Dosen Pengampu :
Mochammad Mansur, SH. MH
1
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsumen...................................................................7
2.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen........................................8
2.3 Perlindungan Konsumen..............................................................10
2.4 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen..................................14
2.5 Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen....................................16
2.6 Hak dan Kewajiban Konsumen...................................................17
2.7 Hak dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen.....................19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................23.
Daftar Pustaka
2
KATA PENGANTAR
Konsumen adalah objek vital dalam setiap kegiatan berniaga
maupun berdagang. Tanpa ada seorang Konsumen, maka sebuah roda
ekonomi maupun bisnis tak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Konsumen bukan juga sebagai bagian terpenting dalam kegiatan
bertransaksi, tetapi Konsumen juga merupakan bagian terpenting
dalam roda bisnis setiap produsen. Tanpa ada seorang konsumen,
maika otomatis produsen tak mungkin bisa mendapatkan keuntungan
dari usahanya.
Akan tetapi, Konsumen adalah pihak yang tak terlepas pula dari
korban keburukan seorang produsen. Produsen sebagai pihak yang
membuat sedangkan konsumen sebagai pihak yang menerima
tentunya pasti akan selalu bersimbiosis. Banyaknya produsen yang
memanfaatkan situasi hanya untuk meraup keuntungan sedangkan
konsumen sendiri tidak mendapatkan keuntungan ialah sesuatu yang
sering terjadi di kalangan masyarakat itu sendiri.
Produsen sering sekali memalsukan produk hingga akhirnya
membuat Konsumen menjadi rugi. Tugas Produsen tak lain adalah
memberikan barang sedang Konsumen ialah pemberi uang. Secara
logika, nilai uang lebih tinggi daripada barang. Pihak Produsen yang
seharusnya mendapatkan uang dari seorang konsumen tentu akan
mendapatkan keuntungan yang jauh dua kali lipat lebih tinggi dengan
menindaskan seorang konsumen. Sedang, Konsumen mendapatkan
kerugian dari pihak produsen.
Maka dari itu, diterbitkanlah sebuah hukum mengenai
perlindungan konsumen. Hukum yang membahas perlindungan bagi
konsumen sekaligus pemberi petunjuk bagi Produsen dalam
memberikan jaminan pelayanan pada konsumen.
3
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian
yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan
kesejahteraan. Dengan adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan
konsumen dapatmenciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah
menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat unifikasi,
industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama
yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas
politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat
kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi
politik.
Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan
kesalahan-kesalahan pada tahap sebelumnya dengan menekankan
kesejahteraan masyarakat.
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan.
Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi
bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen
yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen
yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan,
maupun penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang
diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari
pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari,
konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.
Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang
4
menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah maupun konsumen itu sendiri tentang pentingnya
perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus
menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti
standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai.
Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta
peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen.
Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan
serta undang-undang tersebut dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan
perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk
meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak
langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan
usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari
oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak
yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen
sehingga dapat melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan
perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya undang undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya
perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.
5
6. Apa hak dan kewajiban konsumen ?
7. Apa Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan konsumen
2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum perlindungan konsumen
3. Untuk Mengetahui Maksud dari Perlindungan Konsumen
4. Untuk mengetahui azas dan tujuan dari perlindungan konsumen
5. Mengetahui Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen
6. Untuk mengetahui apa hak dan kewajiban dari konsumen
7. Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen
6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu
atau sese orang yangmenggunakan suatu persediaan atau sejumlah
barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi Kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari
pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang berststus
sebagai pemakai barang dan jasa.
Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen
sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau
pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang
/jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan
tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha;
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.
Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2
UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.”
Jadi, Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna
untuk memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi
7
dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu
golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah
Tangga Produksi (RTP).
2.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki
dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya
dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hakhak konsumen
bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Hukum Perlindungan
Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya,
permasalahan yang diatur dalam hukum
konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barang / jasa.
Pada tanggal 30 Maret 1999,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan
Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk
disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan.
RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april
1999.Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1),
Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No.
3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen
yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
8
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang
Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya
pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha. Konsumen yang
merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses
perkaranya secara hukum di badan penyelesaian sengketa konsumen
(BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam
soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU
Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum
lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai
berikut :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli
Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001
9
tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan
Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah
Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.
12
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement
Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia);
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Hak Cipta sebagai
mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang PerbankanPerlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha
melanggar hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena sudah
diatur dalamUndang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak
Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang
melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang melanggar ketentuan tentang HAKI.
13
Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup
tidak diatur dalam Undangundang tentang Perlindungan Konsumen
ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban setiap
orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup. Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya
undang- undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-
ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, Undang-
undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan paying yang
mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang
perlindungan konsumen.
14
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
material maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan
konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.
15
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.
16
baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak
dapat disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.
Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di
masyarakat merupakan petunjuk yang jelas
betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.
4. Kontrak bukan Syarat
Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi
merupakan syarat untuk
menetapkan eksistensi suatu huungan hukum .
17
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan .
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang/jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian,
jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen
yang dirumuskan dalam pasal
7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak
merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha
merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut
ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis
yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur
yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.
Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang
Perlindungan Konsumen, Kewajiban
Konsumen adalah :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
19
usaha/wirausahawan)Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga
memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku usaha sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 UUPK adalah:
1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Kewajiban produsen
1. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa
yang berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan
20
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang
dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.Bila diperhatikan dengan
seksama, tampak bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal
balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi
konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
Demikian pula dengan kewajiban konsumen merupakan hak
yang akan diterima pelaku usaha. Bila dibandingkan dengan
ketentuan umum di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampak
bahwa pengaturan UUPK lebih spesifik. Karena di UUPK pelaku
usaha selain harus melakukan kegiatan usaha dengan itikad baik, ia
juga harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, tanpa
persaingan yang curang antar pelaku usaha.Perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh seorang pelaku usaha
Pelaku usaha dilarang menawarkan jasa yang tidak memenuhi atau
tidak sesuai standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan
keterangan, iklan atau promosi atas penawaran jasa tersebut. Tidak
membuat perjanjian atas pengikatan jasa tersebut dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(pasal 8).
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
suatu barang dan atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah
secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan atau
jasa lain (pasal 9).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau
menyesatkan mengenai (Pasal 10)
21
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara cumacuma
dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak
sebagaimana yang dijanjikannya (pasal 13).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara
undian, dilarang untuk:
1. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan;
2. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
3. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dijanjikan. (pasal 14)
22
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pihak Konsumen berhak mendapat perlindungan melalui badan
pengawasan konsumen sehingga pihak produsen wajib mematuhi
peraturan yang berlaku guna mencegah terjadinya kecurangan antara
pihak produsen dan konsumen. Sehingga menciptakan sebuah
transaksi yang berkesinambungan.
3.2 SARAN
Perlu adanya pengawasan yang ketat terkait pengawasan
transaksi antara produsen dan konsumen, dan perlu adanya kerjasama
dengan penegak hukum yang sesungguhnya, baik itu dari Kepolisian
hingga Jaksa. Dan, perlunya jaring komunikasi yang cukup kuat
antara konsumen kepada badan hukum perlindungan konsumen.
23