Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.

Z
UMUR 4 BULAN IMUNISASI DPT 3 + POLIO 4
DI RST BHAKTI WIRATAMTAMA

Di Susun Oleh :
Siti Suwarsih
161211027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa bayi adalah saat bayi berumur satu bulan sampai dua belas bulan. Masa bayi
dimulai dari usia 0–12 bulan ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi (Anwar, 2011). Bayi merupakan
manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti.
Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran
hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang
dewasa. (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Indonesia ikut andil pembangunan kesehatan dalam rangka merealisasikan
tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Salah satunya adalah Agenda ke 4
MDGs (Menurunkan angka kematian anak) yang ditargetkan sampai dengan tahun 2015,
yaitu mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990
yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup (Kementrian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2011). Upaya membaiknya tingkat kesehatan anak dipengaruhi
oleh meningkatnya cakupan pelayanan yang diterima sejak anak berada dalam kandungan
melalui: pelayanan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan oleh tenaga
kesehatan utamanya di fasilitas kesehatan, pelayanan neonatal (melalui kunjungan
neonatal), cakupan imunisasi, penanganan neonatal, bayi dan balita sakit sesuai standar
baik di fasilitas kesehatan dasar dan fasilitas kesehatan rujukan dan meningkatnya
pengetahuan keluarga dan masyarakat akan perawatan pada masa kehamilan, pada masa
neonatal, bayi dan balita, serta deteksi dini penyakit dan care seeking behavior ke fasilitas
kesehatan (Bappenas, 2011). Imunisasi merupakan investasi kesehatan yang efektif
dengan berupa upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan (Ranuh, dkk. 2011).
Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Kementerian
Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam
upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005, program
pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali
imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada
bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat
minggu; imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan
interval minimal empat minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan
(Riskesda, 2013). PPI merupakan program pemerintah guna mencapai komitmen
Internasional, yaitu Universal Child Immunization (UCI). Program UCI secara nasional
dapat dicapai tahun 1990, yaitu cakupan DPT 3, Polio 3, dan Campak minimal 80%
sebelum umur 1 tahun. Sedangkan untuk DPT 1, Polio 1, dan BCG minimal mencakup
90% (Ranuh dkk, 2011).
Berdasarkan data dari buku laporan pasien poli anak RST Bhakti Wiratamtama pada
tanggal 20 Januari 2022 – 24 Januari 2022 didapatkan sebanyak 48 yang periksa di poli
anak RST Bhakti Wiratamtama.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi pada By. Umur 4 bulan di poli anak
RST Bhakti Wiratamtama.
2. Tujuan Khusus
a. Melalukan pengkajian pada By. Umur 4 jam di RST Bhakti Wiratamtama
b. Menginterprestasikan data meliputi diagnose, masalah dan kebutuhan pada By. Z
umur 4 bulan di RST Bhakti Wira Tamtama.
c. Merumuskan diagnose potensial pada By. Z umur 4 bulan di RST Bhakti Wira
Tamtama.
d. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan segera dan melakukan
tindakan antisipasi pada By. Z umur 4 bulan di RST Bhakti Wira Tamtama.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada By. Z umur 4 bulan di RST Bhakti
Wira Tamtama.
f. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada By. Z umur 4 bulan di
RST Bhakti Wira Tamtama.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada By. Z umur 4 jam di RST Bhakti
Wira Tamtama.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidance based
pratice pemberian asuhan kebidanan pada bayi
2. Bagi lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan gambaran
dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik dalam memberikan
asuhan kebidanan.
3. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan evidence based.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Bayi
1. Pengertian Bayi
Masa bayi adalah saat bayi berumur satu bulan sampai dua belas bulan. Masa bayi
dimulai dari usia 0–12 bulan ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik
yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi (Anwar, 2011).
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada
batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang
merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang
sangat bergantung pada orang dewasa. (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia
0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan (Nursalam, 2013).
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabutserabut
syarat dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan saling
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan imosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Marmi dan
Rahardjo, 2015).
2. Kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi
Menurut Nursalam, 2013 kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi dikelompokkan
menjadi 3 yaitu :
a. Asuh (Kebutuhan fisik – Biomedis)
Kebutuhan asuh meliputi :
1) Nutrisi yang adekuat dan seimbang
2) Perawatan kesehatan dasar Untuk mencapai kesehatan dasar yang optimal,
perlu beberapa upaya misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas atau
Posyandu secara berkala, perawatan bila sakit.
3) Pakaian
4) Perumahan
5) Higiene diri dan lingkungan
6) Kesegaran jasmani
b. Asih (Kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Kebutuhan asih meliputi :
1) Kasih sayang orang tua
2) Rasa aman
3) Harga diri
4) Dukungan/dorongan
5) Mandiri
6) Rasa memiliki
c. Asah (Kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari dunia luar berupa latihan atau
bermain. Pemberian stimulus sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal,
kemudian lahir dengan cara menyusui bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah
merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan.

