Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN EPIDEMIOLOGI

TENTANG PENYAKIT
‘’ SKIZOFRENIA ‘’

DOSEN MATAKULIAH
Firdaus.SKM,M,Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 6
1. SAYFUDIN IYBA
2. AZAN ALFARIZI
3. FERA SUHADA
4. RAHMADYANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI D IV KEPERAWATAN PALU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
TINGKAT IV B
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang MahaEsa yang


telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah keperawatan “skizofrenia“. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah
satu tugas dalam mata kuliah keperawatan
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.

palu, 04 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..........................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................
C. TUJUAN..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI
1. DEFINISI........................................................................................
2. TIPE TIPE SKIZOFRENIA...........................................................
a. SKIZOFRENIA TIPE PARANOID.........................................
b. SKIZOFRENIA TIPE DISORGANIZED................................
c. SKIZOFRENIA TIPE KATATONIK......................................
d. SKIZOFRENIA TIPE UNDIFFERENTIATED......................
e. SKIZOFRENIA TIPE RESIDUAL..........................................
3. ETIOLOGI......................................................................................
a. GENETIC.................................................................................
b. PERKEMBANGAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN..........
c. FAKTOR BIOKIMIA..............................................................
d. FAKTOR RESIKO...................................................................
4. MANIFESTASI KLINIS................................................................
a. GEJALA POSITIF SKIZOFRENIA........................................
b. GEJALA NEGATIF SKIZOFRENIA......................................
5. PATOFISIOLOGI..........................................................................
a. ABNORMALITAS ANATOMI...............................................
b. ABNORMALITAS NEUTRANSMITTER.............................

BAB III PENUTUP..........................................................................................

A. KESIMPULAN.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan
gangguan dasar pada kepribadian,distorsi khas pada proses pikir. Kadang -
kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan kekuatan dari
luar. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi atau tumpul
(Ibrahim, 2005). Menurut data World Health Organization (WHO), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah
yang sangat serius.
Pada tahun 2001 WHO menyatakan, paling tidak ada satu dari empat
orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. WHO memperkirakan ada
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia
Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami
gangguan neuropsikiatri. Hal ini dapat dilihat dari data survey kesehatan
Rumah Tangga (SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak
264 dari 1000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan)
mengatakan bahwa jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat
sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan
jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja
sampai skizofrenia.
Di era globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh
penderita tidak hanya dari kalangan kelasa bawah, sekarang kalangan pejabat
dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga terkena gangguan jiwa (Yosep,
2009). Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu
menggembirakan. Sekitar 25 persen pasien dapat pulih dari episode awal dan
fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid sebelum munculnya gangguan
tersebut. Sekitar 25 persen tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya
cenderung memburuk. Sekitar 50 persen berada diantaranya, ditandai ada
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat. Mortalitas pasien skizofrenia lebih tinggi secara
signifikan daripada populasi umum. Sering terjadi bunuh diri, gangguan fisik
yang menyertai, masalah penglihatan dan gigi, tekanan darah tinggi, diabetes,
penyakit yang ditularkan secara seksual (Arif, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu skizofrenia?


2. Apa gejala serta penyebab skizofrenia?
3. Bagaimana patofisiologis dari skizofrenia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu skizofrenia.


2.. Untuk mengetahui etiologi/penyebab dari skizofrenia.
3. Untuk mengetahui patofisiolgis dari skizofrenia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.KAJIAN TEORI
1. DEFINISI SKIZOFRENIA
Schizophrenia atau dikenal juga sebagai skizofrenia adalah
penyakit kejiwaan umum yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi dan
perilaku seseorang. Seseorang dengan penyakit ini akan sulit untuk
memahami kenyataan yang ada di sekitar mereka. Mereka dapat
mendengar suara yang tidak didengar oleh orang sekitarnya. Mereka
memiliki pikiran dan kecurigaan seperti percaya bahwa orang lain dapat
membaca pikiran dan mengancam mereka. Hal ini mengakibatkan seseorang
yang mengalami hal ini akan merasakan ketakutan dan sangat gelisah.
Umumnya terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.
Skizofrenia adalah salah satu bentuk gangguan psikosis yang
menunjukkan beberapa gejala psikotik, ditambah dengan cerita lain seperti
jangka waktu, konsekuensi dari gangguan tersebut dan tidak tumpang tindih
dengan gangguan lain yang mirip. Pasien psikotik tidak dapat mengenali
atau tidak memiliki kontak dengan realitas. Beberapa gejala psikotik adalah
delusi, halusinasi, pembicaraan kacau, tingkah laku kacau (Arif, 2006).
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart, 2002).
2. TIPE-TIPE SKIZOFRENIA
a. Skizofrenia Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah adanya waham yang
mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi
kognitif dan efek yang relatif masih terjaga. Wahamnya biasanya adalah
waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain
misalnya waham kecemburuan, keagamaan mungkin juga muncul (Arif ,
2006).
Kriteria diagnostik untuk skizofrenia tipe paranoid :
1) Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau sering mengalami
halusinasi auditorik.
2) Tidak ada ciri berikut yang mencolok : bicara kacau, motorik kacau
atau katatonik, efek yang tak sesuai atau datar.
b. Skizofrenia Tipe Disorganized
Ciri utama disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah
laku kacau dan afek yang datar. Pembicaraan yang kacau dapat disertai
kekonyolan dan tertawa yang tidak berkaitan dengan isi pembicaraan.
Disorganisasi tingkah laku misalnya : kurangnya orientasi pada tujuan
dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup
seharihari (Arif , 2006).
Kriteria diagnostik skizofrenia tipe disorganized:
a. Gejala ini cukup menonjol : Pembicaraan kacau, tingkah laku kacau.
b. Tidak memenuhi untuk tipe katatonik.
c. Skizofrenia Tipe Katatonik
Ciri utama pada skizofrenia tipe katatonik adalah gangguan pada
psikomotor yang dapat meliputi ketidak-bergerakan motorik, aktivitas
motor yang berlebihan, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi,
gerakan gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain atau
mengikuti tingkah laku orang lain (Arif , 2006).
Kriteria diagnostik skizofrenia tipe katatonik :
1) Aktivitas motor yang berlebihan.
2) Negativisme yang ekstrim (tanpa motivasi yang jelas, bersikap sangat
menolak pada segala instruksi atau mempertahankan postur yang kaku
untuk menolak dipindahkan) atau sama sekali diam.
3) Gerakan-gerakan yang khas dan tidak terkendali.
4) Menirukan kata-kata orang lain atau menirukan tingkah laku orang lain
(Arif ,2006).
d. Skizofrenia tipe undifferentiated
Skizofrenia jenis ini gejalanya sulit untuk digolongkan pada tipe
skizofrenia tertentu (Arif.2006).
e. Skizofrenia tipe residual
Diagnosa skizofrenia tipe residual diberikan bilamana pernah ada
paling tidak satu kali episode skizofrenia, tetapi gambaran klinis saat ini
tanpa simtom positif yang menonjol. Terdapat bukti bahwa gangguan
masih ada sebagaimana ditandai oleh adanya negatif simtom atau simtom
positif yang lebih halus. Kriteria diagnostik untuk skizofrenia tipe residual:
1) Tidak ada yang menonjol dalam hal delusi, halusinasi, pembicaraan
kacau, tingkah laku kacau atau tingkah laku katatonik
2) .Terdapat bukti keberlanjutan gangguan ini, sebagaimana ditandai oleh
adanya simtomsimtom negatif atau dua atau lebih simtom yang
3) terdaftar di kriteria A untuk skizofrenia, dalam bentuk yang lebih ringan
(Arif ,2006).
3. ETIOLOGI SKIZOFRENIA
Etiologi pasti schizophrenia (skizofrenia) tidak diketahui secara
pasti, tetapi berhubungan dengan faktor genetik, perkembangan, dan faktor
lingkungan.
a. Genetik
Walaupun studi telah membuktikan adanya hubungan genetik
dengan kejadian schizophrenia namun penyebabnya masih belum jelas
hingga saat ini. Sebuah studi schizophrenia juga mengatakan bahwa
faktor-faktor nongenetik lainnya juga berperan terhadap kejadian
schizophrenia. Dalam kasus kembar monozigot, kemungkinan salah
satunya menderita schizophrenia adalah sebesar 48% dan risikonya
adalah 12-14% pada kasus kembar dizigot. Dalam kasus lainnya, anak
dengan orang tua yang menderita schizophrenia memiliki peluang 40%.
Studi yang mempelajari antara orang normal dengan keluarga
yang memiliki riwayat schizophrenia didapatkan bahwa setidaknya ada
dua pengaruh yang diwariskan dalam schizophrenia baik itu gejala
positif, negatif maupun kognitif. Frekuensi gangguan kepribadian yang
berhubungan dengan schizophrenia dan gejala psikosis lebih tinggi pada
kelompok dengan riwayat schizophrenia dibandingkan dengan kelompok
normal.
b. Perkembangan dan Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap etiologi
schizophrenia selama tiga dekade adalah hipotesis perkembangan saraf.
Hal ini dimulai dari awal kehamilan, termasuk stres ibu, defisiensi
nutrisi, infeksi ibu, retardasi pertumbuhan intrauterin dan komplikasi saat
kehamilan dan kelahiran. Namun penyebab lainnya juga telah dikaitkan
dengan schizophrenia. Sebagai contoh, stresor sosial misalnya
diskriminasi atau kesulitan ekonomi dapat membuat seseorang
cenderung berpikir delusional atau paranoid.
Penemuan lainnya menunjukkan bahwa prevalensi
schizophrenia lebih tinggi terjadi pada individu yang lahir selama akhir
musim dingin atau awal musim semi, adanya hubungan antara individu
yang dilahirkan dan dibesarkan di daerah perkotaan dengan perdesaan,
dan individu yang memiliki ayah dengan usia relatif tua namun
hubungan antara anak dan orang tua juga perlu diperhatikan. Penemuan
baru-baru ini juga menunjukkan penyalahgunaan ganja pada masa
remaja khususnya penyalahgunaan senyawa dengan kandungan
tetrahydrocannabinol (THC) yang tinggi juga dapat menjadi salah satu
faktor yang tinggi. Demikian juga beberapa pengaruh lain seperti cedera
atau trauma pada kepala, penyakit autoimun, epilepsi, serta infeksi parah.
c. Faktor Biokimia
Beberapa jalur biokimia memiliki kontribusi pada
schizophrenia. Sejumlah neurotransmiter telah dikaitkan dengan
gangguan ini, sebagian besar didasarkan pada respons pasien terhadap
agen psikoaktif. Dopamin, serotonin, norepinefrin, GABA dan glutamat
adalah neurotransmiter umum yang terlibat dalam patogenesis
schizophrenia.
Peran dopamin dalam schizophrenia didasarkan pada hipotesis
yang berasal dari dua studi. Pertama, kelompok obat yang menghambat
fungsi dopamin yang biasa dikenal sebagai fenotiazin dapat mengurangi
gejala psikotik. Kedua, amfetamin yang meningkatkan pelepasan
dopamin dapat menyebabkan psikosis paranoid dan memperburuk gejala
schizophrenia serta disulfiram menghambat dopamin hidroksilase juga
memperburuk gejala schizophrenia.
Peran glutamat dalam schizophrenia juga didasarkan pada
hipotesis bahwa dengan berkurangnya fungsi NMDA glutamat dapat
memicu terjadinya schizophrenia. Hal ini juga dibuktikan pada otak post
mortem yang sebelumnya didiagnosis dengan schizophrenia memiliki
kadar glutamat yang rendah. Mengkonsumsi phencyclidine dan ketamin
antagonis glutamat juga menyebabkan sindrom akut dan gangguan
kognitif yang mirip dengan schizophrenia.
Peran serotonin dalam schizophrenia ditunjukkan pada gejala
negatif dan positif jika kadar serotonin individu berlebih. Aktivitas
antagonis serotonin (clozapine) dan antipsikotik generasi kedua lainnya
ditambah dengan efektivitas clozapine dapat membantu mengurangi
gejala positif pada pasien dengan gangguan ini.
d. Faktor Risiko
Faktor risiko schizophrenia atau lebih dikenal dengan
skizofrenia didapatkan pada kelompok kelompok tertentu, dengan faktor
risiko yang dapat maupun tidak dapat dimodifikasi dapat mempengaruhi
perkembangan schizophrenia.
1. Prenatal dan Perinatal
Individu yang mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
kelahiran memiliki risiko schizophrenia yang tinggi. Hal ini
kemungkinan besar dapat terjadi akibat otak janin yang terpapar oleh
infeksi ibu saat hamil atau malnutrisi ibu termasuk asam folat atau
vitamin D, namun belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai
fenomena ini. Kemungkinan besar ini diakibatkan oleh
perkembangan otak dan saraf pada awal kelahiran.
2. Usia Ayah
Menurut sebuah penelitian pria yang menjadi seorang ayah
dalam usia yang sudah lanjut memiliki peluang yang lebih besar
memiliki anak dengan gangguan schizophrenia atau skizofrenia.
Walaupun belum ada bukti apakah ini disebabkan oleh faktor
psikologis atau biologis.
3. Jenis Kelamin
Schizophrenia lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan pada wanita dengan ratio risiko 1,4/1. Penyakit ini juga
lebih parah terjadi pada pria, sering terjadi pada usia 20-24 tahun
namun lebih lama 5 tahun atau lebih pada wanita. Faktor Lingkungan
dan Sosial
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Psychoses
didapatkan angka kejadian schizophrenia atau skizofrenia lebih besar
terjadi pada orang-orang yang lahir atau tinggal di pusat kota
dibandingkan dengan yang lahir dan tinggal di daerah pedesaan.
4. Penyalahgunaan Obat-obatan
Penyalahgunaan obat-obatan seperti amfetamin,
metamfetamin dan kokain terutama pada usia remaja dan dengan
dosis yang tinggi dapat meningkatkan angka kejadian schizophrenia
(skizofrenia) terutama tipe paranoid. Walau demikian hubungan
substance use disorder ini dengan schizophrenia hanya bersifat
asosiasi, bukan kausal.
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala Positif Skizofrenia :
1) Delusi atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional.
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu
tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinansi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.
Misalnya penderita mendengar bisikan - bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari bisikan itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.
Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman
terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan (Hawari, 2007).
b. Gejala negatif skizofrenia :
1) Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun.
3) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berfikir abstrak.
6) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif dan
serba malas (Hawari.2007).
5. PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi schizophrenia (skizofrenia) dapat disebabkan oleh
abnormalitas anatomi dan reseptor neurotransmiter yang berperan,
abnormalitas fungsi sistem imun, dan proses inflamasi.
1. Abnormalitas Anatomi
Studi neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan otak pada
orang normal dengan pasien schizophrenia. Hal ini dapat terlihat pada
gambaran ventrikel yang membesar, penurunan volume otak di daerah
temporal, medial dan area hippocampus. Studi lainnya menggunakan
MRI menunjukkan kelainan anatomi pada jaringan neokortikal dan area
limbik serta area white-matter. Studi metaanalisis menemukan bahwa
area white-matter berkurang pada schizophrenia.
Studi oleh Edinburgh dengan otak menunjukkan adanya
pengurangan volume seluruh otak dan volume lobus prefrontal dan
temporal kiri dan kanan pada 17 dari 146 orang yang memiliki risiko
genetik tinggi mengalami schizophrenia. Perubahan pada lobus
prefrontal dikaitkan dengan peningkatan keparahan gejala psikotik yang
akan ditunjukkan oleh pasien.
Dalam studi meta-analisis lainnya dari 27 studi MRI secara
longitudinal yang membandingkan pasien schizophrenia dalam
kelompok kontrol menemukan adanya kelainan struktural otak yang
berkembang seiring berjalannya waktu. Kelainan struktural ini termasuk
hilangnya volume seluruh otak pada white and gray-matter dan
peningkatan volume ventrikel lateral.
2. Abnormalitas Neurotransmiter
Patofisiologi schizophrenia yang paling mendasar adalah teori
mengenai abnormalitas neurotransmiter. Sebagian besar teori ini
menyatakan adanya kekurangan ataupun kelebihan neurotransmiter,
termasuk dopamin, serotonin dan glutamat. Teori lainnya melibatkan
aspartat, glisin dan asam gamma-aminobutyric (GABA) sebagai bagian
dari ketidakseimbangan neurokimia pada schizophrenia.
Aktifitas abnormal pada reseptor dopamin diduga berperan
besar pada kejadian schizophrenia. Empat jalur dopaminergik juga ikut
terlibat :
a. Jalur nigrostriatal berasal dari substansia nigra dan berakhir pada
nukleus kaudatus. Tingkat dopamin yang rendah dalam jalur ini
mempengaruhi sistem ekstrapiramidal yang mengarah ke gejala
motorik
b. Jalur mesolimbik berasal dari area ventral tegmental (VTA) ke area
limbik dan berperan dalam gejala ‘positif’ schizophrenia
c. Jalur mesokortikal berlanjut dari VTA ke area korteks. Gejala negatif
schizophrenia dan defisit kognitif diduga disebabkan oleh tingkat
dopamin yang rendah pada jalur ini
d. Jalur tuberoinfundibular merupakan jalur dari hipotalamus ke
kelenjar hipofisis. Penurunan atau blokade dopamin pada jalur ini
meningkatkan kadar prolaktin sehingga mengakibatkan terjadinya
galaktorea, amenorrhea dan penurunan libido.
3. Abnormalitas Neurotransmiter akibat Obat
Teori lainnya berhubungan dengan lysergic acid diethylamide
(LSD) yang dapat meningkatkan kadar serotonin di otak. Rangsangan
aktivitas glutamat juga dapat memicu terjadinya schizophrenia, hal ini
diperoleh dari penemuan bahwa fenilkisid dan ketamin, dua antagonis
NMDA / glutamat nonkompetitif menginduksi gejala seperti
schizophrenia.
Penelitian selanjutnya mengarah pada pengembangan
senyawa-senyawa yang dapat menghambat reseptor dopamin, serotonin
dan reseptor lainnya sehingga diharapkan dapat mengurangi gejala
positif dan negatif schizophrenia.
4. Inflamasi dan Abnormalitas Fungsi Sistem Imun

Fungsi sistem imun mengalami gangguan pada schizophrenia.


Aktivitas sistem imun yang berlebih dapat menyebabkan ekspresi
berlebih dari sitokin inflamasi serta perubahan struktur dan fungsi otak.
Resistensi insulin dan gangguan metabolisme lainnya dikaitkan dengan
proses inflamasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Schizophrenia atau dikenal juga sebagai skizofrenia adalah


penyakit kejiwaan umum yang dapat mempengaruhi pikiran, emosi dan
perilaku seseorang. Ada beberapa Tipe zkisofrenia antara lain : skizofrenia
paranoid, Skizofrenia Tipe Disorganized, Skizofrenia Tipe Katatonik,
Skizofrenia tipe undifferentiated, Skizofrenia tipe residual . Sementara
penyebab dari skizofrenia sendiri belum di ketahui pasti, tetapi
berhubungan dengan faktor genetik, perkembangan, dan faktor
lingkungan.
Gejala yang timbul akibat skizofrenia adalah : Delusi atau
Waham, Halusinansi, Kekacauan alam pikir, Gaduh, gelisah, tidak dapat
diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira
berlebihan, Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba
hebat dan sejenisny, Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-
akan ada ancaman terhadap dirinya, serta Menyimpan rasa permusuhan
(Hawari, 2007), Menarik diri atau mengasingkan diri.
Sementara itu Patofisiologi schizophrenia (skizofrenia) dapat
disebabkan oleh abnormalitas anatomi dan reseptor neurotransmiter yang
berperan, abnormalitas fungsi sistem imun, dan proses inflamasi.
Daftar pustaka

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC

Schizophrenia. www.merck.com diakses tanggal 04 Oktober 2020

Schizophrenia. www.emedicine.com diakses tanggal 04 oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai