Kesimpulan :
Pada metode diskusi terarah pada pelaksanaan timbang terima pasien antar perawat unit
dengan penilaian kerja dan pelatihan didapatkan hasil perawat hanya melakukan timbang
terima berdasarkan diagnosis medis saja tanpa ada diagnosis keperawatan.
Pada metode kuantitatif pada pelaksanaan timbang terima pasien untuk meningkatkan
komuniasi dengan menggunakan metode exhaustive didapatkan hasil identifikasi masalah
perawat dalam kategori efektif yaitu 78,7% dan tidak efektif 21,3%.
Pada metode crossectional dengan metode komunikasi SBAR, sebagian besar perawat sudah
mampu menerapkan komunikasi SBAR yaitu 31 perawat (77,5%) dengan kategori sangat
sesuai dan 5 orang (12,5%) dengan kategori sesuai.
Pada metode kualitatif deskriptif pada evaluasi pelaksanaan supervisi keperawatan dengan
menggunakan instrumen populasi dan sampel dengan teknik purpose sampling dan analisis
data kualitatif.
Pada metode Uji Dependent T-Test menggunakan kuesioner dalam meningkatkan
pelaksanaan cuci tangan lima momen.
Pada metode pengabdian dalam meningkatkan pelaksanaan supervisi keperawatan
menggunakan instrumen tahap penentuan masalah, identifikasi dan prioritas masalah dan
tahap analisis masalah dan rencana kegiatan melalui roleplay supervisi keperawatan.