Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

“Metode Drill dan Model Kooperatif Learning”

Oleh:
LISNA WATI
A1A6 20 026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah.Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Strategi dan Media Pembelajaran dengan Menggunakan
Metode Drill dan Model Kooperatif Learning ” dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti.Oleh karena itu, saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati ,saya selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Kendari, 16 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasn..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Drill dan Model Kooperatif Learning.................................3
B. Macam-macam Metode Drill dan Model Kooperatif Learning .........................4
C. Karakteristik Metode Drill dan Model Kooperatif Learning..............................6
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill dan Model Kooperatif Learning .......8
E. Langkah-langkah Metode Drill dan Model Kooperatif Learning....................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Oleh karena itu, peranan metode pengajaran
ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan
metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan
mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan
siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing,
sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Oleh karenanya
metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan
belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan
dan pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide.
Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dari definisi metode dan model pembelajaran, maka metode drill and practice
adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,
agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajari. Sedangkan cooperative learning adalah konsep yang lebih luas yang
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Metode Drill (latihan siap ) dan Model Kooperatif Learning ?
2. Apa saja Macam-macam Metode Drill (latihan siap) dan Model Kooperatif
Learning ?
3. Bagaimana Karakteristik Metode Drill (latihan siap) dan Model Kooperatif
Learning ?
4. Apa Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning ?
5. Bagaimana Langkah-langkah Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Metode Drill (latihan siap ) dan Model
Kooperatif Learning
2. Untuk Mengetahui Macam-macam Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning
4. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill (latihan siap) dan
Model Kooperatif Learning
5. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Drill dan Model Kooperatif Learning


1. Metode Drill (latihan siap)
Metode Drill adalah suatu pembelajaran dimana peserta didik melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar peserta didik memiliki ketangkasan atau ketrampilan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajar. dipelajari. Dan untuk memperoleh
kecakapan motorik”. Berikut ini pengertian Metode Drill menurut para ahli yaitu :
a. Menurut Roestiyah, ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa
memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari.
b. Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang
dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan
dapat disempurnakan dan siap-siagakan.
c. Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi
secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara
latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik.
d. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, metode drilladalah suatu
cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
2. Model Kooperatif Learning
Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh
beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai
berikut :
a. Menurut Salvin (1995) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah
suatu model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam belajar.
b. Menurut Anite lie (2000) cooperative learning adalah pembelajaran gotong-
royong yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan peserta didik
untuk bekerja sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang terstruktur
(tugas yang telah ditentukan)
c. Menurut Azizah (1998) cooperative learning merupakan strategi pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai
tujuan.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-
kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam
proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Falsafah yang
mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong royong) dalam
pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah
makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran
langsung.

B. Macam-Macam Metode Drill dan Model Kooperatif Learning


1. Metode Drill (latihan siap)
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik,
yaitu sebagai berikut :
a. Teknik Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk
bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang
diberikan.
b. Teknik Discovery (penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, diskusi.
c. Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai
tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
d. Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar
berdasarkan performan (kompetensi).
e. Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Model Kooperatif Learning
Dalam cooperative learning terdapat beberapa model yang di terapkan di antar
lain :
1. Jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif, yang terdiri atas empat orang siswa sehingga setiap
anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang
bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri atas dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas kooperatifnya dalam :
a) Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.
b) Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtipok lainnya juaga bertindak serupa. Dengan demikian, seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam
kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. model ini mendorong
siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara
bertahap.
2. Group Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Thelen. Berbeda dengan STAD dan Jigsau, para model ini siswa terlibat dalam
perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan mereka. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang
lebih terpusat dari guru. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dam beberapa kasus, kelompok dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka
menpertimbangkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
3. Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran oleh guru,
kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan
kelompokmempunyai peran masing-masing.

4. TGT (Team Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen, tugas
tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan yaitu dengan
cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika
waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian rapor.
5. Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang,
bergantung pada apa yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa
dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya
dalam bekerja sama. Dalam metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a) Siswa bebas mengambil keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam
situasi dan waktu yang berbeda.
c) Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa mengalami pengamatan
pada saat melakukan permainan.
d) Permaian merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
6. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan
menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi
kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen,
terdiri atas perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis
dengan cara berdiskusi. Secara individual, setiap minggu atau setiap dua
minggu,siswa diberi kuis. Kuis tersebut diberi skor dan setiap siswa diberi skor
perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap
minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-
tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi, atau
siswa mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang, seluruh tim
mencapai kriteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu.

C. Karakteristik Metode Drill dan Model Kooperatif Learning


1. Metode Drill (letihan siap)
Secara umum pembelajaran dengan metode latihan siap (drill) biasanya
digunakan agar :
a) Siswa memperoleh kecakapan motorik, seperti mengulas, menghafal,
membuat alat-alat, menggunakan alat/mesin, permainan, dan atletik.
b) Siswa memperoleh kecakapan mental, seperti melakukan perkalian,
menjumlah, mengenal tanda-tanda/ simbol, dsb.
c) Assosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunan
simbol, membaca peta, dsb.
d) Dalam mengajarkan kecakapan, dengan metode latihan siap guru harus
mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti,kecakapan sebagai
penyempurnaan dari suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis
semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya
menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan
yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat
harus sesuai dengan situasi dan kondisi.
Metode drill/ latihan siap tepat digunakan:
a) Apabila pelajaran dimaksudkan untuk pelajaran yang sudah diberikan atau
yang sedang berlangsung.
b) Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa dalam
mengerjakan sesuatu dan melatih siswa untuk berfikir cepat.
c) Metode ini digunakan untuk memperkuat daya tanggapan siswa terhadap
pelajaran.
2. Model Kooperatif Learning
Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat
siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok
yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga
dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk
ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar
setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung
jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui
tes maupun non tes.
3. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur
tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang
kurang pintar.
4. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas
dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat
menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.
Menurut Arends (2007: 5), bahwa pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan
tinggi.
c) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan
gender.
d) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill (latihan siap) dan Model
Kooperatif Learning
1. Metode Drill
a. Kelebihan Metode Drill (latihan siap)
Beberapa keuntungan dalam pemanfaatan metode drill adalah sebagai berikut:
a) Dalam waktu yang relatif singkat, siswa dapat dengan cepat memperoleh
penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
b) Dapat menanamkan pada siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
c) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
d) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan antara siswa yang
disiplin dan yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya pengajaran.
e) Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan
lebih kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena seluruh fikiran,
perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b. Kelemahan Metode Drill (latihan siap)
Di samping keuntungan yang ada, ada beberapa kelemahan dalam metode ini,
antara lain:
a) Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang
berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran
dalam pengajaran yang diberikan.
b) Kurang memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan.
c) Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan dalam memberikan stimulus
siswa dibiasakan bertindak otomatis.
d) Dapat menimbulkan verbalisme.
e) Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius
mudah sekali menimbulkan kebosanan.
f) Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri
siswa, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
Kelemahan-kelemahan di atas dapat diatasi dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1) Guru mengarahkan siswa untuk memberikan respons yang maksimal dan
reaksi yang tepat.
2) Jika terdapat kesulitan pada siswa saat merespons, mereaksi, hendaknya guru
segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
3) Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respons yang
betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat
mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4) Usahakan siswa memiliki ketepatan merespons kemudian kecepatan
merespon.
5) Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan
dalam latihan hendaknya dimengerti oleh siswa.
2. Model Kooperatif Learning
a. Kelebihan Model Kooperatif Learning
Belajar Kooperatif mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan belajar kooperatif
menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah sebagai berikut.
a) Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain
b) Meningkatkan prestasi siswa
c) Memperdalam pemahaman siswa
d) Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar
e) Menyenangkan siswa
f) Mengembangkan sikap kepemimpinan
g) Mengembangkan sikap positif siswa
h) Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan
i) Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri
j) Membuat belajar secara inklusif, dan
k) Mengembangkan rasa saling memiliki.
b. Kelemahan Model Kooperatif Learning
Selain mempunyai kelebihan pembelajarn kooperatif juga mempunyai
beberapa kelemahan. Menurut Dess (1991: 411) beberapa kelemahan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut.
a) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target
kurikulum
b) Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak
mau menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
c) Menuntut sifat tertentu pada siswa, misalnya sifat suka bekerja sama
d) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu
e) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,
f) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
g) Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.

E. Langkah-langkah Metode Drill (Latihan Siap) dan Model Kooperatif


Learning
1. Metode Drill (latihan siap)
Langkah-langkah penerapannya metode drill di kelas, latihan dapat dilakukan
dalam berbagai kegiatan belajar, baik secara lisan maupun secara tulisan, dalam
bentuk mental maupun fisik. Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai
kegiatan belajar, tidaklah berarti bahwa setiap metode ini harus dipakai dalam semua
aktifitas pembelajaran. Pengggunaan metode ini tergantung pada keperluan-keperluan
khusus, seperti pembiasaan mengerjakan sholat, membaca al-Qur’an, dan sejenisnya.
Sebelum melaksanakan metode drill, guru harus mempertimbangkan tentang
sejauhmana kesiapan guru, siswa dan pendukung lainnya yang terlibat dalam
penerapan metode ini.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain :
a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa
b) Tentukan dengan jelas keterampilan secara spesifik dan berurutan
c) Tentukan rangkaian gerakan atau langkah yang harus dikerjakan untuk
menghindari kesalahan
d) Lakukan kegiatan pradrill sebelum menerapkan metode ini secara penuh
b. Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan
Dalam langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh guru
diantaranya mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentuk-bentuk latihan
yang akan dilakukan.
b) Langkah pelaksanaan
1) Memulai latihan dengan hal-hal yang sederhana dulu
2) Ciptakan suasana yang menyenangkan/menyejukkan
3) Yakinkan bahwa semua siswa tertarik untuk ikut
4) Berikan kesempatan \kepada siswa untuk terus berlatih
c) Langkah mengakhiri
Apabila latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi
untuk siswa terus melakukan latihan secara berkesinambungan sehingga latihan yang
diberikan dapat semakin melekat, terampil dan terbiasa.
c. Penutup
1) Melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan
oleh siswa.
2) Memberikan latihan penenangan.
2. Model Kooperatif Learning
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi
pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan
sosial yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya
proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir materi tugas-tugas
yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok oleh siswa
melalui keaktifan semua anggota kelompok.
2) Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi
pelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika
belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru
terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari
kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran.
3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan
membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam
pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan
terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh
para siswa dalam kelas.
Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2) Menyajikan informasi
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5) Evaluasi
6) Memberikan penghargaan
Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah ini
diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara
verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama
mereka. Langkah terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir
kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu agar siswa dapat
termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok.
Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan kebersamaan dalam
belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari siswa untuk aktif dalam
kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam kelompok maka hal itu dapat
mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan
dengan rendahnya kerjasama dalam kelompok
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode Drill adalah suatu pembelajaran dimana peserta didik melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar peserta didik memiliki ketangkasan atau ketrampilan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajar. dipelajari. Dan untuk memperoleh
kecakapan motorik”. Sedangkan Pembelajaran cooperative learning bukanlah
gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode
ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-
tugas atau laporan tertentu.
Dalam strategi pembelajaran ada macam-macam dari metode drill dan model
kooperatif learning yang digunakan untuk melakukan strategi pembelajaran antara
lain, yaitu teknik inquiry, teknik discovery, teknik micro teaching, teknik modul
belajar, dan teknik belajar mandiri. Sedangkan dalam model kooperatif learning
mempunyai beberapa bentuk model pembelajaran antara lain, yaitu model jigsaw,
model, model group invesgation, model listening team, model TGT (Team Games
Tournament), model royel playing, dan model student teams achievement division
(STAD).
Karakteristik yang digunakan dalam metode drill yaitu:
a. Siswa memperoleh kecakapan motorik
b. Siswa memperoleh kecakapan mental
c. Siswa memperoleh asosiasi yang dibuat
d. Siswa memperoleh dalam mengerjakan kecakapan,
Sedangkan karakteristik untuk model kooperatif learning yaitu:
a. Pembelajaran secara tim
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
c. Kemauan untuk bekerja sama
d. Keterampilan bekerja sama
Kelebihan dan kelemahan metode drill dalam strategi pembelajaran yaitu:
a. Kelebihan Metode Drill (latihan siap)
Beberapa keuntungan dalam pemanfaatan metode drill adalah sebagai berikut:
1) Dalam waktu yang relatif singkat, siswa dapat dengan cepat memperoleh
penguasaan dan keterampilan yang diharapkan.
2) Dapat menanamkan pada siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
3) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
4) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan antara siswa yang
disiplin dan yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya pengajaran.
5) Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan
lebih kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena seluruh fikiran,
perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b. Kelemahan Metode Drill (latihan siap)
Di samping keuntungan yang ada, ada beberapa kelemahan dalam metode ini,
antara lain:
1) Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang
berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran
dalam pengajaran yang diberikan.
2) Kurang memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan.
3) Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan dalam memberikan stimulus
siswa dibiasakan bertindak otomatis.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
5) Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius
mudah sekali menimbulkan kebosanan.
6) Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri
siswa, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru. Sedangkan dalam
model kooperatif learning juga mempunyai kelebihan dan kelemahan
a. Kelebihan Model Kooperatif Learning
Kelebihan belajar kooperatif menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah sebagai
berikut.
1) Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain
2) Meningkatkan prestasi siswa
3) Memperdalam pemahaman siswa
4) Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar
b. Kelemahan Model Kooperatif Learning
Menurut Dess (1991: 411) beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut.
1) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target
kurikulum
2) Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak
mau menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
3) Menuntut sifat tertentu pada siswa, misalnya sifat suka bekerja sama
4) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu
Langkah-langkah Metode Drill (Latihan Siap) dan Model Kooperatif Learning
1. Metode Drill (latihan siap)
Langkah-langkah penerapannya metode drill di kelas, latihan dapat dilakukan
dalam berbagai kegiatan belajar, baik secara lisan maupun secara tulisan, dalam
bentuk mental maupun fisik. Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai
kegiatan belajar, tidaklah berarti bahwa setiap metode ini harus dipakai dalam semua
aktifitas pembelajaran. Pengggunaan metode ini tergantung pada keperluan-keperluan
khusus, seperti pembiasaan mengerjakan sholat, membaca al-Qur’an, dan sejenisnya.
2. Model Kooperatif Learning
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Guru merancang pembelajaran
2) Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil
3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan
membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok
4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempersentasekan hasil kerjanya
Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2) Menyajikan informasi
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5) Evaluasi

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan masih kelemahan sehingga dalam hal ini penulis sanngat membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dalam semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini & Abdul Ghofur, dkk. Methodik Pendidikan Agama. Surabaya: Usana
Offset Printing 1983.
Nasih, Ahmad Munjuin, dkk. Metode & teknik Pembelajaran PAI. Bandung: Refika
Aditama, 2009.
Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Wena, Made. 2010, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta.
Uno B, Hamzah. 2007, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efetif. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Hamdani, dkk. 2011, Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai