Anda di halaman 1dari 23

Perlindungan Konsumen

Nama : Bayu Feriantomo


NIM : 19742011019
Fakultas : Hukum 5.01
Mata Kuliah : Hukum Perlindungan Konsumen

Dosen Pengampu :
Mochammad Mansur, SH. MH

1
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsumen...................................................................7
2.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen........................................8
2.3 Perlindungan Konsumen..............................................................10
2.4 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen..................................14
2.5 Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen....................................16
2.6 Hak dan Kewajiban Konsumen...................................................17
2.7 Hak dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen.....................19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................23.
Daftar Pustaka

2
KATA PENGANTAR
Konsumen adalah objek vital dalam setiap kegiatan berniaga
maupun berdagang. Tanpa ada seorang Konsumen, maka sebuah roda
ekonomi maupun bisnis tak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Konsumen bukan juga sebagai bagian terpenting dalam kegiatan
bertransaksi, tetapi Konsumen juga merupakan bagian terpenting
dalam roda bisnis setiap produsen. Tanpa ada seorang konsumen,
maika otomatis produsen tak mungkin bisa mendapatkan keuntungan
dari usahanya.
Akan tetapi, Konsumen adalah pihak yang tak terlepas pula dari
korban keburukan seorang produsen. Produsen sebagai pihak yang
membuat sedangkan konsumen sebagai pihak yang menerima
tentunya pasti akan selalu bersimbiosis. Banyaknya produsen yang
memanfaatkan situasi hanya untuk meraup keuntungan sedangkan
konsumen sendiri tidak mendapatkan keuntungan ialah sesuatu yang
sering terjadi di kalangan masyarakat itu sendiri.
Produsen sering sekali memalsukan produk hingga akhirnya
membuat Konsumen menjadi rugi. Tugas Produsen tak lain adalah
memberikan barang sedang Konsumen ialah pemberi uang. Secara
logika, nilai uang lebih tinggi daripada barang. Pihak Produsen yang
seharusnya mendapatkan uang dari seorang konsumen tentu akan
mendapatkan keuntungan yang jauh dua kali lipat lebih tinggi dengan
menindaskan seorang konsumen. Sedang, Konsumen mendapatkan
kerugian dari pihak produsen.
Maka dari itu, diterbitkanlah sebuah hukum mengenai
perlindungan konsumen. Hukum yang membahas perlindungan bagi
konsumen sekaligus pemberi petunjuk bagi Produsen dalam
memberikan jaminan pelayanan pada konsumen.

3
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian
yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan
kesejahteraan. Dengan adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan
konsumen dapatmenciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur.
Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah
menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat unifikasi,
industrialisasi, dan negara kesejahteraan. Pada tingkat yang pertama
yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integritas
politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional. Tingkat
kedua perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi
politik.
Akhirya pada tingkat ketiga tugas negara yang utama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan
kesalahan-kesalahan pada tahap sebelumnya dengan menekankan
kesejahteraan masyarakat.
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan.
Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi
bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen
yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,
masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Hak konsumen
yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama.
Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak
bermunculan berbagai macam produk barang/pelayanan jasa yang
dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi, iklan,
maupun penawaran barang secara langsung.
Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang
diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitas dari
pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari,
konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.
Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar
bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yang

4
menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah maupun konsumen itu sendiri tentang pentingnya
perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus
menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti
standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai.
Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang serta
peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan
berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke konsumen.
Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan
serta undang-undang tersebut dengan baik.
Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan
perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk
meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak
langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan
usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari
oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak
yang dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen
sehingga dapat melakukan sasial kontrol terhadap perbuatan dan
perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya undang undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya
perlindungan konsumen di indonesia dapat lebih diperhatikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsumen ?


2. Bagaimana dasar hukum perlindungan konsumen ?
3. Apa yang dimaksud Perlindungan Konsumen?
4. Apa Saja Asas Dan Tujuan Perlindungan Konsumen?
5. Prinsip- Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen

5
6. Apa hak dan kewajiban konsumen ?
7. Apa Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan konsumen
2. Untuk mengetahui dasar-dasar hukum perlindungan konsumen
3. Untuk Mengetahui Maksud dari Perlindungan Konsumen
4. Untuk mengetahui azas dan tujuan dari perlindungan konsumen
5. Mengetahui Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen
6. Untuk mengetahui apa hak dan kewajiban dari konsumen
7. Hak Dan Kewajiban Produsen terhadap Konsumen

6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu
atau sese orang yangmenggunakan suatu persediaan atau sejumlah
barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi Kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari
pengertian tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang berststus
sebagai pemakai barang dan jasa.
Pengertian Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen
sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:
1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau
pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang
/jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan
tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha;
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat
barang dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.
Sedangkan pengertian Konsumen Menurut pengertian Pasal 1 angka 2
UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain.dan.tidak.untuk.diperdagangkan.”
Jadi, Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna
untuk memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi

7
dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu
golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah
Tangga Produksi (RTP).
2.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki
dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya
dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hakhak konsumen
bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Hukum Perlindungan
Konsumen merupakan cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya,
permasalahan yang diatur dalam hukum
konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barang / jasa.
Pada tanggal 30 Maret 1999,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati Rancangan
Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk
disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan.
RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 april
1999.Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:
 Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1),
Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
 Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No.
3821
 Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
 Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesian Sengketa
 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
 Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen
yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota

8
 Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang
 Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya
pembuktian terbalik jika terjadi sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha. Konsumen yang
merasa haknya dilanggar bisa mengadukan dan memproses
perkaranya secara hukum di badan penyelesaian sengketa konsumen
(BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam
soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU
Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum
lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai
berikut :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli
Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang,
Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 302/MPP/KEP/10/2001

9
tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan
Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah
Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

2.3. Perlindungan Konsumen


Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang
perlindungan konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hukum untuk
melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-
undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi
sewenang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen. Dengan
adanya UU Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya,
konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun
bisa menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah
dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah
adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan
konsumen, yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu
sampai dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara
keduanya”. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkab
atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau
menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh
perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.
Di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan
berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.Di
samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh
kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah
memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi
batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang
10
ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi
dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai
manfaat bagi konsumen karena kebutuhan
konsumen akan barang dan/atau jasayang diinginkan dapat terpenuhi
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan
kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan
kemampuan konsum Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut di
atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen
menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah.
Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan
yang sebesarbesarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara
penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan
konsumen.

Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat


kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama
disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu,
Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi
landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen.
Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan
kesadaran pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku
usaha adalah mendapat kentungan yang semaksimal mungkin dengan
modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan
kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembentukan undang-undang yang
dapat melindungi kepentingan konsumen secara integrative dan
komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat.
Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk
mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya
perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat
yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam
11
menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang
berkualitas. Di samping itu, Undang-undang tentang
Perlindungan Konsumen ini dalam pelaksanaannya tetap memberikan
perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini
dilakukan melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas
pelanggarannya.
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini dirumuskan
dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa
pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang
memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila
dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945. Disamping itu,
Undangundang tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan
merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang
perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya
Undangundang tentang Perlindungan Konsume ini telah ada beberapa
undang-undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen,
seperti:
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 1 Tahun 1961
tentang Barang, menjadi Undang-undang;
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah;
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri

12
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement
Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia);
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Hak Cipta sebagai
mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang PerbankanPerlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha
melanggar hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena sudah
diatur dalamUndang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak
Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang
melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang melanggar ketentuan tentang HAKI.

13
Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup
tidak diatur dalam Undangundang tentang Perlindungan Konsumen
ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban setiap
orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup. Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya
undang- undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-
ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, Undang-
undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan paying yang
mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang
perlindungan konsumen.

2.4. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen


Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah
asas dan tujuan yang telah diyakini bias memberikan arahan dalam
implementasinya di tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan
yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan
yang benar-benar kuat.Asas perlindungan konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas
perlindungan konsumen.
1. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau
usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan
pelaku usaha untuk memperoleh haknyadan melaksanakan
kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan

14
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
material maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan
konsumen.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan perlindungan konsumen


Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan
perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri.
2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan
menuntut hak- haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.

15
6. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.

2.5 Prinsip- Prinsip Hukum Perlindungan


Konsumen
1. Let The Buyer Beware
Pelaku Usaha kedudukannya seimbang dengan konsumen
sehingga tidak perlu proteksi.
Konsumen diminta untuk berhati hati dan bertanggung jawab
sendiri.
Konsumen tidak mendapatkan akses informasi karena pelaku
usaha tidak terbuka.
Dalam UUPK Caveat Emptor berubah menjadi caveat venditor.
2. The due Care Theory
Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati hati dalam
memasyarakatkan produk, baik barang
maupun jasa. Selama berhati hati ia tidak dapat dipersalahkan.
Pasal 1865 Kuhperdata secara tegas menyatakan, barangsiapa
yang mengendalikan mempunyai suatu
hak atau untuk meneguhkan haknya atau membantah hak orang lain,
atau menunjuk pada suatu
peristirwa, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak atau
peristirwa tersebut.
Kelemahan beban berat konsumen dalam membuktikan.
3. The Privity of Contract
Prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban
untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu

16
baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak
dapat disalahkan atas hal hal diluar yang diperjanjikan.
Fenomena kontrak kontrak standar yang bantak beredar di
masyarakat merupakan petunjuk yang jelas
betapa tidak berdayanya konsumen menghadapi dominasi pelaku
usaha.
4. Kontrak bukan Syarat
Prinsip ini tidak mungkin lagi dipertahankan, jadi kontrak bukan lagi
merupakan syarat untuk
menetapkan eksistensi suatu huungan hukum .

2.6 Hak dan Kewajiban Konsumen


Hak-Hak Konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban. Pengetahuan
tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak
sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai
adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan
menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih
jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak
hanya tinggal diam saja ketika menyadari

bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.


Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen
sebagai berikut :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengonsumsi barang/jasa.

17
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan .
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang/jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang
digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian,
jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen
yang dirumuskan dalam pasal
7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak
merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha
merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut
ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang.
Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis
yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur
yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”.

Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun


1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, juga dalam pasal 382 bis KUHP. Dengan demikian jelaslah
bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti telah
18
diaturnya hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha
dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,
termasuk didalamnya juga diatur tentang segala sesuatu yang
berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang melindungi
konsumen (bab VII), bagaimana konsumen memperjuangkan hak-
haknya (bab IX, X, dan XI).

Kewajiban Konsumen
Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang
Perlindungan Konsumen, Kewajiban
Konsumen adalah :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau
jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

2.7 Hak Dan Kewajiban Produsen Terhadap


Konsumen
Produsen ialah orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk
keperluan konsumen. Barang atau
jasa yang dihasilkan produsen disebut produksi, sedangkan yang
memakai barang dan jasa disebut
konsumen. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan
besar suatu rumah tangga
yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan
Rumah Tangga Produksi (RTP).Hak Produsen (pelaku

19
usaha/wirausahawan)Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga
memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku usaha sebagaimana diatur
dalam Pasal 6 UUPK adalah:
1. Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Kewajiban produsen
1. Beritikad baik dalam kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberikan penjelasan, penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu dan/atau jasa
yang berlaku
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan

20
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian bila barang
dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.Bila diperhatikan dengan
seksama, tampak bahwa hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal
balik dengan hak dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi
konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
Demikian pula dengan kewajiban konsumen merupakan hak
yang akan diterima pelaku usaha. Bila dibandingkan dengan
ketentuan umum di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampak
bahwa pengaturan UUPK lebih spesifik. Karena di UUPK pelaku
usaha selain harus melakukan kegiatan usaha dengan itikad baik, ia
juga harus mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, tanpa
persaingan yang curang antar pelaku usaha.Perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh seorang pelaku usaha
Pelaku usaha dilarang menawarkan jasa yang tidak memenuhi atau
tidak sesuai standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan
keterangan, iklan atau promosi atas penawaran jasa tersebut. Tidak
membuat perjanjian atas pengikatan jasa tersebut dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(pasal 8).
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
suatu barang dan atau jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah
secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan atau
jasa lain (pasal 9).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau
menyesatkan mengenai (Pasal 10)

21
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau
mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan
pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara cumacuma
dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak
sebagaimana yang dijanjikannya (pasal 13).
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara
undian, dilarang untuk:
1. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan;
2. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
3. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang
dijanjikan. (pasal 14)

Tanggung Jawab Produsen terhadap Konsumen


Pasal 19
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian
konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan.
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana

22
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pihak Konsumen berhak mendapat perlindungan melalui badan
pengawasan konsumen sehingga pihak produsen wajib mematuhi
peraturan yang berlaku guna mencegah terjadinya kecurangan antara
pihak produsen dan konsumen. Sehingga menciptakan sebuah
transaksi yang berkesinambungan.
3.2 SARAN
Perlu adanya pengawasan yang ketat terkait pengawasan
transaksi antara produsen dan konsumen, dan perlu adanya kerjasama
dengan penegak hukum yang sesungguhnya, baik itu dari Kepolisian
hingga Jaksa. Dan, perlunya jaring komunikasi yang cukup kuat
antara konsumen kepada badan hukum perlindungan konsumen.

23

Anda mungkin juga menyukai