Oleh
FITRATUL ILAHIYAH
NIM. 19033026
Dosen Pengampu
Drs. Hufri, M. Si
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
SIFAT TERMAL
b. TEORI EINSTEIN
Eisntein dalam tahun 1907 melihat kegagalan teori klasik ini terletak pada
kekurangan teori ini dalam penurunan energi rata-rata tiap osilator yang menghasillkan
harga kT. Kekurangan ini sama dengan hal yang menyebabkan ketidakbenaran rumusan
Rayleigh-Jeans untuk radiasi benda hitam.
Penyelesaian tehadap kegagalan teori klasik ini oleh Einstein diajukan asumsi
bahwa osilasi pada zat padat mengikuti statistik Bose-Einstein. Kalau gelombang
elektromagnetik dianalisis sebagai partikel atau kuanta energi getaran yang disebut foton
dan mengikuti statistic Bose-Einstein maka gelombang mekanik atau akustik juga
dianalisis sebagai partikel atau kuanta energi getaran yang disebut fonon.Einstein juga
mengajukan asumsi bahwa semua fonon (osilator) memiliki frekuensi sama. Tiap atom
berprilaku sebagai tiga osilator harmonis yang independen.
Einstein memecahkan masalah panas spesifik dengan menerapkan teori kuantum.
Ia menganggap padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi (osilator)
secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE. Mengikuti hipotesa Planck
tentang terkuantisasinya energi, energi tiap osilator adalah
E n nhfE ...................................................................................................(7)
dengan n adalah bilangan kuantum, n = 0, 1, 2,....Jika jumlah osilator tiap status
energi adalah En dan E0 adalah jumlah asilator pada status 0, maka sesuai dengan fungsi
Boltzmann
N n N O e ( En k BT ) ........................................................................................(8)
Jumlah energi per satuan energi adalah NnEn dan tota energi dalam padatan adal
E
N n En N O e ( nhfE / K BT ) nhf E
E n
n
................................................(9)
N
N
n
n N
n
O e ( nhfE / K B T )
e nx
nhf E
hf E (0 e x e 2 x e 3 x ........)
E n
..................................(9.a)
1 e x e 2 x e 3 x ..........
e
n
nx
Pada persamaan (9.a) terlihat bahwa pembilang adalah turunan dari penyebut,
sehingga dapat dituliskan
d
E hf E ln(1 e x e 2 x e 3 x ......)....................................................(9.b)
dx
Apa yang membedakan dalam tanda kurung (9.b) merupakan deret yang dapat
ditulis sebagai:
1
1 e x e 2 x e 3 x ..........
1 e x
Sehingga
d 1 (1 e x ) 1
E hf E ln hf E hf E x ............................(10)
dx 1 e
x
1(1 e )
x 2
e 1
Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi tiga
dimensi, maka didapatkan total energi internal
3Nhf E
E 3N E ...............................................................................(11)
e ( hf E / K BT )
Panas spesifik adalah
2
dE hf e hf E / K BT
CV 3Nk B E ............................…........(12)
dt V K BT e hf E / K b t \ T
1
2
Frekuensi fE, yang kemudian disebut frekuensi Einstein, ditentukan dengan cara
mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental. Hasil yang diperoleh adalah bahwa
pada temperatur rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data eksperimen.
c. TEORI DEBYE
Debye mengembangkan suatu model dengan mengasumsikan bahwa kisi Kristal
itu adalah suatu kontinum elastik dengan volume V. Dalam model Einstein, atom-atom
dianggap bergetar secara terisolasi dari atom di sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak
dapat diterapkan, karena gerakan atom akan saling berinteraksi dengan atom-atom
lainnya. Seperti dalam kasus penjalaran gelombang mekanik dalam zat padat, oleh
karena rambatan gelombang tersebut atom-atom akan bergerak kolektif. Frekuensi
getaran atom bervariasi dari ω=0 sampai dengan ω =ωD. Batas frekuensi ωD disebut
frekuensi potong Debye.
Menurut model Debye ini, energi total getaran atom pada kisi diberikan oleh
ungkapan
є (ω) adalah energi rata-rata osilator seperti pada model Einstein sedangkan g (ω)
adalah rapat keadaan. Dalam selang frekuensi antara ω = 0 dan ω = ωD, g(ω) memenuhi :
Jumlah moda getaran sama dengan jumlah 1 mol osilator tiga-dimensi, yang dalam
kurva pada gambar 2.13 ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi potong ωD dapat
ditentukan dengan cara memasukkan persamaan (2.19.) ke dalam persamaan (2.52.),
yang memberikan :
Jumlah moda getaran sama dengan jumlah 1 mol osilator tiga-dimensi. Frekuensi
potong ωD dapat ditentukan dengan cara memasukkan persamaan (2.19.) ke dalam
persamaan (2.52.), yang memberikan :
Pada suhu tinggi (T>>θD), batas atas integral (θD/T) sangat kecil, demikian
dimana jv adalah flux energi termal atau transmisi energi yang melewati satuan luas setiap
satuan waktu.
Implikasi dari persamaan ini adalah proses transfer energi termal secara acak. Energi tidak
hanya masuk melalui salah satu ujung dari contoh atau sampel dan meneruskan secara
langsung pada lintasan lurus ke ujung yang lainnya, tetapi menyebar melewati sampel yang
mengalami tumbukan. Jika energi diperbanyak secara langsung melewati sampel tanpa
pembelokkan, maka istilah fluks termal tidak bergantung pada gradient temperature, tetapi
hanya berdasarkan perbedaan temperature T antara ujung sampel, tanpa memperhatikan
panjang dari sampel. Sifat acak dari proses konduktivitas membawa gradient temperature dan
lintasan bebas rata-rata menjadi istilah untuk fluks termal.
Tabel 1. Lintasan bebas rata-rata fonon
(dihitung berdasarkan persamaan (5), dengan mengambil 𝑣 = 5 × 105 𝑐𝑚/𝑠𝑒𝑐 sebagai wakil
kecepatan suara. l's diperoleh pada cara ini mengacu pada proses umklapp)
Dari teori kinetic gas kita mendapatkan sebuah pendekatan bentuk dari konduktivitas termal:
1
𝐾 = 3 𝐶𝑣𝑙 (2)
dimana C adalah kapasitas panas per satuan volume, v adalah rata-rata kecepatan partikel, dan
l adalah lintasan bebas rata-rata dari tumbukan diantara partikel. Hasil ini diterapkan pertama
kali oleh Debye untuk mendeskripsikan konduktivitas termal pada zat padat dielektrik,
dengan C sebagai kapasitas panas dari fonon, v adalah kecepatan fonon, dan adalah lintasan
bebas rata-rata fonon. Beberapa contoh nilai lintasan bebas rata-rata diberikan pada tabel 1.
Kita berikan teori kinetik dasar yang mana mengarah ke persamaan (2). Fluks dari partikel
1
pada arah x adalah 2 𝑛〈|𝑣𝑥 |〉 dimana n adalah konsentrasi molekul; saat setimbang, fluks dari
besar yang sama pada arah yang berlawanan. 〈… 〉 menunjukkan nilai rata-rata.
Jika c adalah kapasitas panas sebuah partikel, kemudian bergerak dari temperature T + ΔT ke
temperature T, sebuah partikel tersebut akan melepaskan energi cΔT. Sekarang ΔT antara
ujung dari lintasan bebas partikel diberikan oleh :
𝑑𝑇 𝑑𝑇
𝛥𝑇 = 𝑑𝑥 𝑙𝑥 = 𝑑𝑥 𝑣𝑥 (3)
1. Resistivitas Termal
Resistivitas (ρ) adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus listrik
yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus. Semakin besar
resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk
menimbulkan sebuah kerapatan arus. Satuan untuk resistivitas adalah Ω.m.
Resistivitas e adalah kebalikan dari konduktivitas
nFe2f
j
e ....................................................................................(1)
E m
Dapat kita peroleh :
1
e ......................................................................................................(2)
e
Dalam metal, resistivitas listrik terdiri dari dua komponen, yaitu resistivitas thermal
(ρT) yang timbul karena terjadinya hambatan pergerakan elektron akibat vibrasi atom
dalam kisi-kisi kristal, dan resistivitas residu (ρr) yang timbul karena adanya pengotoran
dan ketidak sempurnaan kristal. Resistivitas thermal tergantung temperatur sedangkan
resistivitas residu tidak tergantung pada temperatur. Resistivitas total menjadi
1
T r ..............................................................................(3)
e
Lintasan bebas rata-rata fonon l secara prinsip ditentukan oleh dua proses, hamburan
geometris an hamburan oleh fonon yang lain. Jika gaya antar atom adalah murni harmonik,
maka tidak ada mekanisme untuk tumbukan antara fonon yang berbeda, dan lintasan rata-rata
hanya dibatasi oleh tumbukan dari fonon dengan ikatan Kristal dan oleh kisi yang tidak
sempurna. Situasi itu dimana efek ini dominan.
Dengan interaksi kisi yang tidak harmonik, ada sambungan antara fonon yang berbeda
yang nilai lintasan bebas rata-ratanya terbatas. Daerah yang tepat dari sistem tidak harmonik
tidak lebih panjang daripada fonon murni.
Teori dari efek sambungan tidak harmonik pada resistivitas termal meramalkan bahwa l
adalah sebanding dengan 1/T pada temperature yang tinggi, dan disesuai dengan beberapa
eksperimen. Kita bisa memahami ini tergantung pada jangka jumlah fonon dengan diberikan
fonon : pada temperature tinggi jumlah total fonon yang tereksitasi sebanding dengan T .
Frekuensi tumbukan yang diberikan oleh fonon harusnya sebanding dengan jumlah fonon dan
1
bisa tumbukan dimana 𝑙 ∝ 𝑇.
Untuk mendefinisikan konduktivitas termal, harus ada mekanisme pada Kristal dimana
distribusi dari fonon mungkin bisa dibawa secara local menjadi kesetimbangan termal. Tanpa
beberapa mekanisme kita mungkin tidak bisa berbicara mengenai fonon pada salah satuujung
dari Kristal sebagai kesetimbangan pada temperature T2 dan ujung lainnya T1.
Tidak cukup hanya memiliki cara dari batas lintasan bebas rata-rata, tetapi juga harus ada
cara menetapkan kesetimbangan termal lokal distribusi fonon. Tumbukan fonon dengan
ketidaksempurnaan diam atau ikatan Kristal tidak akakn menetapkan kesetimbangan termal
diri mereka, karena beberapa tumbukan tidak merubah energi masing-masing fonon :
frekuensi 2 dari hamburan fonon sama dengan frekuensi 1 dari peristiwa fonon.
Itu juga agak luar biasa bahwa tiga-fonon proses tumbukan tidak akan setimbang, tetapi
untuk alasan : total momentum dari gas fonon tidak mengalami perubahan karena adanya
tumbukan.
𝐾1 + 𝐾2 = 𝐾3 (7)
Distribusi kesetimbangan dari fonon pada temperature T bisa berpindah melewati Kristal
dengan kecepatan gerak yang tidak terdistribusi oleh tumbukan tiga-fonon dari persamaan (7).
Untuk beberapa tumbukan dari momentum fonon adalah kekal, karena pada tumbukan
perubahan adalah dalam J adalah 𝐾3 − 𝐾2 − 𝐾1 = 0. Disini nK adalah jumlah fonon yang
memiliki gelombang vektor K.
𝐽 = ∑𝑲 𝑛𝑲 ħ𝑲 (8)
Untuk distribusi J 0, tumbukan seperti persamaan (7) tidak mampu menetapkan lengkap
kesetimbangan termal karena J tidak berubah.
Jika kita mulai distribusi dari fonon panas mengalir pada batangan panjang dengan J 0,
distribusi akan merambat pada batang dengan J tidak berubah. Oleh karena itu, tidak ada
resistansi termal.
2. Proses Umklapp
Serakan Umklapp (proses Umklapp) merupakan proses serakan fonon-fonon (atau
elektron-fonon) yang tidak harmonik membentuk fonon ketiga dengan momentum vektor
k di luar zona Brillouin pertama.
Gambar 1.Normal K1 + K2 = K3
Tiga phonon penting diproses menyebabkan resitivitas panas tidak dalam bentuk :K1
+ K2 = K3
dengan K yang konsevatif , tetapi dalam bentuk : K1+K2 = K3 + G .Dimana G
adalah vektor reciprocal lattice . Proses ini ditemukan oleh pierls , yang dikenal dengan
umklapp proses. Kita bisa menyebutnya G untuk semua momentum konservatif dalam
kristal.
Gambar 3.Konduktivitas Termal pada Bahan Kristal Murni dari Sodium Flurida
3. Imperfeksi
Gambar 4.Imperfeksi
kristal dielektrik memiliki konduktivitas termal yang sama dengan logam. Al2O3
adalah salah satu kristal dielektrik yang mempunyai konduktivitas termal yang sama
tingginya dengan metal (tergantung pada suhunya).
Pada kasus yang lain, misalnya kristal sempurna, distribusi dari isotop pada elemen
kimia sering menjadi mekanisme dalam proses bagian-bagian terkecil pada ponon.
Distribusi acak dari massa isotopik akan mengganggu kerapatan seperti yang terlihat
pada gelombang elastis. Bagian-bagian kecil pada substansi-substansi ponon saling
terkait. Hasil Germanium dapat dilihat dari gambar diatas . Tingginya konduktivitas
termal juga pernah didapatkan untuk Silikon dan Intan. .
Imperfeksi kristal: ketidak sempurnaan pada kristal/ cacat pada Kristal. Penyebab
terjadinya imperfeksi kristal adalah karena adanya solidifikasi (pendinginan) atau akibat
dari luar. Kristal dikatakan sempurna apabila kristal tersusun dari atom yang mengikuti
pola tertentu. Cacat pada kristal dapat berupa :
a. Cacat titik (point defect), Cacat titik adalah ketidaksempurnaan kristal yang terjadi
pada suatu titik kisi tertentu.