B. Imunisasi Pada Bayi


1. Pengertian imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah
memasukkan kuman penyakit yang sudah dimatikan ke dalam tubuh anak dengan
cara suntikan atau diminum, dengan maksud agar terjadi kekebalan terhadap jenis
penyakit tertentu pada tubuh (A.S. Wahab, 2012).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih antigen yang infeksius pada seorang
individu untuk merangsang sistem imun dan memproduksi antibodi yang akan
mencegah infeksi (Schwartz, 2014).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2018).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi umur 0-
12 bulan yang terdiri dari BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan
Campak (Depkes RI, 2005).
Imunisasi lengkap yaitu satu dosis vaksin BCG, tiga dosis vaksin DPT, empat
dosis vaksin Polio, dan satu vaksin Campak serta ditambah tiga dosis vaksin Hepatitis
B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (Depkes RI, 2005).
2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Permenkes RI (2017), program
imunisasi di Indonesia memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I). Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan
imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019
yaitu 93%), tercapainya Universal Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80%
bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan
tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranu, dkk 2011)
Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang tepat dapat dicegah dengan
imunisasi yaotu polio, campak, difteri, pertussis, tetanus, TBC dan hepatitis B.
(Depkes, 2013).
3. Manfaat imunisasi
Menurut Marimbi, (2010) manfaat imunisasi adalah :
a. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian
b. Memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara
Menurut Proverawati (2010), Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh
pemerintah dengan menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit,
mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Syarat pemberian imunisasi
Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalamkondisi sehat.
Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan
virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan kemudian menimbulkan
antibody (Hanum, 2010).
5. Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak menimbulkan efek - efek
yang merugikan. Menurut Proverawati & Andhini, 2010 Imunisasi ada 2 macam
yaitu:
a. Imunisasi aktif merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan
suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan merersponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau
campak.
b. Imunisasi pasif merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat imunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang di dapat bayi dari
ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif
adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan.
6. Jenis Imunisasi Dasar Bayi
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah yaitu meliputi
Hepatitis B, Bacille Calmetee Guerin (BCG), Campak, polio dan Vaksin Pentavalen
(DPT-HB-HiB). Imunisasi dasar lengkap adalah program imunisasi yang dicanangkan
pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi di Indonesia. Imunisasi ini
diberikan mulai dari bayi baru lahir (hepatitis B) sampai berumur 9 bulan (campak).
Program imunisasi yang diwajibkan pemerintah untuk memberikan imunisasi dasar
lengkap yaitu Hepatitis B 1 kali pemberian, BCG 1 kali pemberian,DPT/HB/HiB
(pentavalen) 3 kali pemberian dengan interval 4 minggu, polio 4 kali pemberian
dengan interval 4 minggu dan campak 1 kali pemberian. Selain imunisasi yang di
wajibkan ada imunisasi yang di anjurkan pemerintah yaitu HiB (Hemophilus
Influenza Type B), MMR (Measles,mumps, rubella), Tifoid, Hepatitis A, Varicella,
jadi sifatnya tidak wajib (Hayati & Novita, 2014).
a. Imunisasi BCG
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (Enric et. al., 2017).
Tuberculosis paling sering menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ
lain seperti selaput otak, tulang, kelenjar superficialis, dan lain-lain. BCG adalah
vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan berulang 1-3
tahun, sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas (Dewi, 2012).
1) Cara pemberian dan dosis
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2 bulan
di lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan
bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH profilaksi dulu,
apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG (Ranuh, 2008).
Vaksin BCG diberikan secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan
0,05 ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya
diberikan pada deltoid kanan (lengan kanan atas) (Dewi, 2012).
2) Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi pada anak.
Imunisasi BCG tidak dianjurkan pada anak dengan reaksi uji tuberkulin > 5
mm, terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid, sedang menjalani terapi radiasi, penyakit
keganasan pada tulang dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita
penyakit infeksi kulit yang luas, pernah menderita tuberculosis, dan
kehamilan (Dewi, 2012).
3) Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum. Reaksi yang
tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan
akan menghilang dengan sendirinya (Sari, D, 2018).
b. Imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT)
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis (batuk
rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan berat yang
disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat menyebar ke sistem saraf dan
jantung sehingga berakibat kematian (Peter et.al., 2017). Pertusis (batuk rejan atau
batuk 100 hari) yang disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa
batuk, mata merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan
sedangkan tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
disebarkan melalui luka yang dalam. Gejala tetanus berupa kejang, mulut
mencucu, kaku otot perut, kaku rahang, disertai keringat dan demam. Pada bayi
terdapat gejala berhenti menetek (sucking) pada 3 sampai 28 hari setelah lahir
(Pratiwi, 2012).
1) Cara pemberian dan dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis
pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan
vaksin DPT yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-80C, vaksin belum
kadaluarsa, tidak pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga (Depkes RI,
2012).
2) Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir merupakan
kontraindikasi pertusis. Gejala tersebut seperti penyakit-penyakit yang
mengenai sistem saraf pusat berupa infeksi atau kongenital. Anak-anak yang
mengalami gejala berat tersebut pada pemberian dosis pertama komponen
vaksin pertusis perlu dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi
dapat diberikan vaksin DT.
3) Efek samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada sore
hari setelah mendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak
mengalami demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain
(Margareta, 2009). Efek samping lain seperti rasa sakit ditempat suntikan dan
peradangan akan sembuh dengan sendirinya. Kejang merupakan efek samping
yang jarang ditemui. Jika terdapat kejang pada anak maka vaksin pertusis
harus dihilangkan pada imunisasi selanjutnya (Dewi, 2012).
Untuk mengatasi efek samping tersebut bisa dianjurkan dengan cara
mengomprres dengan air dingin pada area bekas penyuntikkan.
Kompres dingin dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri karena
adanya pelepasan endorphin sehingga dapat memblokir transmisi serabut saraf
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga dapat menurunkan
tranmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehigga gerbang sinaps menutup
transmisi impuls nyeri (Sulistyani, 2015). Kompres dingin mampu menjadi
anastesi local yang memiliki keuntungan terapeutik untuk mengurangi nyeri
local seperti nyeri penyuntikan (Potter and Perry, 2013). Menurut penelitian
Lingga (2015) menyatakan bahwa kompres es terbukti sebagai cara yang
efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
nyeri terutama nyeri saat imunisasi.
c. Imunisasi Hepatitis – B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Gejala biasanya bersifat
asimptomatik dan kronis serta dapat menimbulkan sirosis hati. Vaksin hepatitis B
mengandung HBsAg (antigen permukaan) dari virus hepatitis B (sari, D, 2018).
1) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada usia 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskuler dengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali
dengan jarak suntikan satu bulan untuk suntikan 1 dan 2, dan lima bulan untuk
jarak suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi
dasar (Novitasari, 2015).
2) Kontraindikasi
Riwayat alergi merupakan kontraindikasi utama imunisasi Hepatitis B.
Riwayat alergi atau hipersensitifitas yang dimaksud yaitu terhadap ragi serta
riwayat efek samping yang berat pada penyuntikan dosis pertama (Depkes RI,
2009).
3) Efek samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B umumnya ringan. Efek
samping yang muncul hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri
sendi maupun otot dengan reaksi ringan dan sembuh dalam 1- 2 hari (Dewi,
2012).
d. Imunisasi polio
Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polimielitis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus polio pada medulla spinalis yang menyebabkan
kelumpuhan. Virus vaksin ini akan menempatkan diri di usus dan akan memacu
pembentukan antibodi dalam darah maupun epitelium usus sehingga akan
memberikan perlindungan terhadap virus yang masuk kemudian (Dewi, 2012).
1) Cara pemberian dan dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan IV yang
diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes
(0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes
(dropper) harus diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru
(Istriyati, 2011).
2) Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak boleh menerima
vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin polio antara lain anak dalam
keadaan penyakit akut, demam >380C, muntah atau diare berat, anak dengan
imunosupresi atau sedang dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki
keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial.
3) Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi polio
(Margareta, 2009). Efek samping yang serius seperti lumpuh layu (paralisis)
jarang terjadi (Istriyati, 2011).
e. Imunisasi campak
Vaksin campak merupakan virus campak yang dilemahkan dengan fungsi
memberikan kekebalan aktif terhadap campak. Imunisasi campak bertujuan untuk
mencegah penyakit campak karena penyakit ini sangat menular dan sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Novitasari, 2015).
1) Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-11 bulan
dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak dilarutkan dalam
cairan pelarut steril sebanyak 5 ml kemudian disuntikkan di lengan kiri atas
secara subkutan (Novitasari, 2015).
2) Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak dengan
imunodefisiensi (Imun lemah) atau individu dengan gangguan imun akibat
leukimia dan lymphoma merupakan kontraindikasi pemberian vaksin campak
(Depkes RI, 2017).
3) Efek samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada
beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup (tunggal atau
gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan
(Pratiwi, 2011).
f. Jadwal imunisasi Dasar
Jadwal pemberian imunisasi dasar untuk bayi usia 0-11 bulan terdiri dari
pemberian imunisasi HB 0, BCG, DPT-HB-Hib, Polio, dan MR dengan masing-
masing interval waktu tertentu. Pemberian imunisasi dasar lanjutan pada batita
terdiri dari imunisasi DPT-HBHib booster pada usia 18 bulan dan MR booster
pada usia 24 bulan (Kemenkes, 2017).
Kementerian kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup,
diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang
optimal (Kemenkes,2018).
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

0 BULAN HEPATITIS B0

1 BULAN BCG, POLIO 1

2 BULAN DPT-HB-HIB 1, POLIO 2

3 BULAN DPT-HB-HIB 2, POLIO 3

4 BULAN DPT-HB-HIB 3 ,POLIO 4

9 BULAN CAMPAK

18 BULAN DPT-HB-HIB LANJUTAN

24 BULAN CAMPAK LANJUTAN


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. Z


UMUR 4 BULAN IMUNISASI DPT 3 + POLIO 4
DI RST BHAKTI WIRATAMTAMA

Pengkajian dilakukan pada :


Tanggal : 24 Januari 2022
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Poli Anak
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas Bayi
Nama : By. Z
Tanggal/jam lahir : 4 September 2021
Jenis kelamin : laki-laki
2. Identitas Orang Tua
Nama : Ny. W Tn. D
Umur : 26 Tahun 30 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : Sarjana Sarjana
Pekerjaan : swasta Swasta
Alamat : Hos Cokrominoto 3/2
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
1. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dengan jadwal imunisasi
DPT 3 + polio 4.
Ibu mengatakan anaknya sekarang uur 4 bulan dalam keadaan sehat tidak
sedang demam, batuk, pilek.
2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Ibu
Ibu mengatakan umur kehamilan cukup bulan, ibu mengatakan bayinya lahir
tanggal 04 September 2021, jenis persalinan normal pervaginam di RST Bhakti
Wiratamtama, di tolong oleh bidan, tidak ada penyulit dalam persalinan, jenis
kelamin laki-laki, BB Lahir 2900 gram, PB: 49 cm. ibu mengatakan selama
nifas tidak ada masalah dan bayi di beri ASI saja sampai sekarang.
3. Riwayat imunisasi tambah umur
No Nama Tanggal Imunisasi
Imunisasi
1. HB0 04-09-2021
2. BCG 05-10-2021
3. DPT 08-11-2021 20-12-2021
4. POLIO 05-10-2021 08-11-2021 20-12-2021
5. CAMPAK

4. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan bayi hanya minum ASI
b. Pola Eliminasi : Ibu mengatakan bayi BAB 1- 2 x sehari BAK 4-6 x sehari
c. Pola Istirahat : Ibu mengatakan bayinya sehari tidur 2 x
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan bayi sudah mulai aktif

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign : Nadi : 120 x/m
RR : 42 x/m
Suhu : 36,6 oC

BB : 5900 gram
PB : 53 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Mesochepal, tidak ada benjolan
b. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c. Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada kelainan
d. Mulut : Simetris, tidak ada labioscisis dan labiopalatoscisis.
e. Telinga: Simetris, bersih, ada lubang kanan kiri
f. Leher : Tidak ada trauma pada leher.
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur.
h. Abdomen : Tidak ada omfalokel dan gastroskizis,
i. Genetalia : tidak ada kelainan.
j. Punggung : Tidak ada pembengkakan/cekungan, tidak ada spina
bifida.
k. Ekstremitas : Simetris, jumlah jemari lengkap tangan dan kaki,tidak
odema, tidak ada kelainan, pergerakan aktif.

II. INTERPRESTASI DATA


a. Diagnose kebidanan
By. Z Umur 4 bulan imunisasi DPT 3 + POLIO 4
Data Dasar :
DS :
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dengan jadwal imunisasi
DPT 3 + polio 4.
Ibu mengatakan anaknya sekarang umur 4 bulan dalam keadaan sehat tidak
sedang demam, batuk, pilek.
DO :
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign : Nadi : 120 x/m
RR : 42 x/m
Suhu : 36,9 oC
BB : 5900 gram
PB : 53 cm
b. Masalah
Tidak ada
c. Kebutuhan
Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN langsung diberikan imunisasi


1. Beritahu ibu hasil pemeriksaannya
2. Jelaskan kepada ibu tentang imunisasi DPT
3. Jelaskan kepada ibu imunisasi polio
4. Lakukan informed consent untuk penyuntikkan DPT3 dan polio4
5. Lakukan peyuntikkan DPT
6. Berikan polio tetes
7. Berikan resep terapi sesuai anjuran dr SpA
8. Beritahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya
VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya seha, hasil pemeriksaan normal dan bayi
boleh dilakukan imunisasi DPT dan polio
2. Menjelaskan kepada ibu Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Cara pemberian imunisasi DPT yaitu di
suntikkan secara IM di 1/3 paha bagian depan atau samping agar enghidari
mengenai batang saraf utama dan pembuluh darah. Efek samping dari imunisasi
DPT adalah demam, rasa sakit/nyeri di tempat penyuntikkan, bengkak bekas
punyuntikkan, dan cara mengatasinya yaitu bisa di kompres menggunakan air dingin
bekas penyuntikkannya untuk mengurangi nyeri.
3. Menjelaskan kepada ibu imunisasi polio yaitu diberikan untuk mencegah penyakit
polimielitis. Cara pemberian polio ini diberikan secara oral (melalui mulut) setiap
kali pemberian 2 tetes (0,1ml).
4. Melakukan informed consent kepada ibu pemberian imunisasi DPT dan polio
5. Menyuntikkan imunisasi DPT pada 1/3 paha kiri luar secara IM dengan dosis 0,5
ml.
6. Meneteskan imunisasi polio 2 tetes pada mulut bayi.
7. Memberikan resep terapi sesuai anjuran dr SpA yaitu paracetamol drop 0,5 ml .
8. Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu campak di usia bayinyanya 9
bulan nanti.

VII. EVALUASI
1. Ibu telah mengetahui keadaan bayinya
2. Ibu mengetahu imunisasi DPT serta cara mengatasi dari efek sampingnya
3. Ibu mengerti tentang imunisasi polio
4. Ibu bersedia anaknya diberikan iunisasi DPT dan polio
5. Bayi telah di berikan imunisasi DPT
6. Bayi telah diberikan imunisasi polio
7. Resep terapi sudah di berikan
8. Ibu mengetahui jadwal imunisasi selanjutnya
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara teori yang ada
dengan praktik dalam asuhan kebidanan. Dalam pembahasan ini penulis akan menganalisa antaa
asuhan kebidanan yang diberikan pada By. Z umur 4 bulan dengan imunisasi DPT 3 + Polio 4
pada asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Pra Sekolah dengan teori yang ada.
1. Pengkajian
Pada data subyektif didapatkan data yaitu ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya
dengan jadwal imunisasi DPT 3+Polio 4, ibu mengatakan anaknya sekarang usia 4 bulan,
dalam keadaan sehat tidak sedang batuk, pilek, demam.
Pada data obyektif yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, composmentis
Nadi:120 x/, RR: 42 x/m, Suhu : 36,9 oC, BB : 5900 gram, PB: 53 cm.
2. Interprestasi data
Interprestasi data meliputi diagnose kebidanan, masalah yang mungkin timbul. Berdasarkan
pengkajian diperoleh diagnose kebidanan By. Z umur 4 bulan. Dalam asuhan ini tidak
didapatkan masalah. Antisipasi/penanganan segera juga tidak dilakukan karena diagnose
potensial tidak ditemukan.
3. Perencanan
Setelah kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan serta menyeluruh terhadap
masalah yang ada. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Pada kasus By. Z diberikan perencanaan beritahu ibu hasil pemeriksaan, jelaskan kepada ibu
tentang imunisasi DPT dan polio, melakukan imunisasi DPT dan polio, berikan resep sesuai
anjuran dr SpA, beritahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya.
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya seha, hasil pemeriksaan normal dan bayi
boleh dilakukan imunisasi DPT dan polio
Menurut Hanum (2010), Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi
harus dalamkondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian
virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan
kemudian menimbulkan antibody.
b. Menjelaskan kepada ibu Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Cara pemberian imunisasi DPT yaitu di suntikkan
secara IM di 1/3 paha bagian depan atau samping agar enghidari mengenai batang saraf
utama dan pembuluh darah. Efek samping dari imunisasi DPT adalah demam, rasa
sakit/nyeri di tempat penyuntikkan, bengkak bekas punyuntikkan, dan cara
mengatasinya yaitu bisa di kompres menggunakan air dingin bekas penyuntikkannya
untuk mengurangi nyeri.
Menurut teori Peter et al (2017), Imunisasi DPT mencegah anak terhadap
penyakit dipteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang
tenggorokan berat yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat menyebar ke
sistem saraf dan jantung sehingga berakibat kematian. Pertusis (batuk rejan atau batuk
100 hari) yang disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa batuk, mata
merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan sedangkan tetanus adalah
penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang disebarkan melalui luka yang
dalam. Gejala tetanus berupa kejang, mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang,
disertai keringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) pada
3 sampai 28 hari setelah lahir (Pratiwi, 2012).
Cara pemberian dosisnya yaitu secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5
