Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus. Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan
total dalam hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan
berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari
200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di
antara mereka yang lumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot
pernapasan mereka lumpuh. Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio
terlebih pada anak-anak hal ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang.
Disamping asupan gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dari
orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri ini yang masih banyak dijumpai
keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi anaknya kurang mendapat
perhatian. Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu
dalam menangani masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah
terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau
oleh masyarakat pinggiran. Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan
lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.
B. Tujuan penulis
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai polio serta dapat
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien polio.
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian polio
2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi polio
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi polio

1
4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis
5. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostic polio
6. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksaan medis polio

C. Manfaat penulis
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Poliomyelitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat
merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling
sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini
mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering
kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan
ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun,
anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat
anggota gerak yang lain. Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut
disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu
sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak, dan akibat
kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta
autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah
virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut,
menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralysis).

B. Klasifikasi
1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah,
sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan
punggung. Otot terasa lembek  jika disentuh.
2. Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio
berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan.

3
Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari
berikutnya akan muncul gejala dan tanda- tanda lain, seperti: sakit
kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif
terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi
terinfeksinya,yaitu:
a. Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan
pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,
kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami
kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada
kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap
oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh
tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan
motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,
virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalamsistem saraf pusat, virus
akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya
tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas.
Kondisi inidisebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan kelumpuhan pada

4
batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita
kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa,
lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dantungkai.
b. Bulbar Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak
mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf
otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol
pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka;
saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal
yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher.
C. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3
yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan
pengeringan /oksidan. Masa inkubasi: 10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus

5
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Tipe I Brunhilde
2. Tipe II Lansing dan
3. Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas,
tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe
III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II
dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak
didalam tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan
disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a. Belum mendapatkan imunisasi
b. Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c. Usia sangat muda dan usia lanjut
d. Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi
dan fisik dapat melemahkan system kekebalan tubuh).
D. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu
sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

6
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial
sertaformasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan Korteks serebri, hanya daerah motorik 
E. Manifestasi klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.
2. Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat
hipertemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.
a. Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hampir sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini
timbul beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan
sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan
demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang
leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung
dari 2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2
minggu)

7
demam sedang

1. sakit kepala
2. kaku kuduk
3. muntah
4. diare
5. kelelahan yang luar biasa
6. rewel
7. nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
8. kejang dan nyeri otot
9. nyeri leher
10. nyeri leher bagian depan
11. kaku kuduk
12. nyeri punggung
13. nyeri tungkai (otot betis)
14. ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
15. kekakuan otot.
b. Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya
berupa gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama
1-7 hari.kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih berat
disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada
ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis
anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada
biseps dan triseps.
Poliomielitis paralitik
1. demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
2. sakit kepala
3. kaku kuduk dan punggung

8
4. kelemahan otot asimetrik
5. onsetnya cepat
6. segera berkembang menjadi kelumpuhan
7. lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang
terkena
8. perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk
jarum)
9. peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan
nyeri)
10. sulit untuk memulai proses berkemih
11. sembelit
12. perut kembung
13. gangguan menelan
14. nyeri otot
15. kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
16. gangguan pernafasan
17. rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
18. refleks Babinski positif.
F. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Viral Isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan
yang di peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan
sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu
setelah gejala klinis.
b. Uji Serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita, jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka
diagnosis orang tersebut terkena polio benar. Pemeriksaan pada

9
fase akut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan
didapatkan hasil yang positif.
a. Cerebrospinal Fluid (CSF)
Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3
terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004).
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada
anak yang sedang tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis
dengan korteks yang tipis dan rongga medulla yang relative lebar,
selain itu terdapat penipisan epifise, subluksasio dan dislokasi dari
sendi.
G. Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani
lagi karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika
yang biasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu
berbuat banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau
acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang
sakit.
1. Poliomielitis abortif 
 Diberikan analgesic dan sedative
 Diet adekuat
 Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya
dicegahaktivitas yang berlebihan selama 2 bulan
kemudian diperiksaneuroskeletal secara teliti. 

10
2. Poliomielitis non paralitik
Sama seperti abortif  Selain diberi analgesic dan sedative dapat
dikombinasikan dengankompres hangat selama 15-30 menit, setiap
2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik 
 Perawatan dirumah sakit
 Istirahat total
 Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
 FisioteraPi
 Akupuntur
 Interferon
 Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis
abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala
kelainan aktivitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling
sedikit 2 minggu perlu pengawasan yang teliti karena setiap
saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
 Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki
terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek
menelan tergaggusehingga dapat timbul bahaya
pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus
ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

11
Sesudah fase akut :

Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan


fisioterapi. Tindakan inidilakukan setelah 2 hari demam
hilang.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita poliomielitis antara lain :
a. Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin
diakibatkan erosi usus superfisial.
b. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut
atau konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/ stadium
menuju kesembuhan setelah serangan penyakit/ masa
penyembuhan), menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut.
c. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa
minggu , biasanya pada stdium akut, mungkin akibat lesi pusat
vasoregulator dalam medula.
d. Ulkus dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring
yang lama di tempat tidur, sehingga terjadi pembususkan pada
daerah yang tidak ada pergerakan (atrofi otot) sehingga terjadi
kematian sel dan jaringan)
e. Hiperkalsuria, yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur
dari tulang/ gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
f. Kontraktur sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi
paha, lutut, dan pergelangan kaki.
g. Pemendekan anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu
tungkai lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya,
disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami antropi otot.

12
h. Skoliosis,tulang belakang melengkung ke salah satu sisi,
disebabkan kelumpuhan sebagian otot punggung dan juga kebiasaan
duduk atau berdiri yang salah.
i. Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau
ke dalam.
I. Konsep asuhan keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas pasien yang terdiri dari: Nama pasien, nomor
RM,tempat tgl lahir, umur agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, jenis kelamin, suku bangsa, diagnose masuk
RS, tanggal pengkajian.
 Penanggung jawab: nama, tempat tgl lahir, umur, agma,
pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
pemeriksaan fisik:
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
 Bayi
 Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan
posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi
yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan
lutut menyentuh tempat tidur.

13
 Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau
menekan dengan ujung pensil pada telapak kaki bayi.
Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
 Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal
akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi
lumpuh tungkai tergantung lemas.
 Anak besar
 Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah
pincang atau tidak.
 Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau
tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak
bisa melakukannya.
 Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak
yang lumpuh tak bisa melakukannya.
 Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai
kemudian bangun kembali.

Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba


berdiri dengan berpegangan merambat pada
tungkainya.

 Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih


kecil.
c. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan Suhu (38,9 °C)
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain) : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal

14
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan,kedua tungkai
mengalami kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Viral Isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan
yang di peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan
sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12
minggu setelah gejala klinis.
b. Uji Serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
penderita, jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka
diagnosis orang tersebut terkena polio benar. Pemeriksaan
pada fase akut dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila
terkena polio akan didapatkan hasil yang positif.
c. Cerebrospinal Fluid (CSF)
Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3
terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar protein
sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004).
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis
lanjut. Pada anak yang sedang tumbuh, di dapati tulang yang
pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis dan rongga
medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan
epifise, subluksasio dan dislokasi dari sendi.

15
e. Diagnosa
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas
b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas  fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
f. Intervensi
Dx 1
1. Kaji pola makan anak, R/Mengetahui intake dan output anak
2. Berikan makanan secara adekuat, R/ Untuk mencukupi masukan
sehingga intake dan output seimbang
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral
4. Timbang berat badan,  R/  Mengetahui perkembangan anak
5. Berikan makanan kesukaan anak,  R/ Menambah masukan dan
merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Berikan makanan tapi sering,R/ Mempermudah proses pencernaan
Dx 2 :
1. Pantau suhu tubuh, R/ Untuk mencegah kedinginan tubuh yang
berlebih
2. Hindari menggigil
3. Kompres hangat durasi 20-30 menit, R/ Dapat membantu
mengurangi demam

16
Dx 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman, R/ Pengenalan
dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas, R/ Mengetahui adanya bunyi
tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk
tinggi atau semi fowler, R/ Merangsang fungsi pernafasan atau
ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen, R/ Meningkatkan pengiriman
oksigen ke paru

Dx 4 :

1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak


mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan
distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2. Libatkan orang tua dalam memilih strategi, R/ Karena orang tua
adalah yang lebih mengetahui anak
3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis
khusus sebelum nyeri, R/ Pendekatan ini tampak paling efektif
pada nyeri ringan
4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi
selama nyeri, R/ Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu
anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
5. Berikan analgesic sesuai indikasi.

17
Dx 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak, R/ Memberikan
informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi
program rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada), R/
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk
aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat, R/ Memberikan
kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan
atau meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman, R/
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan
anak untuk berjalan.

Dx 6 :
1. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat
ansietas(mis.renda,sedang,
parah), R/ Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola
kultural yang dipelajari.
2. Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga
tanpa menayakan apa yang dipercaya, R/ Pasien mugkin perlu
menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta
oleh keluarga. R/ Informasi yang menimbulkan ansietas dapat
diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang
diperpanjang

18
BAB III
TIJAUAN KASUS

Anak W berumur 3 tahun dibawa oleh orangtua ke RS. Kakak pasien


menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dan
tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal demam, kemudian mual dan
muntah disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan.
orangtua pasien merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan
vaksin polio sejak kecil

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Id en titas Pasien
Nama : An. W
Usia : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Timor/ Indonesia
Alamat : Baumata barat
Agama : Kristen protestan
Tgl MRS : 17/09/2018
Jam MRS : 16.00 WIB
Diagnosa : Poliomyelitis
b. Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn. P 
Umur : 40 tahun 
Jenis kelamin : Laki-laki 
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg klien : Ayah klien

19
2 . R i w a y a t Kes eh atan Kep eraw atan
1. Keluhan Utama: pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Orangtua pasien menyatakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa
lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala awal demam (Suhu
38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu
berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-).
3. Riwayat Penyakit sebelumnya :
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
a. Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah
lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah
diberikan
b. Status Gizi : Baik Tahap perkembangan anak menurut teori
psikososial : Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya
seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan
dari orang tua sendiri.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
a. Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu
klien An. W dalam merawat klien.
b. Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar
rumah berada di area pemukiman kumuh.
c. Kultur dan kepercayaan :
d. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan :
e. Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

20
3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut
Gordon (11 Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Orangtua pasien tampak merasa cemas karena anaknya
belum pernah mendapatkan vaksin polio sejak kecil, Persepsi
keluarga tentang penyakit anaknya itu karena cobaan Tuhan.
2.   Pola Nutrisi
Sebelum sakit : normal.
Selama sakit :nafsu makan berkurang.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB : normal 1X sehari, warna kulit
kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik. BAK : normal,
warna kunimg, aromatik.
Selama sakit : BAB : konstipasi, BAK : normal, warna
kuning, aromatik.
4. Aktivitas dan Latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Kemampuan melakukan ROM √

Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √

Kemampuan makan/minum √

Kemampuan toileting √

Kemampuan Mandi √

Kemampuan berpindah √

Kemampuan berpakaian √

21
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu
orang lain 3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung
Total
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang
dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit : sering terbangun.
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Konsep diri
klien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 3tahun.
7. Sexual dan Reproduksi
Klien belum berkeluarga

8. Pola Peran Hubungan


Sebelum sakit : Interaksi dengan keluarga, teman, dan
lingkungan baik.
Selama sakit : pasien mengalami perubahan pada interaksi
keluarga, teman, dan lingkungan. Aktivitas meningkat, tetapi
terganggu.
9. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : klien belum mampu memaparkan secara tepat
keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu
dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
10. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Kristen protestan.
Selama sakit : pasien tidak pernah mengikuti gereja karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.

22
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot
bantupernafasan Suhu 38,9°C
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain ) : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan
mengalami kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan
berjalan
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya Poliovirus.
Pada pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan
antibody.
2. Pemeriksaan radiologi

23
B. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: pasien mengatakan lemas,mual- m Anoreksia mual- Ketidak seimbangan


untah muntah nutrisi kurang dari
Do: konstipasi kebutuhan tubuh

2. Ds: orangtua pasien mengatakan Proses infeksi Hipertermi


belum pernah diimunisasi polio
Do: Demam, S: 38,9 0 c, adanya
peningkatan antibody
3. Ds: orangtua pasien mengatakan paralysis Gangguan mobilitas
badan pasien lemas disekujur fisik
tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakan
Do: tidak mampu berdiri, berjalan,
latergi
4 Ds: orangtua pasien merasa cemas Kondisi penyakit anssietas
karena anaknya belum pernah
mendapatkan vaksin polio sejak kecil

Do: wajah klien dan keluarga tampak


gelisah
C. Diagnose keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis

24
4. ansietas b/d kondisi penyakit
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan intervensi Rasional


keperawatan
1. Ketidak Tujuan: 1. Timbang dan catat 1. Untuk mendapatkan
seimbangan Kebutuhan nutrisi anak berat badan pasien pembacaan yang
nutrisi kurang terpenuhi paling akurat
dari kebutuhan criteria hasil: 2. Pantau asupan dan 2. Karana berat
tubuh b/d 1. Pasien haluaran pasien badandapat
anoreksia mual- memperlihataka meningkat sebagai
muntah n peningkatan 3. Berikan sejumbla akibat dari retensi
berat badan makanan cairan
yang progresif 3. Untuk meningkatkan
2. Mual muntah 4. Kaji dan catat bising absorbs
berkurang dan usus pasien satu kali 4. Untuk mementau
nafsu makan setiap pergantian tugas peningkatan dan
bertambah. jaga penurunannya

2. Hipertermi Tujuan: 1. Ukur suhu tubuh pasien 1. Untuk meyangkinkan


b/d proses infeks suhu akan kembali setiap 4 jam, atau lebih perbandingan data
i normal dalam waktu 1x sering di indikasikan, yang akurat
24 jam. untuk mengevaluasi
Kriteria hasil : keefektifan intervensi
1. Suhu normal 2. Brikan anti piretik
36,5°C- 37,5°C sesuai anjuran
2. Untuk menurunkan
3. Turunkan panas yang

25
2. Nadi dan berlebihan dangan demam
pernapasan melepas selimut dan
dalam rentang pasang kain sebatas 3. Tindakan tersebut
normal (N= < pinggang pasien, brikan meningkatkan
160x/ menit , kompres dingin pada kenyamanan dan
RR= 30-40 aksila dan lipatan paha menurunkan
x/menit) 4. Anjurkan pasien untuk temperature tubuh
minum sebanyak
mungkin air jika tidak 4. Asupan cairan yang
dikontraindikasikan berlebihan dapat
mengakibatkan
kelebihan cairan atau
dekompensasi jantung
yang dapat
memperburuk kondisi
pasien
3. Gangguan Tujuan : 1. Lakuakan laitha ROM 1. Tindakan ini
mobilitas fisik Pasien mampu untuk sendi jika tidak mencegah kontraktur
b/d paralysis mamndiri dalam merupakan sendi dan atrofi otot
aktivitas dengan criteria kontraindikasi minimal 2. Tindsksn ini
hasil: 1x dalam sehari mencegah kerusakan
1. Pasien 2. Miringkan dan atur kulit dengan
mempertahankan posisi setiap jam pada mengurangi tekanan
kekuatan otot dan pasien di atas tempat 3. Membatu
ROM sendi tidur mempersipkan
2. Pasien tidak 3. Ajarkan pasien dan pemulanagan pasien
memperlihatkan angota kelurga tentang
adanya komplikasi, latihan ROM
seperti kontraktur,

26
sttis vena

4 Ansietas b/d Tujuan: 1. kaji tingkat realita 1. respon keluarga


kondisi penyakit pasien akan bahaya bagi anak dan bervariasi tergantung
menunjukan wajah keluarga tingkat pada pola cultural
rileks dengan kriteria ansietas(mis: rendah,
hasil: sedang, parah) 2. pasien mungkin perlu
1. pasien ikut 2. nyatakan realita dan menolak realita
terlibat dalam situasi seperti apa yang sampai siap
percakapan dan dilihat keluarga tanpa menghadpinya
aktifitas menanyakan apa yang
bersama dipercaya
keluarga,pember 3. sediakan informasi 3. informasi yang

i asuhan yang akurat sesuai menimbulkan ansietas

individu kebutuhan jika di minta dapat diberikan dalam

pendukung oleh keluarga jumblah yang dibatasi

lainnya dan setelah periode di

parsipasi dalam perpanjang

pengambilan
keputusan
tentang
perawatan

27
E. IMPLEMENTASI KEPRAWATAN

DIAGNOSA HARI IMPLEMENTASI TTD


KEPRAWATAN TGL/JAM

Perubahan nutrisi 18/09/2018


kurang dari 07.00 1. Timbang dan catat berat badan pasien
kebutuhan tubuh 0700-08.00 2. Pantau asupan dan haluaran pasien
b/d anoreksia 12.00 3. Berikan sejumbla makanan
mual-muntah 14.00 4. Kaji dan catat bising usus pasien satu
kali setiap pergantian tugas jaga

Hipertermi b/d 07.00-14.00 1. Ukur suhu tubuh pasien setiap 4 jam,


proses infeksi atau lebih sering di indikasikan, untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi
12.00 2. Brikan anti piretik sesuai anjuran
08.00-11.00 3. Turunkan panas yang berlebihan
dangan melepas selimut dan pasang
kain sebatas pinggang pasien, brikan
kompres dingin pada aksila dan
lipatan paha
09.00
4. Anjurkan pasien untuk minum
sebanyak mungkin air jika tidak
dikontraindikasika
Gangguan 13.00 1. Lakuakan laitha ROM untuk sendi
mobilitas fisik b/d jika tidak merupakan kontraindikasi
paralysis minimal 1x dalam sehari

28
07.00-14.00 2. Miringkan dan atur posisi setiap jam
pada pasien di atas tempat tidur
13.30 3. Ajarkan pasien dan angota kelurga
tentang latihan ROM
Ansitas b/d proses 08.30 1. kaji tingkat realita bahaya bagi anak
penyakit dan keluarga tingkat ansietas(mis:
rendah, sedang, parah)
08.40 2. nyatakan realita dan situasi seperti apa
yang dilihat keluarga tanpa
menanyakan apa yang dipercaya
08.50
3. sediakan informasi yang akurat sesuai
kebutuhan jika di minta oleh keluarga

F. EVALUASI (catatan perkembangan)

Hari/Tgl Diagnose Evaluasi Ttd


Jam keprawatan
19/09/2018 Perubahan S: keluarga pasin mengatakan muntah
07.00 nutrisi kurang berkurang dan napsu makan bertambah
dari kebutuhan
tubuh b/d O: napsu makan bertambah tidak adanya
anoreksia mual- tanda-tanda dehidrasi
muntah
A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi
19/09/2018 Hipertermi b/d S: keluarga pasien mengatakan panas

29
07.10 proses infeksi berkurang

O: wajah klien tampak tenang


Ttv: N:75x/mnt TD:120/80mmhg S:37°c

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi
19/09/2018 Gangguan S: keluarga pasien mengatakan pasien
07.20 mobilitas fisik mampu beraktifitas sendiri di atas tempat
b/d paralysis tidur dengan di bantu
O: tidak adanya komplikasi seperti:
kontraktur ststis vena

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
19/09/2018 Ansitas b/d S: keluarga pasien mengatkan sudah mampu
07.30 proses penyakit mengenal kondisi penyakit dengan
mengtakan ini sebagai suatu cobaan

O: wajah klien dan keluarga tampak tenang

A: masalah teratasi

P: hetikan intervensi

30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3
yaitu Polio Non-Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
2. Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air
besar, nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus
menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan
kelumpuhan yang permanen.
3. Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi
dan menyeluruh, Untuk mengurangi terjangkitnya virus polio pada
manusia maka dilakukan beberapa hal seperti, Vaksin polio dibagi
menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang diberikan secara
suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan tetesan dibawah
lidah.
4. Jenis-jenis polio mencakup Polio Non-Paralisis, Polio Paralisis Spinal,
Polio bulbar
5. Pengobatan polio mencakup Viral Isolation, Uji Serology, Cerebrospinal
Fluid
6. Mekanisme Penyebara Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring
(mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, kami menyadari masih
terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami sebagai
penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat manambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami pokok bahasan, bagi para
pembacanya dan khususnya bagi kami sebagai penyusun.

31
DAFTAR PUSTAKA
WHO-SEARO. Poliomyelitis surveillance : weekly report 2001. SEAR
Polio Bulletin.
Dit.Jen P2M & PLP, Dep.Kes. RI. Pekan Imunisasi Nasional 2002.
Materi Informasi dan Advokasi.Dep.Kes.R.I.2002.
Gendrowahyuhono dkk.

32

Anda mungkin juga menyukai