Anda di halaman 1dari 13

ANALISA VIDEO

MEMBERIKAN MEDIKASI MELALUI


INTRAMUSKULAR, INTREVENA,
SUBKUTAN DAN INTRAKUTAN

OLEH :
NAMA : IRENEUS PAPE NO MBEONG
NIM : 22020120220121
NERS 37

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
MEMBERIKAN MEDIKASI MELALUI INTRAMUSKULAR, INTREVENA,
SUBKUTAN DAN INTRAKUTAN

I. SUNTIKAN (INJEKSI)
Suntik/injeksi Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita.
Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila:
1) Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap,
2) Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh
asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral,
3) Obat tidak diabsorpsi oleh usus,
4) Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif,
5) Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat
anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit),
6) Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi
kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).
Kelemahan teknik injeksi adalah:
1) Lebih mahal,
2) Rasa nyeri yang ditimbulkan.
3) Sulit dilakukan oleh pasien sendiri,
4) Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi,
5) Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi
dan teknik injeksi tidak tepat.
6) Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan
lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.
Teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah:
1) Injeksi intramuskuler: obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan
terjadi dalam 10-30 menit. Obat yang sering diberikan secara intramuskuler
misalnya: vitamin, vaksin, antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan
lain-lain.
2) Injeksi subkutan: obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit.
Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak banyak terdapat
pembuluh darah. Obat yang sering diberikan secara subkutan adalah : insulin,
anestesi lokal.
3) Injeksi intradermal/intrakutan: obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas,
sehingga akan timbul indurasi kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan
yang sering dilakukan yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
4) Injeksi intravena: obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga
menghasilkan efek tercepat, dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali
peredaran darah) obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan
secara intravena misalnya bermacam-macam antibiotika.
II. PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT INJEKSI
Dalam pemberian obat harus memperhatikan 6 prinsip pemberian obat yakni:
a) Benar Klien/Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi
dari gelang identitasnya.
b) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya,
perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c) Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi klien. Dosis yang diberikan
harus pula dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat
dan dosis yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain. Serta melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat
tertentu.
d) Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dosis obat harian
diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x sehari,
4x sehari, dan 6x sehari. Sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½).
Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat
yang memiliki aktu paruh pendek diberika beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu. Pemberian obat juga memperhatikan dibeikan sbelum atau sesudah makan
atau bersama makan. Ingat pula untuk memberikan obat-obat seperti kalium dan
aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan
kontraindikasi pemeriksaan obat.
e) Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai. Obat
dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
f) Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan. Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien
menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan.

III. TEKNIK DALAM MENYUNTIK/ INJEKSI


A. INTRAMUSKULAR
1. Pengertian
Pemberian obat intramuscular adalah cara penyuntikan obat yang dilakukan
pada jaringan otot besar seperti deltoid, ventrogluteal atau vastus lateral serta
tidak mengenai daerah subkutan, vena atau arteri. Memberikan obat secara
intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung
kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian
tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf,
misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Obat-
obat yang diberikan secara injeksi intramuskuler adalah obat-obat yang
menyebabkan iritasi jaringan lemak subkutan dengan onset aksi obat relatif
cepat dan durasi kerja obat cukup panjang. Obat yang diinjeksikan ke dalam otot
membentuk deposit obat yang diabsorpsi secara gradual ke dalam pembuluh
darah. Teknik injeksi intramuskuler adalah teknik injeksi yang paling mudah
dan paling aman, meski teknik injeksi intramuskuler memerlukan otot dalam
keadaan relaksasi sehingga sangat penting pasien dalam keadaan rileks.
2. Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi: Pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral.
b. Kontra indikasi: pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
3. Lokasi/area dilakukan dalam pemberian obat secara intramuskular
a. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan
tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut
area von hoehstetter. Area ini paling banyak
dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini
tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar.
Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau
kurang terkontaminasi.
b. Regio superior lateral femur
Area ini terletak antar sisi median anterior dan
sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis
biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada
orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan
injeksi pada bayi disarankan menggunakan area
ini karena pada area ini tidak terdapat serabut
saraf dan pemubuluh darah besar.
Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan
dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila
femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi.
Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk. Hal
yang harus diperhatiakn dalam melakukan injeksi daerah ini adalah:
 Area/lokasi yang diinjeksi adalah musculus vastus lateralis, salah satu
otot dari 4 otot dalam kelompok quadriceps femoris, berada di regio
superior lateral femur. Titik injeksi kurang lebih berada di antara 5 jari
di atas lutut sampai 5 jari di bawah lipatan inguinal.
 Pada orang dewasa, musculus vastus lateralis terletak pada sepertiga
tengah paha bagian luar. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit
di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
 Meski di area ini tidak ada pembuluh darah besar atau syaraf utama,
kadang dapat terjadi trauma pada nervus cutaneus femoralis lateralis
superficialis.
 Jangan melakukan injeksi terlalu dekat dengan lutut atau inguinal.
 Pada orang dewasa, volume obat yang diijeksikan di area ini sampai 2
mL (untuk bayi kurang lebih 1 mL).
 Merupakan area injeksi intramuskuler pilihan pada bayi baru lahir (pada
bayi baru lahir jangan melakukan injeksi intramuskuler di gluteus,
karena otot-otot regio gluteus belum sempurna sehingga absorpsi obat
kurang baik dan risiko trauma nervus sciaticus mengakibatkan paralisis
ekstremitas bawah.
 Posisi pasien dalam keadaan duduk atau berdiri dengan bagian
kontralateral tubuh ditopang secara stabil.
c. Regio Gluteus
Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-
anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan
pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot
dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara
menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area
glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak
terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah
Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar
atas. Hal yang perlu diperhatikan ketika menyuntik area ini
adalah:
 Jika volume obat lebih dari 1 mL, biasanya dipilih daerah gluteus karena
otot-otot di daerah gluteus tebal sehingga mengurangi rasa sakit dan kaya
vaskularisasi sehingga absorpsi lebih baik.
 Volume obat yang diinjeksikan maksimal 5 mL. Jika volume obat lebih dari
5 mL, maka dosis obat dibagi 2 kali injeksi.
 Penentuan lokasi injeksi harus ditentukan secara tepat untuk menghindarkan
trauma dan kerusakan ireversibel terhadap tulang, pembuluh darah besar
dan nervus sciaticus, yaitu di kuadran superior lateral gluteus.
 Posisi pasien paling baik adalah berbaring tengkurap dengan regio gluteus
terpapar.
 Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi paling tinggi.
 Hati-hati terhadap nervus sciaticus dan arteri glutea superior.
d. Lengan (Deltoid)
Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar.
Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular
karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya
tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau
serabut saraf.
Hal yang diperhatikan dan teknik yang dilakukan adalah:
 Pasien dalam posisi duduk. Lokasi injeksi biasanya di pertengahan regio
deltoid, 3 jari di bawah sendi bahu. Luas area suntikan paling sempit
dibandingkan regio yang lain.
 Indikasi injeksi intramuskuler antara lain untuk menyuntikkan antibiotik,
analgetik, anti vomitus dan sebagainya.
 Volume obat yang diinjeksikan maksimal 1 mL.
 Organ penting yang mungkin terkena adalah arteri brachialis atau nervus
radialis. Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah
daripada yang seharusnya.
 Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang
peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang
mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
4. Kelebihan dan kekurangan pemberian obat dengan teknik intra muskular
 Kelebihan:
 Tidak diperlukan keahlian khusus,
 Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
 Absorbsi cepat obat larut dalam air.
 Kekurangan:
 Rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time)
 Bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
5. Prosedur Pemberian Obat Secara IM
a. Alat dan Bahan
1) Spuid steril dengan isi dari 2 hingga 10 cc (untuk maksud tertentu hingga
20 cc).
2) Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk dapat menusuk otot
dengan baik ( ± 6,5 cm).
3) Bak injeksi.
4) Bengkok.
5) Kassa.
6) Obat yang akan digunakan.
7) Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila perlu).
8) Handscone.
9) Kapas alkohol.
10) Cairan pelarut atau cairan steril.
11) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
b. Prosedur
1) Persiapkan alat terlebih dahulu,
2) Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah,
3) Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien dan pasiennya
tepat dengan cara melihat label obat dan buku catatan,
4) Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan,
5) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan,
6) Pakai handscoen,
7) Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya,
8) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis,
setelah itu letakkan kedalam bak injeksi. Sebelum itu pastikan lagi apakah
obat yang akan diberikan sudah benar,
9) Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan,
10) Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan dilakukan tindakan
penyuntikan,
11) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus,
12) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah,
masukkan obat secara perlahan hingga habis,
13) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alkohol, tutup spuit kembali dan kemudian
letakkan spuit yang telah digunakan kedalam bengkok,
14) Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien,
15) Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian,
16) Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah digunakan,
17) Cuci tangan.
B. INTRAVENA
1. Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Adapun tempat injeksi
adalah:
 Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika),
 Pada tungkai (vena saphenous),
 Pada leher (vena jugularis),
 Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).
Injeksi intravena dbiasanya dilakukan terhadap pasien yang dirawat di rumah
sakit. Injeksi intravena dapat dilakukan secara:
 Bolus : sejumlah kecil obat diinjeksikan sekaligus ke dalam pembuluh
darah menggunak an spuit perlahan-lahan.
 Infus intermiten : sejumlah kecil obat dimasukkan ke dalam vena melalui
cairan infus dalam waktu tertentu, misalnya Digoksin dilarutkan dalam 100
mL cairan infus yang diberikan secara intermiten).
 Infus kontinyu : memasukkan cairan infus atau obat dalam jumlah cukup
besar yang dilarutkan dalam cairan infus dan diberikan dengan tetesan
kontinyu.
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan
injeksi parenteral lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Macam-macam injeksi intravena
 secara langsung
Cara pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena
mediana cubiti cephalika (lengan), vena saphenosus (tungkai), vena
jugularis (leher), vena frontalis/ temporalis (kepala), yang bertujuan agar
reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah
 Secara tidak langsung
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan
obat ke dalam media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk
meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam
darah.
4. Hal yang harus diperhatikan sebelum injeksi intravena
 Tidak boleh ada gelembung udara di dalam spuit. Partikel obat benar-
benar harus terlarut sempurna.
 Melakukan pemasangan torniket 2 – 3 inchi di atas vena tempat injeksi
akan dilakukan,
 Melakukan desinfeksi lokasi pungsi secara sirkuler, dari dalam ke arah
luar dengan alkohol 70%, biarkan mengering.
 Cara melakukan injeksi intravena:
 Spuit dipegang dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap ke atas.
 Jarum ditusukkan dengan sudut 15°-30° terhadap permukaan kulit ke
arah proksimal sehingga obat yang disuntikkan tidak akan
mengakibatkan turbulensi ataupun pengkristalan di lokasi suntikan.
 Saat melakukan aspirasi percobaan.
 Bila tidak ada darah, berarti ujung jarum tidak masuk ke dalam
pembuluh darah. Anda boleh melakukan probing dan mencari
venanya, selama tidak terjadi hematom. Pendapat yang lain
menganjurkan untuk mencabut jarum dan mengulang prosedur.
 Bila darah mengalir masuk ke dalam spuit, berwarna merah terang,
sedikit berbuih, dan memiliki tekanan, berarti tusukan terlalu dalam
dan ujung jarum masuk ke dalam lumen arteri. Segera tarik jarum dan
langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi tadi
 Bila darah yang mengalir masuk ke dalam spuit berwarna merah
gelap, tidak berbuih dan tidak memiliki tekanan, berarti ujung jarum
benar telah berada di dalam vena. Lanjutkan dengan langkah
berikutnya.
 Setelah terlihat darah memasuki spuit, lepaskan torniket dengan hati-
hati (supaya tidak menggeser ujung jarum dalam vena) dan tekan
plunger dengan sangat perlahan sehingga isi spuit memasuki
pembuluh darah.
 Setelah semua obat masuk ke dalam pembuluh darah pasien, tarik
jarum keluar sesuai dengan arah masuknya.
 Tekan lokasi tusukan dengan kapas kering sampai tidak lagi
mengeluarkan darah, kemudian pasang plester.
 Bila injeksi dimasukkan melalui jalur intravena yang sudah terpasang:
 Tidak perlu memasang torniket
 Lakukan desinfeksi pada karet infus yang dengan kapas alkohol 70%,
tunggu mengering
 Injeksikan obat melalui jalur intravena dengan sangat perlahan.
 Setelah semua obat diinjeksikan, tarik jarum keluar. Lihat apakah
terjadi kebocoran pada karet jalur intravena.
 Lakukan flushing, dengan cara membuka pengatur tetesan infus
selama 30-60 detik untuk membilas selang jalur intravena dari obat.
 Injeksi intravena harus dilakukan dengan sangat perlahan, yaitu
minimal dalam 50-70 detik, supaya kadar obat dalam darah tidak
meninggi terlalu cepat.
 Karena pada teknik injeksi intravena obat demikian cepat tersebar ke
seluruh tubuh, harus dilakukan observasi pasca injeksi terhadap
pasien.
5. Langkah Kerja
a. Persiapan Peralatan
 Spuit dan jarum steril
 Obat yang diperlukan (vial atau ampul)
 Bak spuit steril
 Kapas alkohol
 Kassa steril untuk membuka ampul (bila perlu)
 Karet pembendung atau tourniquet
 Gergaji ampul (bila perlu)
 Bengkok (satu berisi cairan desinfektan)
 Pengalas ( bila perlu )
 Sarung tangan steril
 Daftar / formulir pengobatan
b. Persiapan Pasien
 Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute
pemberian.
 Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
 Jelaskan prosedur pada pasien.
 Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik koden
c. Langkah-langkah
 Siapkan obat, masukkan obat dari vial atau ampul dengan cara yang
benar
 Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks / berbaring dengan
tangan dalam keadaan lurus
 Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian
 Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan,
jaringan parut, kemerahan / inflamasi, gatal)
 Tentukan dan cari vena yang akan di tusuk (vena basilika dan sefalika)
 Memakai sarung tangan
 Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol
dari arah atas ke bawah menggunakan tangan yang tidak untuk
menginjeksi
 Lakukan pembendungan di bagian atas area penyuntikan dan anjurkan
klien mengepalkan tangan
 Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil
menunggu antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit
 Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan
jari telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah
 Regangkan kulit dengan tangan non dominan untuk menahan vena,
kemudian secara pelan tusukkan jarum dengan lubang menghadap ke
atas kedalam vena dengan posisi jarum sejajar dengan vena
 Pegang pangkal jarum dengan tangan non dominan sebagai fiksasi
 Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, bila terhisap darah
lepaskan tourniquet kepalan tangan klienkemudian dorong obat pelan -
pelan kedalam vena
 Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit, bekas tusukan ditekan
dengan kapas alkohol
 Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (guna mencegah
cidera pada perawat) pada tempat pembuangan secara benar
 Melepaskan sarung tangan dan merapihkan pasien
 Membereskan alat – alat
 Mencuci tangan
 Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada
lembar obat atau catatan perawat.
 Evaluasi respon klien terhadap obat (15 sampai dengan 30 menit)
C. SUBKUTAN
1. Pengertian
Obat diinjeksikan ke dalam jaringan di bawah kulit (subkutis). Obat yang
diinjeksikan secara subkutan harus obat-obat yang dapat diabsorpsi dengan
sempurna supaya tidak menimbulkan iritasi jaringan lemak subkutan.
2. Indikasi
Injeksi subkutan antara lain untuk menyuntikkan adrenalin pada shock
anafilaktik, atau untuk obat-obat yang diharapkan mempunyai efek sistemik
lama, misalnya insulin pada penderita diabetes.
3. Area/lokasi
Injeksi subkutan dapat dilakukan di hampir seluruh area tubuh, tetapi tempat
yang dipilih biasanya di sebelah lateral lengan bagian atas (deltoid), di
permukaan anterior paha (vastus lateralis) atau di pantat (gluteus). Area deltoid
dipilih bila volume obat yang diinjeksikan sebanyak 0.5 – 1.0 mL atau kurang.
Jika volume obat lebih dari itu (sampai maksimal 3 mL) biasanya dipilih di area
vastus lateralis.
4. Cara melakukan injeksi subkutan adalah:
a) Pilih area injeksi.
b) Sterilkan area injeksi dengan kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar
dari pusat ke tepi. Buka tutup jarum dengan menariknya lurus ke depan
(supaya jarum tidak bengkok), letakkan tutup jarum pada tray/ tempat
yang datar.
c) Stabilkan area injeksi dengan mencubit kulit di sekitar tempat injeksi
dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (jangan menyentuh tempat
injeksi).
d) Pegang spuit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, bevel jarum
menghadap ke atas.
e) Jarum ditusukkan menembus kulit, sampai jaringan lemak di bawah kulit
sampai kedalaman kurang lebih ¾ panjang jarum. Arah jarum pada injeksi
subkutan adalah membentuk sudut 450 terhadap permukaan kulit.
f) Lepaskan cubitan dengan tetap menstabilkan posisi spuit.
g) Aspirasi untuk mengetahui apakah ujung jarum masuk ke dalam
pembuluh darah atau tidak.
h) Injeksikan obat dengan menekan plunger dengan ibu jari perlahan dan
stabil, karena injeksi yang terlalu cepat akan menimbulkan rasa nyeri.
i) Tarik jarum keluar tetap dengan sudut 450 terhadap permukaan kulit.
Letakkan kapas alkohol di atas bekas tusukan
j) Berikan masase perlahan di atas area suntikan untuk membantu
merapatkan kembali jaringan bekas suntikan dan meratakan obat sehingga
lebih cepat diabsorpsi.
D. INTRAKUTAN
1. Pengertian
Pada injeksi Intrakutan, obat disuntikkan ke dalam lapisan atas dari kulit.
Teknik injeksi Intradermal sering merupakan bagian dari prosedur diagnostik,
misalnya tes tuberkulin, atau tes alergi (skin test), di mana biasanya hanya
disuntikkan sejumlah kecil obat sebelum diberikan dalam dosis yang lebih
besar dengan teknik lain (misal: diinjeksikan 0,1 mL antibiotik secara
Intradermal untuk skin test sebelum diberikan dosis lebih besar secara
intravena).
2. Indikasi
Injeksi intra dermal antara lain untuk vaksinasi BCG, skin test sebelum
menyuntikkan antibiotika dan injeksi alergen (contoh : injeksi lamprin untuk
desensitisasi).
3. Area/lokasi
Tempat injeksi yang dipilih biasanya bagian medial/ volair dari regio
antebrachi.
4. Prosedur injeksi Intradermal :
a) Posisi pasien : pasien duduk dengan siku kanan difleksikan, telapak
tangan pada posisi supinasi, sehingga permukaan volair regio antebrachii
terekspos.
b) Tentukan area injeksi.
c) Lakukan sterilisasi area injeksi dengan kapas alkohol.
d) Fiksasi kulit : menggunakan ibu jari tangan kiri, regangkan kulit area
injeksi, tahan sampai bevel jarum dinsersikan,
e) Pegang spuit dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap ke atas.
Jangan menempatkan ibu jari atau jari lain di bawah spuit karena akan
menyebabkan sudut jarum lebih dari 150 sehingga ujung jarum di bawah
dermis.
f) Jarum ditusukkan membentuk sudut 150 terhadap permukaan kulit,
menelusuri epidermis. Tanda bahwa ujung jarum tetap berada dalam
dermis adalah terasa sedikit tahanan. Bila tidak terasa adanya tahanan,
berarti insersi terlalu dalam, tariklah jarum sedikit ke arah luar.
g) Obat diinjeksikan, seharusnya muncul indurasi kulit, yang menunjukkan
bahwa obat berada di antara jaringan intradermal.
h) Setelah obat diinjeksikan seluruhnya, tarik jarum keluar dengan arah yang
sama dengan arah masuknya jarum.
i) Jika tidak terjadi indurasi, ulangi prosedur injeksi di sisi yang lain.
j) Pasien diinstruksikan untuk tidak menggosok, menggaruk atau mencuci/
membasahi area injeksi.
k) Tes tuberkulin : pasien diinstruksikan untuk kembali setelah 48-72 jam
untuk dilakukan evaluasi hasil tes tuberkulin.
l) Skin test/ allergy test : reaksi akan muncul dalam beberapa menit, berupa
kemerah-merahan pada kulit di sekitar tempat injeksi.

Sumber:
1. Bulan Kakanita Hermasari, Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Sri Mulyani, Heni
Hastuti. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Teknik Injeksi dan Pungsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
2. Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2 Buku 2.Jakarta : Salemba Medika.
3. Siti Lestari MN. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmakologi Dalam Keperawatan.
Cetakan Pertama. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
BPPSDM, Kemenkes RI
4. Stevens, P. J. M, dkk.1992.Ilmu Keperawatanjilid 2 edisi 2.Jakarta : EGC.
5. Sumber Internet: http://nikenprawesty.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html
6. Sumber video intramuscular: https://www.youtube.com/watch?v=qPPXRhBmouI
7. Sumber video intravena: https://www.youtube.com/watch?v=7gVYvYzBUHk
8. Sumber video subcutan: https://www.youtube.com/watch?v=qI3_1gZD82c
9. Sumber video intrakutan: https://www.youtube.com/results?search_query=intrakutan

Anda mungkin juga menyukai