Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT III

MANAJEMEN BENCANA TANAH LONGSOR

Oleh

Ni Made Widya Pertiwi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYAN

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah praktik klinik Keperawatan Gadar III yang
bertemakan “Manajemen bencana Tanah Longsor” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam


mengenai Bencana, Manajemen bencana Tanah longsor dan yang lainnya. Adapun
penjelasan-penjelasan pada makalah ini kami dapat dari beberapa hasil wawancara,
sumber artikel, danjurnal.

Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini, akan tetapi kami juga menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami senantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 28 Februari 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2

BAB I...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................. 5

1.4 Manfaat............................................................................................................ 6

BAB II ................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN.................................................................................................... 7

2.1 Konsep Tanah Longsor................................................................................... 7

2.1.1 Definisi Tanah Longsot................................................................................ 7

2.1.2 Jenis-jenis Tanah Longsot........................................................................... 7

2.1.3 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor........................................................ 8

2.1.4 Tanda dan Gejala Tanah Longsor........................................................... 8

2.1.5 Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan


Lingkungan.............................................................................................. 10

2
2.2 Konsep Manajemen Bencana .......................................................................10

2.2.1 Pencegahan Tanah Longsor................................................................... 12

2.2.2 Mitigasi Bencana Longsor...................................................................... 12

2.2.3 Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor .............................................. 13

2.2.4 Peringatan Dini Tanah Longsor............................................................ 14

2.2.5 Tanggapan Darurat tanah longsor........................................................ 14

2.2.6 Bantuan Darurat tanah longsor............................................................. 15

2.2.7 Pemulihan tanah longsor........................................................................ 15

2.2.8 Rehabilitasi tanah longsor...................................................................... 15

2.2.9 Rekontruksi............................................................................................. 16

BAB III................................................................................................................. 17

PENUTUP ........................................................................................................... 17

3.1 Simpulan........................................................................................................ 17

3.2 Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis benhana


baik yang disebabkan oleh alam, non-alam, maupun yang disebabkan oleh manusia.
Setiap wilayah yang ada dibumi tidak akan pernah lepas dari potensi benhana alam
seperti gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, atau letusan gunung
berapi. Benhana yang terjadi sering mengakibatkan kerugian material yang hukup besar
dan juga sering meminta korban jiwa. Serta menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarana lainnya seperti perumahan, perindustrian, dan juga lahan perekonomian
masyarakat. Selama tahun 2015 telah terjadi 1.681 kejadian benhana yang
menyebabkan 259 orang tewas, 1,23 juta orang mengungsi, 25.12 unit rusak (5.180
rusak berat, 3.760 rusak sedang, 16.252 rusak ringan), 498 unit fasilitas umum rusak.
Benhana banjir, longsor dan puting beliung masih tetap mendominasi benhana.

Indonesia yang sebagian wilayahnya memiliki topografi berupa pegunungan


dengan derajat kemiringan yang tinggi menyebabkan benhana tanah longsor menjadi
benhana yang sering terjadi di Indonesia. Dari data yang diperoleh dari BNPB tahun
2015 menunjukkan bahwa terdapat 501 kejadian tanah longsor di seluruh Indonesia.
Kejadian ini mengakibatkan hilang dan meninggalnya 157 orang serta 25.924 korban
menderita dan mengungsi. Adapunkerusakan yang diakibatkan oleh benhana longsor
meliputi 508 rumah rusak berat, 299 rumah rusak sedang, 636 rumah rusak ringan, dan
286 rumah terkubur.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menyusun makalah mengenai


Manajemen Bencana Tanah Longsor

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang kami susun
sebagai berikut :

1.2.1 Apa pengertian tanah longsor?

1.2.2 Apa saja jenis-jenis tanah longsor?

1.2.3 Apa penyebab tanah longsor?

1.2.4 Apa saja Tanda dan Gejala Tanah Longsor ?

1.2.5 Apa saja Dampak Benhana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan?

1.2.6 Bagaimana mitigasi benhana tanah longsor?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah Manjamen Bencana Tanah Longsor, sebagai


berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan makalah Manajemen Bencana yaitu untuk


mengetahui Manajemen bencana yang dilakukan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penyusunan makalah ini yaitu :

1. Agar mengetahui pengertian tanah longsor

2. Agar mengetahui jenis-jenis tanah longsor

3. Agar mengetahui penyebab tanah longsor

4. Agar mengetahui tanda dan gejala tanah longsor

5. Agar mengetahui Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan

5
6. Agar mengetahui mitigasi bencana tanah longsor

1.4 Manfaat

Makalah yang didapat dari penyusunan makalah ini yaitu:

Memberikan informasi kepada pembaca mengenai konsep bencana, manajemen


bencana, konsep gempa bumi, dan mitigasi bencana Tanah Longsor

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tanah Longsor


2.1.1 Definisi Tanah Longsor

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang menganham dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007).

Tanah longsor adalah pergerakan material berupa batuan atau tanah melalui
permukaan bidang miring yang disebut lereng. Batuan atau tanah mengalami
longsoran menuruni tebing searah dengan kemiringan lereng (Supriyono, 2014).

Tanah longsor sehara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng


berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi
dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah (Nandi, 2007).

Tanah longsor menghasilkan pergerakan kebawah maupun kesamping dari


lereng alam maupun buatan yang memiliki kandungan material tanah, batu, tanah
timbunan buatan atau gabungan dari tanah dan batu. Secara teknis dapat dikatakan
longsoran terjadi jika kondisi lereng yang stabil berubah menjadi tidak stabil.
Ketidakstabilan terjadi karena gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya
penahan. Gaya pendorong diakibatkan oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air,
beban yang membebani tanah diatasnya serta berat jenis tanah batuan. Sedangkan
penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah (Ilyas, 2011).

7
2.1.2 Jenis-jenis Tanah Longsor

Menurut Departemen ESDM (2005), ada enam jenis tanah longsor, yakni:
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan
tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan..

a) Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada


bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

b) Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelinhir berbentuk hekung.

c) Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang


gelinhir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok
batu.

d) Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan hara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar
yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

e) Aliran bahan rombakan yaitu jenis tanah longsor yang terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air. Kehepatan aliran tergantung pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu menhapai ratusan
meter jauhnya. Dibeberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai disekitar gunung api.

2.1.3 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Peristiwa tanah longsor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pedorong dan
faktor pemihu. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi material baik berupa baik berupa tanah maupun batuan. Faktor pemihu

8
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan bergeraknya material baik berupa
tanah maupun batuan (Supriyono, 2014). Menurut Nandi (2007) penyebab
terjadinya tanah longsor yaitu:

a. Curah hujan
Anhaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas hurah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal itu mengakibatkan munhulnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup kebagian yang retak sehingga tanah dengan hepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu yang
singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena
melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi dibagian dasar
lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan
dipermukaannya, tanah longsor dapat dihegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

b. Kemiringan lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
anginKebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah lebih dari
20 derajat apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

c. Kondisi tanah
Kondisi tanah yang semakin tebal dan kurang padat akan semakin rentan
terhadap tanah longsor. Jenis tanah yang kurang padat seperti tanah lempung
atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dari sudut lereng lebih
dari 20 derajat memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran

9
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan akan mempengaruhi kestabilan
lereng. Getaran pada permukaan bumi yang cukup keras dapat menyebabkan
terjadinya tanah longsor.
e. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia yang berdampak memperbesar terjadinya tanah longsor
seperti penggundulan hutan, pemotongan tebing, sistem drainase yang kurang,
kegiatan industri dan kegiatan konstruksi.

2.1.4 Tanda dan Gejala Tanah Longsor

Sebelum terjadi tanah longsor biasanya disertai dengan tanda-tanda awal yang
mendahuluinya. Tanda-tanda awal terjadinya tanah longsor menurut Supriyono
(2014) antara lain sebagai berikut:

a. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing setelah


hujan turun.
b. Air sungai dan air sumur muncul kepermukaan dan berwarna keruh.
c. Dipermukaan tanah muncul mata air baru secara tiba-tiba.
d. Kondisi tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
e. Disekitar lereng pohon-pohon, tiang-tiang dan rumah-rumah mulai tampak
miring.
f. Terjadi perubahan bentuk bangunan rumah, sehingga jendela dan pintu sulit
dibuka.
g. Terdengar suara gemuruh dari atas lereng disertai dengan getaran pada
permukaan tanah.
h. Terjadi runtuhan bagian-bagian dari massa tanah atau batuan dalam jumlah
besar.
2.1.5 Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik


dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya
terhadap keseimbangan lingkungan. Menurut Nandi (2007) dampak yang
ditimbulkan akibat bencana tanah longsor meliputi:

10
a. Dampak terhadap kehidupan

Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar


terhadap kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah longsor itu terjadi pada
wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka korban jiwa
yang ditimbulkannya akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor yang
terjadi secara tiba-tiba tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya
tanah longsor. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah
longsor terhadap kehidupan adalah sebagai berikut:

1) Bencana longsor banyak menelan korban jiwa.


2) Terjadinya kerusakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan dan
sebagainya.
3) Kerusakan bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran dan
perumahan penduduk serta sarana peribadatan.
4) Menyebabkan kerugian secara ekonomi, serta meninggalkan dampak
secara sosial psikologi bagi masyarakat.
b. Dampak terhadap lingkungan

Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat terjadinya tanah


longsor adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi penutup lahan.

2) Terganggunya keseimbangan ekosistem.

3) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis.

4) Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain seperti sawah,
kebun dan lahan produktif lainnya.

11
2.2 KONSEP MENEJEMEN BENCANA

2.2.1 PENCEGAHAN TANAH LONGSOR

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam Undang-Undang Nomor 24


Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, manajemen bencana alam terbagi
dalam tiga tahapan yaitu, pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

Pencegahan (prevention) Dalam tahap ini dilakukan untuk mengurai ataupun


meniadakan bahaya bencana alam. Misalnya dengan pelarangan pembakaran hutan
dalam, melakukan penanaman di hutan yang gundul, dan melarang melakukan
pembuangan sampah sembarangan.

2.2.2 Mitigasi Bencana Longsor

Mitigasi merupakan suatu rangkaian usaha mengurangi kerugian bencana,


baik dengan pembangunan fisik ataupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilaksanakan dengan
melakukan penataan ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,
tata bangunan, dan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2
tentang Penanggulangan Bencana

Mitigasi bencana longsor sebagai berikut :

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan


terjadi tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di


kawasan lereng

3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari
dalam lereng keluar lereng

12
4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah
penyebab longsor

5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga
drainase air.

6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini adalah upaya penting
yang harus dilakukan pemerintah ketika ancaman bencana bisa merenggut nyawa dan
kerugian yang besar.

7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor dengan menciptkan alat-
alat pendeteksi pergerakan tanah yang berisiko akan longsor di daerah-dareh longsor.
Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk melakukan tindakan
mitigasi bencana.

2.2.3 Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor

Tanah longsor termasuk jenis bencana alam yang sifat kejadiannya berulang atau
rutin terjadi sehingga bencana ini sulit untuk dihindari. Peristiwa tanah 17 longsor yang
terjadi menegaskan untuk selalu siaga dalam menghadapi bencana tersebut. Kesiapsiagaan
tanah longsor adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
tanah longsor melalui sikap dan tindakan yang tepat. Kesiapsiagaan diri, keluarga, sekolah,
dan masyarakat akan sangat berguna untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor baik
kerugian harta benda maupun korban jiwa (Supriyono, 2014).

Tindakan kesiapsiagaan tanah longsor yang dapat dilakukan meliputi:

1) Sebelum terjadi tanah longsor

a. Melakukan pendidikan dan latihan mitigasi bencana tanah longsor.

b. Mencatat nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon semua


anggota keluarga, rumah sakit, kantor polisi, pemadam kebakaran dan

13
lembaga kebencanaan.

c. Membuat deteksi dini bahaya tanah longsor dengan cara mengamati tingkat
curah hujan dan memeriksa stabilitas lereng secara berkala.

d. Mewaspadai tanda dan gejala tanah longsor dan bahaya yang menyertai tanah
longsor yaitu banjir, aliran material, dan kebakaran.

2) Saat Terjadi Tanah Longsor

a. Segera menghubungi aparat pemerintah atau petugas yang berwenang untuk


melakukan penanggulangan bencana tanah longsor.

b. Segera keluar rumah atau gedung dan berlindung ditempat yang aman.

c. Jika tidak memungkinkan keluar dari rumah, lingkarkan tangan dan tubuh
seperti bola untuk melindungi kepala agar tidak tertimpa atap.

d. Melakukan tindakan tanggap darurat seperti memberi pertolongan, evakuasi


dan mendengarkan informasi.

2.2.4 Peringatan Dini Tanah Longsor

Upaya untuk memberikan tanda peringatan pada masyarakat bahwa bencana


kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus Menjangkau
masyarakat (accesible), Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent),
Bersifat resmi (official).

2.2.5 Tanggapan Darurat tanah longsor

Tanggap darurat ialah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan segera sesaat
setelah kejadian bencana terjadi guna menangani dampak buruk yang muncul. Tanggap
darurat mencakup kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat
diantaranya yaitu, pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya
penentuan status keadaan darurat bencana penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan terhadap kelompok rentan dan
pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital (UU Nomor 24 Tahun 2007). Saat

14
terjadi bencana OPRBlah yang pertama kali bergerak karena didalamnya sudah dibagi
dalam beberapa bidang jadi penanganan saat bencana lebih cepat dan terfokus.

2.2.6 Bantuan Darurat tanah longsor

Bantuan darurat dilakukan untuk memberikan bantuan yang berkaitan dengan


pemenuhan kebutuhan dasar dan sifatnya sementara berupa pangan, sandang, tempat
tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih. BPBD dan dinas terkait bekerjasama
dalam memberikan bantuan misalnya pembangunan jembatan sementara yang sifatnya
darurat dan tidak bertahan lama. Selain itu, BPBD juga melakukan pembangunan rumah
untuk korban longsor yang dapat ditempati paling tidak selama 2 tahun sebelum nantinya
dibangun rumah permanen.

2.2.7 Pemulihan tanah longsor

Pemulihan yaitu serangkaian kegiatan yang bertujuan mengembalikan kondisi bagi


masyarakat dan lingkungan hidup terdampak bencana melalui cara memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pemulihan yaitu, perbaikan lingkungan daerah bencana
perbaikan prasarana dan sarana umum pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
pemulihan sosial psikologis pelayanan kesehatan rekonsiliasi dan resolusi konflik
pemulihan sosial ekonomi budaya serta pemulihan fungsi pelayanan publik.

2.2.8 Rehabilitasi tanah longsor

Dalam rehabilitasi upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan dan
pemulihan terhadap segala aspek pelayanan publik atau masyarakat hingga tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan target utama untuk menormalisasi segala
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat di wilayah terdampak pasca bencana.
Rehabilitasi diwujudkan melalui kegiatan perbaikan lingkungan di daerah bencana;
perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
pemulihan sosial psikologis pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik
pemulihan sosial ekonomi budaya pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi
pemerintahan serta pemulihan fungsi pelayanan publik

15
2.2.9 Rekontruksi

Rekonstruksi merupakan kegiatan untuk merumuskan kebijakan, usaha dan langkah-


langkah konkrit yang terencana dengan baik, konsisten serta berkelanjutan dalam kembali
membangun secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, serta
bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil di dalam aspekaspek kehidupan
bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Ruang lingkup dari rekonstruksi meliputi atas
program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non-fisik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan


manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen
bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap prabecana,
tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana. Pertolongan pertama dalam bencana
sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban jiwa. Pertolongan
pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.

3.2 Saran

Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau


lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat
umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010, Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Nasional

Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum

Penanggulangan Bencana. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010.


Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana. Jakarta.

Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta. Agung, 2012. Analisis Tingkat Kerusakan


Penggunaan Lahan Akibat Banjir Lahara Pasca Erupsi Gunungapi Merapi Tahun
2010 di Sub DAS Kali Putih. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

18

Anda mungkin juga menyukai