Anda di halaman 1dari 12

Tugas 1

BAHASA INDONESIA

OLEH

Nama : Lisna Wati

NIM : A1A620026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Tuhan yang maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmatnya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah ini
dengan tepat waktu.

Berikut penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Sejarah


Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”. Didalam karya tulis ini, membahas tentang
pengrtian bahasa Indonesia, bagaimana perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dan sejarah
perkembangannya.

Dengan ini saya persembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih dan semoga Allah
SWT. Memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Kendari, 9 April 2021

Lisna Wati
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang masalah..............................................................................

I.2 Identifikasi masalah.......................................................................

I.3 Pembatasan masalah...................................................................................

I.4 Tujuan penelitian..........................................................................

I.5 Kegunaan penelitian.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAAN................................................................................................

I.1 Ragam dan laras Bahasa Indonesia.........................................................................

I.2 Sejarah dan Perkembangan Ejaan di Indonesia .....................................................

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan.....................................................................................................

III.2 .Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai
alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan.Dalam era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi
seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar.Untuk memahami informasi
tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara baik dan tepat dan dengan
penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media
tersebut secara baik dan benar.
Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan baku
digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar.Ejaan adalah
salah satu dari rambu-rambu tersebut.Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian
dari tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian
sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat
Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah wujud
kongkret dari penyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan, khususnya
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah submateri dalam ketatabahasaan
Indonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis
sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara baik dan
terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat dilakukan secara baik
dan benar.  
1.2.   Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Ejaan ?
2. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia ?
1.4.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian ejaan dan
bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Pengertian Ejaan
Ejaaan adalah aturan tulis menulis. Secara lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan adalah
keseluruhan peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antarlambang tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa).Secara
teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan
penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian
tanda baca.
Masalah ejaan adalah masalah tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dalam usaha
memodernkan bahasa Indonesia, cara menulis atau aturan tulis-menulis dalam bahasa
Indonesia sangat perlu diutamakan karena tulisan merupakan tempat pencurahan konsep pikir
para penulis itu sendiri. Dalam hubungan itu, suatu komunikasi yang dilakukan dengan tulis-
menulis (dalam arti komunikasi jarak jauh dengan surat, umpamanya) harus menerapkan
ejaan. Oleh sebab itu, materi ejaan akan dipakai oleh semua sasaran pembina bahasa
Indonesia. Bagi masyarakat umum, masalah ejaan barangkali saja masih berkutat pada
masalah keniraksaraan sehingga masyarakat tersebut harus dibina dalam hal pengenalan
aksara latin.
            Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan
dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata,
kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja, melainkan
juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman pemenggalan kata. 
Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan
bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang
diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Sistem ejaan
ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.Buku kecil ini merupakan buku patokan pemakaian sistem
ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober
1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Kemudian, pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut
direvisi.Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
2.2.   Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara
sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu.Di Nusantara ini, bukan saja aksara
Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis,
aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu
masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).
1.  Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen) 1901-1947
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting
dalam tonggak bahasa Indonesia. Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya di atas,
ejaan Ophuijsen lahir dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman
variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda
menyebarkan kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan van Ophuysen
Dulu, bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi
(Arab Melayu atau Arab gundul). Meskipun bahasa ini tetap hidup di masyarakat, para
sarjana Belanda menilai bahasa Melayu tidak cocok menggunakan huruf Arab karena
penulisan huruf vokal seperti e, i, oditulis sama saja saat ingin menuliskan kata yang
memiliki vocal adan u.
Sebenarnya bukan itu saja, salah satunya karena ancaman militansi umat Islam bagi
kolonial Belanda membuat Belanda merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di
Nusantara.
Faktor lain penetapan ejaan baku ini diresmikan Belanda karena pada saat
itu pemerintah kolonial sedang menjalankan politik etisnya di Nusantara, yaitu sebuah
kebijakan untuk membuka peluang pendidikan bagi kaum ningrat Nusantara. Masalahnya,
jika bahasa Melayu tidak distandarkan, proses pendidikan ini akan terhambat. 
bahasa Belanda. Kitab ini merupakan upaya Belanda dalam membuat standar bahasa
saat mereka bercokol di Nusantara.Namanya berbasis alasan kolonial, tentu ini dibuat agar
bisa meluaskan kekuasaan mereka sekaligus dapat menyatukan Nusantara di bawah
kendalinya.Belanda menerapkan bahasa ini mulai dari sekolah-sekolah bumiputera.Oleh
karena itu, bahasa Melayu Ophuijsen ini sering disebut “bahasa Melayu sekolahan”. Tidak
berhenti di situ, sejak penerbit Balai Poestaka (sekarang: Balai Pustaka) didirikan Belanda,
bahasa ini semakin menancap di kaum terdidik Nusantara. Artinya Belanda melalui
pemerintah kolonialnya berhasil melakukan politik bahasa dengan menjadikan bahasa
(Melayu) Indonesia sebagai standar bahasa kita, yang bahkan masih berlaku hingga saat ini.

2. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972


Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947
oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun
lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.

Ciri-ciri Ejaan Soewandi


Ejaan Soewandi EYD
Suharto Suharto
Rakyat Rakyat
Bersenang2 Bersenang-senang

3. Ejaan Pembaharuan  1957


Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini bermula dari polemik yang terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di
Medan tahun 1954.Kongres kedua ini akhirnya diadakan setelah pertama kali diadakan di
Solo tahun 1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan
pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan bahwa kongres ini merupakan
bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu yang masih belum mapan.
Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia dipakai dan terpelihara, baik dalam
rumah tangga ataupun dalam masyarakat, setidaknya itu alasan Yamin. Di kongres ini,
memang diusulkan banyak hal dan salah satunya adalah perubahan ejaan.Usulan ini
ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan
Bahasa Indonesia.

Ciri-ciri Ejaan Pembaharuan


Panitia ini diharapkan bisa membuat standar satu fonem dengan satu huruf
(misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi;atau mengalah: mengalah menjadi meɳala
h). Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat dipakai
dalam keseharian.Selain itu, isu tanda diakritis diputuskan agar kembali digunakan.
Alhasil, k-e-ndaraan dengan é(seperti elo mengeja k-e-lainan) yang tadinya ditulis sama
dengan k-e-mah, akhirnya ditulis berbeda. Untuk kata sjarat (syarat) dibedakan
menjadi śarat.
Kalau tidak hati-hati, bisa saja nyaru antara sarat (penuh/termuat)
dengan syarat.Sedangkan huruf j yang digunakan pada kata jang (yang) malah sudah
disepakai ditulis menjadi yang (seperti kita pakai sekarang). Kata mengapa pun akan dieja
menjadimeɳapa. Untuk kata-kata berdiftong ai, au, dan oi seperti sungai, kerbau,
dan koboi  akan dieja dengan sungay, kerbaw, dankoboy.
Ejaan Pembaharuan ini dibuat dengan maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan
juga disebut dengan Ejaan Prijono-Katoppo.Meskipun salah satu putusan kongres
menyatakan supaya ejaan itu ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung
diresmikan.Meskipun demikian, ejaan ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya
EYD tahun 1972.
Ejaan Pembaharuan EYD
Jakarta Jakarta
Paway Pawai
Kalaw Kalau
Tomboy Tomboi

 3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) 1959


Sejak Kongres bahasa tahun 1954 di Medan dan dihadiri oleh delegasi Malaysia,
maka mulailah ada keinginan di antara dua penutur Bahasa Melayu ini untuk menyatukan
ejaan. Keinginan ini semakin kuat sejak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun
menandatangani kesepakatan untuk membicarakan ejaan bersama tahun 1959-nya.
Sayangnya, karena situasi politik kita yang sedang memanas (Indonesia sedang condong ke
poros Moskow-Peking-Pyongyang, sedangkan Malaysia yang Inggris ), akhirnya
ditangguhkan dulu pembahasannya. Hal lain yang membuat ejaan ini kurang menarik adalah
perubahan huruf-huruf yang dianggap aneh. Misalnya kata "menyapu" akan
ditulis "meɳapu"; "syair" ditulis "Ŝyair"; "ngopi" menjadi "ɳopi";
atau "koboi" ditulis"koboy". Mungkin aneh karena belum biasa dan harus menyesuaikan
diri lagi.Tapi, akhirnya, usulan yang mustahil dilaksanakan ini dengan cepat ditinggalkan.
Ejaan Melindo EYD
Remaja Remaja
Cakap Cakap
Syair Syair

5. Ejaan LBK 1966


Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat
Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini, sebenarnya
estafet dari ikhtiar yang sudah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo.Anggota pelaksananya pun
terdiri dari panitia ejaan dari Malaysia.Pada intinya, hampir tidak ada perbedaan berarti di
antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja.
Ejaan LBK EYD
Fasih Fasih
Pajak Pajak
Ikhlas Ikhlas

6.Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) 1972

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan
sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972. Pedoman
umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh Mendikbud pada
tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku diseluruh Indonesia dan
disempurnakan lagi pada tahun 1987.
Dikatakan ejaan yang disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan penyempurnaan
dari beberapa ejaan sebelumnya. Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam  EYD,
antara lain:
1)      Pembentukan Huruf
     Ejaan lama                                                                       EYD
    dj           jarum                                                                   j       jarum
    tj            tjut                                                                       c      cut
    nj            njawa                                                                  ny    nyawa

2)      Huruf f, r, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing, misalnya khilaf, zakat.
3)      Huruf g dan x lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan tetap, misalnya furgan dan xenon.
4)      Penulisan di - sebagai awalan dibedakan dengan di sebagai kata depan.

     Contoh :
                   Awalan                                                         kata Depan
                      di-                                                                    di
                 dikhianati                                                         di kampus 

5)      Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya, bukan dengan angka dua/2 .
Contoh :
            - Mahasiswa-mahasiswa                                     Mahasiswa2
            - Bermain-main                                                   Bermain2 

Secara umum hal-hal yang diatur dalam EYD adalah sebagai berikut :

1.      Pemakaian huruf
2.      Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3.      Penulisan kata
4.      Penulisan unsur serapan
5.      Pemakaian tanda baca
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Sehingga dengan beberapa ejaan yang ada sesuai dengan perkembangan ejaan di
Indonesia,adapun kesimpulan yang dapat kami tarik adalah :
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama muncul,ejaan ini dimunculkan untuk
menjawab permasalahan permasalahan pada masa itu,yaitu banyaknya muncul karya karya sastra
sesuai dengan aturan yang dibuat sendiri.Sehingga ketika dibaca oleh orang lain akan terjadi (gap)
sehingga pesan pesan yang disampaikan penyair tidak dapat ditangkap oleh pembaca.Lalu sesuai
dengan perkembangan jaman,munculah ejaan Republik yang digagas oleh Mr.Soewandi
tujuaannya untuk menyempurnakan ejaan Van ophuysen yang dianggap masih terlalu
runyam.Selanjutnya muncul ejaan pembaharuan yang bertujuan untuk memperbaharui ejaan
republik yang digagas oleh Katoppo dan prijono,Namun ejaan ini juga masih diaggap kurang
maksimal sehingga muncullah gerakan Persekutuan Panitia Kerja sama bahasa Melayu – Bahasa
Indonesia,Ejaan ini untuk menyempurnakan ketegangan politik antara Indonesia dengan
Malaysia.

B. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena
bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter
masyarakat.dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses
pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu
pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

 Sugono, Dendy. 2008. ”Pemanfaatan Bahasa Daerah dalam Pengembangan Bahasa


Indoensia Media Massa”. Pusat Bahasa Depdiknas. (http://pondok
bahasa.wordpress.com/2008/08/07 pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-pengembangan-
bahasa-indonesia-media-massa). Diakses tanggal 12 Mei 2010.

 Johnherf. 2007. ”Gangguan Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.” http://johnherf.


wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai