Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG MELATI

RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh :

AHMAD SAKTI PANDU SATRIYO

2111040046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
pada saat lahir (Mitayani, 2009). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah
lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).

  Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2010). BBLR adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat lahir yaitu
bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir (Hanifah, 2010). Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah
adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasinya.

2. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan lahir
rendah yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan
atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3)  Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu:HT, jantung, gangguan pembuluhdarah  (perokok).

5) Primigravidarum: ibu yang pertama kali hamil


6) Usia ibu  <  20 tahun.
b. Faktor kehamilan
1) Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
2) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang
mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
1) Faktor ibu (HT, GGK, perokok, DM, toksemia, dan hipoksia ibu)
2)  Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali
pusat).
3)  Faktor janin (kelainan kromosom, gamelli, cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
4) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

3. Manifestasi klinik
Menurut Huda dan Hardhi, (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
rendah adalah:
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
d) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.

4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500
gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
 Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di bawah


normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,abortus,cacat
bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan premature juga lebih besar.
5. Pathways

Pathways

Faktor ibu Plasenta Faktor janin

BBLR

Pernafasan Imatur imunologis Kulit Otak

Imaturasi paru Sistim imun Halus, Imaturasi


rendah mudah sentrum
Membran hialin Pembentukan lecet, vital
belum terbentuk surfaktan lembab
Resiko infeksi
belum
terbentuk Resiko
Reflek
kerusakan
menelan
integritas
blm
Dispnea kulit
sempurna

Sindroma gangguan
Ketidakseimb
pernafasan
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Ketidakefektifan pola
tubuh
nafas

Status nutrisi
turun

Metabolisme
meningkat

Ketidakefektifan
termoregulasi
6. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru
progresif akibat kurangnya  surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah
lahir bayi akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas
intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan
positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya
dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan
pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap
edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea.
Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda
distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya
lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma
distress respiratori idiopatik dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia
pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan mengalami
serangan apnea.
c. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan
jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang
menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan
konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih
dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah
konsentrasi oksigen naik  melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan
pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau
tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat
pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan
intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea.
Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi
dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan
dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut
selama beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin
mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung,
muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus
mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan
gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan
pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Arief, (2008) adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR menurut Proverawati, (2010):
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b.  Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka
suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB
2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna
kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali
sedini mungkin.
c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu
dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20
C untuk bayi yang lebih kecil.
d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head
box.
e. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit.
2) Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang
bayi.
f. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua      : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat antenatal :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ketergantungan obat-obatan, DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan congenital.
c) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
d) Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
e) Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat  menekan system pusat
pernafasan.
2) Riwayat post natal :
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-
3), asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm
2500 gram,  LK  kurang atau lebih dari normal (34-36)
c) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan  menghisap
sehingga perlu diberikan cairan parenteral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan,
kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
e) Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis
psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan
tertentu.
f) Hubungan psikologis. sebaiknya segera setelah bayi baru alhir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan.
g) Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah
dan hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukan kondisi neonatos yang baik.
h) Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal
pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m),
untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post
asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
i) Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
j) Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
k) Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan
refleksi terhadap cahaya.
l) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender.
m)Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n) Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
o) Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
p) Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan
suara wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari
100x/m.
q) Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah
ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
r) Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
s) Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates
perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
t) Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air
besar serta warna dari feces.
u) Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
v) Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.

d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat,
cadangan metabolik buruk).
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4.  Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak
efektif.
5. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
ginjal imatur.
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.

e. Intervensi atau perencanaan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda.

Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan normal
apnea dan perubahan frekwensi dari serangan apnetik sejati, terutama
jantung. sering terjadi pad gestasi minggu ke-
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 30
3. Posisikan bayi pada abdomen 2. Menghilangkan mukus yang neyumbat
atau posisi telentang dengan jalan napas
gulungan popok dibawah bahu 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
untuk menghasilkan hiperekstensi dan menurunkan episode apnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap khususnya bila ditemukan adanya
obat-obatan yang akan hipoksia, asidosis metabolik atau
memperberat depresi pernapasan hiperkapnea
pada bayi 4. Magnesium sulfat dan narkotik
menekan pusat pernapasan dan
Kolaborasi : aktifitas SSP
5. Berikan oksigen sesuai indikasi 5. Hipoksia, asidosis netabolik,
hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis memperberat
serangan apnetik
6.  Berikan obat-obatan yang sesuai 6. Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan

2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan SSP imatur (pusat


regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat,
cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).

Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
1. Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan
suhu rektal pada awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
selanjutnya periksa suhu aksila bila ada dan penurunan sensivitas  untuk
atau gunakan alat termostat meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
dengan dasar terbuka dan kadar O2.
penyebar hangat.
2. Tempatkan bayi pada inkubator 2. Mempertahankan lingkungan
atau dalam keadaan hangat. termonetral, membantu mencegah stres
karena dingin
3. Pantau sistem pengatur suhu , 3.  Hipertermi dengan peningkatan laju
penyebar hangat (pertahankan metabolisme kebutuhan oksigen dan
batas atas pada 98,6°F, glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
bergantung pada ukuran dan bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
usia bayi)
4. Kaji haluaran dan berat jenis 4. Penurunan keluaran dan peningkatan
urine berat jenis urine dihubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode
stres karena rasa dingin
5. Pantau penambahan berat 5. Ketidakadekuatan  penambahan berat
badan berturut-turut. Bila badan meskipun masukan kalori adekuat
penambahan berat badan tidak dapat menandakan bahwa kalori
adekuat, tingkatkan suhu digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan sesuai indikasi. lingkungan tubuh, sehingga memerlukan
peningkatan suhu lingkungan.
6. Perhatikan perkembangan 6. Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
takikardia, warna kemerahan, berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
diaforesis, letargi, apnea atau teratasi.
aktifitas kejang.
Kolaborasi :
7. Pantau pemeriksaan 7. Membantu mencegah kejang berkenaan
laboratorium sesuai indikasi dengan perubahan fungsi SSP yang
(GDA, glukosa serum, disebabkan hipertermi
elektrolit dan kadar bilirubin) 8. Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
8. Berikan obat-obat sesuai pada hiportemia dan hipertermia
dengan indikasi :  fenobarbital

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan
dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan,
dan batuk)
2. Auskultasi adanya bising usus, 2. Pemberian makan pertama bayi stabil
kaji status fisik dan statuys memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
pernapasan jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada  cairan parenteral di
indikasikan dan cairan peroral haru s
ditunda
3.  Kaji berat badan dengan 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
menimbang berat badan setiap derajat dan resiko terhadap pola
hari, kemudian dokumentasikan pertumbuhan.
pada grafik pertumbuhan bayi 4.  Memberikan informasi tentang
4. Pantau masuka dan dan masukan aktual dalam hubungannya
pengeluaran. Hitung konsumsi dengan perkiraan kebutuhan untuk
kalori dan elektrolit setiap hari digunakan dalam penyesuaian diet.
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan 5. Pemberian cairan intravena mungkin
fontanel, turgor kulit, berat jenis diperlukan untuk memenuhi
urine, kondisi membran mukosa, peningkatan kebutuhan, tetapi harus
fruktuasi berat badan. dengan hati-hati ditangani untuk
menghindari kelebihan cairan
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; 6. hipoglikemia secara bermakna
takipnea dan pernapasan tidak meningkatkan mobilitas mortalitas serta
teratur, apnea, letargi, fruktuasi efek berat yang lama bergantung pada
suhu, dan diaphoresis. Pemberian durasi masing-masing episode.
makan buruk, gugup, menangis,
nada tinggi, gemetar, mata
terbalik, dan aktifitas kejang.
Kolaborasi : Kolaborasi :
7. Pantau pemeriksaan laboratorium 7. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
sesuai indikasi :  Glukas serum. berhubungan dengan penurunan
Nitrogen urea darah, kreatin, simpanan nutrien dan kadar cairan
osmolalitas serum/urine, akibat  malnutrisi.
elektrolit urine. 8. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
8. Berikan suplemen elektrolit SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
sesuai indikasi misalnya kalsium untuk mempertahankan homeostasis.
glukonat 10%

4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak


efektif.
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.
Kriteri hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Leukosit 5.000-10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : 1.  Untuk mengetahui lebih dini adanya
1.  Kaji adanya tanda – tanda-tanda terjadinya infeksi
tanda  infeksi
2. Lakukan isolasi bayi lain yang 2. Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai meminimalkan terjadinya infeksi  yang
kebijakan insitusi lebih luas
3. Sebelum dan setelah menangani 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan
4. Yakinkan semua peralatan yang 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan
steril
5.  Cegah personal yang mengalami 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi
infeksi menular untuk tidak yang berlanjut pada bayi
kontak langsung dengan bayi.

5. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur.

Tujuan : cairan terpenuhi.


 Kriteria hasil :
Bebas dari tanda-tanda dehidrasi
Menunjukan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
pengeluaran urine setiap shift dan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
keseimbangan kumulatif setiap kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
periodik 24 jam pertama, meningkat sampai 120-140
ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
2. Pantau berat jenis urine setiap 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
selesai berkemih atau setiap 2-4 ketidaknyamanan untuk
jam dengan menginspirasi urine mengonsentrasikan urine biasanya
dari popok bayi bila bayi tidak mengakibatkan berat jenis yang rendah
tahan dengan kantong penampung pada bayi preterm (rentang
urine. normal1,006-1,013). Kadar yang rendah
menandakan volume cairan berlebihan
dan kadar lebih besar dari 1,013
menandakan ketidakmampuan masukan
cairan dan dehidrasi.
3. Evaluasi turgor kulit, membran 3. Kehilangan atau perpindahan cairan
mukosa, dan keadaan fontanel yang minimal dapat dengan cepat
anterior. menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
turgor kulit yang buruk, membran
mukosa kering, dan fontanel cekung.
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan 4. Kehilangan 25% volume darah
tekanan arterial rata-rata (TAR) mengakibatakan syok dengan TAR < 25
Kolaborasi : mmHg menandakan hipotensi.
5. Pantau pemeriksaan laboratorium 5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
sesuai dengan indikasi Ht normal 45-53% kalium serum
6. Berikan infus parenteral dalam 6. Hipoglikemia dapat terjadi karena
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, kehilangan melalui selang nasogastrik
khususnya pada PDA, displasia diare atau muntah.
bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC)
7. Berikan tranfusi darah. 7. Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi.
Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
  
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit.
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh.
 

Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjadinya iritasi.

Intervensi Rasional
1. Observasi tekstur dan warna kulit. 1. Untuk mengetahui adanya kelainan
pada kulit secara dini
2. Jaga kebersihan kulit bayi. 2. Meminimalkan kontak kulit bayi
dengan zat-zat yang dapat merusak
kulit pada bayi
3.  Ganti pakaian setiap basah. 3. Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
4. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. 4. Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.


Yogyakarta : AR Group.

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :


Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Proverawati, 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai