PT Perikanan Nusantara merupakan Perusahaan yang menjadi bagian dari BUMN gagal
bayar bunga. Perusahaan perikanan ini mengaku gagal bayar bunga ke 13 MTN I Perikanan
Nusantara Tahun 2017. Bunga tersebut seharusnya dibayar pada 4 Maret 2021.
MTN I Perikanan Nusantara Tahun 2017 ini akan jatuh tempo pada 4 Desember 2020. MTN
ini bernilai pokok Rp 200 miliar dengan bunga tetap 12,5% per tahun.
MTN milik Perikanan Nusantara itu juga seharusnya jatuh tempo pada 4 Desember 2020.
Tapi ternyata Perikanan Nusantara tak mampu membayar bunga dan melunasi pokok MTN
senilai Rp 200 miliar ini. Pada akhirnya, Perikanan Nusantara memperpanjang jatuh tempo
menjadi 4 Desember 2022 sehingga jangka waktunya menjadi 4 tahun 11 bulan dari
sebelumnya hanya 35 bulan. Namun, bunga yang diberikan oleh Perikanan Nusantara masih
sama seperti sebelumnya yakni tetap di 12,5% per tahun.
Syafruddin, Direktur Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), mengatakan dana perseroan
belum memiliki dana untuk membayar bunga MTN. “Pembayaran bunga kepada pemegang
MTN yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2020 ditunda,” kata Syafruddin
lewat keterangan resmi Rabu (3/6) kemarin.
Penundaan pembayaran bunga MTN Perikanan Nusantara sebetulnya sudah diendus oleh
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pada awal September 2019 lalu, Pefindo menurunkan
peringkat Perikanan Nusantara beserta MTN I 2017 menjadi “BBB-”, dari “BBB+”.
Alasannya, Perikanan Nusantara hanya memiliki satu kapal untuk berlayar dan kinerja
penjualannya tidak dapat menutupi beban operasional. “Kami perkirakan keuangan Perikanan
Nusantara tetap lemah dalam jangka waktu dekat hingga menengah,” jelas Pefindo laporan
pemeringkatannya. (KR)
Dalam penjelasan tersebut dapat dijelaskan beberapa pihak yang terlibat diantaranya
Direktur PT Perikanan Nusantara, dan jajaran Pemegang saham PT Perikanan Nusantara.
B.Posisi Kasus
Tidak ada, tanpa melalui proses pengadilan dan langsung mengajukan permohonan
pada Direktur Kustordian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Pada Juni 2020. Dengan
ditangguhkan beberapa bukti yaitu, lemahnya operasional akibat adanya pandemi covid-19
yang saat itu masih ditetapkannya Lockdown dan PPKM, di satu sisi pihak Perusahaan
mengajukan gugatan karena hanya memiliki satu kapal untuk berlayar dan kinerja
Penjualannya tidak dapat menutupi beban operasional.
3. Beberapa bukti baik yang tersampaikan dalam bentuk media maupun surat permohonan
dan operasional menegaskan bahwa, anggaran perusahaan tidak mampu membayar biaya
operasional Perusahaan yang pada akhirnya menyebabkan Pihak Perikanan Nusantara
mengajukan permohonan kepada KSEI terkait penundaan jangka waktu pembayaran.