ml sebanyak 3 dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis
pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan vaksin
DPT yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-80C, vaksin belum kadaluarsa, tidak pernah
terendam air, dan sterilitasnya terjaga (Depkes RI, 2012).
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada sore hari
setelah mendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami
demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain (Margareta, 2009)
Untuk mengatasi efek samping tersebut bisa dianjurkan dengan cara mengompres
dengan air dingin pada area bekas penyuntikkan. Kompres dingin dapat membuat kulit
menurunkan respon nyeri karena adanya pelepasan endorphin sehingga dapat
memblokir transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga
dapat menurunkan tranmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehigga gerbang sinaps
menutup transmisi impuls nyeri (Sulistyani, 2015). Kompres dingin mampu menjadi
anastesi local yang memiliki keuntungan terapeutik untuk mengurangi nyeri local
seperti nyeri penyuntikan (Potter and Perry, 2013).
Menurut penelitian Lingga (2015) menyatakan bahwa kompres es terbukti sebagai
cara yang efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
nyeri terutama nyeri saat imunisasi.
c. Menjelaskan kepada ibu imunisasi polio yaitu diberikan untuk mencegah penyakit
polimielitis. Cara pemberian polio ini diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali
pemberian 2 tetes (0,1ml).
Menurut teori Dewi (2012), Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit
polimielitis. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio pada medulla spinalis yang
menyebabkan kelumpuhan. Virus vaksin ini akan menempatkan diri di usus dan akan
memacu pembentukan antibodi dalam darah maupun epitelium usus sehingga akan
memberikan perlindungan terhadap virus yang masuk kemudian.
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan IV yang diberikan
secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes (0,1 ml).
Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes (dropper) harus diganti
dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru (Istriyati, 2011).
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi polio
(Margareta, 2009).
d. Melakukan informed consent kepada ibu pemberian imunisasi DPT dan polio
Menyuntikkan imunisasi DPT pada 1/3 paha kiri luar secara IM dengan dosis 0,5 ml.
Menurut teori Novitasari (2015), imunisasi DPT ini diberikan tiga kali usia 0-11
bulan melalui injeksi intramuskuler dengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan secara
intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.
e. Meneteskan imunisasi polio 2 tetes pada mulut bayi.
Menurut Istriyati (2011), Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan
IV yang diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes
(0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes (dropper)
harus diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru
f. Memberikan resep terapi sesuai anjuran dr SpA yaitu paracetamol drop 0,5 ml .
g. Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu campak di usia bayinyanya 9
bulan nanti.
Menurut Kemenkes (2017), Jadwal pemberian imunisasi dasar untuk bayi usia 0-11 bulan
terdiri dari pemberian imunisasi HB 0, BCG, DPT-HB-Hib, Polio, dan MR dengan
masing-masing interval waktu tertentu. Pemberian imunisasi dasar lanjutan pada batita
terdiri dari imunisasi DPT-HBHib booster pada usia 18 bulan dan MR booster pada usia
24 bulan .
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI

0 BULAN HEPATITIS B0

1 BULAN BCG, POLIO 1

2 BULAN DPT-HB-HIB 1, POLIO 2

3 BULAN DPT-HB-HIB 2, POLIO 3

4 BULAN DPT-HB-HIB 3 ,POLIO 4

9 BULAN CAMPAK

18 BULAN DPT-HB-HIB LANJUTAN

24 BULAN CAMPAK LANJUTAN

5. Evaluasi
Pada kasus By. Z evaluasinya yaitu setelah ibu dijelaskan tentang imunisasi ibu bersedia
anaknya di lakukan imunisasi DPT 3 +Polio 4 dan bayi telah diberikan imunisasi DPT 3 +
Polio 4, dan ibu bersedia apa yang telah dianjurkan oleh bidan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan
kebidanan pada By. Z umur 4 bulan , maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Pada pengkajian data diperoleh data subyektif ibu mengatakan ingin
mengimunisasikan anaknya yaitu DPT 3 + Polio 4, ibu mengatakan anaknya dalam
keadaan sehat, tidak lagi demam, batuk, pilek. Data obyektif diperoleh hasil KU
baik, kesadaran composmentis, Rr :42x/m, S : 36,6°C , Nd : 120 x/m, BB :
5900gram, PB 53 cm,.
2. Interprestasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnose kebidanan By. Z umur 4
bulan. Dengan masalah tidak ada
3. Diagnose potensial By. Z adalah tidak terjadi karena mendapatkan perawatan
langsung.
4. Antisipasi / penanganan segera pada By. Z juga tidak dilakukan karena diagnose
potensial tidak ditemukan.
5. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan,
jelaskan kepada ibu tentang imunisasi DPT, dan Polio, lakukan informed consent,
berikan imunisasi DPT dan Polio, berikan terapi sesuai anjuran dr SpA, beritahu ibu
jadwal imunisasi selanjutnya.
6. Pelaksanaan pada By. Z yaitu Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya seha, hasil
pemeriksaan normal dan bayi boleh dilakukan imunisasi DPT dan polio .
Menjelaskan kepada ibu Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Cara pemberian imunisasi DPT yaitu di suntikkan
secara IM di 1/3 paha bagian depan atau samping agar enghidari mengenai batang
saraf utama dan pembuluh darah. Efek samping dari imunisasi DPT adalah demam,
rasa sakit/nyeri di tempat penyuntikkan, bengkak bekas punyuntikkan, dan cara
mengatasinya yaitu bisa di kompres menggunakan air dingin bekas penyuntikkannya
untuk mengurangi nyeri. Menjelaskan kepada ibu imunisasi polio yaitu diberikan
untuk mencegah penyakit polimielitis. Cara pemberian polio ini diberikan secara
oral (melalui mulut) setiap kali pemberian 2 tetes (0,1ml). Melakukan informed
consent kepada ibu pemberian imunisasi DPT dan polio. Menyuntikkan imunisasi
DPT pada 1/3 paha kiri luar secara IM dengan dosis 0,5 ml. Meneteskan imunisasi
polio 2 tetes pada mulut bayi. Memberikan resep terapi sesuai anjuran dr SpA yaitu
paracetamol drop 0,5 ml. Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu
campak di usia bayinyanya 9 bulan nanti.
7. Evaluasi pada By. Z setelah dilakukan perawatan yaitu ibu mengerti apa yang
dijelaskan oleh bidan, ibu bersedia anaknya di imunisasi DPT 3 dan Polio 4, dan ibu
bersedia melakukan apa yang di anjurkan oleh bidan.
B. Saran
1. Bagi pasien
Pasien mendapatkan perawatan sesuai evidence based dan dapat mempraktikkan
untuk asuhan kebidanan pada bayi selanjutnya nanti
2. Bagi tenaga kesehatan
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan sesuai
dengan asuhan kebidanan yang ada
3. Bagi institusi
Dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan asuhan kebidanan selanjutnya yang
berhubungan dengan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. 2012. Asuhan keperawatan anak dan balita. Jakarta : Salemba

Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset.

Ranuh, I.G.N. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter

Indonesia

Novitasari, Y.D. 2015. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi usia 0-12

bulan di Posyandu Kencana Sendangrejo Grobongan. [Karya Tulis Ilmiah]. Surakarta :

StiKes Kusuma Husada.

Pratiwi, L.N. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar balita

umur 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010. [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat :

Universitas Indonesia

Istriyati, E. 2011.Faktor- factor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada

Bayi di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. http://lib.unnes.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai