) Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk
menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah
jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan
selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah
pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk
mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur
femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk
memerlukan beban yang lebih besar.
2) Fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi
interna merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul
dan patah tulang disertai komplikasi.
3) Pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan
(immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami cedera dengan
http://repository.unimus.ac.id
14
http://repository.unimus.ac.id
15
http://repository.unimus.ac.id
16
http://repository.unimus.ac.id
17
P = f/N x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f : frekuensi item soal benar
N : Jumlah soal
Sedangkan untuk pengkategorian pengetahuan yaitu :
1) Kurang (Skor < 55%)
2) Cukup (Skor 56%-75%)
3) Baik (Skor 76%-100%)
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan antara lain:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
http://repository.unimus.ac.id
18
http://repository.unimus.ac.id
19
http://repository.unimus.ac.id
20
http://repository.unimus.ac.id
21
C. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Fitriani, 2011).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya
uang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Mubarak (2007) memberikan penjelasan bahwa pengertian lebih
luas sebenarnya didapatkan dalam bidang promosi kesehatan, dimana
pendidikan dan pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi
kesehatan yang lebih menekankan pada pendekatan edukatif, namun jika
promosi kesehatan menekankan pada upaya perubahan atau perbaikan
perilaku kesehatan.
Proses pendidikan tersebut berlangsung dalam suatu lingkungan
pendidikan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya
dibedakan menjadi tiga yaitu didalam keluarga (pendidikan informal),
didalam sekolah (pendidikan formal), didalam masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menjelaskan
tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan
http://repository.unimus.ac.id
22
http://repository.unimus.ac.id
23
http://repository.unimus.ac.id
24
http://repository.unimus.ac.id
25
D. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori dari tinjauan pustaka diatas maka dapat dibua
t
kerangka teori sebagai berikut :
Pengetahuan Keterampilan
Pendidikan Kesehatan
Penatalaksanaan
http://repository.unimus.ac.id
26
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan kader
UKS tentang
Penatalaksanaan
Pendidikan Kesehatan Cedera
penatalaksanaan
cedera
Keterampilan kader
UKS tentang
Penatalaksanaan
Cedera
F. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu ciri/ ukuran yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoatmodjo, 2010).
1. Variabel Independen (variabel bebas) adalah pendidikan kesehatan tentang
penatalaksanaan cedera.
2. Variabel depeden (variabel terikat) adalah pengetahuan dan keterampilan
penatalaksanaan cedera.
G. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan kader UKS tentang perawatan cedera
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
2. Ada perbedaan keterampilan kader UKS tentang perawatan cedara
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
http://repository.unimus.ac.id
http://parawira-smasa.blogspot.com
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah
akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat
terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan
beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya kulit dan
bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya jaringan di
bawah kulit.
Luka Terbuka
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan dengan benda
yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi.
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka jauh
dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan tubuh, darah
keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna
merah kebiruan
Materi Pertolongan Pertama
PMR Wira SMA Negeri 1 Bondowoso
http://parawira-smasa.blogspot.com
http://parawira-smasa.blogspot.com
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut
dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
➢ Pembalut pita/gulung.
➢ Pembalut segitiga (mitela).
➢ Pembalut penekan.
Penutupan luka
Pembalutan
➢ Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk
menghentikan perdarahan.
➢ Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
➢ Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
➢ Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambah luasnya
permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan
jaringan.
➢ Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu
kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus
diperbaiki.
➢ Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu
mendekati tubuh.
➢ Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan
berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai berikut
Materi 3
ABSTRACT
ABSTRAK
Sistem muskuloskeletal adalah bagian yang paling sering mengalami cedera dalam
olahraga. Cedera akut yang disebabkan oleh trauma langsung ataupun cedera kronis yang
diakibatkan oleh overuse menyebabkan kerusakan jaringan lunak sistem muskuloskeletal baik
pada otot, tendon maupun ligamen. Cedera muskuloskeletal seringkali menyebabkan nyeri
berkepanjangan dan menurunkan performa olahragawan.
Jaringan lunak muskuloskeletal yang cedera akan mengalami serangkaian proses
penyembuhan (healing process) dimulai dari fase inflamasi/radang akut, regenerasi dan
perbaikan hingga fase remodelling. Kajian mengenai aspek seluler yang terlibat dalam proses
penyembuhan berperan penting dalam memberikan pemahaman untuk menentukan intervensi
yang tepat. Artikel ini membahas tentang aspek seluler pada tahapan-tahapan proses
penyembuhan cedera muskuloskeletal yang dikaitkan dengan terapi yang sesuai.
spontan. Namun pada kasus trauma berat sel-sel inflamasi hadir di area yang rusak
proses penyembuhan otot dapat karena robeknya pembuluh darah. Ketika
berlangsung tidak sempurna, terjadi kerusakan pada sarkolema, berbagai
mengakibatkan pembentukan jaringan eikosanoid terutama prostaglandin,
fibrosis yang mengganggu fungsi otot prostasiklin, leukotrien dan tromboksan
(Laumonier & Menetrey, 2016). dikeluarkan (Smith, 2004). Eikosanoid
berperan dalam pengaturan vasodilatasi,
A. Mekanisme penyembuhan cedera aktivitas kemotaktik dan peningkatan
otot
permeabilitas endotel vaskular yang
Secara umum mekanisme perbaikan
menyebabkan masuknya sel-sel inflamasi
cedera pada cedera otot terbagi dalam 3
ke daerah cedera (Smith, 2004; Tidball,
tahap yaitu fase destruksi/ degenerasi dan
2005).
inflamasi/peradangan, fase regenerasi/
Neutrofil merupakan leukosit PMN
perbaikan dan fase remodelling/ renovasi.
yang pertama kali mendatangi daerah
Tahapan fase perbaikan dan renovasi
cedera. Neutrofil akan melakukan
seringkali berjalan bersamaan.
fagositosis untuk menghilangkan
1. Fase degenerasi dan inflamasi
komponen-komponen hasil cedera dengan
Proses degenerasi dan inflamasi
cara melepaskan lisosom protease yang
terjadi pada beberapa hari awal setelah
akan mendegradasi protein. Neutrofil juga
cedera. Proses ini dicetuskan karena adanya
membentuk ROS untuk menghindari
kerusakan sarkolema. Kemudian terjadi
terjadinya eksaserbasi cedera (Tidball,
influks kalsium yang tidak teregulasi ke
2005). Neutrofil kemudian mensekresi
dalam sarkolema yang cedera. Jumlah
sejumlah besar molekul-molekul pro-
kalsium dalam sitoplasma yang berlebihan
inflamasi faktor-faktor pertumbuhan dalam
menyebabkan enzim protease dan hidrolase
rangka menciptakan lingkungan mikro
teraktivasi sehingga terjadi kerusakan sel
yang kemoatraktif bagi sel-sel inflamasi
otot serta mengaktivasi berbagai enzim
lainnya seperti monosit maupun makrofag.
yang mendorong terproduksinya substansi-
Neutrofil kemudian digantikan oleh
substansi mitogenik bagi sel otot dan sel
monosit dalam waktu beberapa jam setelah
imunitas (Tidball et al, 2011; 2005).
cedera. Monosit kemudian akan berubah
Hematoma terbentuk ketika terjadi
menjadi makrofag. Makrofag memiliki 2
kematian sel otot. Bersamaan dengan ini,
fungi utama, yaitu menghilangkan serabut
otot yang nekrosis melalui proses
fagositosis. Fungsi lainnya adalah bersama
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 | 45
fibroblast, makrofag juga menghasilkan terdiri atas 2 tahap, yaitu regenerasi sel otot
sinyal kemotaktik seperti faktor-faktor dan pembentukan jaringan ikat atau
pertumbuhan, sitokin dan kemokin (Baoge fibrosis.
et al, 2012). Sel otot merupakan sel post-mitosis
Dua jenis makrofag yang telah yang tidak memiliki kapasitas untuk
teridentifikasi selama proses penyembuhan membelah. Pada keadaan cedera, sel otot
cedera adalah makrofag MI dan M2. yang rusak tidak mampu diperbaiki tanpa
Makrofag M1 diketahui merupakan kehadiran sel prekursor miogenik yaitu sel
makrofag pro-inflamasi yang hadir pada satelit. Tahap regenerasi ini dapat terjadi
24-48 jam di daerah cedera. Makrofag ini karena masih adanya sel-sel satelit yang
berperan dalam melisiskan sel, berada di bawah lamina basalis sel otot.
menghilangkan debris selular melalui Pada sel otot dewasa, sel satelit berada pada
proses fagositosis dan menstimulasi status istirahat. Jumlah sel satelit ini
proliferasi mioblast. Berbeda dengan bergantung pada usia, lokasi dan tipe sel
makrofag M2 yang dikenal sebagai otot. (Relaix dan Zammit, 2012)
makrofag anti-inflamasi, sel ini bekerja Ketika otot mengalami cedera, sel
pada 48-96 jam setelah cedera dengan satelit teraktivasi oleh faktor-faktor
menurunkan respon inflamasi yang terjadi pertumbuhan dalam 18 jam setelah cedera
dan mendukung terjadinya proses sebagai respon terhadap stimulus kimiawi.
perbaikan sel otot dengan membentuk Regenerasi serabut otot hanya dapat terjadi
formasi miotubul (Tidball dan Wehling- ketika sel satelit teraktivasi. Aktivasi ini
Henricks, 2007). Makrofag juga diketahui menyebabkan sel satelit berproliferasi dan
berperan dalam proses perbaikan jaringan berdiferensiasi menjadi mioblast. Mioblast
yang rusak dengan mensekresi berbagai kemudian akan membentuk miotubul baru
molekul pro-regenerasi. Diantaranya atau bergabung dengan serabut otot yang
adalah insulin-like growth factor (IGF) dan rusak, mengisi area antara serabut otot yang
fibroblat growth factor (FGF) serta rusak dan kemudian menjadi serabut otot
transforming growth factor-β (TGF-β). fungsional yang matur (Laumonier and
2. Fase regenerasi dan perbaikan Menetrey, 2016).
Regenerasi sel otot dimulai pada 4- Di saat yang bersamaan, terjadi
5 hari pertama setelah kerusakan dan pembentukan jaringan ikat oleh fibrin dan
memuncak setelah 2 minggu. Kemudian fibronektin yang berasal dari darah akibat
secara gradual akan menurun pada 3-4 pembentukan hematoma pada awal
minggu setelah terjadi kerusakan. Fase ini
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 | 46