Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV/AIDS DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS


DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Anggota Kelompok 7 :
Ahmad Abid Fahrudin (0120001)
Bella Febrilia (0120005)
Lutvita Dewi Widyawati (0120019)
Sodikin (0120031)
Wahyuningsih Putri Erna (0120037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATANHIV/AIDS DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN JALAN NAFAS DAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN” . Penyusunan makalah ini untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah HIV/AIDS. Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang medis.

1
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapai segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Mojokerto, 18 Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

2
BAB I
PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan 4

BAB II
PEMBAHASAN 5

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan


Dasar Oksigenasi 5

B. Asuhan Keperawatan Kasus 18

BAB III
PENUTUP 44

A. Kesimpulan 44

B. Saran 44

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................45

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Walaupun obat-obatan anti tuberculosis
yang paten telah ditemukan sekian lama,tetapi hingga saat ini penyakit TB paru masih

3
merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Munculnya pandemic HIV/AIDS di
dunia menambah permasalahan TB. koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan resiko
kejadian TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi akibat
kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan ini membuat terjadinya epidemik TB yang
sulit ditangani (Depkes RI,2008).

Di Negara-negara berkembang kematian karena penyakit ini merupakan 25% dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penyakit tuberculosis berada di
Negara berkembang . 75% adalah kelompok usia produktif (15- 50tahun). Tuberkulosis juga
telah menyebabkan kematian lebih banyak terhadap wanita dibandingkan dengan kasus
kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Menurut WHO sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000
penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil
dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan
91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis profile, 2012).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Oksigenasi ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan kasus?

1.3. Tujuan
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan TB Paru

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi


Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen ruangan setiap kali
bernapas (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
4
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika).Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel
(Mubarak, 2007).
Menurut (Asmadi, 2007) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer
yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara
homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika
tidak, ini dapat berpengaruh terhadap kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dapat mangalami ketidaknyamanan
atau bahkan kematian. Peran perawat disini adalah membantu klien memenuhi
kebutuhan fisiologis mereka. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air,
makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh,
seksual, dan lain-lain.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktifitas
berbagai organ atau sel (Hidayat, 2015).
1. Manfaat Oksigenasi bagi Tubuh
Kebutuhan tubuh terhadap oksigenasi merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan

5
oksigen berlangsung lama dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara
permanen (Asmadi, 2008).
2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigen
Menurut (Hidayat, 2006) sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru, yang
dijelaskan seperti berikut :
a. Sistem Pernafasan Atas
Berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
terhirup, saluran ini terdiri atas:
a) Hidung
Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga
hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh
darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung
oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.
b) Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar
tengkorak sampai esophagus yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung),
di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).
c) Laring
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran, terdiri atas dua
lamina yang bersambung di garis tengah.
d) Epiglotis
Efiglotis merupakan katup rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
b. Sistem Pernafasan Bawah
Berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Terdiri diri :
a) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang kurang
lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak

6
lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
b) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabang atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
c. Fisiologi pernapasan
a) Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum
proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem
saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang
dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk ke alveolar, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan
rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh
ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut
dari jaringan kembali menuju paru.
b) Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra
sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini
7
darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan
sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
d. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut (Mubarak,
2007) antara lain:
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi pernafasannya.
a) Penurunan kapasitas angkut O2 secara fisiologis, daya angkut
hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi,
nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada
saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
penurunan kapasitas pengikatan O2.
b) Penurunan konsentrasi O2 inspirasi, kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kapasitas
pengikatan O2.
c) Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi
darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan (mis., pada
penderita syok atau dehidrasi berat).
d) Peningkatan laju metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi
dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi

8
tersebut antara lain gangguan pada sistem pernapasan dan
kardiovaskular, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas,dll.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu, antara lain:
a) Bayi prematur, beresiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan perkembangannya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b) Bayi dan Anak-anak, kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi
saluran napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsillitis, dan aspirasi
benda asing (mis: makanan, permen dan lain-lain).
c) Anak usia sekolah dan remaja, kelompok usia ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d) Dewasa muda dan paruh baya, kondisi stress, kebiasaan merokok, diet
yang tidak sehat, kurang berolahraga merupakan faktor yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok
usia ini.
e) Lansia, proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan
elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan
kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O2.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
a) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibat pelisutan otot
pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
9
b) Olahraga
Latihan fisik akan meningkat aktivitas metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c) Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
a. Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
b. Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.
d) Emosi
Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e) Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a) Suhu
Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan
juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.

10
b) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran
yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c) Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-
zat berbahaya.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dan pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan data dasar
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan
klien (Potter & Perry, 2005).

Pengkajian keperawatan tentang masalah kebutuhan oksigenasi antara lain riwayat


keperawatan, pola batuk dan produksi sputum, sakit dada, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau
tidaknya riwayat gangguan pernapasan ( gangguan hidung dan tenggorokan), seperti
epitaksis (kondisi akibat luka/ kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal
(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lain
yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada
daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh
sehingga sekitar 38,5 derajat celcius, sakit kepala, lemas sakit perut hingga muntah-
muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, adanya edema (Hidayat,2015).

11
b. Pola Batuk dan Produksi Sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-
ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan
pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis
dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.
Pengkajian terhadap lingkungan tempat tingggal pasien (apakah berdebu, penuh asap,
dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah
terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien (Hidayat,2015).
c. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila
posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan
ekspirasi dengan rasa sakit (Hidayat,2015).
d. Pengkajian Fisik
Menurut (Mubarak, 2007) untuk menilai status oksigenasi klien, perawat
menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi:

a) Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien. Penampilan umum,
postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta;
diameter anteroposterior (AP); struktur toraks; pergerakan dinding dada), pada napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada
cara umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan parut pada dada, dll.
b) Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada
pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung
pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien
mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada
telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat,
dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga thrill, titik

12
impuls maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi,
pengisian kapiler, dll.
c) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru.
Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah (tangan non dominan)
pemeriksaan mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk
dengan mengunakan ujung jari tengah atau jari teiunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi.
d) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di dalam tubuh.
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang
terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih
dari satu kali. Pada pemeriksaan paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi
napas vesikular, bronchial, bronkovesikular, rales, ronkhi;juga untuk mengetahui
adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan waktu terjadinya.
e. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
a) Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap, dll.
b) Tes struktur sistem pernapasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
c) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan; kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit, torakentesis.

2. Analisa Data
Data dasaar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis
atau profesi kesehatan lainnya. Pada saat melakukan pengkajian terdapat beberapa tanda yang
ditemukan yakni, penemuan dari keluhan pasien yaitu pasien mengeluhkan dispnea (kesulitan
bernapas) dan juga dari data yang kita lihat yaitu adanya suara napas tambahan, perubahan pada
irama dan frekuensi pernapasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk
berbicara, pernurunan suara

13
napas, ortopnea, gelisah, sputum berlebihan, dan mata terbelalak, gas darah yang tidak
normal, hipoksia, perubahan status mental, usaha napas ditandai dengan napas cuping
hidung, penggunaan otot aksesorius, pernapasan bibir mengacu gas darah abnormal,
gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal, warna kulit tidak normal,
karbon dioksida menurun, diaforesis, hiperkapnia, hiperbarbia, hipoksia, hipoksemia,
iritabilitas, gelisah, somnolen, takikardia (NANDA, 2012).

3. Rumusan Masalah

Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini,
antara lain tidak efektifnya jalan napas, tidak efektifnya pola napas, gangguan
pertukaran gas, penurunan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur,
dan resiko terjadi iskemik otak.
1. Tidak efektifnya jalan nafas menggambarkan kondisi jalan nafas yang tidak bersih,
misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan jalan nafas
oleh karena spasme bronkus dan lain-lain.
2. Tidak efektifnya pola nafas merupakan suatu kondisi dimana pola nafas, yaitu
inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal.Penyebabnya bisa karena
kelemahan neuromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan,
dan lain-lain.
3. Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan yang dimana terjadi ketidak
seimbangan antara oksigen yang di hirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan
pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena
perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain.
4. Penurunan perfusi jaringan merupakan keadaan dimana sel kekurangan suplai
nutrisi dan oksigen.Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovolemia,
retensi karbon dioksida, penurunan cardiac output, dan lain-lain.
5. Intoleransi aktivitas merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi energi yang di
hasilkan menurun, dan lain-lain
6. Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan
bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa
tidur.
14
Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang
dideritanya.
7. Gangguan oksigen mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut
disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang,
gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen
sehingga berisiko terjadi kerusakan jaringan otak (Potter & Perry,2005).
4.Perencanaan Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas agar efektif
Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan bahwa batuk berkurang/hilang, tidak ada sesak dan
sekret berkurang
2) Suara nafas normal (vesikuler)
3) Frekuensi nafas 16-20 kali per menit (dewasa)
4) Tidak ada dipsnea
Intervensi :
1) Mengkaji fungsi respirasi, antara lain; suara, jumlah, irama, dan
kedalaman napas serta catatan pula mengenai penggunaan otot nafas
tambahan
2) Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara efektif.
3) Mengatur posisi tidur semi atau high fowler, membatu pasien untuk
berlatih batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
4) Membersihkan sekret dari dalam mulut dan trakea, suction jika memungkin.
5) Menganjurkan pasien minum kurang lebih 2.500 ml/hari, menganjurkan
untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional :
1) Adanya perubahan fungsi respirasi dan penggunaan otot tambahan
menandakan kondisi penyakit yang masih dalam kondisi penanganan
penuh.
2) Ketidakmampuan mengeluarkan sekret menjadikan timbulnya
penumpukan berlebihan pada saluran pernapasan.
15
3) Posisi semi/ high fowler memberikan kesempatan paru-paru
berkembang secara maksimal akibat diafragma turun ke bawah. Batuk
efektif mempermudah ekpektorasi mucus.
4) Pasien dalam kondisi sesak cenderung untuk bernafas melalui mulut yang
jika tidak ditindak lanjuti akan mengakibatkan stomatitis.
5) Air digunakan untuk menggantikan keseimbangan ion tubuh akibat cairan
banyak keluar melalui pernafasan, air hangat akan mempermudah
pengenceran sekret melalui proses konduksi yang mengakibatkan arteri pada
area sekitar leher vasodilatasi dan mempermudah cairan dalam pembuluh
darah dapat diikat oleh mucus atau sekret.

2. Pola nafas tidak efektif


Tujuan :
Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat
Kriteria hasil :
1) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak adanya pursed lips)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal))
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,pernafasan)

Intervensi :
1) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
2) Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk,
bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD
3) Laksanakan program pengobatan
4) Posisi pasien fowler/semifowler
5) Bantu dalam terapi inhalasi
6) Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik
Rasional
1) Mempertahankan oksigen arteri

16
2) Mengetahui status pernapasan

17
3) Meningkatkan pernapasan
4) Meningkatkan pengembangan paru
5) Membantu mengeluarkan sekret
6) Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan :
Keseimbangan nutrisi terjaga setelah perawatan
Kriteria hasil :
1) Perasaan mual hilang atau berkurang
2) Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
3) Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan cenderung stabil
4) Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
5) Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah atau albumin
darah dalam rentang normal
Intervensi :
1) Mendokumentasikan status nutrisi pasien, serta mencatat tugor kulit, berat
badan saat ini, tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut,
tonus perut, dan riwayat nausea/vomit atau diare. Memonitor intake output
dan berat badan secara terjadwal
2) Memberikan oral care sebelum dan sesudah pelaksanaan respiratori
3) Menganjurkan makan sedikit tapi sering dengan diet TKTP
4) Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah terutama
yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika tidak ada
kontra indikasi
Rasional
1) Menjadikan data fokus untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya
2) Meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan
meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan
3) Meningkatkan intake makanan dan nutrisi pasien, terutama kadar
protein tinggi yang dapat meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses
penyembuhan

18
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
1. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta (menarik becak)
Alamat : Jl. Mgr Maradat, Desa Ujung Padang Kec.
Padangsidempuan
Tanggal Masuk RS : 08 Juni 2017
No. Registrasi : 01.03.20.16
Ruangan/kamar : XVIII Paru/Flamboyan
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2017
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : TB Paru

19
Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Hubungan keluarga tinggal serumah

: Perempuan : Hubungan keluarga tidak tinggal


serumah :
n
Pas : Anggot a arga yang sudah
meninggal

I. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas, dadanya seperti terjepit disertai batuk berdahak,
dan adanya rasa mual yang dirasakan

II. Riwayat kesehatan sekarang


A. Provocative/palliative
a. Apa penyebabnya
Pasien dulu mempunyai riwayat penyakit TB paru dan juga faktor
kesehariannya pasien bekerja sebagai tukang becak dengan keadaan
setiap harinya selalu terpapar oleh debu dan polusi udara
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien hanya istirahat bila sesak
muncul
20
B. Quantity/quality
a. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan sesak yang dirasakan semakin memberat ketika
cuaca semakin panas, berjalan dan banyak bergerak, ditambah batuk
yang pasien rasakan.
b. Bagaimana dilihat
Pasien tampak kelelahan akibat sesaknya, wajah pasien pucat, dan
saat bernafas terlihan menggunakan otot bantu pernafasan, RR:
28x/I, HR: 80x/i

C. Region
a. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan sesak pada dua daerah dada kanan dan kiri,
pasien juga mengatakan sakit ternggorokan pada saat batuk
b. Apakah menyebar
Pasien mengatakan sesak tidak menyebar pada organ lain

D. Severity
Pasien mengatakan sesak nafas tersebut sangat mengganggu
aktifitas pasien karena saat banyak bergerak pasien sangat mudah
merasakan sesak nafas

E. Time
Pasien mengatakan mulai merasakan sesak nafas sejak 3 bulan lalu
sebelum masuk RS, sesak yang dirasakan pasien terus menerus, sesak
dirasakan pada bagian dada seperti terjepit sehingga sulit untuk bernafas
disertai batuk berdahak, lalu keluarga membawa pasien ke RS di tempat
tinggal mereka

III. Riwayat kesehatan masa lalu


A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan dulu pernah mengalami penyakit TB Paru pada tahun
2015 dan sudah pernah meminum obat wajib selama 6 bulan (OAT) tapi
pasien merasa bosan dan berhenti meminumnya sebelum waktu yang
ditentukan karena merasa sudah sembuh.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Pasien mengatakan dulu pernah berobat ke klinik dan puskesmas di
daerah tempat tinggalnya dan diberikan obat OAT.

21
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pernah dirawat sebelumnya rujukan dari Rs.Padang Sidempuan dan
pasien mengatakan tidak pernah menjalani tindakan operasi.

D. Lama dirawat
Klien dirawat sebelumnya selama 13 hari di Rs. Padang Sidempuan.

E. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

F. Imunisasi
Pasien mengatakan tidak pernah diimuniasi.

IV. Riwayat kesehatan keluarga


A. Orang tua
Orang tua klien tidak ada mengalami riwayat penyakit.

B. Saudara kandung
Saudara kandung tidak memiliki riwayat penyakit serius

C. Penyakit keturunan yang ada


Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal


Orang tua

F. Penyebab meninggal
Sudah tua
V. Riwayat psikososial
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berharap penyakitnya dapat disembuhkan agar bisa beraktivitas
seperti biasa

B. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
b. Ideal diri : Klien mengatakan dirinya pasti cepat
sembuh
c. Harga diri : Klien tidak bergabung dengan orang sekitar
lingkungan karena penyakitnya

22
d. Peran diri : Klien berperan sebagai ayah

23
e. Identitas : Klien seorang kepala keluarga

C. Keadaan emosi
Klien masih mampu mengontrol emosinya dengan baik.

D. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Istri dan anak-anaknya
b. Hubungan dengan keluarga :
Baik, tidak ada masalah
c. Hubungan dengan orang lain
: Baik, tidak ada masalah
E. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Pasien berkeyakinan atau beragama
islam
b. Kegiatan ibadah : Selama sakit pasien tidak melakukan
kegiatan ibadah

VI. Status mental


a. Tingkat kesadaran : Bingung/orientasi
b. Penampilan : Tidak rapi
c. Pembicaraan : Lambat
d. Alam perasaan : Lesu
e. Afek : Datar
f. Interaksi selama pembicaraan : Kooperatif dan kontak mata
kurang
g. Persepsi : Tidak ada
h. Proses pikir : Sesuai pembicaraan
i. Isi pikir : Fobia
j. Waham : Tidak ada waham
k. Memori : Tidak ada gangguan

VII. Pemeriksaan fisik


A. Keadaan umum
Keadaan umum pasien kurang baik dengan tingkat kesadaran compos
mentis, pasien terlihat sangat lemah, pasien masih dapat merasakan
sentuhan yang diberikan, saat dipanggil pasien masih dapat merespon
dengan baik.

B. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 36,5°C
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg

24
c. Nadi : 80x/i

25
d. Pernapasan : 28x/i
e. Skala nyeri 4
f. TB : 165 cm
g. BB : 48 kg

C. Pemeriksaan Head to Toe


Kepala
a. Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan
b. Ubun-ubun : Simetris
c. Kulit kepala : Bersih, tidak ada iritasi

Rambut
a. Penyebaran & keadaan rambut : Beruban, sedikit kotor,
persebaran rambut merata
b. Bau : Normal
c. Warna kulit : Kuning langsat
Wajah
a. Warna kulit : Kuning langsat
b. Struktur wajah : Simetris, tidak ada kelainan

Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris dan lengkap
b. Palpebra : Normal
c. Konjungtiva dan sclera : Tidak anemis dan tidak
ikterik
d. Pupil : Refleks terhadap cahaya
e. Kornea dan Iris : Tidak katarak dan tidak ada
peradangan
f. Visus : Dapat membaca dalam jarak
± 6 meter
g. Tekanan bola mata : Refleks normal

Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris
b. Lubang hidung : Bersih, tidak ada
polip
c. Cuping hidung : Pernapasan cuping hidung
(+)

Telinga

a. Bentuk telinga : Simetris


b. Ukuran telinga : Normal/simetris kanan kiri

26
c. Lubang telinga : Tidak ada serumen/sekret
d. Ketajaman pendengaran : Baik

Mulut dan Faring


a. Keadaan bibir : Bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : Kurang terawat, gigi masih lengkap
c. Keadaan lidah : Mukosa lidah kurang terawat
d. Orofaring : Normal tidak ada peradangan

Leher
a. Posisi trachea : Normal
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
c. Vena jugularis : Tidak ada
d. Denyut nadi karotis : Normal

Pemeriksaan integument
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : 36,5°C
c. Warna : Sawo matang
d. Tugor : <3 detik
e. Kelembaban : Kulit teraba kering apabila disentuh
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk : Simetris
b. Warna payudara dan areola : Normal
c. Kondisi payudara dan putting :-
d. Produksi ASI :-
e. Aksilla dan Clavicula :-
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Bentuk normal
b. Pernapasan (frekuensi,irama) : 28x/i
c. Tanda kesulitan bernapas :Pasienmenggunakan oksigen

Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : Vokal fremitus kiri lebih kuat dari
kanan
b. Perkusi : Terdengar suara hipersonan
c. Auskultasi : Terdengar suara nafas
tambahan ronch

Pemeriksaan jantung
a. Insfeksi : Tidak ada pembengkakan dan pulsasi

27
b. Palpasi : Tidak ada getaran/trill, HR: 80x/i
c. Perkusi : Terdengar suara pekak
d. Auskultasi : Normal
Pemeriksaan abdomen
a. Infeksi ( bentuk, benjolan): Simetris/tidak ada benjolan
b. Auskultasi : Peristaltik 10x/mnt
c. Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
d. Perkusi (suara abdomen) : Suara timpani

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya


a. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Normal
b. Anus dan perineum : Normal
c. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstermitas : Simetris, kekuatan
otot klien lemah, edema (-)
d. Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis): Normal
e. Fungsi motorik : Normal, dan tidak
ada kelainan
f. Fungsi sensorik : Normal
g. Refleks : Normal

VIII. Pola kebiasaan sehari-hari


A. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
b. Nafsu/selera makan : Nafsu makan menurun
c. Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu
hati
d. Alergi : Tidak ada alergi
e. Mual dan muntah : Mual (+) , muntah (-)
f. Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : -
g. Waktu pemberian makan : 08.00/12.00/19.00
h. Jumlah dan jenis makan : Satu porsi, nasi,sayur,lauk,
dan buah
i. Waktu pemberian cairan/minum : Cairan infuse RL(20tts/mnt),
minum bila haus
h. Masalah makan dan minum : Pasien tidak nafsu
makan (kesulitan,menelan,mengunya)

1. Perawatan diri/personal hygiene


1. Kebersihan tubuh : Tubuh bersih, klien
hanya di lap dengan waslap
2xsehari oleh keluarganya
28
2. Kebersihan gigi dan mulut :Gigi dan mulut cukup
bersih
3. Kebersihan kuku kaki & tangan :Bersih,kuku kaki & tangan
akan di potong ketika panjang
2. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Aktivitas sebagian dibantu oleh keluarga
2. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : Pasien
tidak melakukan ibadah selama sakit

IX. Pola eliminasi


1. BAB
1) Pola BAB : Sulit
2) Karakter feses : Keras
3) Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan
4) BAB terakhir : 3 hari yang lalu
5) Diare : Tidak ada diare
6) Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif

2. BAK
1) Pola BAK : Normal
2) Karakter urin : Keruh
3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan
BAK
4) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
5) Penggunaan diuretic :Tidak menggunakan
diuretic
6) Upaya mengatasi masalah : Tidak ada masalah

X. Reaksi koping
1. Adaptif :
Bicara dengan orang lain
2. Maladaptif ;
Reaksi lambat

29
XI. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
08-Juni-2017
Hasil Normal
WBC 13.58 4.0 -11.0μ/l
RBC 6.45 4.00 – 5.40 μ/l
HGB 15.2 12 – 16 gr/dl
HCT 45.4 36.0 – 48.0 %
MCV 70.4 – 80.0 – 97.0 μ/l
MCH 23.6 – 27.0 – 33.7 pg
MCHC 33.5 31.5 – 35.0 dl
PLT 389 150 – 400 μ/l
RDW-CV 18.3 + 10.0 – 15.0 %
RDW-SD 41.6 35 – 47 fL
PDW 10.8 10.0 – 18.0 fL
MPV 10.3 6.5 – 11.0 fL
P-LCR 25.9 15.0 – 25.0 %
PCT 0.40 + 0.2 – 0.5 %
Differential
NEUT 10.29 + 5.0 – 7.0 μ/l
LYMPH 2.00
1.0 – 4.0 μ/l
MONO 1.19 –
0.10 – 0.80 μ/l
EO 0.06
0.00 – 0.50 μ/l
BASO 0.04
NEUT % 75.8 + 0.0 – 0.10 μ/l
LYMPH % 14.7 – 50 – 70 %
MONO% 8.8 20.0 – 40.0 %
EO % 0.4 2.0 – 8.0 %
BASO % 0.3 0.0 – 5.0 %
LED - 0.0 – 1.0 %
MORFOLOGI - -
-

2. Radiologi : Thorax

Jantung ukurannya

normal
Tampak infiltrat dan garis fibrosis di paru kanan
Tampak area hyperlusen tanpa corakan bronchovaskuler dilateral paru kanan
Tampak infiltrat dan kalsifikasi di paru kiri

Kesimpulan :
TB lama tapi aktif kanan/kiri disertai pneumothorax kanan

3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobacterium Tuberkulosis

4. Penatalaksanaan dan Terapi

30
No. Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping
1. Isoniazid 5mg/kg Antibiotik untuk Mual muntah, otot terasa
mencegah kuman TB lemas, tubuh terasa
seperti kesemutan
2. Rifampisin 10mg/kg Menghambat Sakit kepala, mengantuk,
pembentukan RNA lemas, diare, mual, nafsu
makan berkuran,
urin&keringat berwarna
kemerahan
3. Pirazinamid 25m/kg Membunuh bakteri yang Sakit perut, mual, kurang
menyebabkan TB nafsu makan, demam,
sakit kuning, tidak enak
badan
4. Ethambutol 15mg/kg Antibiotik untuk Mual, muntah, sakit
mencegah pertumbuhan perut, sakit kepala,
bakteri TB dalam tubuh gangguan penglihatan
5. Inj.Streptomisin 0.75gr Anti bakteri Gangguan fungsi
tuberkulostatik pendengaran, gangguan
fungsi ginjal, kemerahan
pada kulit
6. Ranitidin 1amp Menangani produksi Muntah, sakit kepala,
asam lambung yang sakit perut, sulit
berlebihan menelan, urin keruh
7. Ceftriaxone 1gr Mengobati akibat infeksi Diare, lelah, sariawan,
bakteri nyeri tenggorokan
8. Combivent Per 8jam Obat terapi pada saluran Pusing, jantung berdebar,
(nebul) nafas akibat obstruksi mual, radang, iritasi,
serak
9. Levofloxacin 500mg Melawan infeksi bakteri Gangguan tidur, pusing,
dalam tubuh sakit kepala, diare, mual
10. Aminofluid 20 gtt/mnt Suplai elektrolit, Ruam kulit, nyeri dada,
glukosa, asam amino menggigil, demam, rasa
hangat, sakit kepala

11. Dexametason 1amp Mencegah pelepasan zat Lemas, sulit tidur, sakit
yang menyebabkan kepala, haus, sering
peradangan BAK, nyeri otot, sakit
perut
12. Ambroxol syrp - Mengencerkan dahak Nyeri ulu hati, dyspepsia,
mual, muntah
13. Rethapil 300mg tab Mengobati gangguan Mual, muntah, sakit
saluran pernafasan kepala, diare, jantung
berdebar, insomnia
14. Salbutamol 2mg Berfunsi melebarkan Tremor, sakit kepala,
saluran nafas pusin, mual, batuk, mulut
kering

31
2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Juni 2017 dari data-
data yang di peroleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan
data subjek. Dari analisa data yang dilakukan di temukan tiga masalah keperawatan
yaitu : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, Ketidakefektifan pola nafas,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

No. Data Penyebab Masalah Keperawatan


1. DS: Peradangan parenkim Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan paru bersihan jalan nafas
batuk ↓
- Pasien mengeluh Keluarnya eksudat
sesak nafas dalam alveoli
- Pasien mengatakan ↓
adanya sekret di Peningkatan produksi
saluran nafas sputum

DO: Tertahannya sekresi
- Dipsnea ↓
- Tampak dahak kental Jalan nafas terganggu
berwarna putih
- Pasien tampak sulit
mengeluarkan dahak
- Suara nafas ronchi(+)
- Pengunaan otot bantu
pernafasan:
sternocleidomastoideus
- TTV:
TD:120/80mmHg
T : 36,5°C
HR: 80x/i
RR: 28x/i

32
2. Ds: Alveoulus tidak Ketidakefektifan pola
- Pasien mengeluh sesak kembali saat ekspirasi nafas
- Pasien mengeluh nyeri ↓
dada Kemampuan batuk
- Batuk produktif berkurang
- Pasien mengatakan ↓
pernah menderita TB Pola nafas tidak
2 tahun lalu efektif

Do:
- Dipsnea
- Pasien tampak jalan
agak dipapah dan
- membungkuk
- TTV :
TD : 120/80mmHg
T : 36.5°C
HR : 80X/i
RR : 28x/i
- Taktil fremitus
melemah
- Pernapasan : cuping
hidung (+)
- Penggunaan otot
Bantu nafas :
Sternocleidomastoideus
(+)

33
3. Ds: Adanya sputum pada Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan rasa saluran pernafasan dan nutrisi kurang dari
mual di bagian mulut kebutuhan
- Pasien mengeluh ↓ tubuh
Tidak selera makan Batuk produktif
- Pasien mengeluh ↓
mengalami penurunan Peningkatan frekuensi
berat badan pernafasan

Do: Nafsu makan
menurun
- BB sebelumnya : 55
kg,
BB saat ini: 48 kg
- Peristaltik
usus:10x/mnt
- TB :165 cm
- IMT : BB (kg)
TB(m) x TB(m)
= 48kg
1.65 x 1.65
= 17.7
Normal IMT : <20,5
- Porsi makan hanya ½
porsi
- Muntah (+)
- Tugor kulit : Kembali
cepat <3 detik

34
3. Masalah Keperawatan

1. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan Pola nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Diagnosa keperawatan (Prioritas)


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret kental
2. Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia

35
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/ No. Perencanaan Keperawatan


Tanggal Dx
Senin, 1. Tujuan:
12 juni
- Jalan nafas bersih dan efektif setelah dilakukan perawatan
2017
Kriteria hasil:
1. Pasien menyatakan bahwa batuk berkurang/hilang dan sekret
berkurang
2. Suara nafas normal (vesikuler)
3. Frekuensi nafas 16-20 kali/mnt (dewasa)
4. Tidak ada dipsnea
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji fungsi 1. Adanya perubahan fungsi respirasi
respirasi, antara lain; dan penggunaan otot tambahan
suara, jumlah, irama, menandakan
dan kedalaman nafas kondisi penyakit yang masih dalam
serta catatan pula kondisi penanganan penuh.
mengenai penggunaan
otot nafas tambahan.
2. Catat kemampuan untuk 2. Ketidakmampuan mengeluarkan
mengeluarkan sekret/batuk secara sekret menjadikan timbulnya
efektif. penumpukan berlebihan pada saluran
pernapasan.
3. Atur posisi tidur semi atau high 3. Posisi semi/ high fowler memberikan
fowler, kesempatan paru-paru berkembang
secara maksimal akibat diafragma
turun ke bawah.
4. Membatu pasien untuk berlatih 4. Batuk efektif mempermudah
batuk secara efektif dan tarik ekpektorasi mucus.
nafas dalam

5. Anjurkan pasien minum kurang 5. Air digunakan untuk menggantikan


lebih 2.500 ml/hari, menganjurkan keseimbangan ion tubuh akibat cairan

36
untuk minum dalam kondisi hangat banyak keluar melalui pernafasan.
jika tidak ada kontra indikasi. Air hangat akan
mempermudah pengenceran sekret
melalui proses
konduksi yang
mengakibatkan arteri pada
area sekitar leher vasodilatasi dan
Kolaborasi: mempermudah caira
1. Berikan O2 udara inspirasi dalam pembuluh darah dapat diikat
yang lembap oleh mucu atau sekret.

2. Berikan pengobatan atas indikasi: 1. Berfungsi meningkatkan


1) Mukolitik, ex: acetilcystein kadar tekanan persial O2
(mucomyst) dan saturasi O2 dalam
2) Agen broncodilator, darah
ex:theophylin, okstriphilien 2. Berfungsi untuk
3) Kortikosteroid (prednisone), ex: mengencerkan dahak,
dexametasone Meningkatkan atau
3. Berikan agen anti infeksi, misal: memperlebar saluran
1) Obat primer: isoniazid (INH), udara
ethambutol (EMB), Rifampisin
(RMP) 1. Mempertebal dinding saluran udara
2) Parazinamide, para (bronchus)
amino salicylic,
streptomycin 2. Menurunnya keaktifan dari
3) Monitor pemeriksaan mikroorganisme akan
laboratorium menurunkan respons inflamasi
(sputum) sehingga akan berefek pada
berkurangnya
produksi sekret

37
Hari/ No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, 2. Tujuan:
13 juni - Pola nafas pasien kembali efektif/normal
2017 Kriteria hasil:
1. Pasien mampu mempertahankan pola pernafasan yang
efektif
2. Frekuensi irama dan kedalaman pernafasan normal
(RR 16-20x/menit)
3. Dipsnea berkurang
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji kualitas, kedalaman 1. Mengetahui penurunan bunyi nafas
pernafasan dan penggunaan otot karena adanya sekret
aksesori pernafasan
2. Kaji kualitas sputum : warna, 2. Mengetahui perubahan yang terjadi
konsistensi sputum untuk mempermudah pengobatan
selanjutnya
3. Auskultasi bunyi nafas setiap 4 jam 3. Mengetahui perubahan pada bunyi
4. Anjurkan pasien posisi semi fowler nafas
5. Bantu dan ajarkan pasien batuk 4. Membantu mengembangkan secara
efektif dan nafas dalam setiap 2-4 maksimal
jam 5. Membantu agar batuk dan nafas dalam
sehingga
menorong sekret keluar
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim dokter 1. Mengurani kekentalan sekret,
dalam pemberian obat-obatan Mengurangi kekentalan sekret dan
memperbesar ukuran lumen
trakeobroncial

38
Hari/ No. Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Rabu, 3. Tujuan:
14 juni - Keseimbangan nutrisi terjaga setelah dilakukan perawatan
2017 Kriteria hasil:
1. Perasaan mual hilang atau berkurang
2. Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
3. Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan
cenderung stabil
4. Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
5. Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah atau albumin
darah dalam rentang normal
Rencana Tindakan Rasional
1. Catat tugor kulit, berat badan saat 1. Menjadikan data fokus untuk
ini, tingkat kehilangan berat badan, menentukan rencana tindakan
integritas mukosa mulut, tonus selanjutnya
perut, dan riwayat nausea/vomit
atau diare.
2. Berikan oral care sebelum dan 2. Meningkatkan kenyamanan
sesudah pelaksanaan respiratori daerah mulut sehingga akan
meningkatkan perasaan nafsu
makan.
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering 3. Meningkatkan intake makanan dan
dengan diet TKTP nutrisi pasien, terutama kadar
Protein tinggi yang dapat
Meningkatkan mekanisme tubuh
dalam proses penyembuhan
4. Anjurkan keluarga untuk membawa 4. Merangsang pasien untuk bersedia
makanan dari rumah terutama yang meningkatkan intake makanan yang
disukai oleh pasien dan kemudian berfungsi sebagai sumber energi bagi
makan bersama pasien jika tidak penyembuhan
ada kontra indikasi
Kolaborasi:

39
konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukanMenentukan
komposisi diet
kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien
Monitor pemeriksaan laboratorium missal: BUN,
Memonitorkeefektifantindakan
serum protein dan albumin terutama dengan kadar protein
Berikan vitamin sesuai indikasi darah
Meningkatkan komposis tubuh akan kebutuhan vitamin dan nafsu

40
5. Pelaksanaan keperawatan

Hari/ No. Implementasi Evaluasi


Tanggal Dx Keperawawatan (SOAP)
Senin, 1. Mandiri : S : Pasien masih
12 Juni 1. Melakukan hubungan mengeluh sesak dan
2017 terapeutik dengan pasien. tidak enak badan, pasien
2. Menganjurkan posisi nyaman mengatakan belum bisa
yaitu posisi semi fowler secara efektif
3. Melakukan vital sign mengeluarkan dahaknya
4. Mengkaji penggunaan otot ketika batuk.
bantu pernafasan O: RR : 28x/menit
5. Mengkaji adanya batuk, HR: 96x/menit
karakteristik sputum yang TD : 120/80mmHg
dikeluarkan dan ada tidaknya T: 36,5ᵒC
hambatan jalan nafas yang Batuk (+)
berlebih Demam(-)
Sekret (+)
Kolaborasi : Penggunaan otot bantu
1. Memberikan O2 = 3L/menit pernafasan :
dengan menggunakan nasal sternocleidomastoideus (+)
kanul A: Masalah belum teratasi,
batuk pasien belum
Penkes : berkurang, pasien masih
1. Mengajarkan teknik batuk merasa sesak
efektif P : Intervensi dilanjutkan
- Menganjurkan posisi
semi fowler
- Mengkaji vital sign
- Mengkaji adanya batuk

41
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan sulit
1. Mengkaji tanda-tanda vital untuk bernafas
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung, nafas pendek
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah belum teratasi,
bantu pernafasan pasien masih sesak
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
5. Memberikan posisi nyaman - Mengkaji pola nafas
semi fowler pasien

3. Mandiri: S : Pasien mengatakan


1. Mengkaji makanan yang di tidak nafsu makan
sukai dan tidak disukai. karena batuk dan
2. Memonitoring apakah ada lidahnya pahit
mual muntah pada saat ingin O : BB: 48 kg
makan TB : 165 cm
3. Mengkaji apakah ada diare Diet makanan hanya
4. Memonitoring berat badan habis ½ porsi
pasien. Penurunan berat badan
5. Menganjurkan makan sedikit (+)
tapi sering Mual (+)
Muntah (-)
Kolaborasi: Diare (-)
1. Memberikan diet makan siang A : Masalah belum teratasi,
kepada pasien. pasien masih merasa
mual, dan nafsu makan
Penkes : belum membaik
1. Mengajarkan keluarga untuk P : Intervensi dilanjutkan
melakukan oral hygine seperti - Memonitoring apakah
menyikat gigi dan ada mual muntah
membersihkan area sekitar - Memonitoring berat
mulut badan

42
Selasa, 1. Mandiri: S : Pasien mengatakan masih
13 Juni
1. Melakukan hubungan sesak, kesulitan
2017
terapeutik dengan pasien. mengeluarkan dahak
2. Mengkaji ulang bunyi napas, (sputum)
kecepatan, irama, kedalaman O :RR : 28 x/menit
nafas HR : 86x/menit
3. Mengkaji penggunaan otot TD : 110/90 mmHg
aksesori T : 36,0ᵒc
4. Mencatat kemampuan untuk Batuk (+)
mengeluarkan sekret atau Demam (-)
batuk efektif penggunaan otot bantu
5. Mencatat karakter, jumlah pernafasan :
sputum, adanya hemoptisis. sternocleidomastoideus (+)
6. Memberikan posisi yang A : Masalah belum teratasi.
nyaman semifowler. pasien masih merasa
sesak,suara nafas ronchi dan
batuk belum berkurang
P : Intervensi di lanjutkan.
- Mengkaji ulang bunyi
nafas
- Mencatat kemampuan
untuk meneluarkan
sekret
- Memberikan posisi semi
fowler

43
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan sulit
1. Mengkaji tanda-tanda vital untuk bernafas
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung, nafas pendek
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah belum teratasi,
bantu pernafasan pasien masih sesak
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
- Mengkaji pola nafas nafas
- Mengkaji tanda-tanda
vital
3. Mandiri: S : Pasien mengatakan selera
1. Mengkaji apakah ada mual makannya masih belum
muntah pada saat ingin makan, pulih, tetapi rasa mualnya
apakah ada diare. sudah mulai berkurang dan
2. Memonitoring berat badan batuknya masih ada
pasien O : BB : 48kg
3. Menganjurkan makan sedikit TB : 165cm
tapi sering mual (+)
4. Menanyakan keluarga apakah muntah (-)
telah melakukan oral hygine Diare (-)
hari ini Diet tidak habis
Kolaborasi: A : Masalah teratasi sebagian,
1. Memberikan diet makan perasaan mual pasien sudah
malam kepada pasien mulai berkurang
2. Memberikan tindakan P : Intervensi di lanjutkan
kolaborsi obat IV: - monitoring berat badan
- ranitidin 1 amp pasien
- dexametason 1amp - Menganjurkan pasien
Memberikan obat oral : makan sedikit tapi
- ambroxol syrup sering
- retaphil ½ tab
- salbutamol 2 mg

44
Rabu, 1. Mandiri : S : Pasien mengatakan sesaknya
14 Juni 1. Melakukan hubungan sudah mulai berkurang dan
2017 terapeutik dengan pasien sudah bisa mengeluarkan
2. Mengkaji ulang fungsi dahak dengan baik.
pernapasan: bunyi napas, O : HR : 94x/menit
kecepatan, irama, kedalaman RR: 24x/menit
dan penggunaan otot aksesori TD : 130/80 mmHg
3. Menkaji kemampuan untuk T : 37,0 ᵒc
mengeluarkan sekret, catat Sesak (-),
karakter, jumlah sputum. Demam (-)
4. Menganjurkan untuk oksigen (+)
mempertahankan intake cairan otot bantu pernafasan:
minimal 2500ml/hari. sternocleidomastoideus (-)
5. Melatih batuk efektif yang A: Masalah teratasi
telah di ajarkan sebagian,sesak pasien
6. Memberikan posisi yang sudah mulai berkurang, dan
nyaman(semi fowler). dapat mengeluarkan dahak
dengan baik
P : Intervensi di
Kolaborasi : lanjutkan.
1. Memberikan O2 = 3L/menit - Mengkaji ulang fungsi
dengan menggunakan nasal pernafasan
kanul - Memberikan posisi
2. Memberikan terapi kolaborasi nyaman semi fowler
nebulizer obat fentolin.
3. Memberikan tindakan
kolaborsi obat iv :
- ceftriaxone 1gr

45
2. Mandiri: S : Pasien mengatakan
1. Mengkaji tanda-tanda vital sesaknya sudah berkurang
2. Mengkaji pola pernafasan O : Tampak pernafasan cuping
pasien hidung
3. Mengkaji penggunaan otot A : Masalah teratasi sebagian,
bantu pernafasan Sesak berkurang,RR:24x/i
4. Mengkaji nafas cuping hidung P : Intervensi dilanjutkan
- Mengkaji tanda-tanda
vital
3. Mandiri : S : Pasien mengatakan
1. Mengkaji apakah ada mual nafsu makannya sudah
muntah pada saat ingin makan, agak membaik,rasa
apakah ada diare. mual sudah tidak ada
2. Memonitoring berat badan O :BB : 48 kg
pasien TB : 165 cm
3. Menganjurkan makan sedikit Penurunan berat badan (-)
tapi sering muntah (-)
4. Menanyakan keluarga apakah mual (-)
telah melakukan oral hygine Diet tidak habis
hari ini A : Masalah teratasi sebagian,
Kolaborasi : nafsu makan meningkat, dan
1. Memberikan diet makan rasa mual pasien sudah hilang
malam kepada pasien. P : Intervensi di lanjutkan
2. Memberikan tindakan Menganjurkan pasien makan
kolaborsi obat iv : sedikit tapi sering
- ranitidin 1 amp

46
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan


prioritas masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
pembentukan sputum kental ditandai dengan, adanya batuk, pasien sulit mengeluarkan
dahak, frekuensi pernapasan 28x/mnt, denyut nadi 98x/i, tekanan darah 120/80 mmHg,
adanya penggunaan otot bantu parnafasan(sternocleidomastoideus), pasien sulit untuk
mengeluarkan dahak (sputum), adanya suara nafas tambahan ronkhi, dan adanya rasa
mual. Dari implementasi yang telah dilakukan, didapat hasil masalah teratasi sebagian
dengan salah satunya menajarkan teknik batuk efektif dan kolaborasi pemberian
analgesik, didapatkan hasil pasien dapat mengeluarkan dahak dengan baik dan sesak
berkurang.

3.2. Saran

Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam


memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi TB Paru, lebih memperhatikan cara pemenuhan kebutuhan
spiritualitas pasien pada saat sakit. Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

47
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gedurnas


TB. Edisi 2 hal.4-6

Hidayat, A. A. A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika.

Mubarak, W. I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC. Potter, P


& Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses dan Praktik.Edisi 4. Jakarta : EGC. Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3.Jakarta : Salemba Medika.

Wahid, A, (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Gangguan


Sistem Respirasi. Jakarta : Trans Info Media. World Health Organization (WHO). (2012).
Global Tuberkulosis Profile. Switzerland.

48

Anda mungkin juga menyukai