Wanita itu bernama rampung Sinta Erwin Putri, dia biasa disapa
Sinta. Sedangkan, lelakinya bernama Robi Darmawan. Beberapa
bulan lalu mereka baru menyelesaikan pernikahan mereka di Hotel
Berbintang tiga. Meski banyak yang beranggapan, bahwa mereka
memanglah pasangan yang matrealistis. Namun, sesungguhnya itu
hanyalah wacana atau nyinyiran orang orang yang tak menyukainya.
Sesungguhnya, Sinta dan Robi memang hidup sederhana. Maka dari
itu, janganlah lihat sesuatu dari luar saja sedang dalam diabaikan.
“Pakai maskernya mas?” Sinta menggulungkan lengan baju
kemeja milik Robi. “Ya pastilah! Sejak pandemi seperti ini,
pemasukan perusahaan semakin sedikit. Beberapa waktu lalu, teman
ku ada yang dikeluarkan. Sekarang katanya, Pak Bos mau pecat lagi,
Hendri temanku.” Robi melototkan matanya membayangkan
sesuatu.
“Ya sudah, kalau aku minta kamu merapilkan, kapan aku jalan!”
Robi meraba pinggir kanan rambut Sinta. “Baiklah, kalau gitu hati-
hati.” Balas Sinta melembut. Robi memajukan mulutnya kearah
kening Sinta, suasana hati Sinta kemudian berubah, kaget dengan
tingkah suaminya yang akan mengecupkan keningnya.
Namun, dugaan salah. Robi menurunkan terus bibirnya dan
memancungkan mulutnya, kearah bibir Sinta. Mereka kemudian
bercumbu mesra saling menempelkan bibir di mulut.
“cuuppp..kecupp....” serasa nyaman Sinta merasakan wanginya
mulut sang suami. Kedua bibir mereka saling bertemu. Dengan suara
samar-samar, mulut Sinta berkata “kenapa, kenapa kamu tidak
mengecup keningku saja?”. Suara samar-samar Robi ikut menjawab,
“gak, jika kening tak membuatmu merasa puas, maka kuserang
bagian bibirmu!” Sinta memuramkan wajah, tapi nafasnya tak kuasa
menahan ciuman Robi.
Robi pun kaget bukan main, apa yang harus dilakukan sedang
pekerjaan inilah yang mampu mencukupi kebutuhannya. Air mata
Robi pun pecah bukan main, dia yang berbekal sarjana S-1 Marketing
merasa pusing dengan nasibnya kini harus menganggur lagi dalam
waktu yang lama. Covid ini memang membuat orang gila.
Tak lama, Pak Bos besar dengan masker hitam yang dia
genakan, datang mengubah suasana. Semua mata menatapnya, yang
jelas ucapan bos pasti adalah pengumuman. Seluruh hati semua
berdebar tegang, termasuk Robi.