Anggota Kelompok 7 :
Ahmad Abid Fahrudin (0120001)
Bella Febrilia (0120005)
Lutvita Dewi Widyawati (0120019)
Sodikin (0120031)
Wahyuningsih Putri Erna (0120037)
MOJOKERTO
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATANHIV/AIDS DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS DAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN” . Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah HIV/AIDS. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang medis.
1
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapai segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
2
BAB I
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II
PEMBAHASAN 5
BAB III
PENUTUP 44
A. Kesimpulan 44
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Walaupun obat-obatan anti tuberculosis
yang paten telah ditemukan sekian lama,tetapi hingga saat ini penyakit TB paru masih
3
merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Munculnya pandemic HIV/AIDS di
dunia menambah permasalahan TB. koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan resiko
kejadian TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi akibat
kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan ini membuat terjadinya epidemik TB yang
sulit ditangani (Depkes RI,2008).
Di Negara-negara berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25% dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penyakit tuberculosis berada di
Negara berkembang . 75% adalah kelompok usia produktif (15- 50tahun). Tuberkulosis juga
telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus
kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Menurut WHO sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000
penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil
dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan
91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis profile, 2012).
1.3. Tujuan
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan TB Paru
BAB II
PEMBAHASAN
5
oksigen berlangsung lama dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara
permanen (Asmadi, 2008).
2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigen
Menurut (Hidayat, 2006) sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru, yang
dijelaskan seperti berikut :
a. Sistem Pernafasan Atas
Berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
terhirup, saluran ini terdiri atas:
a) Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga
hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung
oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.
b) Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esophagus yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung),
di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
c) Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran, terdiri atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah.
d) Epiglotis
Efiglotis merupakan katup rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
b. Sistem Pernafasan Bawah
Berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Terdiri diri :
a) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang
lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak
6
lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabang atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
c. Fisiologi pernapasan
a) Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem
saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang
dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh
ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut
dari jaringan kembali menuju paru.
b) Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra
sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini
7
darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan
sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
d. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut (Mubarak,
2007) antara lain:
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi pernafasannya.
a) Penurunan kapasitas angkut O2 secara fisiologis, daya angkut
hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi,
nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada
saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
penurunan kapasitas pengikatan O2.
b) Penurunan konsentrasi O2 inspirasi, kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kapasitas
pengikatan O2.
c) Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi
darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan (mis., pada
penderita syok atau dehidrasi berat).
d) Peningkatan laju metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi
dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi
8
tersebut antara lain gangguan pada sistem pernapasan dan
kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas,dll.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu, antara lain:
a) Bayi prematur, beresiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan perkembangannya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b) Bayi dan Anak-anak, kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi
saluran napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsillitis, dan aspirasi
benda asing (mis: makanan, permen dan lain-lain).
c) Anak usia sekolah dan remaja, kelompok usia ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d) Dewasa muda dan paruh baya, kondisi stress, kebiasaan merokok, diet
yang tidak sehat, kurang berolahraga merupakan faktor yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok
usia ini.
e) Lansia, proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan
elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan
kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O2.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
a) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibat pelisutan otot
pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
9
b) Olahraga
Latihan fisik akan meningkat aktivitas metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c) Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
a. Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
b. Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.
d) Emosi
Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e) Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a) Suhu
Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan
juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
10
b) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran
yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c) Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-
zat berbahaya.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dan pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan data dasar
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan
klien (Potter & Perry, 2005).
11
b. Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-
ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan
pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis
dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.
Pengkajian terhadap lingkungan tempat tingggal pasien (apakah berdebu, penuh asap,
dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah
terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien (Hidayat,2015).
c. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila
posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan
ekspirasi dengan rasa sakit (Hidayat,2015).
d. Pengkajian Fisik
Menurut (Mubarak, 2007) untuk menilai status oksigenasi klien, perawat
menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi:
a) Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien. Penampilan umum,
postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta;
diameter anteroposterior (AP); struktur toraks; pergerakan dinding dada), pada napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada
cara umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan parut pada dada, dll.
b) Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada
pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung
pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien
mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada
telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat,
dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga thrill, titik
12
impuls maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi,
pengisian kapiler, dll.
c) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru.
Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah (tangan non dominan)
pemeriksaan mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk
dengan mengunakan ujung jari tengah atau jari teiunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi.
d) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh.
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang
terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih
dari satu kali. Pada pemeriksaan paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi
napas vesikular, bronchial, bronkovesikular, rales, ronkhi;juga untuk mengetahui
adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya.
e. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
a) Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dll.
b) Tes struktur sistem pernapasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
c) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan; kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit, torakentesis.
2. Analisa Data
Data dasaar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lainnya. Pada saat melakukan pengkajian terdapat beberapa tanda yang
ditemukan yakni, penemuan dari keluhan pasien yaitu pasien mengeluhkan dispnea (kesulitan
bernapas) dan juga dari data yang kita lihat yaitu adanya suara napas tambahan, perubahan pada
irama dan frekuensi pernapasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk
berbicara, pernurunan suara
13
napas, ortopnea, gelisah, sputum berlebihan, dan mata terbelalak, gas darah yang tidak
normal, hipoksia, perubahan status mental, usaha napas ditandai dengan napas cuping
hidung, penggunaan otot aksesorius, pernapasan bibir mengacu gas darah abnormal,
gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal, warna kulit tidak normal,
karbon dioksida menurun, diaforesis, hiperkapnia, hiperbarbia, hipoksia, hipoksemia,
iritabilitas, gelisah, somnolen, takikardia (NANDA, 2012).
3. Rumusan Masalah
Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini,
antara lain tidak efektifnya jalan napas, tidak efektifnya pola napas, gangguan
pertukaran gas, penurunan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur,
dan resiko terjadi iskemik otak.
1. Tidak efektifnya jalan nafas menggambarkan kondisi jalan nafas yang tidak bersih,
misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan jalan nafas
oleh karena spasme bronkus dan lain-lain.
2. Tidak efektifnya pola nafas merupakan suatu kondisi dimana pola nafas, yaitu
inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal.Penyebabnya bisa karena
kelemahan neuromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan,
dan lain-lain.
3. Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan yang dimana terjadi ketidak
seimbangan antara oksigen yang di hirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan
pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena
perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain.
4. Penurunan perfusi jaringan merupakan keadaan dimana sel kekurangan suplai
nutrisi dan oksigen.Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovolemia,
retensi karbon dioksida, penurunan cardiac output, dan lain-lain.
5. Intoleransi aktivitas merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi energi yang di
hasilkan menurun, dan lain-lain
6. Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan
bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa
tidur.
14
Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang
dideritanya.
7. Gangguan oksigen mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut
disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang,
gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen
sehingga berisiko terjadi kerusakan jaringan otak (Potter & Perry,2005).
4.Perencanaan Keperawatan
Intervensi :
1) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2) Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk,
bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD
3) Laksanakan program pengobatan
4) Posisi pasien fowler/semifowler
5) Bantu dalam terapi inhalasi
6) Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik
Rasional
1) Mempertahankan oksigen arteri
16
2) Mengetahui status pernapasan
17
3) Meningkatkan pernapasan
4) Meningkatkan pengembangan paru
5) Membantu mengeluarkan sekret
6) Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut
18
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
1. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta (menarik becak)
Alamat : Jl. Mgr Maradat, Desa Ujung Padang Kec.
Padangsidempuan
Tanggal Masuk RS : 08 Juni 2017
No. Registrasi : 01.03.20.16
Ruangan/kamar : XVIII Paru/Flamboyan
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2017
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : TB Paru
19
Genogram :
Keterangan :
I. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas, dadanya seperti terjepit disertai batuk berdahak,
dan adanya rasa mual yang dirasakan
C. Region
a. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan sesak pada dua daerah dada kanan dan kiri,
pasien juga mengatakan sakit ternggorokan pada saat batuk
b. Apakah menyebar
Pasien mengatakan sesak tidak menyebar pada organ lain
D. Severity
Pasien mengatakan sesak nafas tersebut sangat mengganggu
aktifitas pasien karena saat banyak bergerak pasien sangat mudah
merasakan sesak nafas
E. Time
Pasien mengatakan mulai merasakan sesak nafas sejak 3 bulan lalu
sebelum masuk RS, sesak yang dirasakan pasien terus menerus, sesak
dirasakan pada bagian dada seperti terjepit sehingga sulit untuk bernafas
disertai batuk berdahak, lalu keluarga membawa pasien ke RS di tempat
tinggal mereka
21
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pernah dirawat sebelumnya rujukan dari Rs.Padang Sidempuan dan
pasien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi.
D. Lama dirawat
Klien dirawat sebelumnya selama 13 hari di Rs. Padang Sidempuan.
E. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
F. Imunisasi
Pasien mengatakan tidak pernah diimuniasi.
B. Saudara kandung
Saudara kandung tidak memiliki riwayat penyakit serius
F. Penyebab meninggal
Sudah tua
V. Riwayat psikososial
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berharap penyakitnya dapat disembuhkan agar bisa beraktivitas
seperti biasa
B. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
b. Ideal diri : Klien mengatakan dirinya pasti cepat
sembuh
c. Harga diri : Klien tidak bergabung dengan orang sekitar
lingkungan karena penyakitnya
22
d. Peran diri : Klien berperan sebagai ayah
23
e. Identitas : Klien seorang kepala keluarga
C. Keadaan emosi
Klien masih mampu mengontrol emosinya dengan baik.
D. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Istri dan anak-anaknya
b. Hubungan dengan keluarga :
Baik, tidak ada masalah
c. Hubungan dengan orang lain
: Baik, tidak ada masalah
E. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Pasien berkeyakinan atau beragama
islam
b. Kegiatan ibadah : Selama sakit pasien tidak melakukan
kegiatan ibadah
B. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 36,5°C
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
24
c. Nadi : 80x/i
25
d. Pernapasan : 28x/i
e. Skala nyeri 4
f. TB : 165 cm
g. BB : 48 kg
Rambut
a. Penyebaran & keadaan rambut : Beruban, sedikit kotor,
persebaran rambut merata
b. Bau : Normal
c. Warna kulit : Kuning langsat
Wajah
a. Warna kulit : Kuning langsat
b. Struktur wajah : Simetris, tidak ada kelainan
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris dan lengkap
b. Palpebra : Normal
c. Konjungtiva dan sclera : Tidak anemis dan tidak
ikterik
d. Pupil : Refleks terhadap cahaya
e. Kornea dan Iris : Tidak katarak dan tidak ada
peradangan
f. Visus : Dapat membaca dalam jarak
± 6 meter
g. Tekanan bola mata : Refleks normal
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris
b. Lubang hidung : Bersih, tidak ada
polip
c. Cuping hidung : Pernapasan cuping hidung
(+)
Telinga
26
c. Lubang telinga : Tidak ada serumen/sekret
d. Ketajaman pendengaran : Baik
Leher
a. Posisi trachea : Normal
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
c. Vena jugularis : Tidak ada
d. Denyut nadi karotis : Normal
Pemeriksaan integument
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : 36,5°C
c. Warna : Sawo matang
d. Tugor : <3 detik
e. Kelembaban : Kulit teraba kering apabila disentuh
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk : Simetris
b. Warna payudara dan areola : Normal
c. Kondisi payudara dan putting :-
d. Produksi ASI :-
e. Aksilla dan Clavicula :-
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Bentuk normal
b. Pernapasan (frekuensi,irama) : 28x/i
c. Tanda kesulitan bernapas :Pasienmenggunakan oksigen
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : Vokal fremitus kiri lebih kuat dari
kanan
b. Perkusi : Terdengar suara hipersonan
c. Auskultasi : Terdengar suara nafas
tambahan ronch
Pemeriksaan jantung
a. Insfeksi : Tidak ada pembengkakan dan pulsasi
27
b. Palpasi : Tidak ada getaran/trill, HR: 80x/i
c. Perkusi : Terdengar suara pekak
d. Auskultasi : Normal
Pemeriksaan abdomen
a. Infeksi ( bentuk, benjolan): Simetris/tidak ada benjolan
b. Auskultasi : Peristaltik 10x/mnt
c. Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
d. Perkusi (suara abdomen) : Suara timpani
2. BAK
1) Pola BAK : Normal
2) Karakter urin : Keruh
3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan
BAK
4) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
5) Penggunaan diuretic :Tidak menggunakan
diuretic
6) Upaya mengatasi masalah : Tidak ada masalah
X. Reaksi koping
1. Adaptif :
Bicara dengan orang lain
2. Maladaptif ;
Reaksi lambat
29
XI. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
08-Juni-2017
Hasil Normal
WBC 13.58 4.0 -11.0μ/l
RBC 6.45 4.00 – 5.40 μ/l
HGB 15.2 12 – 16 gr/dl
HCT 45.4 36.0 – 48.0 %
MCV 70.4 – 80.0 – 97.0 μ/l
MCH 23.6 – 27.0 – 33.7 pg
MCHC 33.5 31.5 – 35.0 dl
PLT 389 150 – 400 μ/l
RDW-CV 18.3 + 10.0 – 15.0 %
RDW-SD 41.6 35 – 47 fL
PDW 10.8 10.0 – 18.0 fL
MPV 10.3 6.5 – 11.0 fL
P-LCR 25.9 15.0 – 25.0 %
PCT 0.40 + 0.2 – 0.5 %
Differential
NEUT 10.29 + 5.0 – 7.0 μ/l
LYMPH 2.00
1.0 – 4.0 μ/l
MONO 1.19 –
0.10 – 0.80 μ/l
EO 0.06
0.00 – 0.50 μ/l
BASO 0.04
NEUT % 75.8 + 0.0 – 0.10 μ/l
LYMPH % 14.7 – 50 – 70 %
MONO% 8.8 20.0 – 40.0 %
EO % 0.4 2.0 – 8.0 %
BASO % 0.3 0.0 – 5.0 %
LED - 0.0 – 1.0 %
MORFOLOGI - -
-
2. Radiologi : Thorax
Jantung ukurannya
normal
Tampak infiltrat dan garis fibrosis di paru kanan
Tampak area hyperlusen tanpa corakan bronchovaskuler dilateral paru kanan
Tampak infiltrat dan kalsifikasi di paru kiri
Kesimpulan :
TB lama tapi aktif kanan/kiri disertai pneumothorax kanan
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobacterium Tuberkulosis
30
No. Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping
1. Isoniazid 5mg/kg Antibiotik untuk Mual muntah, otot terasa
mencegah kuman TB lemas, tubuh terasa
seperti kesemutan
2. Rifampisin 10mg/kg Menghambat Sakit kepala, mengantuk,
pembentukan RNA lemas, diare, mual, nafsu
makan berkuran,
urin&keringat berwarna
kemerahan
3. Pirazinamid 25m/kg Membunuh bakteri yang Sakit perut, mual, kurang
menyebabkan TB nafsu makan, demam,
sakit kuning, tidak enak
badan
4. Ethambutol 15mg/kg Antibiotik untuk Mual, muntah, sakit
mencegah pertumbuhan perut, sakit kepala,
bakteri TB dalam tubuh gangguan penglihatan
5. Inj.Streptomisin 0.75gr Anti bakteri Gangguan fungsi
tuberkulostatik pendengaran, gangguan
fungsi ginjal, kemerahan
pada kulit
6. Ranitidin 1amp Menangani produksi Muntah, sakit kepala,
asam lambung yang sakit perut, sulit
berlebihan menelan, urin keruh
7. Ceftriaxone 1gr Mengobati akibat infeksi Diare, lelah, sariawan,
bakteri nyeri tenggorokan
8. Combivent Per 8jam Obat terapi pada saluran Pusing, jantung berdebar,
(nebul) nafas akibat obstruksi mual, radang, iritasi,
serak
9. Levofloxacin 500mg Melawan infeksi bakteri Gangguan tidur, pusing,
dalam tubuh sakit kepala, diare, mual
10. Aminofluid 20 gtt/mnt Suplai elektrolit, Ruam kulit, nyeri dada,
glukosa, asam amino menggigil, demam, rasa
hangat, sakit kepala
11. Dexametason 1amp Mencegah pelepasan zat Lemas, sulit tidur, sakit
yang menyebabkan kepala, haus, sering
peradangan BAK, nyeri otot, sakit
perut
12. Ambroxol syrp - Mengencerkan dahak Nyeri ulu hati, dyspepsia,
mual, muntah
13. Rethapil 300mg tab Mengobati gangguan Mual, muntah, sakit
saluran pernafasan kepala, diare, jantung
berdebar, insomnia
14. Salbutamol 2mg Berfunsi melebarkan Tremor, sakit kepala,
saluran nafas pusin, mual, batuk, mulut
kering
31
2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Juni 2017 dari data-
data yang di peroleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan
data subjek. Dari analisa data yang dilakukan di temukan tiga masalah keperawatan
yaitu : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Ketidakefektifan pola nafas,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
32
2. Ds: Alveoulus tidak Ketidakefektifan pola
- Pasien mengeluh sesak kembali saat ekspirasi nafas
- Pasien mengeluh nyeri ↓
dada Kemampuan batuk
- Batuk produktif berkurang
- Pasien mengatakan ↓
pernah menderita TB Pola nafas tidak
2 tahun lalu efektif
Do:
- Dipsnea
- Pasien tampak jalan
agak dipapah dan
- membungkuk
- TTV :
TD : 120/80mmHg
T : 36.5°C
HR : 80X/i
RR : 28x/i
- Taktil fremitus
melemah
- Pernapasan : cuping
hidung (+)
- Penggunaan otot
Bantu nafas :
Sternocleidomastoideus
(+)
33
3. Ds: Adanya sputum pada Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan rasa saluran pernafasan dan nutrisi kurang dari
mual di bagian mulut kebutuhan
- Pasien mengeluh ↓ tubuh
Tidak selera makan Batuk produktif
- Pasien mengeluh ↓
mengalami penurunan Peningkatan frekuensi
berat badan pernafasan
↓
Do: Nafsu makan
menurun
- BB sebelumnya : 55
kg,
BB saat ini: 48 kg
- Peristaltik
usus:10x/mnt
- TB :165 cm
- IMT : BB (kg)
TB(m) x TB(m)
= 48kg
1.65 x 1.65
= 17.7
Normal IMT : <20,5
- Porsi makan hanya ½
porsi
- Muntah (+)
- Tugor kulit : Kembali
cepat <3 detik
34
3. Masalah Keperawatan
1. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
35
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
36
untuk minum dalam kondisi hangat banyak keluar melalui pernafasan.
jika tidak ada kontra indikasi. Air hangat akan
mempermudah pengenceran sekret
melalui proses
konduksi yang
mengakibatkan arteri pada
area sekitar leher vasodilatasi dan
Kolaborasi: mempermudah caira
1. Berikan O2 udara inspirasi dalam pembuluh darah dapat diikat
yang lembap oleh mucu atau sekret.
37
Hari/ No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, 2. Tujuan:
13 juni - Pola nafas pasien kembali efektif/normal
2017 Kriteria hasil:
1. Pasien mampu mempertahankan pola pernafasan yang
efektif
2. Frekuensi irama dan kedalaman pernafasan normal
(RR 16-20x/menit)
3. Dipsnea berkurang
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji kualitas, kedalaman 1. Mengetahui penurunan bunyi nafas
pernafasan dan penggunaan otot karena adanya sekret
aksesori pernafasan
2. Kaji kualitas sputum : warna, 2. Mengetahui perubahan yang terjadi
konsistensi sputum untuk mempermudah pengobatan
selanjutnya
3. Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam 3. Mengetahui perubahan pada bunyi
4. Anjurkan pasien posisi semi fowler nafas
5. Bantu dan ajarkan pasien batuk 4. Membantu mengembangkan secara
efektif dan nafas dalam setiap 2-4 maksimal
jam 5. Membantu agar batuk dan nafas dalam
sehingga
menorong sekret keluar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim dokter 1. Mengurani kekentalan sekret,
dalam pemberian obat-obatan Mengurangi kekentalan sekret dan
memperbesar ukuran lumen
trakeobroncial
38
Hari/ No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Rabu, 3. Tujuan:
14 juni - Keseimbangan nutrisi terjaga setelah dilakukan perawatan
2017 Kriteria hasil:
1. Perasaan mual hilang atau berkurang
2. Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
3. Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan
cenderung stabil
4. Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
5. Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah atau albumin
darah dalam rentang normal
Rencana Tindakan Rasional
1. Catat tugor kulit, berat badan saat 1. Menjadikan data fokus untuk
ini, tingkat kehilangan berat badan, menentukan rencana tindakan
integritas mukosa mulut, tonus selanjutnya
perut, dan riwayat nausea/vomit
atau diare.
2. Berikan oral care sebelum dan 2. Meningkatkan kenyamanan
sesudah pelaksanaan respiratori daerah mulut sehingga akan
meningkatkan perasaan nafsu
makan.
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering 3. Meningkatkan intake makanan dan
dengan diet TKTP nutrisi pasien, terutama kadar
Protein tinggi yang dapat
Meningkatkan mekanisme tubuh
dalam proses penyembuhan
4. Anjurkan keluarga untuk membawa 4. Merangsang pasien untuk bersedia
makanan dari rumah terutama yang meningkatkan intake makanan yang
disukai oleh pasien dan kemudian berfungsi sebagai sumber energi bagi
makan bersama pasien jika tidak penyembuhan
ada kontra indikasi
Kolaborasi:
39
konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukanMenentukan
komposisi diet
kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien
Monitor pemeriksaan laboratorium missal: BUN,
Memonitorkeefektifantindakan
serum protein dan albumin terutama dengan kadar protein
Berikan vitamin sesuai indikasi darah
Meningkatkan komposis tubuh akan kebutuhan vitamin dan nafsu
40
5. Pelaksanaan keperawatan
41
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan sulit
1. Mengkaji tanda-tanda vital untuk bernafas
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung, nafas pendek
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah belum teratasi,
bantu pernafasan pasien masih sesak
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
5. Memberikan posisi nyaman - Mengkaji pola nafas
semi fowler pasien
42
Selasa, 1. Mandiri: S : Pasien mengatakan masih
13 Juni
1. Melakukan hubungan sesak, kesulitan
2017
terapeutik dengan pasien. mengeluarkan dahak
2. Mengkaji ulang bunyi napas, (sputum)
kecepatan, irama, kedalaman O :RR : 28 x/menit
nafas HR : 86x/menit
3. Mengkaji penggunaan otot TD : 110/90 mmHg
aksesori T : 36,0ᵒc
4. Mencatat kemampuan untuk Batuk (+)
mengeluarkan sekret atau Demam (-)
batuk efektif penggunaan otot bantu
5. Mencatat karakter, jumlah pernafasan :
sputum, adanya hemoptisis. sternocleidomastoideus (+)
6. Memberikan posisi yang A : Masalah belum teratasi.
nyaman semifowler. pasien masih merasa
sesak,suara nafas ronchi dan
batuk belum berkurang
P : Intervensi di lanjutkan.
