Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kelompok Surat Berharga

Nama : Ahmad Abid Malikul Hasan (19742011006)

Ahmad Izulhaq (19742011007)

Bayu Feriantomo (19742011019)

Rizky Romadhona (19742011089)

PT Perikanan Nusantara Gagal Bayar Obligasi

PT Perikanan Nusantara merupakan Perusahaan yang menjadi bagian dari BUMN gagal
bayar bunga. Perusahaan perikanan ini mengaku gagal bayar bunga ke 13 MTN I Perikanan
Nusantara Tahun 2017. Bunga tersebut seharusnya dibayar pada 4 Maret 2021.

MTN I Perikanan Nusantara Tahun 2017 ini akan jatuh tempo pada 4 Desember 2020. MTN
ini bernilai pokok Rp 200 miliar dengan bunga tetap 12,5% per tahun.

MTN milik Perikanan Nusantara itu juga seharusnya jatuh tempo pada 4 Desember 2020.
Tapi ternyata Perikanan Nusantara tak mampu membayar bunga dan melunasi pokok MTN
senilai Rp 200 miliar ini. Pada akhirnya, Perikanan Nusantara memperpanjang jatuh tempo
menjadi 4 Desember 2022 sehingga jangka waktunya menjadi 4 tahun 11 bulan dari
sebelumnya hanya 35 bulan. Namun, bunga yang diberikan oleh Perikanan Nusantara masih
sama seperti sebelumnya yakni tetap di 12,5% per tahun.

Syafruddin, Direktur Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), mengatakan dana perseroan
belum memiliki dana untuk membayar bunga MTN. “Pembayaran bunga kepada pemegang
MTN yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2020 ditunda,” kata Syafruddin
lewat keterangan resmi Rabu (3/6) kemarin.

Penundaan pembayaran bunga MTN Perikanan Nusantara sebetulnya sudah diendus oleh
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pada awal September 2019 lalu, Pefindo menurunkan
peringkat Perikanan Nusantara beserta MTN I 2017 menjadi “BBB-”, dari “BBB+”.
Alasannya, Perikanan Nusantara hanya memiliki satu kapal untuk berlayar dan kinerja
penjualannya tidak dapat menutupi beban operasional. “Kami perkirakan keuangan Perikanan
Nusantara tetap lemah dalam jangka waktu dekat hingga menengah,” jelas Pefindo laporan
pemeringkatannya. (KR)

A.Pihak yang terlibat

Dalam penjelasan tersebut dapat dijelaskan beberapa pihak yang terlibat diantaranya
Direktur PT Perikanan Nusantara, dan jajaran Pemegang saham PT Perikanan Nusantara.

B.Posisi Kasus

Berdasarkan yang tertaera dalam paparan diatas dapat disimpulkan bahwa PT


Perikanan Nusantara gagal membayar obligasi pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa
pada tanggal 4 Desember 2020 sebagai jatuh tempo dari MTN 1 Perikanan Nusantara yang
harus ditebus sebesar 200 miliar rupiah dengan suku bunga tetap sebanyak 12,5% per tahun.
Akan tetapi, dikarenakan pada waktu yang mendekati batas pembayaran pada tanggal 4
Desember 2020, yakni pada tanggal 4 Juni 2020, PT Perikanan Nusantara resmi menyatakan
gagal bayar,. Pihak Perikanan Nusantara gagal menebus pembayaran yang sudah ditentukkan,
maka pihak Perikanan Nusantara meminta perpanjang jatuh tempo menjadi desember 2022,
yakni selama 4 tahun 11 bulan, atau setara 59 bulan, dimana sebelumnya hanya selama 35
bulan (2 tahun 11 bulan)

C. Eksistensi dan Adanya Putusan Amar Hakim.

Tidak ada, tanpa melalui proses pengadilan dan langsung mengajukan permohonan
pada Direktur Kustordian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Pada Juni 2020. Dengan
ditangguhkan beberapa bukti yaitu, lemahnya operasional akibat adanya pandemi covid-19
yang saat itu masih ditetapkannya Lockdown dan PPKM, di satu sisi pihak Perusahaan
mengajukan gugatan karena hanya memiliki satu kapal untuk berlayar dan kinerja
Penjualannya tidak dapat menutupi beban operasional.

D. Kesesuaian Kasus Pada Peraturan yang Ada.

1. PT Perikanan Nusantara telah mengajukan kesepakatan pada Kustrodian Sentral


Efek Indonesia (KSEI) melalui bukti tertulis yakni surat obligasi terkait penggunaan dana
sebesar Rp.200 miliar dalam bentuk Medium Term Notes (MTN) yang telah disepakati mulai
tanggal 4 Desember 2017 hingga 4 Desember 2020, dengan kesepakatan suku bunga sebesar
12,5% tetap tanpa ada perubahan.

2. Namun, kehadiran pandemi Covid-19 tentu membuat laba PT Perikanan Nusantara


mengalami pasang surut hingga akhirnya terjadi penjualan aset baik itu kapal yang semula
terdiri 3 kini menjadi 1, dan pengurangan jam operasional hingga pembatasan kinerja
operasional sehingga mengakibatkan keuangan Perikanan Nusantara melemah dan pada
akhirnya pihak Perusahaan menyatakan ketidaksanggupan pada Pemeringkat Efek Indonesia
(Pefindo)/

3. Beberapa bukti baik yang tersampaikan dalam bentuk media maupun surat permohonan
dan operasional menegaskan bahwa, anggaran perusahaan tidak mampu membayar biaya
operasional Perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan Pihak Perikanan Nusantara
mengajukan permohonan kepada KSEI terkait penundaan jangka waktu pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai