OLEH :
NAMA : IRENEUS PAPE NO MBEONG
NIM : 22020120220121
NERS 37
I. SUNTIKAN (INJEKSI)
Suntik/injeksi Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita.
Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila:
1) Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap,
2) Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh
asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral,
3) Obat tidak diabsorpsi oleh usus,
4) Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif,
5) Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat
anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit),
6) Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi
kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).
Kelemahan teknik injeksi adalah:
1) Lebih mahal,
2) Rasa nyeri yang ditimbulkan.
3) Sulit dilakukan oleh pasien sendiri,
4) Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi,
5) Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi
dan teknik injeksi tidak tepat.
6) Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan
lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.
Teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah:
1) Injeksi intramuskuler: obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan
terjadi dalam 10-30 menit. Obat yang sering diberikan secara intramuskuler
misalnya: vitamin, vaksin, antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan
lain-lain.
2) Injeksi subkutan: obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit.
Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak banyak terdapat
pembuluh darah. Obat yang sering diberikan secara subkutan adalah : insulin,
anestesi lokal.
3) Injeksi intradermal/intrakutan: obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas,
sehingga akan timbul indurasi kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan
yang sering dilakukan yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
4) Injeksi intravena: obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga
menghasilkan efek tercepat, dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali
peredaran darah) obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan
secara intravena misalnya bermacam-macam antibiotika.
II. PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT INJEKSI
Dalam pemberian obat harus memperhatikan 6 prinsip pemberian obat yakni:
a) Benar Klien/Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi
dari gelang identitasnya.
b) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya,
perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c) Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi klien. Dosis yang diberikan
harus pula dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat
dan dosis yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien
(mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain. Serta melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat
tertentu.
d) Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dosis obat harian
diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x sehari,
4x sehari, dan 6x sehari. Sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½).
Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat
yang memiliki aktu paruh pendek diberika beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu. Pemberian obat juga memperhatikan dibeikan sbelum atau sesudah makan
atau bersama makan. Ingat pula untuk memberikan obat-obat seperti kalium dan
aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan
kontraindikasi pemeriksaan obat.
e) Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai. Obat
dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon
yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
f) Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan. Setelah obat itu diberikan, harus
didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien
menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan.
Sumber:
1. Bulan Kakanita Hermasari, Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Sri Mulyani, Heni
Hastuti. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Teknik Injeksi dan Pungsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
2. Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2 Buku 2.Jakarta : Salemba Medika.
3. Siti Lestari MN. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmakologi Dalam Keperawatan.
Cetakan Pertama. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
BPPSDM, Kemenkes RI
4. Stevens, P. J. M, dkk.1992.Ilmu Keperawatanjilid 2 edisi 2.Jakarta : EGC.
5. Sumber Internet: http://nikenprawesty.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html
6. Sumber video intramuscular: https://www.youtube.com/watch?v=qPPXRhBmouI
7. Sumber video intravena: https://www.youtube.com/watch?v=7gVYvYzBUHk
8. Sumber video subcutan: https://www.youtube.com/watch?v=qI3_1gZD82c
9. Sumber video intrakutan: https://www.youtube.com/results?search_query=intrakutan