- Mengkaji ulang bunyi
nafas
- Mencatat kemampuan
untuk meneluarkan
sekret
- Memberikan posisi semi
fowler
43
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan sulit
1. Mengkaji tanda-tanda vital untuk bernafas
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung, nafas pendek
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah belum teratasi,
bantu pernafasan pasien masih sesak
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
- Mengkaji pola nafas nafas
- Mengkaji tanda-tanda
vital
3. Mandiri: S : Pasien mengatakan selera
1. Mengkaji apakah ada mual makannya masih belum
muntah pada saat ingin makan, pulih, tetapi rasa mualnya
apakah ada diare. sudah mulai berkurang dan
2. Memonitoring berat badan batuknya masih ada
pasien O : BB : 48kg
3. Menganjurkan makan sedikit TB : 165cm
tapi sering mual (+)
4. Menanyakan keluarga apakah muntah (-)
telah melakukan oral hygine Diare (-)
hari ini Diet tidak habis
Kolaborasi: A : Masalah teratasi sebagian,
1. Memberikan diet makan perasaan mual pasien sudah
malam kepada pasien mulai berkurang
2. Memberikan tindakan P : Intervensi di lanjutkan
kolaborsi obat IV: - monitoring berat badan
- ranitidin 1 amp pasien
- dexametason 1amp - Menganjurkan pasien
Memberikan obat oral : makan sedikit tapi
- ambroxol syrup sering
- retaphil ½ tab
- salbutamol 2 mg
44
Rabu, 1. Mandiri : S : Pasien mengatakan sesaknya
14 Juni 1. Melakukan hubungan sudah mulai berkurang dan
2017 terapeutik dengan pasien sudah bisa mengeluarkan
2. Mengkaji ulang fungsi dahak dengan baik.
pernapasan: bunyi napas, O : HR : 94x/menit
kecepatan, irama, kedalaman RR: 24x/menit
dan penggunaan otot aksesori TD : 130/80 mmHg
3. Menkaji kemampuan untuk T : 37,0 ᵒc
mengeluarkan sekret, catat Sesak (-),
karakter, jumlah sputum. Demam (-)
4. Menganjurkan untuk oksigen (+)
mempertahankan intake cairan otot bantu pernafasan:
minimal 2500ml/hari. sternocleidomastoideus (-)
5. Melatih batuk efektif yang A: Masalah teratasi
telah di ajarkan sebagian,sesak pasien
6. Memberikan posisi yang sudah mulai berkurang, dan
nyaman(semi fowler). dapat mengeluarkan dahak
dengan baik
P : Intervensi di
Kolaborasi : lanjutkan.
1. Memberikan O2 = 3L/menit - Mengkaji ulang fungsi
dengan menggunakan nasal pernafasan
kanul - Memberikan posisi
2. Memberikan terapi kolaborasi nyaman semi fowler
nebulizer obat fentolin.
3. Memberikan tindakan
kolaborsi obat iv :
- ceftriaxone 1gr
45
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan
1. Mengkaji tanda-tanda vital sesaknya sudah berkurang
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah teratasi sebagian,
bantu pernafasan Sesak berkurang,RR:24x/i
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
- Mengkaji tanda-tanda
vital
3. Mandiri : S : Pasien mengatakan
1. Mengkaji apakah ada mual nafsu makannya sudah
muntah pada saat ingin makan, agak membaik,rasa
apakah ada diare. mual sudah tidak ada
2. Memonitoring berat badan O :BB : 48 kg
pasien TB : 165 cm
3. Menganjurkan makan sedikit Penurunan berat badan (-)
tapi sering muntah (-)
4. Menanyakan keluarga apakah mual (-)
telah melakukan oral hygine Diet tidak habis
hari ini A : Masalah teratasi sebagian,
Kolaborasi : nafsu makan meningkat, dan
1. Memberikan diet makan rasa mual pasien sudah hilang
malam kepada pasien. P : Intervensi di lanjutkan
2. Memberikan tindakan Menganjurkan pasien makan
kolaborsi obat iv : sedikit tapi sering
- ranitidin 1 amp
46
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W. I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Proses dan Praktik.Edisi 4. Jakarta : EGC. Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika.
48